DEFINISI
Insidensi
1 : 300 / kelahiran bayi laki-laki
( Sweet , et.all.; 1974 )
Perlu penanganan
penangananCermat
Tepat
Sehingga Komplikasi di minimalisir
C. ETIOPATOGENESIS
Kausa pasti belum diketahui
multifaktor
Faktor : 1. Genetik sangat berperan
2. Etnik & Geografis
3. Hormonal
4. Pencemaran Lingkungan
E. KLASIFIKASI
Barcat (1973) ANTERIOR 65 % – 70 %
* Glandular
* Coronal
* Anterior Penil
- MIDDLE HYPOSPADIAS
* 10 %
* Middle Penile
- POSTERIOR HYPOSPADIAS
* 20 %
* Posterior Penil
* Penoscrotal
* Perineal
F. TERAPI
Tujuan : - Anatomi
- Fungsi
1. Methode Duplay
- Untuk tipe penil
- Kulit penil / scrotum untuk flap
2. Methode Ombredane
- untuk tipe coronal dan distal penil
Kejadian komplikasi yang paling banyak pada hipospadia tipe penil dan penoscrotal
Fistula urethrocutaneus yang paling banyak 8 kasus (12,69%)
• Kejadian komplikasi baik pada repair hipospadia satu tahap dan dua tahap
yang paling banyak yaitu fistula urethrocutaneus 8 kasus (12,68%).
• Satu tahap 7 kasus (11,11%) dari 21 kasus
• Dua tahap 10 kasus (15,87%) dari 42 kasus
HASIL :
63 Kasus 17 kasus ( 28,98 % ) terjadi komplikasi
17 kasus ( 26,98 % ) KOMPLIKASI
Kejadian komplikasi antara satu tahap& dua tahap peluangnya hampir sama (p>0.05)
Usia : 1 tahun –
1 – 5 tahun 11 kasus (17,46 %)
> 5 tahun 6 kasus (9,52 %)
KESIMPULAN
Repair hipospadia antara satu tahap dengan dua tahap untuk terjadinya komplikasi
tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05).
Kejadian komplikasi pasca repair hipospadia yang paling banyak yaitu fistula
urethrocutaneus(12,69%).
Kepecayaan diri dan pengalaman operator menentukan tentang tahap dan
keberhasilan operasi.
Di sarankan penanganan hipospadia dilakukan dengan operasi satu tahap.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TINDAKAN
URETHROPLASTY
INTRA OPERASI
Resiko tinggi Suhu tubuh dalam Sediakan Irigasi dan pemajana
terhadap perubahan batas normal dan pengukuran suhu permukaan kulit
suhu tubuh b/d stabil setelah pada pasien keudara mungkin
penggunaan dlakukan asuhan dengan elevasi dibutuhkan untuk
obat/zat anerstesi keperawatan suhu operasi menurunkan suhu
selama 1X30 menit,
dengan criteria
hasil. klien akan : Catat elevasi suhu Hipertermia
mempertahankan yang cepat/ malignan harus
suhu tubuh dalam demam tinggi diobati dan dikenali
jangkauan normal menetap dan obati dengan tepat untuk
secara tepat per menghindari
protocol komplikasi yang
serius
PASCA OPERASI
Tidak efektif pola Setelah dlakukan Pertahankan jalan Mencegah obstruksi
nafas b/d tindakan udara klien jalan nafas
neuromuscular, keperawatan 1X30 dengan
ketidakseimbangan menit, polanafas memiringkan
perceptual/kognitif stabil efektif, kepala,
dengan KH, klien hiperekstensi
akan: rahang, aliran
Menetapakn pola udara faringeal
napas yang oral
normal/efektif dan Lakukan latihan Fentilasi dalam yang
bebas dari sianosis gerak sesegera aktif membuka
atau tanda-tanda mungkin pada alveolus,
hipoksia lainnya pasien yang mengeluarkan
reaktif dan sekresi,
lanjutkan pada meningkatkan
periode pasca pengangkutan
operasi oksigen, membuang
gas anestesi
Barlow, Sheilla dan Weller, Barbara F.(1985) Pediatric Nursing. Jakarta : Engish Langue
Book Society
Carpenito, Linda Juall.(2001).Buku saku diagnosa keperawatan,Jakarta :EGC
Drice, Sylvia A dan Wilson, Lorraine M.(1995) Pathofisiologi Konsep Klinis Proses
Penyakit, Jakarta : EGC
Rekso Prodjo, Soelarto.(1995) Ilmu Bedah.Jakarta :FKUI
Suriadi dan Yuliani,Rita.(2001).Askep Pada Anak,edisi 1. Jakarta : Fajar Interpretama
Smelzer, Suzane. (2002). Keperawatan Medikal Bedak,edisi 8.Jakarta : EGC
www.medicastore.ko.org
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TINDAKAN
URETHROPLASTY
DI RUANG DEVISI BEDAH SENTRAL RUMAH SAKIT DOKTER KARIADI
SEMARANG
Disusun oleh :
Bintara Bayu Aji
1.1.20350
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEMARANG
POLITAKNIK KESEHATAN SEMARANG
2005