Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH AKUNTANSI MANAJEMEN LANJUTAN

KELOMPOK 2

Antonia Kartika Ninu (616030120001)

Aprisilya W. T. (6160301200047)

Elsayanti (6160301200035)

Rudy sattu ( 6160301180162)

Destiano ( 616030200056)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS

MAKASSAR

2020
Bab I

Pendahuluan

definisi pengendalian stratejik

Tujuan sistem pengendalian strategik yaitu untuk memonitor dan mengevaluasi kemajuan pencapaian
sasaran – sasaran strategik. Strategi funsional dapat menunjukkan aliran – aliran acara lebih terang dan
masih diharapkan untuk menjamin pemanfataannya. Sebagai alat implementasi taktik yang efektif,
sistem pengendalian taktik harus mencakup standard pelaksanaan kerja, pengukur
pelaksanaankerja,perbandingan/evaluasi pelaksanaan kerja, dan upaya acara perbaikan atau koreksi.
Sistem pengendalian seharusnya juga mencakup komponen-komponen yang bisa menggunakan
sumberdaya keuangan, manusia, dan fisik perusahaan untuk tujuan pelaksanaan taktik secara efisien

Pengendalian strategik yang dimaksud yaitu serangkaian acara yang dilakukan oleh manajer untuk
memastikan bahwa tujuan umum dan taktik yang dipilih telah diterapkan sesuai dengan yang diinginkan.
Pengendalian taktik dengan demikian mencakup pengamatan terhadap perubahan lingkungan dan
pengumpulan info yang dipergunakan untuk materi evaluasi strategi.

Pengendalian stratejik berfokus pada dua pertanyaan

(1) apakah strategi yangdiimplementasikan sebagai yang direncanakan


(2) apakah hasil yang dibuat olehstrategi merupakan yang diharapkan. Definisi ini merujuk pada
kajian tradisional danlangkah umpan balik yang merupakan langkah akhir dari proses
manajemen strategis.Sistem pengendalian strategis yang paling tradisional adalah sistem
pengendalianmanajemen yang memfokuskan pada hasil-hasil keuangan. Dalam hal ini,
keberhasilanseseorang, departemen atau perusahaan dalam menjalankan fungsinya hanya
dilihat daritolak ukur yang bersifat keuangan.

Pengendalian Keuangan

Pengendalian atau kontrol keuangan melibatkan penggunaan tindakan berdasarkaninformasi keuangan


untuk menilai kinerja organisasi dan manajemen. Fokus perhatiandapat berupa produk, lini produk,
departemen organisasi, divisi, atau seluruh organisasi. Kontrol keuangan, yang berfokus pada hasil
keuangan, memberikan gambaran ke tampilanBalanced Scorecard, yang menghubungkan hasil
keuangan dengan perkiraan. Dalam organisasi nirlaba,kontrol keuangan melihat pada penggerak laba
seperti kemampuanorganisasi untuk menggunakan asetnya secara efektif dan mengendalikan biaya
untuktingkat penjualan tertentu.

Bab II
Pembahasan

A.Pusat Pertanggung jawaban (Responsibility Centre)

Menurut Hansen dan Mowen “Pusat pertanggungjawaban merupakan suatu segmen bisnis yang
manajernya bertanggungjawab terhadappengaturan kegiatan-kegiatan tertentu” (Hansen & Mowen,
2006). Sedangkan Hilton menerangkan bahwa “A responsibility center is a subunit in an organization
whose manager is held accountable for specified financial results of the subunit’s activities” (Hilton,
Hamer, & Frank, 2003).Dari kedua difinisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pusat pertanggungjawaban
merupakan bagian dari sebuah organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab
atas aktivitas-aktivitas operasional bagian dari organisasi yang dipimpinnya.

2. Sifat Pusat Pertanggung jawabanPusat

pertanggung-jawaban muncul guna mewujudkan satu atau lebih maksud yang disebut dengan cita-cita
atau tujuan. Dalam suatu perusahaan, manajer senior menentukan sejumlah strategi untuk mencapai
cita-cita atau tujuan perusahaan. Fungsi dari berbagai pusat pertanggungjawaban dalam perusahaan
adalah untuk mengimplementasikan strategi tersebut.

2. Cara Kerja Pusat Pertanggungjawaban

Adapun cara kerja pusat tanggungjawab adalah (Anthony & Govindaradjan, 2005):Pusat tanggungjawab
menerima masukan atau input dalam bentuk sumber daya bahan baku, tenaga kerja, dan jasa-jasa.
Dengan menggunkan modal kerja capital, peralatan, dan aktiva lainnya, pusat tanggung jawab
melaksanakan fungsi-fungsi tertentu dengan tujuan akhir mengubah input menjadi output berupa
barang dan jasa. Output yang dihasilkan oleh suatu pusat tanggungjawab kemudian diserahkan kepada
pusat tanggungjawab yang lain, dimana output tersebut bisa menjadi input, atau dilempar ke pasar
sebagai output organisasi sebagai keseluruhan.

B. Jenis-jenis Pusat Pertanggungjawaban


1. Cost Center (Pusat Biaya)

Pusat biaya menurut Hilton dan kawan-kawan adalah sebagai berikut:“A cost center is an organization
subunit, whose manager is responsible for the cost of activity for which a well-defined relationship
exists between inputs and outputs” (Hilton, Hamer, & Frank, 2003).Dan dari pernyataan diatas, dapat
diambil kesimpulan yaitu bahwa pusat biaya adalah suatu subunit dalam organisasi yang mengontrol
biaya dari aktivitas produksi yang dilakukan dan tidak mengontrol pendapatan dan investasi, serta ada
pembatasan antara masukan dan keluaran karena adanya tanggungjawab biaya yang harus
dipertanggungjawabkan oleh manajer. Pusat biaya juga mengkonsumsi masukan dan menghasilkan
keluaran, namun keluaran pusat biayanya tidak diukur dalam bentuk pendapatan. Hal ini disebabkan
karena manajer pusat biaya tidak dapat mengendalikan pendapatan penjualan atas keluaran yang
dihasilkannya dan keluaran pusat biaya tidak dapat atau sulit diukur secara kuantitatif.Lebih jauh lagi
Govindaradjan menjabarkan pusat biaya berdasarkan karakteristik hubungan masukan dengan
keluarannya menjadi (Anthony & Govindaradjan, 2005):

1. Pusat Biaya Teknik (engineered expense center)

Yaitu pusat pertanggungjawaban yang sebagian besar masukannya mempunyai hubungan yang nyata
dan erat dengan keluaran.Contoh pusat biaya teknik adalah departemen produksi, pergudangan, dan
distribusi. Di suatu pusat beban teknik, output dikalikan dengan biaya standar dari setiap unit untuk
mengukur biaya standar dari produk jadi. Manajer pusat biaya memakai biaya standar dan anggaran
fleksibel untuk mengendalikan biaya. Hal ini dikarenakan pada pusat tanggungjawab buaya teknik ada
hubungan kausal atau sebab akibat antara input dan output. Selisih antara biaya teoritis dan biaya
aktual mencerminkan efisiensi dari pusat beban yang sedang diukur. Pusat biaya teknik mempunyai
beberapa tugas penting lainnya dan tidak diukur hanya dari biayanya saja.

2. Pusat Biaya Kebijakan (discretionary expense center)

Yaitu pusat pertanggungjawaban yang sebagian besar masukannya tidak mempunyai hubungannya yang
nyata dan erat dengan keluarannya.Contoh pusat biaya kebijakan meliputi unit-unit administratif dan
pendukung (seperti akuntansi, hukum, hubungan industrial, hubungan masyarakat dan sumber daya
manusia), operasi litbang, dan hampir seluruh aktivitas pemasaran. Dalam pusat biaya kebijakan , input
dan outputnya tidak memiliki hubungan yang nyata dan erat. Output dari pusat biaya ini tidak bisa
diukur secara moneter. Penilaian manajemen dalam pusat biaya ini dicerminkan pada keputusan pihak
manajemen yang berkaitan dengan kebijakan tertentu, seperti apakah akan menyamai atau melampaui
usaha pemasaran para pesaing, tingkat pelayanan pada konsumen yang harus diberikan perusahaan,
dan jumlah moneter yang akan dikeluarkan dalam aktivitas pusat biaya tersebut.

C. Revenue Center (Pusat Pendapatan)

Atkinson dan kawan-kawan mendefinisikan pusat pendapatan sebagai berikut:“A Revenue Centers are
responsibility centers whose members control revenues, but no control either the manufacturing or the
acquisition cost of the product or service they sell or the level of investment made in responsibility
centers”.(Atkinson, Banker, Kaplan, & Young, 2001)Pusat pendapatan merupakan bagian dari pusat
pertanggungjawaban yang mengontrol pendapatan, tetapi tidak mengontrol manufakturing dan biaya
akuisisi dari produk atau jasa yang dijual atau tingkat investasi yang dipakai oleh pusat
pertanggungjawaban dan manajernya memegang tanggung jawab untuk menentukan pendapatan
subunitnya. Jadi pusat pendapatan adalah pusat pertanggungjawaban di dalam suatu organisasi yang
prestasinya dinilai berdasarkan pendapatan dan tidak mengontrol biaya serta tingkat investasi. Ukuran
prestasi pusat pertanggungjawaban ini yang terpenting adalah pendapatan dan hanya biaya yang dapat
dikendalikan langsung oleh setiap pusat pendapatan.

D. Profit Center (Pusat Laba)


Atkinson dan kawan-kawan mendefinisikan pusat laba sebagai berikut:“Profit Centers are responsibility
centers in which managers and other employees control both the revenues and the costs of the
product or service they deliver” (Atkinson, Banker, Kaplan, & Young, 2001).Pusat laba merupakan
pusat pertanggungjawaban yang manajernya memiliki tanggungjawab untuk mengontrol pendapatan
dan biaya yang dikeluarkan untuk produk atau jasa yang dihasilkan, tidak mengontrol tingkat investasi.
Pusat laba prestasinya dinilai atas dasar selisih antara pendapatan dengan biaya dalam pusat
pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Pada umumnya pusat laba dibentuk jika perusahaan
mempunyai usaha yang bervariasi sifatnya sehingga manajemen puncak mendelegasikan wewenangnya
ke manajer yang lebih rendah.

E. Investment Center (Pusat Investasi)

Menurut Hilton pusat investasi adalah sebagai berikut:“A investment center is an organizational subunit
whose manager is held accountable for the subunit’s profit and the invested capital used by the sub
unit to generate its profit” (Hilton, Hamer, & Frank, 2003).Pusat investasi mengharuskan manajer dan
karyawannya mengontrol pendapatan, biaya dantingkat investasi dalam pusat pertanggungjawaban,
karena manajernya bertanggung jawab untuk keuntungan subunitnya dan penggunaan modal atau
investasi ke dalam subunitnya akan menghasilkan laba. Jadi pusat investasi dalam suatu organisasi yang
mempunyai pengendalian atas biaya dan pendapatan serta pengendalian atas dana investasi agar
memperoleh laba yang lebih besar.Ukuran prestasi manajer pusat investasi dapat berupa rasio antara
laba dengan investasi yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut. Rasio ini dikenal dengan
pengembalian investasi disingkat ROI (Return on Investment). Rasio lain yang dapat digunakan antara
lain residual income, rasio produktivitas dan lain-lain.

2. Return On Investment (ROI),

Residual Income (RI), Economic Value Added (EVA)2.1 Return On Investment (ROI)

A. Pengertian Return On Investment (ROI)

Return on investment menunjukkan seberapa banyak yang bisa dipoles dari seluruh kekayaan yang
dimiliki perusahaan” (Husnan dan Pudjiastuti, 2006:74). Menurut Munawir (2004:89) menjelaskan
bahwa “return on investment dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan dalam menghasilkan
keuntungan dengan keseluruhan dana yang tersedia dalam aktiva perusahaan”. Menurut Hariadi
(2002:295) “return on investment merupakan perhitungan nilai yang menunjukkan tingkat
pengembalian dari suatu investasi. Dari beberapa definisi tersebut, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa return on investment adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan tingkat pengembalian
investasi”.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Return On Investment (ROI)

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nilai ROI yang dicapai oleh suatu perusahaan. Menurut
Munawir (2004:89), nilai ROI dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:
(1) Turnover dari operating assets (tingkat perputaran aktiva yang digunakan untuk operasi).
(2) Profit margin, yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan dalam prosentase dan
jumlah penjualan bersih. Profit margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh
perusahaan dihubungkan dengan penjualannya.
3. Manfaat Return On Investment (ROI)

Analisis ROI memiliki beberapa manfaat seperti yang dikemukakan oleh Hariadi (2002:299), yaitu:

1. Mendorong manajer pusat investasi untuk memusatkan perhatian pada hubungan antar
penjualan, biaya dan investasi.
2. Mendorong manajer untuk memberikan perhatian pada efisiensi biaya.
3. Mendorong manajer untuk memberikan perhatian pada efisiensi aktiva.

4.Kelebihan dan Kekurangan Return On Investment (ROI)

ROI sebagai alat ukur kinerja perusahaan memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. KelebihanROI
menurut Hansen dan Mowen (2005:123), yaitu:

1. Mendorong manajer untuk memfokuskan pada hubungan antara penjualan, beban, dan
investasi, sebagaimana yang diharapkan dari manajer pusat investasi.
2. Mendorong manajer memfokuskan pada efisiensi biaya.
3. Mendorong manajer memfokuskan pada efisiensi aktiva operasi.

Menurut Munawir (2004:91) menjelaskan kelebihan analisia ROI sebagai berikut:

1. Tehnik analisa ROI dapat mengukur eisiensi penggunaan modal yang bekerja, efisiensi bagian
produksi dan efisiensi bagian penjualan.
2. Analisa ROI dapat membandingkan efisiensi penggunaan modal dengan perusahaan lain yang
sejenis.
3. Analisa ROI dapat mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh divisi, yaitu dengan
mengalokasikan semua biaya dan modal ke dlam divisi yang bersangkutan.
4. Analisa ROI dapat mengukur profitabilitas masing-masing produk yang dihasilkan oleh
perusahaan.
5. Analisa ROI dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan.

ROI juga memiliki beberapa kekurangan. Menurut Hansen dan Mowen (2005:124) kekuranganROI, yaitu:

1. ROI mengakibatkan fokusan yang sempit pada profitabilitas divisi dengn mengorbankan
profitabilitas keseluruhan perusahaan.
2. ROI mendorong para manajer untuk berfokus pada kepentingan jangka pendek dengan
mengorbankan kepentingan jangka panjang.

Menurut Munawir (2004:92) kekurangan ROI sebagai berikut:


1. Penggunaan return on investment sulit dibandingkan antara suatu perusahaan dengan
perusahaan lain yang sejenis, karena kemungkinan praktek akuntansi yang digunakan oleh
masing-masing perusahaan berbeda.
2. Adanya fluktuasi nilai uang.
3. Dengan hanya menggunakan analisis return on investment tidak akan dapat mengetahui
perbandingan dua perusahaan atau lebih secara menyeluruh.

Cara Meningkatkan ROIROI perlu dilakukan perbaikan apabila ROI yang dicapai tidak memenuhi
target perusahaan. A. Cara meningkatkan ROI menurut Garrison dkk (2007:263) sebagai berikut:

1. Peningkatan penjualanUntuk meningkatkan penjualan maka persentase kenaikan beban operasi


harus lebih kecil daripada persentase kenaikan penualan.
2. Penurunan beban operasiDengan menurunkan beban operasi akan mengakibatkan kenaikan
laba operasi.
3. Penurunan aktiva operasiUntuk mengurangi aktiva operasidilakukan dengan mepercepat
penagihan piutang usaha.
E. Analisis Residual Income (RI)
1. Pengertian Residual Income (RI)Residual Income (RI) adalah laba yang dihasilkan diatas target
pengembalian investasi pada suatu pusat laba. Residual Income (RI) dapat dihitung dengan
menggunakan rumus berikut:

RI = Laba - (Investasi x target ROI)

2. Kelebihan dan Kekurangan Residual Income (RI)Keunggulan Residual Income (RI)


a. Membuat semua pusat laba memiliki sasaran yang sama untuk pusat investasi yang
sebandingb. Dapat digunakan tarif beban modal yang berbeda untuk aset yang memiliki risiko
yang berbedaKelemahan Residual Income (RI)
1. RI hanya mendorong manajer pusat laba untuk berorientasi pada tujuan-tujuan jangka
pendek, karena kinerjanya dibatasi hanya untuk satu periode akuntansi sajab. RI sangat
dipengaruhi oleh metode depresiasi yang digunakan perusahaanc. Karena hasil akhir RI
adalah berupa angka absolut, bukan rasio, maka sulit untuk dibandingkan RI dari satu pusat
laba dengan RI dari pusat laba lainnya yang memiliki jumlah investasi yang berbeda.
2. Economic Value Added

Pengertian Economic Value Added (EVA)Metode EVA pertama kali dikembangkan oleh Stewart & Stern
seorang analis keuangan dari perusahaan Stern Stewart & Co pada tahun 1993. Model EVA menawarkan
parameter yang cukup objektif karena berangkat dari konsep biaya modal (cost of capital) yakni
mengurangi laba dengan beban biaya modal,EVA adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan
perusahaan dari kegiatan atau strateginya selama periode tertentu. Prinsip EVA memberikan merupakan
selisih laba operasi setelah pajak (Net Operating Profit After Tax atau NOPAT) dengan biaya modal (Cost
of Capital).Peningkatan EVA dan penciptaan nilai dapat terjadi ketika suatu perusahaan dapat mencapai
yang berikut (Young & O’Bryne, 2001:62) :
a. Meningkatnya pengembalian atas modal yang ada. Jika NOPAT meningkat sedangkan WACC
dan modal yang diinvestasikan tetap maka EVA akan meningkat.
b. Pertumbuhan yang menguntungkan, nilai diciptakan ketika pertumbuhan NOPAT melebihi
WACC.
c. Pelepasan dari aktiva yang memusnahkan nilai. Jika pengurangan modal lebih mengganti
kerugian dengan peningkatan perbedaan NOPAT dan WACC, EVA meningkat.
d. Periode lebih panjang dimana diharapkan NOPAT lebih tinggi dibandingkan WACC.
e. Pengurangan biaya modal.
F. Tujuan Penerapan Metode EVAMenurut Abdullah (2003:142)

tujuan penerapan metode EVA adalah sebagai berikut :Dengan perhitungan EVA diharapkan akan
mendapatkan hasil perhitungan nilai ekonomis perusahaan yang lebih realistis. Hal ini disebabkan oleh
EVA dihitung berdasarkan perhitungan biaya modal (cost of capital) yang menggunakan nilai pasar
berdasarkan kreditur terutama pemegang saham dan bukan menggunakan nilai buku yang bersifat
historis. Perhitungan EVA juga diharapkan mendukung penyajian laporan keuangan yang akan
mempermudah pengguna laporan keuangan seperti investor, kreditur, karyawan, pemerintah,
pelanggan dan pihak-pihak lain yang berkepentingan lainnya.

3. Manfaat Penerapan Metode EVAManfaat yang diperoleh dalam penerapan model EVA
bagi suatu perusahaan adalah :a. Penerapan model EVA sangat bermanfaat sebagai alat
ukur kinerja perusahaan dimana fokus penilaian kinerja adalah penciptaan nilai (value
creation)
b. Penilaian kinerja keuangan dengan menerapkan model EVA menyebabkan perhatian
manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Dengan EVA para manajer
akan sistem pengukuran yang baik dalam menilai kinerja danprestasi keuangan
manajemen perusahaan karena EVA berhubungan langsung dengan nilai pasar suatu
perusahaan.

EVA merupakan tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai atau value added dari modal yang telah
ditanamkan pemegang saham dalam operasi perusahaan. Oleh karenanya EVA merupakan selisih laba
operasi setelah pajak (Net Operating Profit After Tax atau NOPAT) dengan biaya modal (Cost of
Capital).Peningkatan EVA dan penciptaan nilai dapat terjadi ketika suatu perusahaan dapat mencapai
yang berikut (Young & O’Bryne, 2001:62) :

A. Meningkatnya pengembalian atas modal yang ada. Jika NOPAT meningkat sedangkan WACC dan
modal yang diinvestasikan tetap maka EVA akan meningkat.

b. Pertumbuhan yang menguntungkan, nilai diciptakan ketika pertumbuhan NOPAT melebihi WACC.c.
Pelepasan dari aktiva yang memusnahkan nilai. Jika pengurangan modal lebih mengganti kerugian
dengan peningkatan perbedaan NOPAT dan WACC, EVA meningkat.

d. Periode lebih panjang dimana diharapkan NOPAT lebih tinggi dibandingkan WACC.

e. Pengurangan biaya modal.


Tujuan Penerapan Metode EVAMenurut Abdullah (2003:142)

tujuan penerapan metode EVA adalah sebagai berikut :Dengan perhitungan EVA diharapkan akan
mendapatkan hasil perhitungan nilai ekonomis perusahaan yang lebih realistis. Hal ini disebabkan oleh
EVA dihitung berdasarkan perhitungan biaya modal (cost of capital) yang menggunakan nilai pasar
berdasarkan kreditur terutama pemegang saham dan bukan menggunakan nilai buku yang bersifat
historis. Perhitungan EVA juga diharapkan mendukung penyajian laporan keuangan yang akan
mempermudah pengguna laporan keuangan seperti investor, kreditur, karyawan, pemerintah,
pelanggan dan pihak-pihak lain yang berkepentingan lainnya.

3. Manfaat Penerapan Metode EVAManfaat yang diperoleh dalam penerapan model EVA bagi
suatu perusahaan adalah :

A. Penerapan model EVA sangat bermanfaat sebagai alat ukur kinerja perusahaan dimana fokus
penilaian kinerja adalah penciptaan nilai (value creation).

b. Penilaian kinerja keuangan dengan menerapkan model EVA menyebabkan perhatian manajemen
sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Dengan EVA para manajer akan bertindak seperti halnya
pemegang saham yaitu memilih investasi yang dapat memaksimumkan tingkat pengembalian dan
meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahan dapat dimaksimalkan.

c. EVA mendorong perusahaan untuk lebih memperhatikan kebijakan struktur modalnya.

d. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi proyek atau kegiatan yang memberikan tingkat
pengembalian yang lebih tinggi dari biaya modalnya. Kegiatan atau proyek yang memberikan nilai
sekarang dari total EVA yang positifestasikan adalah seluruh keuangan perusahaan terlepas dari
kewajiban jangka pendek, pasiva tidak menanggung bunga (non interest bearing liability) seperti
utang,upah yang akan jatuh tempo (accrued wages),pajak yang akan jatuh tempo (accrued taxes). Modal
ya menunjukkan adanya penciptaan nilai dari proyek tersebut dengan demikian sebaiknya diambil,
begitu juga sebaliknya.

b. Invested CapitalMenurut Young & O’Byrne (2001:39)

modal yang diinvestasikan adalah seluruh keuangan perusahaan terlepas dari kewajiban jangka pendek,
pasiva tidak menanggung bunga (non interest bearing liability) seperti utang,upah yang akan jatuh
tempo (accrued wages),pajak yang akan jatuh tempo (accrued taxes). Modal yang diinvestasikan sama
dengan jumlah ekuitas pemegang saham, utang jangka pendek dan utang jangka panjang yang
menanggung bunga,dan kewajiban jangka panjang lainnya.

Invested Capital = (Total Hutang + Ekuitas) – Hutang Jangka Pendekc.

Weighted Average Cost of Capital (WACC)Weighted Average Cost of Capital (WACC) adalah hasil
penjumlahan dari hasil perkalian besarnya porsi masing-masing jenis modal dengan biaya modal yang
bersangkutan. Menurut Durant (1999) modal terdiri dari 2 tipe yaitu pinjaman dan ekuitas. Biaya dari
modal yang dipinjam adalah berupa tingkat bunga yang dikenakan oleh pemegang obligasi dan bank,
sedangkan biaya ekuitas adalah tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor.

F. Transfer Pricing

Transfer pricing adalah suatu kebijakan perusahaan dalam menentukan harga transfer, dimana harga
transfer itu sendiri adalah harga yang ditimbulkan atas penyerahan barang, jasa atau harta tak berwujud
lainnya dari satu perusahaan ke perusahaan lain yang masih terikat dalam hubungan kepemilikan.

Pengelompokan Transfer Pricing

Terdapat dua kelompok transaksi dalam transfer pricing, yaitu intra-company dan intercompany transfer
pricing. Intra-company transfer pricing merupakan transfer pricing antardivisi dalam satu perusahaan.
Sedangkan intercompany transfer pricing merupakan transfer pricing antara dua perusahaan yang
mempunyai hubungan istimewa. Transaksi intercompany transfer pricing bisa dilakukan dalam satu
negara (domestic transfer pricing), maupun dengan negara yang berbeda (international transfer
pricing).Transfer pricing domestik adalah harga transfer barang atau jasa antar badan satu grup
perusahaan atau antardivisi dalam satu perusahaan dalam satu wilayah kedaulatan negara, sedang
transfer pricingmultinasional berkenaan dengan transaksi antardivisi dalam satu unit hukum atau
antarunit hukum dalam satu kesatuan ekonomi yang meliputi berbagai wilayah kedaulatan negara..

Anda mungkin juga menyukai