SEMESTER 6
Oleh :
Pembimbing Moderator
Yogyakarta
2020
1
ABSTRAK
Mekanikal ventilasi melalui pipa endotrakeal ataupun melalui pipa trakea merupakan
prosedur yang sering dilakukan di unit perawatan intensif. Ketika kondisi akut yang melatari
telah membaik, ventilasi mekanik harus segera dihentikan. Namun ketika terjadi penundaan
dalam menghentikan ventilasi mekanik, lebih dari 14 hari disebut long term mechanical
ventilation. Keadaan mekanikal ventilasi yang lama berhubungan dengan komplikasi yang
tinggi, lamanya perawatan, tingginya pembiayaan dan rendahnya angka harapan hidup.
Kami laporkan pasien perempuan usia 70 tahun dengan diagnosis stroke perdarahan
poska operasi kraniotomi evakuasi hematoma, trakeostomi, gagal weaning. Pasien rujukan
dari unit intensif luar, telah dilakukan perawatan selama 16 hari di rumah sakit sebelumnya.
Selama perawatan pasien dikatakan gagal dalam penyapihan mekanikal ventilator sehinga
dirujuk ke fasilitas lebih tinggi RSUP Sardjito
2
ABSTRACT
Mechanical ventilation through the endotracheal tube or through the tracheal tube
is a procedure that is often performed in the intensive care unit. When the acute underlying
conditions have improved, mechanical ventilation should be stopped immediately. However,
when there is a delay in stopping mechanical ventilation, more than 14 days is called long
term mechanical ventilation. Prolonged mechanical ventilation is associated with high
complications, length of stay, high cost and low life expectancy
We report a female patient aged 70 years with a diagnosis of postoperative stroke
haemorrhagic, craniotomy, evacuation of hematoma, tracheostomy, failure of weaning. The
referral patient from the external intensive unit had been treated for 16 days in the previous
hospital. During treatment, the patient is said to have failed mechanical ventilator weaning
so that he is referred to a higher facility at Sardjito Hospital.
The success of weaning ventilator is closely related to the underlying disease,
concomitant disease and duration of ventilator use. It takes a variety of specialists in
planning weaning on patients. Each patient must be specifically planned in the weaning
process. Including communication, mobilization, nutrition, minimal sedation and
management of the patient's psychological condition
3
BAB I
PENDAHULUAN
Mekanikal ventilasi melalui pipa endotrakeal ataupun melalui pipa trakea merupakan
prosedur yang sering dilakukan di unit perawatan intensif. Ketika kondisi akut yang melatari
telah membaik, ventilasi mekanik harus segera dihentikan. Namun ketika terjadi penundaan
dalam menghentikan ventilasi mekanik, lebih dari 14 hari disebut long term mechanical
ventilation. Keadaan mekanikal ventilasi yang lama berhubungan dengan komplikasi yang
tinggi, lamanya perawatan, tingginya pembiayaan dan rendahnya angka harapan hidup1.
2%-5% dari total pasien di unit intensif, dengan 37% beban pembiayaan unit intensif. Dengan
tingginya beban pembiayaan pada pasien yang mengalami mekanikal ventilasi lama
menyebabkan banyaknya rumah sakit yang memindahkan pasien ke rumah sakit lainnya
untuk perawatan lanjut. Pasien yang menggunakan mekanikal ventilasi lama, memiliki
penyapihan. Keadaan ini dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti usia, level emosional,
situasinya2.
Proses penyapihan meliputi 50% dari total waktu ventilasi, proses ini dapat dibagi
dalam tiga grup, berdasarkan angka kecukupan, waktu, dan keberhasilan nafas spontan.
adalah pasien yang gagal tiga kali dalam uji coba nafas spontan atau membutuhkan tujuh hari
penyapihan saat uji coba nafas spontan pertama. Penyapihan yang lama kadang tidak
berhasil, beberapa pasien meninggal, yang lainnya keluar dengan invasive ventilasi seperti
trakeostomi. Di jerman terdapat pusat penyapihan, disana proses penyapihan meliputi multi
4
dispilin ilmu kedokteran, dimana ketika penyapihan tidak berhasil di unit intensif, ventilasi
5
BAB II
LAPORAN KASUS
Kami laporkan pasien perempuan usia 70 tahun dengan diagnosis stroke perdarahan
poska operasi kraniotomi evakuasi hematoma, trakeostomi, gagal weaning. Pasien rujukan
dari unit intensif luar, telah dilakukan perawatan selama 16 hari di rumah sakit sebelumnya.
Selama perawatan pasien dikatakan gagal dalam penyapihan mekanikal ventilator sehinga
dirujuk ke fasilitas lebih tinggi RSUP Sardjito. Dari alloanamnesis didapatkan pasien
sebelumnya mendadak terjatuh dan tidak sadarkan diri, selanjutnya dilakukan operasi
Paska operasi evakuasi hematom, pasien dirawat diruang intensif rumah sakit
sebelumnya. Setelah kesadaran pulih pasien dilakukan proses penyapihan, diikuti dengan
fisioterapi, rawat bersama spesialis paru, dan obat obatan lainnya. Selama perawatan di unit
Pasien dalam kondisi baik, tampak kesakitan ringan, laju pernapasan yang 20-24
x/menit. Saturasi perifer terbaca 99% dengan support mekanikal ventilator mode PSIMV,
peep 5, fiO2 50%, dengan keluaran volume tidal 270-500ml. Nadi arteri radialis teraba
cukup, tekanan darah terukur 145/84 mmHg, suhu afebris dengan VAS 3-4. Laju jantung
pasien berkisar 100-110x/menit, dengan hasil EKG yang menunjukkan sinus takikardi
dengan laju yang bersesuaian. Dari pemeriksaan thorax didapatkan suara dasar vesikuler di
6
kedua lapang paru. Abdomen didapatkan dalam batas normal, hepar lien tidak teraba, dan
Pasien masuk unit intensif RSUP Sardjito tanggal 17 oktober 2020, dengan support
mekanikal ventilator mode PSIMV, peep 5, fiO2 50%, dengan keluaran volume tidal 270-
500ml saturasi perifer 99%. Perawatan H+0 di ICU pasien di evaluasi terlebih dahulu untuk
rontgen thorax, laboratorium, analisa gas darah. Kemudian pasien dimulai proses penyapihan
dari ventilator.
HARI KE 1 3 5 10 11 12 13
TGL 17/10 19/10 21/10 26/10 26/10 27/10 27/10 28/10 29/10
AIRWAY on TT on TT on TT on TT on TT on TT on TT on TT on TT
BREATHING
Mode PSIMV SPT PSIMV SPT SPT SPT T-Piece T-piece T-Piece
FLOW 6 6 6
FiO2 50 40 50 50 50 45
Vt 270-500 300-400 330-450 300-370 360-380 350-380
PEEP 5 5 5 5 5 5
Psupp 15 12 10 10 8 6
RR 15 25 25 24 23 22 28 30 24
SpO2 100 96 99 100 97 100 98 97 99
MV 7.4 8.2 8.5 7.9 7.9
Tabel 1. Lama Perawatan dan Mode Pernafasan
AGD arteri
pH 7.38 7.42 7.29 7.33 7.41 7.45 7.43 7.39
FiO2 50 40 50 50 50
PCO2 57.6 50.3 63.4 53.4 49.7 45.4 45.8 46.5
PO2 184 195 246 193 167.6 119 74 115
SO2 100 100 100 100 99.5 99 95 98
AaDO2 123.4
P/F 340.7
HCO3 34.7 32.9 31.1 28.4 32.2 32.2 30.5 28.4
BE 10 8 5 3 6.9 8 6 4
Lac 1.7 1.96 2.07 1.09 2.34 2.89
7
8
Gambar 1. Rontgen thorax 19 oktober 2020
9
Pasien selama perawatan dilakukan evaluasi setiap hari, menilai kemampuan
pernafasan dan vital sign. Pada H+2 perawatan dilakukan konsultasi untuk memulai
rehabiitasi dan fisioterapi pasien. Setiap hari pasien dilakukan fisioterapi dinding dada,
mobilisasi posisi duduk, perawatan lainnya. Pada ro thorax tanggal 19 oktober tampak
gambaran pneumonia bilateral pada paru pasien, di lakukan pemberian terapi antibiotik. Pada
rontgen thorax evaluasi tanggal 29 oktober, tampak gambaran pneumonia yang membaik.
ventilator dinaikkan kembali. Dengan tanda peningkatan laju pernafasan, penggunaan otot
otot tambahan, dan peningkatan PCO2 apada analisa gas darah. Setelah tampak perbaikan
paska penggunaan ventilator, dilakukan penyapihan ulang dan perlahan terhadap pasien.
Pada pasien ini, setelah dilakukan evaluasi selama lebih dari 24 jam dengan
penggunaan t-piece, dan dinilai tidak ada tanda tanda kegagalan pernafasan dari pasien.
Pasien di putuskan untuk melanjutkan perawatan lanjutan di level dibawah intensif care unit
(ICU).
10
BAB III
PEMBAHASAN
Mekanikal ventilasi melalui pipa endotrakeal ataupun melalui pipa trakea merupakan
prosedur yang sering dilakukan di unit perawatan intensif. Ketika kondisi akut yang melatari
telah membaik, ventilasi mekanik harus segera dihentikan. Namun ketika terjadi penundaan
dalam menghentikan ventilasi mekanik, lebih dari 14 hari disebut long term mechanical
ventilation. Keadaan mekanikal ventilasi yang lama berhubungan dengan komplikasi yang
tinggi, lamanya perawatan, tingginya pembiayaan dan rendahnya angka harapan hidup.
penggunaan ventilator lama adalah ketika pasien membutuhkan ventilasi mekanik lebih dari
Pada keadaan penggunaan ventilator lama, rata rata pasien berusia tua, memiliki
komorbid lain, dan seringnya mempunyai penyakit paru kronis. Diperkirakan terdapat 5%
dari total pasien di unit intensif yang membutuhkan mekanikal ventilator lama. Pada sebuah
penelitian di amerika dalam setahun terdapat 11400 pasien yang membutuhkan penggunaan
ventilator lama, yang menyebabkan beban anggaran sebesar 3,2 miliar dolar amerika.
Pertanyaan kenapa beberapa pasien sukses dalam penyapihan ventilator lama sedangkan
yang lain itdak, menjadi pertanyaan yang sulit dijawab. Beberapa pendapat menganggap, usia
tua dan penyakit paru kronis lebih sulit dalam penyapihan ventilator4.
mendasari, penyakit yang menyertai (diabetes, hipertensi, penyakit paru kronis) dan lamanya
penggunaan ventilator.
11
Penyebab kegagalan penyapihan ventilator sangat banyak, gangguan pada
ventilator. Beberapa penyebab kegagalan pernafasan seperti, gangguan fungsi pertukaran gas,
gangguan dari pusat pernafasan, kerusakan saraf, dan gangguan otot pernafasan. Gangguan
fungsi jantung juga salah satu faktor penyebab lamanya penggunaan ventilator. Pada pasien
yang mengalami penurunan ejeksi fraksi ventrikel kiri, saat dilakukan penyapihan, akan
terjadi keadaan hilangnya tekanan positif dan menimbulkan peningkatan preload ventrikel
kiri, peningkatan tekanan Left Ventricular end diastolic pressure (LVEDP), mengakbatkan
Dalam suatu penelitian tentang penyapihan dan perubahan fungsi jantung, pada pasien
gagal jantung kiri akut. Pasien yang gagal penyapihan, menunjukkan peningkatan tekanan
arteri pulmonalis yang signifikan dalam 10 menit ventilasi spontan pasien. Pasien juga
Terdapat beberapa protokol penyapihan yang dapat kita pertimbangkan pada pasien
yang lama dalam penggunaan mekanikal ventilator. Keberhasilan penyapihan salah satunya
adalah menerapi penyakit yang mendasari pasien dalam penggunaan mekanikal ventilator.
Dibutuhkan berbagai macam spesialis dalam merencanakan penyapihan pada pasien. Pada
pasien yang mengalami penyakit neuromuscular, strategi ekstubasi meliputi penggunaan non-
invasive ventilationpaska ekstubasi. Masing masing pasien harus di rencakan secara spesifik
dalam proses penyapihan. Termasuk komunikasi, mobilisasi, nutrisi, minimal sedasi dan
1. Strategi ventilator
12
Strategi ini diperlukan untuk memperingkat penggunaan dan meningkatkan
progresif, atau memperlama SBT lebih efektif dalam proses penyapihan ventilator pada
pasien dengan penyakit paru kronis lebih dari 15 hari. Penggunaan NIV dapat dilakukan pada
pasien yang terbukti tidak mampu SBT lebih dari 18 jam tertutama pada pasien dengan
penyakit neuromuskular9.
Setiap hari kita harus memiliki target yang akan dicapai dalam perawaan,
kegagalan penyapihan harus di dokumentasikan dengan baik, untuk menilai adakah faktor
yang dapat kita perbaiki, mencegah pengulangan strategi yang sama. Ada beberapa cara
dalam penyapihan10,11:
13
Langkah 1: Menurunkan Support Ventilasi
P S V e n t il a t io n 2 4 ja m /h a r i
T u ru n k an P S 2 c m H 2 /h a r u p e r la h a n +
t itr a s i F i O 2 h i n g g a d i b a w a h 5 0 %
J ik a m e n c a p a i ( P s 8 /5 + F i O 2 < 5 0 )
m u la i u ji m a s k e r t r a k e o s t o m i
U j i m a s k e r tr a k e o s to m i 1 k a l i /h a r i
dan pemulihan yang lebih baik, baik dengan duduk, berdiri hingga berjalan4.
Pada langkah kedua, kita memulai proses uji coba masker trakeostom setiap
tanda tanda laju pernafasan meningkat, pasien tampak sesak, penggunaan otot
pernafasan yang maksimal. Jika muncul tanda kegagalan ini, pasien kita kembalikan
ke ventilasi mekanik dan menilai apakah pasien mengarah kepada perawatan paliatif
atau tidak.. Target setiap hari terjadi peningkatan toleransi terhadap penggunaan
14
Langkah 3 Penilaian Trakea
Pada langkah ketiga dimana pasien mampu dalam penggunaan masker trakeostomi.
Langkah selanjutnya adalh menilai plika vokalis pasien, dengan cara cuff leak test. Tes ini
bertujuan untuk melihat apakah trakea atau pita suara pasien adekuat untuk menjaga jalan
15
Langkah 4. Penyapihan dalam 24 jam
trakeostomi dalam 10 – 16 jam. Langkah berikutnya pasien kita sapih selama satu hari penuh,
selama penyapihan monitoring harus kita lakukan, pemeriksaan analisa gas darah, saturasi,
monitoring tanda tanda vital. Jika didapatkan peningkatan PaCO2 dan asidosis respiratorik
16
Langkah 5. Dekanulasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir dalam penyapihan pasien dengan ventilator
lama. Dimana jika pada langkah ini pasien gagal segera pertimbangkan pemberian
trakeostomi permanen, namun jika dekanulasi berhasil kita evaluasi pasien apakah
17
sfvwwr
Selama proses penyapihan, semuanya harus tercatat dalam grafik penyapihan agar kita
1. Mobilisasi
Tujuan mobilisasi adalah untuk membantu pasien dalam pemulihan fungsi pernafasan
dan meningkatkan kesuksesan penyapihan. Pasien dengan tingkat kesadaran yang turun (GCS
<12, tersedasi, agresif, agitasi), oksigenasi yang buruk (SaO2 <88%, FiO2 >60% PEEP >10),
takipneu, asidosis, hipotensi, emboli vena yang baru harus dipertimbangkan dengan baik.
Pasien perawatan lama di unit intensif, banyak yang berkembang dengan kelemahan otot.
Atrofi otot berhubungan dengan turunnya masa otot, menurunnya kekuatan dan efisiensi,
menyebabkan terjadinya perubahan susunan otot dari tipe IIa (kapasitas aerobic tinggi),
18
Banyak bukti menunjukan, mobilisasi awal pada pasien lama pengguuan ventilator
dan mengeluarkan retensi sekret berperan penting dalam keberhasilan penyapihan pasien.
Kualitas batuk dapat dinilai dengan cough peak expiratory flow rate, dapat juga dilakukan
rekruitmen volum paru atau manual dan bantuan mekanikal saat batuk10.
2. Terapi rotasi
3. Latihan postur
6. Stimulasi neuromuscular
3. Mekanika in-exsufflation
4. Perkusi ventilasi
Tabel 1 Aktivitas Fisioterapi dan Teknik pada Pasien dengan Mekanikal Ventilasi
Lama
19
Fase 1 Fase 2 Fase 3 Fase 4
2. Nutrisi
malnutrisi sangat besar. Dimana bisa terjadi masa lemak bebas menurun, body mass
20
index <20, serum albumin rendah. Proses ini dikarenakan tingginya proses kataolik
yang menyebabkan hilangnya masa tubuh, bervariasi antara 5% gagal satu organ dan
25% multiorgan disfungsi. Sehingga manajemen nutrisi pada pasien yang lama
ataupun sulit sapih dari ventilator mekanik sangat penting. Pasien yang memiliki
kalori yang masuk, ukuran, dan suplemen setiap hari. pemberian nutrisi tinggi
protein dan asma amino esensial juga sangat penting dalam diet pasien. Untuk
usus. Pada pasien terpasang trakeostomi terdapat gangguan dalam menelan baik
dikarenakan kompresi esophagus atau elevasi laring yang tidak adekuat. Sehingga
Pada pasien ini saat diruangan intensif, telah dilakukan beberapa upaya
klinis dan pemeriksaan penunjang pasien. Namun kekurangannya adalah tidak adanya
pencatatan real time dan terukur, sehingga bila terjadi kegagalan penyapihan proses
21
Mobilisasi pada pasien belum maksimal, baik pada saat rehabilitasi medis
maupun saat diruangan. Pada pasien dengan lama perawatan di ruangan intensif,
22
KESIMPULAN
Pada pasien yang menalami penggunaan ventilator yang lama, dibutuhkan perencaan
yang serius dan melibatkan multi disiplin dalam melakukan penyapihan terhadap pasien.
berbagai macam spesialis dalam merencanakan penyapihan pada pasien. Masing masing
pasien harus di rencakan secara spesifik dalam proses penyapihan. Termasuk komunikasi,
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Clark PA, Inocencio RC, Lettieri CJ. I-TRACH: Validating A Tool for Predicting
Prolonged Mechanical Ventilation. J Intensive Care Med. 2018 Oct;33(10):567–73.
3. Stoelting RK, Hines RL, Marschall KE. Handbook for Stoelting’s anesthesia and co-
existing disease [Internet]. Philadelphia, PA: Elsevier/Saunders; 2013 [cited 2020 Jul 8].
389–391 p. Available from: http://www.clinicalkey.com/dura/browse/bookChapter/3-
s2.0-C20100667757
5. Muzaffar SN, Gurjar M, Baronia AK, Azim A, Mishra P, Poddar B, et al. Predictors and
pattern of weaning and long-term outcome of patients with prolonged mechanical
ventilation at an acute intensive care unit in North India. Rev Bras Ter Intensiva.
2017;29(1):23–33.
6. Ghauri SK, Javaeed A, Mustafa KJ, Khan AS. Predictors of prolonged mechanical
ventilation in patients admitted to intensive care units: A systematic review. Int J Health
Sci. 2019;13(6):31–8.
24
10. Schreiber AF, Ceriana P, Ambrosino N, Malovini A, Nava S. Physiotherapy and
Weaning From Prolonged Mechanical Ventilation. Respir Care. 2019 Jan;64(1):17–25.
11. Rojek-Jarmuła A, Hombach R, Krzych ŁJ. APACHE II score cannot predict successful
weaning from prolonged mechanical ventilation. Chron Respir Dis. 2017
Aug;14(3):270–5.
12. Allen K, Hoffman L. Enteral Nutrition in the Mechanically Ventilated Patient. Nutr Clin
Pract. 2019 Aug;34(4):540–57.
13. Hsieh M-J, Yang T-M, Tsai Y-H. Nutritional supplementation in patients with chronic
obstructive pulmonary disease. J Formos Med Assoc. 2016 Aug 1;115(8):595–601.
25