Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH CORPORATE GOVERNANCE

PERAN DAN TUGAS FIDUCIARY BOD, KOMITE DEWAN,


MODEL DEWAN, DAN SIFAT DEWAN

Nama Kelompok :

Nadhillah Yusrini Zuhri - 11180000250

Nabiilah Aldina - 11190000173

Afifah Ainiyyah - 11190600045

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Jakarta

I. Peranan Board of Directors


Menurut teori agensi, manajemen atau dewan direksi ialah agen bagi stakeholder.
Peran dan fungsi yang dimiliki dewan direksi pada suatu perusahaan sangatlah penting.
Dewan direksi bertugas menjadi penentu kebijakan perusahaan baik dalam jangka panjan
g atau pendek, serta bertanggung jawab atas perkembangan perusahaan. Selain itu, dewa
n direksi menjadi perwakilan perusahaan di dalam atau luar perusahaan. Banyaknya angg
ota menjadikan hubungan bersama pihak dari luar perusahaan membaik, perihal itu mem
buat kinerja perusahaan membaik pula (Rahmawati et al, 2017).

Dewan direksi pada akhirnya bertanggung jawab atas urusan bisnis dan tata kelol
a perusahaan sebagaimana tercantum dalam dokumen peraturannya, termasuk anggaran d
asar, anggaran rumah tangga, dan perjanjian pemegang saham.

Peran dan tanggung jawab dewan direksi adalah:

1. Mewakili pemegang saham dan menciptakan nilai pemegang saham.


2. Menyelaraskan kepentingan manajemen dengan kepentingan pemegang saham s
ekaligus melindungi kepentingan pemangku kepentingan lainnya (pelanggan, kr
editur, pemasok).
3. Menetapkan misi dan tujuan perusahaan.
4. Menetapkan atau menyetujui rencana dan keputusan strategis untuk mencapai tu
juan tersebut.
5. Menunjuk eksekutif senior untuk mengelola perusahaan sesuai dengan strategi, r
encana, kebijakan, dan prosedur yang telah ditetapkan.
6. Mengawasi kinerja perusahaan dengan menetapkan tujuan, menetapkan strategi
jangka pendek dan jangka panjang untuk mencapai tujuan tersebut, dan menilai
kinerja eksekutif senior dalam memenuhi tanggung jawabnya tanpa manajemen
mikro.
7. Menyetujui transaksi bisnis besar dan rencana, keputusan, dan tindakan perusah
aan sesuai dengan anggaran rumah tangga.
8. Mengembangkan dan menyetujui program kompensasi eksekutif, pensiun, imbal
an pasca kerja, dan imbalan jangka panjang lainnya, termasuk kepemilikan saha
m dan opsi saham.
9. Meninjau laporan keuangan, termasuk laporan keuangan tahunan yang telah dia
udit, laporan keuangan yang direview triwulanan, dan pengungkapan keuangan
penting lainnya seperti rilis pendapatan diskusi dan analisis manajemen (MD&
A) dan laporan yang diajukan ke regulator (SEC) atau disebarluaskan kepada pu
blik.
10. Meninjau laporan manajemen mengenai efektivitas pengendalian internal atas p
elaporan keuangan.

II. Kewajiban Fiduciary BOD


Tanggung jawab berdasarkan prinsip fiduciary duties dan duty to skill and care.
Yang dimaksud dengan tugas fiduciary duties dari seorang direksi dalam hal ini adalah
tugas yang terbit secara hukum (by the operation of law) dari suatu hubungan fidusia
antara direksi dan perusahaan yang dipimpinnya, sehingga seorang direksi haruslah
mempunyai kepedulian dan kemampuan (duty of skill and care). Oleh karena
kedudukannya sebagai fidusia maka tanggung jawab direksi menjadi sangat tinggi (high
degree).
Literatur tata kelola perusahaan menyajikan tugas fidusia dewan direksi sebagai
berikut:
1. Duty of Due Care (Kewajiban Kehati-hatian) - menentukan cara direksi harus
melaksanakan tanggung jawabnya. Kegagalan untuk menegakkan ketentuan yang
ditetapkan dapat merupakan pelanggaran terhadap kewajiban fidusia untuk menjaga
direktur yang diharapkan.
2. Kewajiban loyalitas – mengharuskan direksi untuk menahan diri dari mengejar
kepentingan mereka sendiri di atas kepentingan perusahaan. Pelanggaran loyalitas
dapat terjadi meskipun tidak ada konflik kepentingan jika direksi secara sadar
mengabaikan tugasnya terhadap perusahaan dan pemilik saham.
3. Kewajiban Itikad Baik – Ini merupakan kewajiban fidusia direktur yang penting, dan
perilaku atau tindakan apa pun yang tidak bertanggung jawab, ceroboh, tidak
rasional, atau tidak jujur dapat melanggar kewajiban fidusia tersebut.
4. Kewajiban untuk mendorong kesuksesan – direktur harus bertindak dengan itikad
baik dan mempromosikan kesuksesan perusahaan demi kepentingan pemegang
saham dan pemangku kepentingan lainnya. Termasuk: menyetujui penetapan
sasaran, sasaran, dan kebijakan strategis yang mengedepankan nilai abadi pemegang
saham serta melindungi nilai yang ada
5. Kewajiban untuk melakukan uji tuntas, penilaian independen, dan keterampilan -
direktur harus memiliki pengetahuan tentang bisnis dan urusan perusahaan, terus
memperbarui pemahaman mereka tentang aktivitas dan kinerja perusahaan, dan
menggunakan ketekunan yang wajar dan penilaian independen dalam mengambil
keputusan.

III. Peran dan Fungsi Board Governance


Di tengah maraknya implementasi CG di berbagai belahan dunia, kritik yang mun
cul berkaitan dengan perlunya reformasi tentang peran dan fungsi board governance (Ab
dullah, 2006; Geneen, 1984; Kesner et al., 1986; Lorsch, 1989;Levitt, 1998). Argumentas
i yang diberikan oleh para peneliti tersebut adalah karena ketidak mampuan BOD di dala
m melaksanakan tugas dan tanggung jawab utamanya berupa fiduciary roles secara efekti
f. demikian perlu dicermati melalui pemahaman mendasar dan komprehensif terhadap pe
ran dan fungsi terkait keberadaan BOD dalam konteks board governance dalam kerangka
CG.Pemahaman tersebut dibutuhkan untuk mengonfirmasi kritikan yang muncul serta m
emberikan solusi untuk penguatan peranan BOD sebagai bagian dari mekanisme internal
CG.
Peranan BOD di dalam organisasi secara mendasar selalu dikaitkan dengan fungs
i pelaksanaan tugasnya yang dicantumkan secara legal dalam bentuk Anggaran Dasar ( ar
ticles of incorporation ) korporasi dan aturan lainnya di berbagai belahan dunia. Fungsi u
tama board governance secara legal mencakup duty of loyalty dan duty of care dalam me
njalankan tugas dan fungsi utamanya (lihat Ward, 2007). Kedua fungsi tersebut lebih dip
rioritaskan dibanding fungsi fiduciary lainnya dan monitoring dari seperangkat tugas BO
D . Duty of loyalty mengharuskan anggota BOD to act in good faith and refrain from acti
vities that put their own interests ahead of the interests of the company ". Hal ini memper
tegas bahwa tugas BOD yang utama harus bertindak dengan niat baik( good intention ) d
an menahan diri ( refreained ) dari berbagai tindakan yang mendahulukan kepentingan pr
ibadi dihandingkan kepentingan institusi.

IV. Komite Dewan


Komite dewan biasanya berfungsi secara independen satu sama lain, dilengkapi
dengan sumber daya dan wewenang yang memadai, dan dievaluasi oleh dewan direksi.
Komite dewan merupakan bagian dari dewan dan menjalankan fungsi khusus yang
membantu dewan dalam melaksanakan tanggung jawab penasehatan dan
pengawasannya. Perusahaan publik biasanya memiliki komite dewan berikut:

1. Komite Audit
2. Komite Kompensasi
3. Komite Tata Kelola
4. Komite nominasi
5. Komite pengungkapan
6. Panitia tetap atau panitia khusus lainnya

V. Model Dewan

1) Model Dewan Satu Tingkat - terdiri dari direktur dalam (eksekutif) dan direktur luar
(non-eksekutif). Direktur dalam dianggap sebagai manajer pengambilan keputusan
dan direktur luar diasumsikan memiliki kekuasaan dan tugas untuk memantau
keputusan tersebut.
2) Model Dewan Dua Tingkat - Sistem dewan dua tingkat, yang terdiri dari dewan
pengawas dan dewan manajemen, lebih dikenal dengan model dewan Jerman,
menetapkan wewenang dan tanggung jawab yang berbeda untuk anggota setiap
dewan.
3) Model Dewan Modern – struktur dewan modern berdasarkan dua komponen dewan
strategis dan dewan pengawas adalah cabang alami dari reformasi tata kelola
perusahaan yang sedang berkembang.

VI. Sifat Dewan


Di dalam aspek integritas sebagai atribut utama yang harus dimiliki oleh anggota
BOD, terdapat beberapa aspek terkait kualitas personal sebagaimana lazim ditemukan pa
da anggota BOD yang memiliki kaliber tinggi (Tricker, 2009, pp. 266-267). Di antaranny
a adalah intelektualitas (intellect) yang dapat didefinisikan sebagai cara berpikir yang bai
k (a good mind). Karakteristik ini merupakan kombinasi dari tingkat intelektual yang me
madai, kemampuan untuk berpikir pada berbagai tingkatan abstraksi, dan memiliki imaji
nasi untuk dapatmelihat dan memetakan situasi dari berbagai perspektif yang berbeda. K
arakter tersebut bertolak belakang dengan kemampuan seseorang yang hanya mampumel
ihat dan memahami setiap masalah dan fenomena selalu dari satu perspektif yang sama (f
ixed viewpoint). Dengan kata lain, seorang yang intelek memiliki kemampuan untuk me
mandang sesuatu secara imajinatif, berpikiran orisinil, dan mampu bertindak secara kreat
if.
Anggota BOD yang baik juga ditandai dengan karakter yang baik atau lebih dike
nal dengan kekuatan karakter (strength of character). Termasuk dalamkriteria ini adalah
memiliki pemikiran yang independen, objektif, serta imparsial.Sehingga anggota BOD d
alam setiap korporasi harus memiliki kapanilitas untuk bertindak maju sesuai dengan kon
sensus. Sejalan dengan perkembangan dan perubahan lingkungan organisasi, maka anggo
ta BOD perlu memiliki pola pikir ryang kuat (tough minded), tidak cepat menyerah deng
an keadaan dan tangguh, dengan keberanian untuk menentukan pilihan posisi. Kemampu
an untuk berorientasi kepada hasil melalui pendekatan yang seimbang dengan proses unt
ukmencapai hasil tersebut, tidak takut atau menghindari risiko serta tidak mengambil kep
utusan secara tergesa-gesa. Hal lain yang turut mempengaruhi tingkat intelektualitas ang
gota BOD adalah kemampuan mengambil keputusan secara bijaksana dan bukan berdasa
rkan kondisi apa adanya (common sense) serta tidakmemiliki dasar yang jelas dan dapat
dipertanggungjawabkan.
KASUS LAPINDO BRANTAS

Profil PT Lapindo Brantas, Inc PT Lapindo Brantas, Inc adalah suatu perusahaan yang
bergerak di bidang usaha eksplorasi dan produksi migas di Indonesia yang beroperasi melalui
skema Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di blok Brantas, Jawa Timur. PT Lapindo Br
antas, Inc melakukan eksplorasi secara komersil di 2 wilayah kerja (WK) di darat dan 3 WK l
epas pantai dan saat ini total luas WK Blok Brantas secara keseluruhan adalah 3.042km2. PT
Lapindo Brantas, Inc. Adalah perusahaan eksplorasi gas dan minyak yang merupakan joint ve
nture antara PT. Energi Mega Persada Tbk. (50%), PT Medco Energi Tbk. (32%) dan Santos
Australia (18%).

Sementara komposisi jumlah Penyertaan Saham ( Participating Interest ) perusahaan t


erdiri dari Lapindo Brantas Inc. ( Bakrie Group ) sebagai operator sebesar50%, PT Prakarsa
Brantas sebesar 32% dan Minarak Labuan Co. Ltd(MLC) sebesar 18%. Dari kepemilikan seb
elumnya, walaupun perizinan usaha PT Lapindo Brantas, Inc terdaftar berdasarkan hukum ne
gara bagian Delaware di Amerika Serikat, namun saat ini 100% sahamnya dimiliki oleh peng
usaha nasional. PT Energi Mega Persada, Tbk sebagai pemegang saham mayoritas dari PT La
pindo Brantas, Inc adalah anak perusahaan dari Grup Bakrie. Grup Bakrie memiliki 63,53% s
aham, sisanya dimiliki oleh komisaris PT Energi Mega Persada, Tbk, Rennier A.R Latief seb
esar3,11%, Julianto Benhayudi sebesar 2,18%, dan publik sebesar 31,18%. Chief Executive
Officer PT Lapindo Brantas, Inc adalah Nirwan Bakrie,yang merupakan adik kandung dari A
burizal Bakrie.

 Kasus PT Lapindo Brantas, Inc PT Lapindo Brantas, Inc sangat dikenal secara luas balik
dalam maupun luar negeri semenjak peristiwa banjir lumpur panas sidoarjo,atau yang bia
sa dikenal dengan perisitwa Lumpur Lapindo yang terjadi pada 29 Mei 2006. Peristiwa L
umpur Lapindo, adalah peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran PT
Lapindo Brantas di Sumur Banjar Panji 1 (BJP-1) yang terletak di Dusun Balongnongo D
esa Renokenongo, Kecamatan Porong,Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia. Semb
uran lumpur yang berbahaya ini sampai sekarang masih berlanjut dan belum dapat ditutu
p, atau bahkan untuk diberhentikan. Semburan lumpur lapindo ini merupakan suatu perist
iwa yang sangat memilukan dan merugikan banyak pihak. Oleh karena peristiwa ini, men
yebabkan tutup nya tidak kurang dari 10 pabrik, merendam lebih dari 100 hektar lahan pr
oduktif dan pemukiman penduduk yang pada akhirnya memaksa para penduduk setempat
untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman agar tidak terendam lumpur panas tersebut.
Selain itu lumpur panas di Sidoarjo tersebut mengganggu jadwal perjalanan kereta api da
n akses transportasi jalan tol Surabaya-Gempol yang harus ditutup. Semburan atas lumpu
r panas ini mengakibatkan kerugian yang sangat besar hingga tidak dapat diperkirakan at
as kerugian ekonomi dan lingkungannya. Di sisi lain, pengrajin kulit didaerah Tanggulan
gin terpaksa untuk gulung tikar dan mengakibatkan kerugian serta pengangguran yang m
eningkat. Lumpur panas yang tersembur tersebut juga berbahaya bagi kesehatan masyara
kat karena dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan, iritasi kulit dan kanker, meny
ebabkan sel darah merah pecah ( hemolisis ), jantung berdebar ( cardiac aritmia ), dan ga
ngguan ginjal. Ringkasnya,Selain perusakan lingkungan dan gangguan kesehatan, dampa
k sosial banjir lumpur tidak bisa dipandang remeh. Kasus ini tidak menunjukkan perbaik
an kondisi, ketidak pastian penyelesaian, dan tekanan psikis yang bertubi-tubi.

 Penyebab Terjadinya Peristiwa Lumpur Lapindo Pada awalnya, PT Lapindo Brantas Inc
sebagai operator blok brantas telah menunjuk PT Medici Citra Nusa untuk melaksanakan
pekerjaan pemboran eksplorasi Sumur BJP-1. PT Medici Citra Nusa sebagai kontraktor u
tama bertanggung jawab terhadap semua pekerjaan yang terkait dengan eksplorasi sumur
seperti cementing , mudlodging , penyediaan peralatan pemboran,maupun pekerjaan terk
ait lainnya. Pemboran dimulai pada tanggal 8Maret 2006 dan terus berlangsung hingga ta
nggal 29 Mei 2006.Akhirnya, pada tanggal 29 Mei 2006 muncul erupsi lumpur panas ket
ika pemboran Sumur BJP-1 belum selesai. Atas kemunculan erupsi lumpur panas tersebu
t, PT Lapindo Brantas, Inc bersembunyi dibalik gempa tektonik di Yogyakarta yang terja
di pada hari yang sama dimana erupsi lumpur panas tersebut menyembur keluar dari tana
h. Namun atas beberapa ahli yang di datangkan dalam pemeriksaan masalah ini, mereka
mengatakan bahwa tidak ada hubungannya antara gempa tektonik di Yogyakarta dengan
Surabaya. Setelah diselidiki, hal yang menjadi penyebab adanya semburan lumpur panas
tersebut adalah PT Lapindo Brantas, Incsebagai operator dan PT Medici Citra Nusa dian
ggap kurang telit idalam melakukan pengeboran sumur dan terlalu menyepelekan baik ki
nerja maupun dampak yang mungkin dapat diterima atas pengeboran yang dilakukannya.
Kurang teliti dan menyepelekannya pengeboran tersebut dilihat atas ketidak sesuaian ran
cangan pengeboran dengan kenyataan. Awalnya rancangan pengeboran adalah sumur aka
n dibor dengan kedalaman 8500 kaki (2590 meter)untuk bisa mencapai batu gamping. La
lu sumur tersebut dipasang casing yang bervariasi sesuai dengan kedalaman sebelum me
ncapai batu gamping. Casing merupakan suatu pipa baja yang berfungsi untuk mencegah
gugurnya dinding sumur, menutup zona bertekanan abnormal, zona lost dan sebagainya.
Awalnya, PT Lapindo sudah memasang casing 30 inci pada kedalaman 150 kaki,20 inci
pada 1195 kaki, 16 inci pada 2385 kaki dan 13-3/8 inci pada3580 kaki. Namun setelah m
engebor lebih dalam lagi, mereka tidak melanjutkan untuk memasang casing . Mereka be
rencana akan memasang casing lagi setelah mencapai/menyentuh titik batu gamping. Sel
ama pengeboran tersebut, lumpur yang bertekanan tinggi sudah mulai menerobos, namun
PT Lapindo masih bisa mengatasi dengan pompa lumpur dari PT Medici.Dan setelah ked
alam 9297 kaki, akhirnya mata bor menyentuh batu gamping. Kemudian, sumur menemb
us satu zona bertekanan tinggi yang menyebabkan kick , yaitu masuknya fluida formasi t
ersebut ke dalam sumur. ketika bor akan diangkat untuk mengganti rangkaian, tiba-tiba b
or macet sehingga gas tidak bisa keluar dari melalui saluran fire pit dalam rangkaian pipa
bor dan menekan kesamping. Oleh karena itu, gas mencari celah dan keluar melalui perm
ukaan tanah yang merekah di permukaan rawa. Pada akhirnya, bor dipotong dan operasi
pengeboran dihentikan serta perangkap BOP ( Blow Out Proventer ) ditutup. Selanjutnya,
Lapindo di duga memiliki motivasi untuk melakukan biaya penghematan karena kelalaia
n dalam pemasangan casing dan pengeboran vertikal. Pengeboran vertikal jauh lebih men
ghemat biaya, begitu juga dengan tidak dipasangnya casing. Indikasi pengiritan lain juga
terlihat dengan terbatasnya persediaan lumpur sebagai pelumas dan pemberat dalam peng
elolaan tekanan dasar sumur untuk menghindari loss, kick, dan blowout . Atas kasus ini,
Direktur Eksplorasi Lapindo Imam Agustino dan Direktur PT Medici CitraYeni Namawi
ditetapkan menjadi tersangka karena keduanya telah lalai memasang casing sehingga terj
adi under ground blow out yang sulit dikendalikan

 Pelanggaran PT Lapindo Brantas, Inc Terkait Tata Kelola Perusahaan Dalam tata kelola
perusahaan, perusahaan yang mempraktikan tata kelola perusahaan yang baik akan menja
di kunci sukses perusahaan untuk tumbuh menguntungkan dalam jangka panjang, sedang
kan perusahaan yang tidak menerapkan tata kelola perusahaan yang baik dapat memiliki
kegagalan dalam usahanya.

a. Pelanggaran Prinsip-Prinsip OECD Dalam hal tata kelola perusahaan, terdapat prinsi
p-prinsip OECD 2004, yang menjadi acuan masyarakat internasional dalam pengem
bangan corporate governance. Prinsip-Prinsip OECD yang dilanggar oleh PT Lapind
o Brantas, Inc adalah sebagai berikut:

1) Prinsip : Peranan Stake holder dalam Corporate Governance Dalam prinsip ini,
OECD berfokus pada stake holder atau pemangku kepentingan perusahaan (mas
yarakat, pemerintah,karyawan, investor, kreditur, pemasok, dan lain-lain). Prinsi
p ini terdiri atas 6 sub prinsip. PT Lapindo Brantas, Inc melanggar sub prinsip A
dimana perusahaan tidak menghormati peraturan perundang-undangan yang mel
indungi para pemangku kepentingan, dimana dalam hal ini melanggar UU No. 3
2 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan U
U No. 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi. Selain itu, PT Lapindo B
rantas, Inc juga melanggar Sub prinsip D dimana dalam sub prinsip tersebut dise
butkan bahwa stake holder seharusnya memiliki akses atas informasi yang relev
an, cukup, dan dapat diandalkan secara tepat waktu dan teratur. Namun, PT Lapi
ndo Brantas, Inc tidak memberikan akses untuk mengetahui informasi yang rele
van atas kegiatan operasi perusahaan yang tidak berjalan sesuai dengan standar
operasi pengeboran.

2) Prinsip VI: Tanggung Jawab Dewan Komisaris dan Direksi Prinsip yang diuraik
an menjadi enam sub prinsip ini menyatakan bahwa kerangka tata kelola perusa
haan harus memastikan pedoman strategis perusahaan, monitoring yang efektif t
erhadap manajemen oleh dewan, sertaa kuntabilitas dewan terhadap perusahaan
dan pemegang saham.Menurut prinsip ini, tanggung jawab dewan yang utama a
dalah memonitor kinerja manajerial dan mencapai tingkat imbal balik yang mem
adai bagi pemegang saham.Selain itu, tanggung jawab lain yang tidak kalah pent
ing adalah memastikan bahwa perusahaan selalu mematuhi ketentuan peraturan
yang berlaku. Dewan juga harus mencegah timbulnya benturan kepentingan dan
menyeimbangkan berbagai kepentingan di perusahaan.Atas dasar tersebut, PT L
apindo Brantas Inc melakukan pelanggaran pada sub prinsip A dimana dalam su
b prinsipini disebutkan bahwa anggota dewan harus bertindak berdasarkan infor
masi yang jelas, dengan itikad yang baik, berdasarkan due diligence dan kehati-
hatian, serta demi kepentingan perusahaan dan pemegang saham.Berdasarkan su
b prinsip tersebut direksi PT Lapindo Brantas tidak bertindak sesuai dengan sub
prinsip tersebut, dimana terdapat upaya untuk melakukan penghematan yang dili
hat dari tidak dipasangnya casing , pengeboran yang vertikal,dan persediaan lum
pur yang terbatas. Selain itu, PT Lapindo Brantas melanggar sub prinsip C dima
na dewan direksi tidak menetapkan standar etika yang tinggi dan memperhatika
n kepentingan para pemangku kepentingan dengan mengabaikan sejumlah perin
gatan yang diberikan dari PT Medco dan ahli-ahli dalam pengeboran tersebut ya
ng menemukan lapisan lempung bergerak labil, dan apabila ditembus secara vert
ikal sudah diprediksi akan adanya risiko ledakan lumpur panas. Namun, hal ini d
iabaikan oleh PT Lapindo Brantas Inc. Selanjutnya, PT Lapindo Brantas, Inc me
langgar sub prinsip D dimana dewan direksi dan komisaris tidak menjalankan fu
ngsi-fungsi utamanya.Fungsi-Fungsi utama yang dilanggar komisaris adalah kur
angnya memonitor penerapan dan kinerja perusahaan,serta tidak adanya kebijak
an mengenai risiko. Selain itu,komisaris tidak mengawasi kebijakan direksi dala
m menjalankan perseroan. Kemudian, dewan komisaris tidak memonitor dan me
ngelola potensi benturan kepentingan dari manajemen dan tidak mengawasi pros
es keterbukaan dan transparansi.

b. Pelanggaran Tata Kelola Perusahaan Berdasakan KNKG

Berdasarkan Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang d


ikeluarkan oleh KNKG, PT Lapindo Brantas,Inc melanggar asas- asas Good Corpora
te Governance sebagai berikut:

1) Transparansi. PT Lapindo Brantas, Inc dinilai tidak menyediakan informasi yan


g material dan relevan dengan cara yang mudah diaksesdan dipahami oleh pema
ngku kepentingan. Selain itu, perusahaan juga tidak mengambil inisiatif untuk m
engungkapkan hal penting dalam kasus ini yaitu tidak melanjutkan pemasangan
casing saat melakukan pengeboran.

2) Akuntabilitas Dalam hal ini, PT Lapindo Brantas, Inc tidak dapat mempertanggu
ng jawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Dan jelas tidak memperdul
ikan kepentingan bagi para pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. D
ikarenakan tidak adanya akuntabilitas, maka tidak tercipta kinerja yang berkesin
ambungan

3) Responsibilitas. PT Lapindo Brantas, Inc tidak mematuhi peraturan perundang-u


ndangan dan tidak melaksanakan tanggung jawab kepada masyarakat dan lingku
ngan karena tidak berpegang dengan prinsip kehati-hatian dan memastikan kepa
tuhannya terhadap peraturan perundang- undangan.Selain itu, perusahaan juga ti
dak menjalankan tanggung jawab sosial dengan baik.

4) Independensi. PT Lapindo Brantas, Inc tidak dikelola secara independen,terpeng


aruh atas suatu kepentingan tertentu, dan memiliki benturan kepentingan dimana
dapat terlihat adanya kinerja buruk dari perusahaan yang merugikan para pemeg
ang saham

c. Pelanggaran Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan


1) Pelanggaran UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Dalam hal ini,
PT Lapindo Brantas, Inc melanggar pasal- pasal sebagai berikut:
a) Pasal 74 Dalam pasal ini, diatur tentang tanggung jawab sosial dan lingkung
an perusahaan. PT Lapindo Brantas, Inc melanggar pasal ini dikarenakan tid
ak menjalankan Tanggung jawab sosial dan lingkungan dengan baik sehing
ga harus diberikan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yan
g terkait.
b) Pasal 92 Berdasarkan pasal ini, seharusnya PT Lapindo Brantas,Inc menjala
nkan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan
maksud dan tujuan tertentu.Direksi PT Lapindo Brantas, Inc juga seharusny
a menjalankan kepengurusan sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat
dan tidak menyimpang dari aturan demikepentingan pribadi maupun pihak l
ainnya.
c) Pasal 97 Atas kelalaiannya, Direksi PT Lapindo Brantas, Inc melanggar pas
al 97. Direksi dianggap tidak bertanggung jawab atas kepengurusan Persero
an, tidak dilaksanakan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. Dala
m hal ini, Direksi PT Lapindo Brantas, Inc diwajibkan untuk bertanggung ja
wab penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan dikarenakan kelalaiannya
dalam mengerjakan tugas.
d) Pasal 108 Komisaris PT Lapindo Brantas, Inc dinilai kurang melakukan pen
gawasan dan kebijakan pengurusan nya kepada direksi, serta memberikan n
asihat kepada direksi sehingga kasus ini terjadi
2) Pelanggaran Berdasarkan UU No. 8 Tahun1995 Tentang Pasar Modal Dalam pe
raturan di UU PM, PT Lapindo Brantas, Inc melanggar Pasal 15, dimana pelang
garan yang dilakukan pada pasal ini adalah PT Lapindo Brantas, Inc tidak mener
apkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik,tidak melaksanakan tanggung ja
wab sosial perusahaan, tidak menghormati tradisi budaya sekitar lokasi kegiatan
usaha penanaman modal, dan tidak mematuhi ketentuan perundangang-undanga
n.
3) Pelanggaran Berdasarkan UU No. 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bu
mi Undang-undang ini mengatur bahwa minyak dan gas bumi memiliki peranan
penting dalam perekonomian sehingga pengelolaannya harus dapat secara maksi
mal memberikan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, serta memberikan nilai
tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi nasional yang meningkat da
n berkelanjutan. Pada undang-undang ini, PT Lapindo Brantas, Inc melanggar p
asal-pasal sebagai berikut:
a) Pasal 3 PT Lapindo Brantas, Inc tidak memiliki tujuan yang sesuai dalam pe
nyelenggaraan kegiatan usaha migasnya,dimana tidak dapat menjamin efekt
ivitas pelaksanaan dan pengendalian usaha Eksplorasi dan Eksploitasi secar
a berdaya guna, berhasil guna, berdaya saing tinggi, dan berkelanjutan mela
lui mekanisme yang terbuka dan transparan (ayat a). Selain itu, PT Lapindo
Brantas, Inctidak menjamin adanya efisiensi dan efektivitas tersedianya Gas
Bumi untuk kebutuhan dalam megerti karena banyak gas bumi yang seharus
nya dapat diolah menjadi terbuang atas terjadinya peristiwa lumpur lapindo
tersebut (ayat c). Selanjutnya, PT Lapindo Brantas, Inc juga tidak dapat me
njaga kelestarian lingkungan hidup dengan perusakan lingkungan yang sang
at besar.
b) Pasal 40 Dalam pasal ini disebutkan bahwa, Badan Usaha harus menjamin s
tandar dan mutu yang berlaku sesuai dengan ketentuan peraturan perundan
g-undangan yang berlaku serta menerapkan kaidah keteknikan yang baik. P
T Lapindo Brantas, Inc tidak menjamin standar dan mutunya yang berlaku d
engan ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak menerapkan kaid
ah keteknikan yang baik, dimana ia tidak memasang casing , melakukan pen
geboran secara vertikal padahal sudah ada peringatan, dan tidak memiliki lu
mpur berat yang cukup untuk mengatasi masalah apabila terjadi blowout (a
yat 1).Kemudian, PT Lapindo Brantas, Inc juga tidak melakukan pengelolaa
n lingkungan hidup karena tidak adanya upaya pencegahan dan penanggula
ngan pencemaran, serta pemulihan atas kerusakan lingkungan hidup hingga
saat ini (ayat 2 dan 3), dan tidak adanya transparansi dalam melaksanakan k
egiatan (ayat 4). PT Lapindo Brantas, Inc juga tidak bertanggung jawab dala
m mengembangkan lingkungan dan masyarakat setempat(ayat 5).
c) Pasal 42 PT Lapindo Brantas, Inc melanggar pasal ini atas kurangnya penga
wasan pada penerapan kaidah keteknikan yang baik, pengelolaan lingkunga
n hidup, pengembangan lingkungan dan masyarakat setempat,kegiatan-kegi
atan yang menyangkut kepentingan umum.

4) Pelanggaran Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pe


ngelolaan Lingkungan Hidup. Pasal-pasal yang dilanggar oleh PT Lapindo Bran
tas, Inc atas undang-undang ini diantara lain adalah :
a) Pasal 47. PT Lapindo Brantas, Inc tidak melakukan analisis risiko lingkung
an hidup yang meliputi pengkajian risiko, pengelolaan risiko, dan komunika
si risiko atas adanya risiko ledakan lumpur panas yang terjadi dalam pengeb
oran tersebut.
b) Pasal 53. Dalam pelanggaran pasal ini, PT Lapindo Brantas, Inctidak melak
ukan penanggulangan hingga saat ini atas peristiwa lumpur lapindo tersebut.
c) Pasal 54. Belum adanya pemulihan fungsi lingkungan hidup seperti pember
hentian sumber pencemaran dan pembersihan unsur pencemar yang dilakuk
an oleh PT Lapindo Brantas hingga saat ini.
d) Pasal 68. PT Lapindo Brantas, Inc melanggar pasal ini atas tidak menjaga k
eberlangsungan fungsi hidup. Pelanggaran Berdasarkan Peraturan Bapepa
m-LK IX.I.6.
Dalam kasus ini, Anggota Direksi tidak mengungkapkan fakta yang material,
dimana hal ini menyesatkan mengenai keadaan PT Lapindo Brantas, Inc yang sebenar
nya. Perusahaan tidak mengungkapkan sistem kinerjanya yang tidak menggunakan ca
sing dengan motivasi menghemat biayadan berusaha menutupi adanya kelalaian deng
an bersembunyi di balik gempa yang terjadi di Yogyakarta pada hari yang sama. Seha
rusnya, pihak direksi PTLapindo Brantas, Inc melakukan ganti rugi baik secara sendir
i- sendiri maupun secara tanggung renteng atas kerugian yang menimpa pihak lain.

DAFTAR PUSTAKA

Averio T. (2022) Board of Directors, Board of Commissioners, Independent Commissioners,


Audit Committee, and Profitability: An Empirical Study.
https://journal.widyadharma.ac.id/index.php/mabis/article/view/1636/1784
Anni Safitri A., Intani R., Dewi S. (2019) TATA KELOLA DAN ETIKA BISNIS
PENERAPAN GOVERNANCE DI INDONESIA DAN GOVERNANCE & PERAN BOARD
OF DIRECTORS.
https://id.scribd.com/document/435551090/Makalah-Kelompok-4-Penerapan-Governance-
Di-Indonesia-Governance-Dan-Peran-BOD

Raffles, SH,. M.H. (2022) EKSISTENSI DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI MENURUT
UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS.
https://online-journal.unja.ac.id/jimih/article/view/367/6922

Anda mungkin juga menyukai