Anda di halaman 1dari 3

Semoga Aku

Oleh Nayfa Matsna. Tengah Malam, 19 Oktober 2023

Bukan karena karya-karya Nadin Amizah yang memikat


dan telah ku simpan dalam-dalam di hati, namun yang kali ini
sungguh aku yang harus kau kenal lebih dalam.
Aku rasa, aku ialah manusia yang paling sulit untuk dicintai,
begitu juga mencintai.
Aku tumbuh dengan cinta yang penuh,
Namun sepenuhnya cinta yang datang layaknya air meluber di
kolam hijau, aku tetap aku yang belum pantas menerima cinta
yang utuh.
Aku ialah wadah yang teramat kecil bila dibandingkan kolam
renang di rumahmu.
Aku ialah sebuah rumah yang teramat sempit bak segelas kecil
sekali teguk.

Kabarnya, semua manusia yang hadir di hidupku penuh


kasih mencintaiku dan banyak juga bunga yang telah tumbuh
di tangan mereka karena aku.
Tapi sebelum aku layu di tanganmu, jauh-jauh hari sudah ku
pastikan aku mengatakan di hati yang terdalam,
“Kalau cintamu sebesar ini, aku membalasnya akan
bagaimana?”.
“Kalau cintamu seluas air di samudra dan aku ialah bara api
yang membakar hutan sepuluh hektar, yang tak kan meredup,
mau kah kamu tetap memadamkan api yang ku buat atas
tanganku sendiri?”.

Sebesar-besarnya cinta yang telah mereka beri, aku


menganggapnya karena dunia sedang baik saja. Selanjutnya
akan hilang dan meredup di hati yang baru saja penuh hari ini.
Yang semula hatinya sebesar dunia dan nyala di antara ribuan
bintang lainnya—yang juga terang—di angkasa, kini berubah
menjadi redup dan (jika ada papan peringkat hati mana yang
paling terang) ku pastikan redupku berperingkat nomor satu
dari bawah.
Selanjutnya dunia akan menyakiti oleh mereka yang ku rasa
telah mencintaiku tadi pagi.

Kalau kau butuh validasi atas seberapa hatiku ini tak


mampu menampung rasa cinta yang utuh, maka pertanyaan
dari ibuku yang satu ini, semoga dapat kau percaya atas narasi
jelek nan bodohku malam ini.
Di hari yang cukup membuat tetangga terusik atas kicauan
kami berdua—yang berakhir berdamai satu sama lain—untuk
mereda semua keras dan semua-mua yang menjadikanku tak
merasa dicintai, ibu berkata dengan seluk-beluknya yang
memikirkan anakku yang satu ini sedang mengapa dan kenapa.
“Kamu sebenarnya merasakan sayang dari Ibu tidak, Nduk?”
Satu pertanyaan telah tumbuh dan ku pelihara sampai hari ini,
“Aku bisa merasa dicintai, tidak?”
Aku merasa dicintai bila kau menatapku mendalam.
Aku merasa dicintai bila kegilaanku hari ini dapat membuatmu
tersenyum rapat karena telah mendengar nyerocosnya mulutku
yang selalu bangga akan gilanya aku hari ini.
Aku merasa dicintai bila secangkir teh buatanku, kau hirup
dan teguk dengan nikmat sambil tersenyum manis di
hadapanku.
Aku merasa dicintai dengan sungguh bila kau tak lagi
mengizinkan aku meminum obat terlarang lagi di pagi dan
tengah malam.
Aku merasa dicintai dengan utuh bila kau tak menguras air
mataku lagi yang hanya tersedia untuk hari ini.
Aku merasa dicintai sebesar dunia bila tangan kotorku tak lagi
menjadi sebuah ejekan di kepalamu.
Aku merasa dicintai seutuh bulan purnama di penghujung
malam gelap gulita bila sakitku telah lumrah dan melunak di
hatimu.

Semoga aku, yang kau cintai dengan sungguh.


Semoga aku, yang kau terima dengan utuh.

Merayakan takdir Tuhan, sehari utuh 19 Oktober 2023.

Anda mungkin juga menyukai