Anda di halaman 1dari 25

LAPSUS

SEMESTER 6

MANAJEMEN WEANING PADA PASIEN DENGAN LONG TERM


MECHANICAL VENTILATOR (LTMV)

Oleh :

RENDY PRANDA JONI

Peserta PPDS I Anestesi dan Terapi Intensif

FKKMK UGM/ RSUP Dr SARDJITO

Pembimbing Moderator

dr. .Bowo Adiyanto, SpAn dr. .Untung Widodo, SpAn, KIC

Departemen Anestesi dan Terapi Intensif

Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan

Universitas Gadjah Mada/ RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta

2020

1
ABSTRAK

Mekanikal ventilasi melalui pipa endotrakeal ataupun melalui pipa trakea merupakan
prosedur yang sering dilakukan di unit perawatan intensif. Ketika kondisi akut yang melatari
telah membaik, ventilasi mekanik harus segera dihentikan. Namun ketika terjadi penundaan
dalam menghentikan ventilasi mekanik, lebih dari 14 hari disebut long term mechanical
ventilation. Keadaan mekanikal ventilasi yang lama berhubungan dengan komplikasi yang
tinggi, lamanya perawatan, tingginya pembiayaan dan rendahnya angka harapan hidup.
Kami laporkan pasien perempuan usia 70 tahun dengan diagnosis stroke perdarahan
poska operasi kraniotomi evakuasi hematoma, trakeostomi, gagal weaning. Pasien rujukan
dari unit intensif luar, telah dilakukan perawatan selama 16 hari di rumah sakit sebelumnya.
Selama perawatan pasien dikatakan gagal dalam penyapihan mekanikal ventilator sehinga
dirujuk ke fasilitas lebih tinggi RSUP Sardjito

Keberhasilan penyapihan ventilator lama sangat berhubungan dengan penyakit yang


mendasari, penyakit yang menyertai dan lamanya penggunaan ventilator. Dibutuhkan
berbagai macam spesialis dalam merencanakan penyapihan pada pasien. Masing masing
pasien harus di rencakan secara spesifik dalam proses penyapihan. Termasuk komunikasi,
mobilisasi, nutrisi, minimal sedasi dan manajemen kondisi psikologis pasien

Kata kunci: Kegagalan penyapihan, Manajemen penyapihan, penggunaan ventilator


mekanik lama

2
ABSTRACT

Mechanical ventilation through the endotracheal tube or through the tracheal tube
is a procedure that is often performed in the intensive care unit. When the acute underlying
conditions have improved, mechanical ventilation should be stopped immediately. However,
when there is a delay in stopping mechanical ventilation, more than 14 days is called long
term mechanical ventilation. Prolonged mechanical ventilation is associated with high
complications, length of stay, high cost and low life expectancy
We report a female patient aged 70 years with a diagnosis of postoperative stroke
haemorrhagic, craniotomy, evacuation of hematoma, tracheostomy, failure of weaning. The
referral patient from the external intensive unit had been treated for 16 days in the previous
hospital. During treatment, the patient is said to have failed mechanical ventilator weaning
so that he is referred to a higher facility at Sardjito Hospital.
The success of weaning ventilator is closely related to the underlying disease,
concomitant disease and duration of ventilator use. It takes a variety of specialists in
planning weaning on patients. Each patient must be specifically planned in the weaning
process. Including communication, mobilization, nutrition, minimal sedation and
management of the patient's psychological condition

Keywords: Failed weaning, managemen weaning, long term mechanical ventilator.

3
BAB I

PENDAHULUAN

Mekanikal ventilasi melalui pipa endotrakeal ataupun melalui pipa trakea merupakan

prosedur yang sering dilakukan di unit perawatan intensif. Ketika kondisi akut yang melatari

telah membaik, ventilasi mekanik harus segera dihentikan. Namun ketika terjadi penundaan

dalam menghentikan ventilasi mekanik, lebih dari 14 hari disebut long term mechanical

ventilation. Keadaan mekanikal ventilasi yang lama berhubungan dengan komplikasi yang

tinggi, lamanya perawatan, tingginya pembiayaan dan rendahnya angka harapan hidup1.

Dalam suatu penelitian di amerika, kejadian penggunaan mekanikal lama meliputi

2%-5% dari total pasien di unit intensif, dengan 37% beban pembiayaan unit intensif. Dengan

tingginya beban pembiayaan pada pasien yang mengalami mekanikal ventilasi lama

menyebabkan banyaknya rumah sakit yang memindahkan pasien ke rumah sakit lainnya

untuk perawatan lanjut. Pasien yang menggunakan mekanikal ventilasi lama, memiliki

ketergantungan secara fisik dan fisiologis terhadap ventilator sehingga mempersulit

penyapihan. Keadaan ini dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti usia, level emosional,

fungsi kognitif, riwayat penyakit sebelumnya, mitos masyarakat, ketakutan terhadap

situasinya2.

Proses penyapihan meliputi 50% dari total waktu ventilasi, proses ini dapat dibagi

dalam tiga grup, berdasarkan angka kecukupan, waktu, dan keberhasilan nafas spontan.

Menurut Inernational consensus conference criteria, pengertian mekanikal ventilasi lama

adalah pasien yang gagal tiga kali dalam uji coba nafas spontan atau membutuhkan tujuh hari

penyapihan saat uji coba nafas spontan pertama. Penyapihan yang lama kadang tidak

berhasil, beberapa pasien meninggal, yang lainnya keluar dengan invasive ventilasi seperti

trakeostomi. Di jerman terdapat pusat penyapihan, disana proses penyapihan meliputi multi

4
dispilin ilmu kedokteran, dimana ketika penyapihan tidak berhasil di unit intensif, ventilasi

invasif dapat dilanjutkan di komunitas2,3.

5
BAB II

LAPORAN KASUS

Kami laporkan pasien perempuan usia 70 tahun dengan diagnosis stroke perdarahan

poska operasi kraniotomi evakuasi hematoma, trakeostomi, gagal weaning. Pasien rujukan

dari unit intensif luar, telah dilakukan perawatan selama 16 hari di rumah sakit sebelumnya.

Selama perawatan pasien dikatakan gagal dalam penyapihan mekanikal ventilator sehinga

dirujuk ke fasilitas lebih tinggi RSUP Sardjito. Dari alloanamnesis didapatkan pasien

sebelumnya mendadak terjatuh dan tidak sadarkan diri, selanjutnya dilakukan operasi

evakuasi hematom dan pemasangan trakeostomi. Keluarga menyangkal pasien memiliki

riwayat penyakit diabetes mellitus, hipertensi, asma dan alergi.

Paska operasi evakuasi hematom, pasien dirawat diruang intensif rumah sakit

sebelumnya. Setelah kesadaran pulih pasien dilakukan proses penyapihan, diikuti dengan

fisioterapi, rawat bersama spesialis paru, dan obat obatan lainnya. Selama perawatan di unit

intensif, pasien mengalami kegagalan penyapihan, sehingga diputuskan untuk dirujuk ke

RSUP Sardjito untuk perawatan lebih lanjut.

Pemeriksaan Fisik dan Penunjang

Pasien dalam kondisi baik, tampak kesakitan ringan, laju pernapasan yang 20-24

x/menit. Saturasi perifer terbaca 99% dengan support mekanikal ventilator mode PSIMV,

peep 5, fiO2 50%, dengan keluaran volume tidal 270-500ml. Nadi arteri radialis teraba

cukup, tekanan darah terukur 145/84 mmHg, suhu afebris dengan VAS 3-4. Laju jantung

pasien berkisar 100-110x/menit, dengan hasil EKG yang menunjukkan sinus takikardi

dengan laju yang bersesuaian. Dari pemeriksaan thorax didapatkan suara dasar vesikuler di

6
kedua lapang paru. Abdomen didapatkan dalam batas normal, hepar lien tidak teraba, dan

suara bising usus dalam batas normal.

Pasien masuk unit intensif RSUP Sardjito tanggal 17 oktober 2020, dengan support

mekanikal ventilator mode PSIMV, peep 5, fiO2 50%, dengan keluaran volume tidal 270-

500ml saturasi perifer 99%. Perawatan H+0 di ICU pasien di evaluasi terlebih dahulu untuk

rontgen thorax, laboratorium, analisa gas darah. Kemudian pasien dimulai proses penyapihan

dari ventilator.

HARI KE 1 3 5 10 11 12 13
TGL 17/10 19/10 21/10 26/10 26/10 27/10 27/10 28/10 29/10

AIRWAY on TT on TT on TT on TT on TT on TT on TT on TT on TT

BREATHING
Mode PSIMV SPT PSIMV SPT SPT SPT T-Piece T-piece T-Piece
FLOW 6 6 6
FiO2 50 40 50 50 50 45
Vt 270-500 300-400 330-450 300-370 360-380 350-380
PEEP 5 5 5 5 5 5
Psupp 15 12 10 10 8 6
RR 15 25 25 24 23 22 28 30 24
SpO2 100 96 99 100 97 100 98 97 99
MV 7.4 8.2 8.5 7.9 7.9
Tabel 1. Lama Perawatan dan Mode Pernafasan

AGD arteri
pH 7.38 7.42 7.29 7.33 7.41 7.45 7.43 7.39
FiO2 50 40 50 50 50
PCO2 57.6 50.3 63.4 53.4 49.7 45.4 45.8 46.5
PO2 184 195 246 193 167.6 119 74 115
SO2 100 100 100 100 99.5 99 95 98
AaDO2 123.4
P/F 340.7
HCO3 34.7 32.9 31.1 28.4 32.2 32.2 30.5 28.4
BE 10 8 5 3 6.9 8 6 4
Lac 1.7 1.96 2.07 1.09 2.34 2.89

Tabel 2. Analisa Gas Darah

7
8
Gambar 1. Rontgen thorax 19 oktober 2020

Gambar 2. Rontgen thorax 29 oktober 2020

9
Pasien selama perawatan dilakukan evaluasi setiap hari, menilai kemampuan

pernafasan dan vital sign. Pada H+2 perawatan dilakukan konsultasi untuk memulai

rehabiitasi dan fisioterapi pasien. Setiap hari pasien dilakukan fisioterapi dinding dada,

mobilisasi posisi duduk, perawatan lainnya. Pada ro thorax tanggal 19 oktober tampak

gambaran pneumonia bilateral pada paru pasien, di lakukan pemberian terapi antibiotik. Pada

rontgen thorax evaluasi tanggal 29 oktober, tampak gambaran pneumonia yang membaik.

Pada perawatan H+5 pasien mengalami penurunan, sehingga support

ventilator dinaikkan kembali. Dengan tanda peningkatan laju pernafasan, penggunaan otot

otot tambahan, dan peningkatan PCO2 apada analisa gas darah. Setelah tampak perbaikan

paska penggunaan ventilator, dilakukan penyapihan ulang dan perlahan terhadap pasien.

Fisioterapi dan mobilisasi terus dilakukan untuk membantuk pemulihan pasien.

Selama perawatan di ruang intensif pasien mendapat terapi seperti parasetamol

1gr/8jam, moeprazole 40mg/24jam, N acetylsistein tiap 8 jam, antbiotik meropenem 1gr

dalam 8 jam, dan koreksi albumin.

Pada pasien ini, setelah dilakukan evaluasi selama lebih dari 24 jam dengan

penggunaan t-piece, dan dinilai tidak ada tanda tanda kegagalan pernafasan dari pasien.

Pasien di putuskan untuk melanjutkan perawatan lanjutan di level dibawah intensif care unit

(ICU).

10
BAB III

PEMBAHASAN

Mekanikal ventilasi melalui pipa endotrakeal ataupun melalui pipa trakea merupakan

prosedur yang sering dilakukan di unit perawatan intensif. Ketika kondisi akut yang melatari

telah membaik, ventilasi mekanik harus segera dihentikan. Namun ketika terjadi penundaan

dalam menghentikan ventilasi mekanik, lebih dari 14 hari disebut long term mechanical

ventilation. Keadaan mekanikal ventilasi yang lama berhubungan dengan komplikasi yang

tinggi, lamanya perawatan, tingginya pembiayaan dan rendahnya angka harapan hidup.

Menurut National Association fo Medical Direction Respiratory Care (NAMDRC),

penggunaan ventilator lama adalah ketika pasien membutuhkan ventilasi mekanik lebih dari

21 hari secara terus menerus selama 6 jam/hari1.

Pada keadaan penggunaan ventilator lama, rata rata pasien berusia tua, memiliki

komorbid lain, dan seringnya mempunyai penyakit paru kronis. Diperkirakan terdapat 5%

dari total pasien di unit intensif yang membutuhkan mekanikal ventilator lama. Pada sebuah

penelitian di amerika dalam setahun terdapat 11400 pasien yang membutuhkan penggunaan

ventilator lama, yang menyebabkan beban anggaran sebesar 3,2 miliar dolar amerika.

Pertanyaan kenapa beberapa pasien sukses dalam penyapihan ventilator lama sedangkan

yang lain itdak, menjadi pertanyaan yang sulit dijawab. Beberapa pendapat menganggap, usia

tua dan penyakit paru kronis lebih sulit dalam penyapihan ventilator4.

Keberhasilan penyapihan ventilator lama sangat berhubungan dengan penyakit yang

mendasari, penyakit yang menyertai (diabetes, hipertensi, penyakit paru kronis) dan lamanya

penggunaan ventilator.

11
Penyebab kegagalan penyapihan ventilator sangat banyak, gangguan pada

kardiovaskular dan pernafasan merupakan penyebab terbanyak pada kegagalan penyapihan

ventilator. Beberapa penyebab kegagalan pernafasan seperti, gangguan fungsi pertukaran gas,

gangguan dari pusat pernafasan, kerusakan saraf, dan gangguan otot pernafasan. Gangguan

fungsi jantung juga salah satu faktor penyebab lamanya penggunaan ventilator. Pada pasien

yang mengalami penurunan ejeksi fraksi ventrikel kiri, saat dilakukan penyapihan, akan

terjadi keadaan hilangnya tekanan positif dan menimbulkan peningkatan preload ventrikel

kiri, peningkatan tekanan Left Ventricular end diastolic pressure (LVEDP), mengakbatkan

kegagalan jantung kiri5.

Dalam suatu penelitian tentang penyapihan dan perubahan fungsi jantung, pada pasien

yang mengalami gangguan jantung, proses penyapihan ventilator meningkatkan kejadian

gagal jantung kiri akut. Pasien yang gagal penyapihan, menunjukkan peningkatan tekanan

arteri pulmonalis yang signifikan dalam 10 menit ventilasi spontan pasien. Pasien juga

mengalami pningkatan PCO2 dari 42mmHg menjadi 58mmHg6.

Terdapat beberapa protokol penyapihan yang dapat kita pertimbangkan pada pasien

yang lama dalam penggunaan mekanikal ventilator. Keberhasilan penyapihan salah satunya

adalah menerapi penyakit yang mendasari pasien dalam penggunaan mekanikal ventilator.

Dibutuhkan berbagai macam spesialis dalam merencanakan penyapihan pada pasien. Pada

pasien yang mengalami penyakit neuromuscular, strategi ekstubasi meliputi penggunaan non-

invasive ventilationpaska ekstubasi. Masing masing pasien harus di rencakan secara spesifik

dalam proses penyapihan. Termasuk komunikasi, mobilisasi, nutrisi, minimal sedasi dan

manajemen kondisi psikologis pasien (cemas, depresi)7,8.

Strategi Keberhasilan Penyapihan

1. Strategi ventilator

12
Strategi ini diperlukan untuk memperingkat penggunaan dan meningkatkan

kebehasilan penyapihan pasien.

a. Menurunkan Pressure Support Ventilation, dengan agresif

b. Progresif dalam memperlama periode Spontan Breathing Time

c. Penggunaan mode ventilator (SIMV,NIV, High Flow Oxygen)

Dalam penelitian prospektif multicenter, menurunkan support ventilasi secara

progresif, atau memperlama SBT lebih efektif dalam proses penyapihan ventilator pada

pasien dengan penyakit paru kronis lebih dari 15 hari. Penggunaan NIV dapat dilakukan pada

pasien yang terbukti tidak mampu SBT lebih dari 18 jam tertutama pada pasien dengan

penyakit neuromuskular9.

Setiap hari kita harus memiliki target yang akan dicapai dalam perawaan,

dokumentasi progress penyapihan, dan di analisa perubahan status pasien. Pencataan

kegagalan penyapihan harus di dokumentasikan dengan baik, untuk menilai adakah faktor

yang dapat kita perbaiki, mencegah pengulangan strategi yang sama. Ada beberapa cara

dalam penyapihan10,11:

1. Protokol penyapihan pada trakeostomi

turunkan uji coba


speaking penyapihan
support dengan
valve dalam dekanulasi
ventilasi masker
assessment semalam
trakeostomy

13
Langkah 1: Menurunkan Support Ventilasi

P S V e n t il a t io n 2 4 ja m /h a r i

T u ru n k an P S 2 c m H 2 /h a r u p e r la h a n +
t itr a s i F i O 2 h i n g g a d i b a w a h 5 0 %

J ik a m e n c a p a i ( P s 8 /5 + F i O 2 < 5 0 )
m u la i u ji m a s k e r t r a k e o s t o m i

U j i m a s k e r tr a k e o s to m i 1 k a l i /h a r i

Selama proses penurunan support ventilasi, mobilisasi merupakan salah satu

cara untuk memaksimalkan kapasitas pasien, meningkatkan keberhasilan penyapihan

dan pemulihan yang lebih baik, baik dengan duduk, berdiri hingga berjalan4.

Langkah 2: Uji Coba Masker Trakeostomi

Pada langkah kedua, kita memulai proses uji coba masker trakeostom setiap

harinya. Dokter memperhatikan kondisi pasien, apakah toleran dalam penggunaannya,

tanda tanda laju pernafasan meningkat, pasien tampak sesak, penggunaan otot

pernafasan yang maksimal. Jika muncul tanda kegagalan ini, pasien kita kembalikan

ke ventilasi mekanik dan menilai apakah pasien mengarah kepada perawatan paliatif

atau tidak.. Target setiap hari terjadi peningkatan toleransi terhadap penggunaan

masker rakeostomi pada pasien7.

14
Langkah 3 Penilaian Trakea

Pada langkah ketiga dimana pasien mampu dalam penggunaan masker trakeostomi.

Langkah selanjutnya adalh menilai plika vokalis pasien, dengan cara cuff leak test. Tes ini

bertujuan untuk melihat apakah trakea atau pita suara pasien adekuat untuk menjaga jalan

nafas, dan tidak terjadi kelumpuhan pada darah trakea7,11.

15
Langkah 4. Penyapihan dalam 24 jam

Setelah penilaian adekuatnya trakea, dan pasien mampu menggunakan masker

trakeostomi dalam 10 – 16 jam. Langkah berikutnya pasien kita sapih selama satu hari penuh,

selama penyapihan monitoring harus kita lakukan, pemeriksaan analisa gas darah, saturasi,

monitoring tanda tanda vital. Jika didapatkan peningkatan PaCO2 dan asidosis respiratorik

pasien dapat dikembalikan ke mekanikal ventilato, dan memulai kembali penyapihan.

16
Langkah 5. Dekanulasi

Langkah ini merupakan langkah terakhir dalam penyapihan pasien dengan ventilator

lama. Dimana jika pada langkah ini pasien gagal segera pertimbangkan pemberian

trakeostomi permanen, namun jika dekanulasi berhasil kita evaluasi pasien apakah

memerlukan non invasif ventilasi hingga kerumah ataupun tidak.

17
sfvwwr

Selama proses penyapihan, semuanya harus tercatat dalam grafik penyapihan agar kita

dapat melihat progress dari prosespenyapuhan ventilator mekanik pasien.

1. Mobilisasi

Tujuan mobilisasi adalah untuk membantu pasien dalam pemulihan fungsi pernafasan

dan meningkatkan kesuksesan penyapihan. Pasien dengan tingkat kesadaran yang turun (GCS

<12, tersedasi, agresif, agitasi), oksigenasi yang buruk (SaO2 <88%, FiO2 >60% PEEP >10),

takipneu, asidosis, hipotensi, emboli vena yang baru harus dipertimbangkan dengan baik.

Pasien perawatan lama di unit intensif, banyak yang berkembang dengan kelemahan otot.

Atrofi otot berhubungan dengan turunnya masa otot, menurunnya kekuatan dan efisiensi,

menyebabkan terjadinya perubahan susunan otot dari tipe IIa (kapasitas aerobic tinggi),

dengan tipe IIb10 .

18
Banyak bukti menunjukan, mobilisasi awal pada pasien lama pengguuan ventilator

mekanik dan psikoterapi meningkatkan keberhasilan penyapihan pasien. Fisioterapi batuk

dan mengeluarkan retensi sekret berperan penting dalam keberhasilan penyapihan pasien.

Kualitas batuk dapat dinilai dengan cough peak expiratory flow rate, dapat juga dilakukan

rekruitmen volum paru atau manual dan bantuan mekanikal saat batuk10.

Kelemahan Otot 1. Mobilisasi pasif dan aktif

2. Terapi rotasi

3. Latihan postur

4. Latihan ekstremitas aktif

5. Ltihan otot perifer

6. Stimulasi neuromuscular

7. Latihan otot respirasi

Teknik batuk 1. Hiperinflasi manual

2. Perkusi dan vibrasi

3. Mekanika in-exsufflation

4. Perkusi ventilasi

Tabel 1 Aktivitas Fisioterapi dan Teknik pada Pasien dengan Mekanikal Ventilasi
Lama

19
Fase 1 Fase 2 Fase 3 Fase 4

Edukasi Penjelasan pentingnya mobilisasi progresif penjelasan


tentang perlahan lahan tentang rencana
pentingnya untuk duduk pulang,
mobilisasi pada dan bergerak fisioterapi
pasien. dari kasur dirumah
bersama
keluarga, dan
program latihan
dirumah
Posisi Hindari ulkus sama dengan
dekubitus fase 1
Latihan Menghadap kiri sama dengan perlahan mampu mandiri
Mobilisasi di atau kanan, fase 1 mengurangi bantuan dalam aktivitas
Kasur duduk saat di atas kasur.
bergeser/menghadap
Transfer Latihan menggunakan perlahan tanpa mampu mandiri
training gerakan dari penyanggah asisten
tidur ke untuk bergeser
duduklalu dari kasur ke
berdiri dengan kursi
bantuan
Latihan Berdiri dengan Memulai Perlahan Mampu
Berjalan penyanggah, sendiri dalam meningkatkan jarak berjalan tanpa
attempt pregait melangkah, dalam melangkah. penyanggah.
activities mengurangi Jika tidak
penggunaan berhasil pasien
penyanggah memulai
latihan
mobilisasi
dengan kursi
roda
Latihan PROM: Passive sama dengan sama dengan fase 1 latihan naik
range of motion fase 1 tangga, latihan
AAROM: kekuatan dan
Active assistive ketahanan
range of motion
AROM: Active
range of motion
Latihan
bernafas
Tabel 2. Langkah langkah edukasi, mobilisasi, dan fisioterapi

2. Nutrisi

Pada pasien yang lama dalam menggunakan ventilator mekanik, resiko

malnutrisi sangat besar. Dimana bisa terjadi masa lemak bebas menurun, body mass

20
index <20, serum albumin rendah. Proses ini dikarenakan tingginya proses kataolik

yang menyebabkan hilangnya masa tubuh, bervariasi antara 5% gagal satu organ dan

25% multiorgan disfungsi. Sehingga manajemen nutrisi pada pasien yang lama

ataupun sulit sapih dari ventilator mekanik sangat penting. Pasien yang memiliki

kadar BMI <25 kg/m berhubungan dengan peningkatan resiko mortalitas12.

Manajemen unutk peningkatan berat badan pasien, dapat dimulai dengan

meningkatkan asupan atau mencegah stimulasi sintesis protein (keseimbangan

anabolisme dan katabolisme). Pada pemberian nutrisi oral, dipertimbangkan jumlah

kalori yang masuk, ukuran, dan suplemen setiap hari. pemberian nutrisi tinggi

karbohidrat lebih baik dibandingkan pemberian suplemen tinggi lemak. Dimana

suplemen tinggi lemk terbukti menyebabkan peningatan dispneu akut. Pemberian

protein dan asma amino esensial juga sangat penting dalam diet pasien. Untuk

memacu sintesis protein (anabolic) dan hormone pertumbuhan. Minyak ikan

(mengandung polyunsaturated fatty acid PUFA) memiliki manfaat dalam

menurunkan respon inflamasi sistemik, rematoid arthritis, dan penyakit inflamasi

usus. Pada pasien terpasang trakeostomi terdapat gangguan dalam menelan baik

dikarenakan kompresi esophagus atau elevasi laring yang tidak adekuat. Sehingga

pemberian diet melalui oral harus dipertimbangkan dengan baik13.

Pada pasien ini saat diruangan intensif, telah dilakukan beberapa upaya

penyapihan. Dilakukan pengurangan support ventilasi mekanik sambil di evaluasi

klinis dan pemeriksaan penunjang pasien. Namun kekurangannya adalah tidak adanya

pencatatan real time dan terukur, sehingga bila terjadi kegagalan penyapihan proses

diulang kembali dari awal.

21
Mobilisasi pada pasien belum maksimal, baik pada saat rehabilitasi medis

maupun saat diruangan. Pada pasien dengan lama perawatan di ruangan intensif,

mobilisasi segera mungkin sangat bermanfaat untuk pasien

22
KESIMPULAN

Pada pasien yang menalami penggunaan ventilator yang lama, dibutuhkan perencaan

yang serius dan melibatkan multi disiplin dalam melakukan penyapihan terhadap pasien.

Keberhasilan penyapihan ventilator lama sangat berhubungan dengan penyakit yang

mendasari, penyakit yang menyertai dan lamanya penggunaan ventilator. Dibutuhkan

berbagai macam spesialis dalam merencanakan penyapihan pada pasien. Masing masing

pasien harus di rencakan secara spesifik dalam proses penyapihan. Termasuk komunikasi,

mobilisasi, nutrisi, minimal sedasi dan manajemen kondisi psikologis pasien

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Clark PA, Inocencio RC, Lettieri CJ. I-TRACH: Validating A Tool for Predicting
Prolonged Mechanical Ventilation. J Intensive Care Med. 2018 Oct;33(10):567–73.

2. Jaillette E, Girault C, Brunin G, Zerimech F, Chiche A, Broucqsault-Dedrie C, et al.


French Intensive Care Society, International congress – Réanimation 2016. Ann
Intensive Care [Internet]. 2016 Jun 17 [cited 2020 Nov 10];6(Suppl 1). Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4912513/

3. Stoelting RK, Hines RL, Marschall KE. Handbook for Stoelting’s anesthesia and co-
existing disease [Internet]. Philadelphia, PA: Elsevier/Saunders; 2013 [cited 2020 Jul 8].
389–391 p. Available from: http://www.clinicalkey.com/dura/browse/bookChapter/3-
s2.0-C20100667757

4. Walls RM, Hockberger RS, Gausche-Hill M, editors. Rosen’s emergency medicine:


concepts and clinical practice. Ninth edition. Philadelphia, PA: Elsevier; 2018. 2 p.

5. Muzaffar SN, Gurjar M, Baronia AK, Azim A, Mishra P, Poddar B, et al. Predictors and
pattern of weaning and long-term outcome of patients with prolonged mechanical
ventilation at an acute intensive care unit in North India. Rev Bras Ter Intensiva.
2017;29(1):23–33.

6. Ghauri SK, Javaeed A, Mustafa KJ, Khan AS. Predictors of prolonged mechanical
ventilation in patients admitted to intensive care units: A systematic review. Int J Health
Sci. 2019;13(6):31–8.

7. Windisch W, Dellweg D, Geiseler J, Westhoff M, Pfeifer M, Suchi S, et al. Prolonged


Weaning from Mechanical Ventilation. Dtsch Ärztebl Int. 2020 Mar;117(12):197–204.

8. Ronald D. Miller, Manuel C. Pardo. Basics of Anesthesia. Elsevier; 2018.

9. Shao D, Straub J, Matrka L. Obesity as a Predictor of Prolonged Mechanical


Ventilation. Otolaryngol Neck Surg. 2020 Oct;163(4):750–4.

24
10. Schreiber AF, Ceriana P, Ambrosino N, Malovini A, Nava S. Physiotherapy and
Weaning From Prolonged Mechanical Ventilation. Respir Care. 2019 Jan;64(1):17–25.

11. Rojek-Jarmuła A, Hombach R, Krzych ŁJ. APACHE II score cannot predict successful
weaning from prolonged mechanical ventilation. Chron Respir Dis. 2017
Aug;14(3):270–5.

12. Allen K, Hoffman L. Enteral Nutrition in the Mechanically Ventilated Patient. Nutr Clin
Pract. 2019 Aug;34(4):540–57.

13. Hsieh M-J, Yang T-M, Tsai Y-H. Nutritional supplementation in patients with chronic
obstructive pulmonary disease. J Formos Med Assoc. 2016 Aug 1;115(8):595–601.

25

Anda mungkin juga menyukai