KATEGORI DESKRIPSI
Mengingat Menyajikan fakta dari ingatan (mengenai fakta
(Remember) penting/recognizing; memanggil/recalling/retrieving)
Memaknai materi yang dipelajari dengan kata kata/kalimat sendiri
(interpretasi/interpreting, memberi contoh/illustrating,
mengkalsifikasi/classifying/categorizing,
Memahami
meringkas/summarizing/abstracting,
(Understand)
menyimpulkan/concluding/ektrapolating/interpolating,
predicting, membandingkan/comparing/contrasting/mapping/mat
ching, menjelaskan/constructing model e.g. cause-effect)
Melaksanakan (executing), menggunakan prosedur
Menerapkan
(implementing) untuk suatu situasi baru (melakukan,
(Apply)
menerapkan)
Mengelompokkan informasi/fenomena dalam bagian
bagian penting (differentiating/discriminating/focusing/selecting),
menentukan keterkaitan antar komponen
Menganalisis
(organizing/finding
(Analyze)
coherence/integrating/outlining/structuring),
menemukan pikiran pokok/bias/nilai penulis
(attributing/deconstructing)
Menentukan apakah kesimpulan sesuai dengan
Mengevaluasi uraian/fakta (checking/coordinating/detecting/monitoring/testing),
(Evaluate) menilai metode mana yang paling sesuai untuk
menyelesaikan masalah (critiquing/judging)
Mengembangkan hipotesis (generating), merencanakan
Mencipta
penelitian (planning/designing), mengembangkan
(Create)
produk baru (producing/constructing)
Berdasarkan tingkat berpikir yang tercantum dalam tabel tersebut, ada kemampuan
berpikir yang lebih tinggi (higher order thinking skills = HOTS) yang harus dikuasai oleh
peserta didik yaitu kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Oleh
sebab itu, dalam pembelajaran Anda dianjurkan untuk mendorong peserta didik memiliki
kemampuan tersebut dengan menyajikan pembelajaran yang variatif serta pemberian materi
yang “tidak biasa” .
2. Pengembangan penilaian
3. Evaluasi pembelajaran
Contoh kegiatan pembelajaran untuk mendorong peserta didik memiliki
keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) mata pelajaran bahasa Indonesia
Rujukan
TAGS
PENDIDIKAN
Model-Model Pembelajaran HOTS (High Order Thinking Skill)_ Pengembangan
pembelajaran berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking
Skill (HOTS) merupakan program yang dikembangkan sebagai upaya Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK)
dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran dan meningkatkan kualitas lulusan.
Program ini dikembangkan mengikuti arah kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
yang pada tahun 2018 telah terintegrasi Penguatan Pendidikan Karakter dan pembelajaran
berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi atau Higher Order Thinking Skill
(HOTS).
Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dalam bahasa umum dikenal sebagai Higher
Order Thinking Skill (HOTS) dipicu oleh empat kondisi.
a. Sebuah situasi belajar tertentu yang memerlukan strategi pembelajaran yang spesifik dan tidak
dapat digunakan di situasi belajar lainnya.
b. Kecerdasan yang tidak lagi dipandang sebagai kemampuan yang tidak dapat diubah, melainkan
kesatuan pengetahuan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terdiri dari lingkungan belajar,
strategi dan kesadaran dalam belajar.
c. Pemahaman pandangan yang telah bergeser dari unidimensi, linier, hirarki atau spiral menuju
pemahaman pandangan ke multidimensi dan interaktif.
d. Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang lebih spesifik seperti penalaran, kemampuan analisis,
pemecahan masalah, dan keterampilan berpikir kritis dan kreatif.
Menurut beberapa ahli, definisi keterampilan berpikir tingkat tinggi salah satunya dari Resnick
(1987) adalah proses berpikir kompleks dalam menguraikan materi, membuat kesimpulan,
membangun representasi, menganalisis, dan membangun hubungan dengan melibatkan aktivitas
mental yang paling dasar. Keterampilan ini juga digunakan untuk menggarisbawahi berbagai
proses tingkat tinggi menurut jenjang taksonomi Bloom.
Menurut Bloom, keterampilan dibagi menjadi dua bagian. Pertama adalah keterampilan tingkat
rendah yang penting dalam proses pembelajaran, yaitu mengingat (remembering), memahami
(understanding), dan menerapkan (applying), dan kedua adalah yang diklasifikasikan ke dalam
keterampilan berpikir tingkat tinggi berupa keterampilan menganalisis (analysing), mengevaluasi
(evaluating), dan mencipta (creating).
`
Model-Model Pembelajaran HOTS (High Order Thinking
Skill)
Implementasi Kurikulum 2013 menurut Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar
Proses menggunakan 3 (tiga) model pembelajaran yang diharapkan dapat membentuk perilaku
saintifik, sosial serta mengembangkan rasa keingintahuan. Ketiga model tersebut adalah
Selain 3 model yang tercantum dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016, guru juga
diperbolehkan mengembangkan pembelajaran di kelas dengan menggunakan model pembelajaran
yang lain, seperti Cooperative Learning yang mempunyai berbagai metode seperti: Jigsaw,
Numbered Head Together (NHT), Make a Match, Think-Pair-Share (TPS), Example notExample,
Picture and Picture, dan lainnya.
Tujuan PBL adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsep- konsep pada
permasalahan baru/nyata, pengintegrasian konsep Higher Order Thinking Skills (HOT’s),
keinginan dalam belajar, mengarahkan belajar diri sendiri dan keterampilan (Norman and
Schmidt).
Karakteristik yang tercakup dalam PBL menurut Tan (dalam Amir, 2009) antara lain:
1. masalah digunakan sebagai awal pembelajaran;
2. biasanya masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan
secara mengambang (ill-structured);
6. memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja,
dan
Pada PBL guru berperan sebagai guide on the side daripada sage on the stage. Hal ini
menegaskan pentingnya bantuan belajar pada tahap awal pembelajaran. Peserta didik
mengidentifikasi apa yang mereka ketahui maupun yang belum berdasarkan informasi
dari buku teks atau sumber informasi lainnya. Sintak model Problem-based Learning
menurut Arends (2012) sebagai berikut:
e. Mendorong peserta didik mempelajari materi dan konsep baru ketika memecahkan
masalah;
f. Mengembangkan kemampuan sosial dan keterampilan berkomunikasi yang
memungkinkan mereka belajar dan bekerja dalam tim;
i. Memotivasi pembelajaran;
a. Topik/ materi yang dipelajari peserta didik merupakan topik yang bersifat kontekstual
dan mudah didesain menjadi sebuah proyek/ karya yang menarik
b. Peserta didik tidak digiring untuk menghasilkan satu proyek saja, (satu peserta didik
menghasilkan satu proyek)
e. Bahan, alat, dan media yang dibutuhkan untuk membuat proyek diusahakan tersedia
di lingkungan sekitar dan diarahkan memanfaatkan bahan bekas/ sampah yang tidak
terpakai agar menjadi bernilai guna