Anda di halaman 1dari 9

SOSIOLOGI PEDESAAN

Sosiologi merupakan pengetahuan atau ilmu tentang sifat


masyarakat, perilaku masyarakat, dan perkembangan
masyarakat. Sebagai cabang Ilmu Sosial, sosiologi
mempelajari masyarakat dan pengaruhnya terhadap
kehidupan manusia. Sosiologi dicetuskan pertama kali
oleh ilmuwan Perancis, August Comte yang kemudian
dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Namun demikian,
Émile Durkheim (Perancis) orang pertama yang berhasil
melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis.
Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan
kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran
ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain
atau umum.

Pengertian desa secara umum lebih sering dikaitkan


dengan pertanian. Egon E Bergel (1955), mendefinisikan
desa sebagai setiap pemukiman para petani (peasant).
Menurutnya ciri pertanian bukanlah ciri yang selalu
melekat pada setiap desa, tetapi fungsi desa sebagai
tempat tinggal (menetap) dari suatu kelompok
masyarakat yang relatif kecil. Pengertian desa menurut
Paul Landis (1948) didasarkan pada tujuan analisis, yaitu
analisis statistik, sosial-psikologik dan ekonomik. Secara
statistik desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan
yang penduduknya kurang dari 2500 orang. Untuk tujuan
sosial-psikologik suatu desa merupakan lingkungan yang
penduduknya memiliki hubungan yang akrab dan serba
informal diantara warganya. Berdasarkan analisis
ekonomik, desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan
yang pendapatan penduduknya tergantung pada
pertanian

SOSIOLOGI PEDESAAN
Menurut Jhon M Gillette (1922;6) Sosiologi pedesaaan
adalah cabang sosiologi yang secara sistematis
mempelajari komunitaskomunitas pedesaan untuk
mengungkapkan kondisi-kondisi serta kecenderungan-
kecenderungannya dan merumuskan prinsip-prinsip
kemajuan. Menurut N.L. Sim (dalam Rahardjo, 1999)
sosiologi pedesaan adalah studi tentang asosiasi antara
orang-orang yang hidupnya banyak tergantung pada
pertanian. Menurut T.Lynn dan Paul E. Zopf (dalam
Rahadjo, 1999) sosiologi pedesaan adalah kumpulan
pengetahuan yang telah disistematisasi yang dihasilkan
lewat penerapan metode ilmiah ke dalam studi tentang
masyarakat pedesaan; organiasi dan strukturnya,
prosesprosesnya, system social yang pokok dan
perubhan-perubahannya. Semua definisi tersebut di atas
adalah definisi sosiologi pedesaan lama, (klasik) yakni
menggambarkan keadaan Barat secara umum
memperlihatkan perbedaan yang jelas dan bahkan
dikotomis antar kawasan desa dan kota.

Di Indonesia perkembangan sosuiologi pedesaan


(awalnya sosiologi pertanian) tidak dapat dipisahkan
dengan nama besar Prof.DR.Sajogyo. Beliau adalah
orang pertama yang memperkenalkan sosiologi pedesaan
di beberapa perguruan tinggi di Indonesia, dimulai di
Universitas Indonesia kemidian berlanjut ke Intitut
Pertanian Bogor (ITB). Dalam usahanya
memperkenalkan sosiologi pedesaan DR.Sajogyo
banyak merujuk pada pemikiran beberapa tokoh yang
mempunyai basic ilmu yang berbeda seperti DH. Penny
yang banyak menulis tentang masalah pertanian di
Sumatra Utara, AT.Mosher yang ahli di bidang ekonomi
pertanian dan lama mengajar di India, yang kemudian
mengantarkannya pada satu kepercayaan bahwa ilmu-
ilmu sosial bertujuan untuk menjelaskan perilaku orang
dan masyarakat dengan cara menghadapkan teori pada
praktik dan kenyataan.

SOSIOLOGI PEDESAAN
Perkembangan awal kajian Sosiologi Pedesaan di Eropa,
difokuskan pada kajian komunitas, kelembagaan
masyarakat, dan budaya. Perkembangan ini ditandai oleh
munculnya pemikiran Ferdinand Tonnies tentang
komunitas, Gemeinschaft (komunitas pedesaan) dan
Gesellschaft (komunitas perkotaan) (Newby 1980,
1982). Pandangan Tonnies kontras dengan para
pendahulunya, Emile Durkheim dan Karl Marx bahwa
kapitalisme industri-perkotaan, teknologi modern, dan
praktik organisasional tidak dapat dihindari dan kekuatan
sosial progresif pada akhirnya akan menggantikan sisa-
sisa bentuk sosial pedesaan pra industri terbelakang
(Constance 2018). Pandangan ini dikoreksi oleh Max
Weber (1864–1920) bahwa masyarakat atau individu
memiliki pilihan rasional dalam melakukan tindakan.
Weber mengakui kekuatan sosial birokrasi,
industrialisasi, dan urbanisasi telah meminggirkan
masyarakat pedesaan tradisional. Birokratisasi dan
revolusi industri, Oleh Weber disebut sebagai sangkar
besi (Iron Cage), akan mengarah pada gerakan sosial,
ideologi politik, dan bentuk perlawanan lainnya terhadap
kekuatan rasionalisasi dan keseragaman (Inglis and
Thorpe 2012; Weber 2009).

Dalam konteks Indonesia, ontologi Sosiologi Pedesaan


nampaknya bisa diwakili oleh Jaspan (1959) yang
mengatakan bahwa masyarakat pedesaan tradisional
dikontraskan dengan masyarakat perkotaan modern di
mana masyarakat pedesaan digambarkan memiliki
prinsip gotong royong (communal working bees) sebagai
basis ideologi penting untuk merekonstruksi masyarakat
pedesaan. Objek kajian yang ditawarkan dan cukup
populer kala itu adalah soal pekerjaan dan stratifikasi
sosial; perencanaan pembangunan dan demokrasi
pemerintahan desa; dan migrasi penduduk; yang
nampaknya masih relevan hingga saat ini. Migrasi
masyarakat pedesaan bisa terjadi melalui transmigrasi,
urbanisasi, dan migrasi tak terkendali akibat keberadaan
bandit (kasus Jawa Barat).
URGENSI DAN METODELOGI PENELITIAN
SOSIAL
Dalam proses berpikir, manusia membutuhkan
metodologi sebagai penuntun agar tertib dan terarah.
Begitupun dalam memahami fenomena sosial. Bagi
orang awam, fenomena sosial dilihat sebagai sebuah
realitas keseharian. Bagi peneliti, dibalik sebuah
fenomena sosial terselip ketidakseusaian antara konsep
ideal dengan kenyataan.

Peneliti wajib merancang sebuah metodologi penelitian


untuk tiap permasalahan yang dipilih. Metode penelitian
bisa berupa kuantitatif atau kualitatif atau bahkan
kombinasi diantara keduanya. Kuantitatif menekankan
pada data yang dapat diukur, menggunakan angka dan
statistik untuk menganalisis perilaku manusia dan
masyarakat. Metode kuantitatif sangat sistematis dan
obyektif sehingga analisis kuantitatif melibatkan teknik
penelitian untuk mengubah data menjadi bentuk numerik
dan memasukkannya ke analisis statistik. Sedangkan
kualitatif adalah metode penelitian yang memanfaatkan
observasi secara terencana untuk melihat masyarakat di
lingkungan alaminya. Melalui partisipasi dan / atau
observasi peneliti dapat mencoba untuk memahami
bagaimana manusia bereaksi terhadap tindakan sosial.
Melalui observasi, metode kualitatif memungkinkan
jalinan pengolahan data dan analisis dapat menghasilkan
teori baru.
URGENSI DAN METODELOGI PENELITIAN
SOSIAL
.Istilah penelitian kualitatif perlu kiranya dikemukakan
beberapa definisi. Boydan dan Taylor mengemukakan
bahwa metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati. Menurut Denzin dan Lincoln
mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah
penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan
maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan
dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode
yang ada.Sedangkan menurut Mahmud penelitian
kualitatif merupakan suatu pendekatan dalam melakukan
penelitian yang berorientasi pada fenomena atau gejala
yang bersifat alami. Dapat disimpulkan bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Sumber data pada penelitian ini adalah sistematika
penulisan artikel jurnal ilmiah atau biasanya
disebuttemplate jurnal dan
SISTEMATIKA PENULISAN ILMIAH

Penyjian karya tulis ilmiah harus dilakukan secara


logis. Karya tulis ilmiah berarti karangan yang
menyajikan argument dengan menggunakan logika
berpikir secara benar. Apabila penyajian karanan ilmiah
menggunakan lgika yang benar, maka argument ilmu
pengetahuan tersebut akan dterima pula oleh akal atau
logika orang yang berpikir ilmiah. Apabila karya tulis
ilmiah menyajikan argument secara objektif, bukan
argument yang pribadi, maka akan dipahami pula oleh
pembava sebagai sebuah kebenaran. Inilah yang
dinamakan kebenaran ilmiah, yaitu sebuah kebenaran
yang dapat diterima oleh setiap orang berdasaekan logika
dan suatu penalaran. Karya tulis ilmiah merupakan karya
manusia yang dituangkan secara tertulis dalam
mengusung suatu perkembangan ilmu .Rohidi
menyatakan bahwa tulisan ilmiah adalah tulisan yang
disajikan menurut sistematika dan secara sistematik
menggunakan alur logika yang disepakati oleh
masyarakat ilmiah, bersifat terbuka, dan siap diuji
kebenarannya.Dengan persyaratan demikian, oleh karena
itu tulisan ilmiah dibuat dengan mendasar pada hasil-
hasil penelituan (misal artikel atau jurnal ilmiah), atau
laporan penelitian itu sendiri (skripsi, tesis, disertasi)
menurut Yuniawan.
Prosedur penyusunan karya tulis Langkah-langkah
melakukan penelitian: 1. Menentukan masalah penelitian
Penelitian pengkajian survei atau survei penilaian baru
dapat dilakukan apabila telah ditentukan masalah yang
akan diteliti. Permasalahan tersebut berupa pertanyaan
penelitian yang menuntut jawaban baik dari lapangan
maupun sumbersumber lain. Masalah bisa dilihat di
buku< jurnal atau kelapangan. 2. Prosedur penelitian dan
pengumpulan data 3. Pengolahan data yang tidak didapat
saat pengumpulan data 4. Mendiskripsikan hasil
penelitian dan pembahasan 5. Menarik kesimpulan dan
hasil penelitian yang telah dilakukan.
Sistematika penulisan makalah
a. Bagian awal terdiri dari:
1) Halaman Sampul (judul)
2) Kata Pengantar
3) Daftar Isi
4) Daftar Tabel Dan Gambar (kalau ada)
b. Bagian inti terdiri dari:
1) Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, masalah
atau topik bahasan dan tujuan penulisan makalah
2) Teks utama, berisi pembahasan tentang topik-topik
yang dibahas
3) Penutup, berisi kesimpulan atau rangkuman
pembahasan dan saran-saran.
c. Bagian akhir terdiri dari:
1) Daftar rujukan
2) Daftar lampiran (jika ada)

Anda mungkin juga menyukai