Anda di halaman 1dari 10

PERAN GEREJA DALAM MENINGKATKAN EKONOMI UMAT (Tinjauan Kritis atas

Program Pastoral Tahun Ekonomi Berkelanjutan Kesukupan Ruteng)

I. PENDAHULUAN
Arus globalisasi yang tengah merasuki peradaban dunia memicu berbagai dampak yang
sangat signifikan dalam pelbagai bidang kehidupan masyarakat. Salah satu di antaranya
adalah perubahan dan perkembangan dalam bidang ekonomi. Sekarang ini, sistem
perekonomian global yang kian santer diterapkan dan menjadi sebuah kekuatan yang
dominan adalah sistem ekonomi pasar bebas atau neoliberalisme. Neoliberalisme merupakan
paham yang memperjuangkan hak-hak dan pemikiran individu. Paham ini menggunakan
logika pasar sebagai basis utama dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menolak
campur tangan Negara atas pasar..1 Aktor utama dalam sistem ekonomi tersebut adalah para
pemilik modal atau kaum kapitais. Karena itu sistem neolibralisme disebut juga dengan
sistem neo-kapitalis.
Pada galibnya, sistem ekonomi neoliberalisme yang diterapkan selama ini bersifat
ambivalen. Pada satu sisi sistem tersebut menampkan pengaruh yang positif dan pada sisi lain
menampkan pengaruh yang negatif khususnya bagi perkembangan dan pertumbuhan
ekonomi masyarakat khususnya dalam pembagian kerja dan pembagian pendapatan global. 2
Efek negatif yang ditimbulkan sistem ekonomi neoliberal telah menjadi sebuah patologi
sosial dalam percaturan dunia. Ada beberapa patologi sosial yang disebabkan oleh efek
negatif dari globalisasi sistem perekonomian tersebut. Partama, kesenjangan ekonomi antara
penduduk yang kaya dan yang miskin. Studi yang dilakukan Johannes Muller sebagaimana
yang dikutip Mathias Daven memperlihatkan bahwa di era globalisasi ini jurang antara
penduduk yang kaya dan yang miskun semakin lebar di mana 20% orang kaya menikmati
82,7% pendapatan dunia sedangkan 20% warga miskin hanya menikamti 1,4% pendapatan
dunia secara keseluruhan.3 Pertanyaan mendasarnya adalah siapakah yang termasuk dalam
kelompok kaya dan siapakah yang termasuk dalam kelompok miskin? Kelompok kaya adalah
mereka yang menjadi aktor utama dalam menggerakan sistem ekonomi tersebut yakni
segelintir para pemilik modal atau kaum kapitalis sedangkan kelompok miskin adalah
mayoritas masyarakat kelas rendah.

1
Etty Soesilowati, “Neoliberalisme: antara Mitos dan Harapan”. Jurnal Jejak Semarang. Volume 2. Nomor 2.
September 2009. Hlm. 128-129.
2
Dr. Mathias Daven, “Gereja sebagai Global Player dan Solidaritas Global dengan Kaum Miskin” dalam Dr.
Max Regus dan Dr. Fidelis Den (ed.), Lakukan Semua dalam Kasih: Kenangan Tahbisan Uskup Mgr. Siprianus
Hormat Uskup Keuskupan Ruteng (Jakarta: Obor, 2020), hlm. 127.
3
Ibid.
Dengan modal yang dimiliki, para pemilik modal mampu menguasi dan mengatur sistem
perekonomian masyarakat kelas rendah. Praktik ini menyebabkan kekayaan tidak menetas ke
bawah (trickle down) yakni kepada masyarakat kecil tetapi menetas ke atas (trickle up) yakni
kepada para pemiliki modal atau kaum kapitalis.4 Dengan demikian mayoritas masyarakat
miskin akan menjadi semakin miskin dan minoritas pemilik modal akan menajdi semakin
kaya.
Kedua, menjamurnya perusahaan-perushaan industri pertambangan di negara-negara
berkembang. Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang sangat menjanjikan.
Industri ini mampu meraup keuntungan yang sangat besar dari segi produktifitas
pengahasilannya sebab pengelolaannya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dengan
adanya globalisasi sitem perekonomian yakni sistem ekonomi pasar bebas, perusahaan-
perusahaan nasional maupun transnasional yang bergerak dalam sektor industri pertambangan
menggunakan kesempatan ini untuk menginvestasikan modalnya guna mengeksploitasi
sumber kekayaan alam yang berada di negara-negara berkembang. Pengeksploitasian sumber
kekayaan alam ini sudah barang tentu mengakibatkan problem lanjutan pada negara yang
bersangkutan. Tujuan utama dari industri tersebut adalah meraup keuntungan yang sebesar-
besarnya dengan mencaplok dan mengeksploitasi kekayaan alam yang dimiliki negara dan
masyarakat. Ada beberapa permasalahan yang muncul akibat dari pengeksploitasian
kekayaan alam oleh perusahaan-perusahaan pertambangan di antaranya adalah degradasi
lingkungan hidup di mana terjadi pencemaran air dan tanah serta hilangnya sumber mata
pencaharian masyarakat kecil akibat adanya pencaplokan lahan oleh perusahaan-perusahaan
transnasional.5
Ketiga, kasus korupsi. Masalah pelik yang seringkali dihadapi oleh banyak negara adalah
masalah atau kasus korupsi. Gallup World dan The Global Competitivieness Report (GCR)
pada tahun 2013 membuat sebuah studi riset tentang index kasus korupsi di Indonesia. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa 91% kasus korupsi yang terjadi di Indonesia dilakukan
oleh para pebisnis atau pemilik modal yang beralinasi dengan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Bentuk korupsi ini disebut dengan patron-client. Dalam kasus ini
pemerintah bertindak sebagai patron yang melindungi kepentingan para pemilik
modal/perusahaan-perusahaan nasional maupun transnasional sebagai client-nya.6

4
Alex Jebadu, Bahtera Terancam karam (Maumere: Penerbit Ledalero, 2018), hlm. 22-23.
5
Ibid., hlm. 80.
6
Ibid., hlm. 56.
Globalisasi ekonomi dalam bentuk yang paling mutakhir sebagimana yang tercermin
dalam sistem ekonomi pasar bebas atau neoliberalisme telah merasuki sendi-sendi kehidupan
masyarakat baik dalam skala global, nasional dan lokal. Dalam skala lokal khususnya dalam
lingkup Keuskupan Ruteng, sistem ekonomi pasar bebas atau neoliberalisme tersebut telah
menyebabkan pelbagai persoalan dan pergolakan ekonomi dalam kehidupan umat. Dalam
tulisan ini, kelompok menemukan ada empat persoalan ekonomi mendasar dengan sebab-
sebab kuncinya yang melingkupi umat keuskupan Ruteng, di antaranya adalah masalah
kemiskinan, pencaplokan dan pengerusakan lahan pertanian masyarakat desa oleh sejumlah
industri estrkatif yang beroperasi di wilayah tiga Manggarai, sentra pariwisata neo-
kapitalistik yang mengancam eksistensi dan identitas masyarakat lokal, pola dan praktik
pertanian kimia anorganik yang merusak manusia dan lingkungan.
Pada tanggal 9-12 Januari 2023, Gereja Keuskupuan Ruteng melalui para agen pastoral
(uskup, para imam, biarawan/biarawati, utusan DPP setiap paroki dan wakil pemerintah dari
3 Kabupaten Manggarai Raya) mengadakan sidang pastoral post natal. Para agen pastoral
dalam sidang tersebut membahas tema program pastoral di tahun 2023. Tema yang
dicanangkan oleh para agen pastoral Keuskupuan Ruteng adalah Tahun Ekonomi
Berkelanjutan yang berdaya Adil, Sejahtera dan Ekologis (SAE). Tema ini lahir dari sebuah
realitas dan konteks permsalahan yang terjadi di Keuskupan Ruteng baik dari segi sosio-
demografis, sosio budaya, sosio-politik dan sosio-ekonomi masyarakat Manggarai. 7
Berangkat dari realitas dan konteks permasalahan ini, Gereja Keuskupan Ruteng melalui
agen pastoralnya mencoba untuk menjalankan perannya dalam merancang berbagai program
pastoral praktis yang akan diimplentasikan dalam reksa pastoral di tengah umat. Program
pastoral ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian umat. Dalam tulisan ini, penulis
mencoba untuk menelisik prinsip-prinsip etis pengelolaan ekonomi yang mesti dijalankan
oleh Gereja, melihat realitas konkret permasalahan ekonomi yang dihadapi para umat dengan
sebab-sebab kuncinya dan membuat tinjauan kritis atas pelbagai program yang akan
diimplentasikan oleh Gereja Keuskupan Ruteng di tahun ekonomi berkelanjutan.

7
Hasil rekomendasi pertemuan post natal tahun 2023 yang berlangsung di Wae Lengkas pada tanggal 9-12
Januari 2023.
II. Peran Gereja KR dalam meningkatkan perekonomian Masyarakat melalui Program Tahun
Ekonomi Berkelanjutan
2.1 Dasar Biblis-Teologis Diakonia Gereja

Pelayanan atau diakonia merupakan salah satu wujud konkret dari tugas Gereja dalam
percaturan dunia. Tugas pelayanan tersebut menjangkau seluruh aspek dalam kehidupan
bersama baik itu aspek sosial, politik, ekonomi dan budaya. 8 Tugas pelayanan Gereja yang
menjangkau semua aspek kehidupan bersama ini tentunya didasarkan pada Kitab Suci itu
sendiri. Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, tugas pelayanan Gereja tidak digambarkan secara
eksplisit. Umat Israel sendiri tidak mengenal pelayanan dalam artian mengutus para pewarta
untuk bersaksi tentang Allah. Namun hakikat pelayanan dalam perjanjian lama mesti
dipahami dalam gagasan tentang “pilihan”. Allah memilih bangsa Isreal demi sutau tugas
pelayanan. Karena itu dalam gagasan pilihan termanifestasi suatu dinamika tugas pelayanan.
Sebagaimana yang disampaikan Allah kepada Abraham: “Olehmu semua kaum di muka bumi
akan mendapat berkat” (Kej 12:3).9

Di samping itu juga, hakikat pelayanan dalam perjanjian lama dapat dipahami dalam
seruan profetis yang dilakukan oleh para nabi. Seruan profetis yang diserukan para nabi
merupakan sebuah kritikan atas ketidakadilan dan diskriminasi yang dilakukan oleh para
penguasa terhadap masyarakat kecil. Sebagaimana yang dilakukan Nabi Yesaya dalam
mengeritik pemimpin yang korup: “barang rampasan dari orang yang tertindas tertumpuk di
dalam rumahmu” (Yes. 3:14). Atau yang disampaikan oleh nabi Mikha tentang para
pemimpin agama: “Para imam memberi pengajaran karena bayaran” (Mi. 3:11). 10 Gereja
sebagai entitas moral juga melakukan seruan profetis sebagai bagian dari tugas pelayanannya.
Seruan profetis itu ditujukan kepada sistem yang tidak adil dan menindas.

Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru hakikat pelayan itu semakin diperluas. Hal ini
dikarenakan, semua tema dalam Kitab Suci Perjanjian Baru berbicara secera sepenuhnya
tentang karya pelayanan. Karya pelayanan dalam Kitab Suci Perjanjian Baru dirintis dan
dimulai oleh Yesus sendiri. Yesus memulai karya pelayanan-Nya di wilayah Galilea. Galilea
merupakan arena istimewa dari pelayanan publik Yesus. Di Galilea Yesus menjalankan karya
pelayanan-Nya baik melalui perkataan (kotbah dan pengajaran) maupun perbuatan
8
Dokumen Konsili Vatikan II, Ad Gentes, Dekrit tentang Kegiatan Misioner Gereja (Jakarta: Departemen
Dokumentasi dan Penerangan KWI, 1992), hlm. 17.
9
GeorgKirchberger, Allah Menggugat (Maumere: Penerbit Ledalero, 2020), hlm. 656.
10
Panitia Sinode III Keuskupan Ruteng, Dokumen Sinode III 2013-2015 Keuskupan Ruteng (Yogyakarta:
asdaMedia, 2016).
(mukjizat). “Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea” (Luk 4:14). 11Karya pelayanan
yang dilakukan Yesus menjangkau semua aspek kehidupan masyarakat. Tujuan dari karya
pelayan Yesus adalah mewartakan keselamatan Allah yang datang dari-Nya. Selain itu, misi
dari karya pelayanan Yesus adalah memihak mereka yang lemah dan terpinggirkan. Dalam
kotbah di bukit, Yesus memberi harapan baru bagi masa depan kaum miskin (Luk. 6:20).
Demi mewujudkan misi pelayanan ini, Yesus melanjutkan dan meradikalisasi tradisiprofetis
dari para nabi dalam Perjanjian Lama. Yesus mengeritik kekuasaan yang menindas
sebagaimana yang dipraktekkan oleh para pemimpin Yahudi (Mrk. 10:42). 12 Karya
pelayanan Yesus ini kemudian dilanjutkan oleh para rasul dan jemaat perdana. Pada awalnya
setelah peristiwa kebangkitan, karya pelayanan para rasul dan jemaat perdana hanya terbatas
pada bangsa Israel. Namun setelah peristiwa pentakosta (Kis 2:2-4), para rasul dan jemaat
perdana mulai memberanikan diri untuk melaksanakan karya pelayananya kepada segala
bangsa sampai ke ujung bumi.

2.2 Prinsip-Prinsip Etis Pengelolaan Ekonomi (EULOGIUS)


2.3 Realitas dan Konteks Perekonomian Umat Keuskupan Ruteng
Keuskupan Ruteng mencakup tiga wilayah besar yakni Kabupaten Manggarai
Timur, Manggarai dan Manggarai Barat. Secara umum, tingkat pertumbuhan ekonomi dari
ketiga kabupaten tersebut mengalami peningkatan. Data menunjukkan bahwa laju
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Manggarai pada tahun 2021 mengalami peningkatan
sebesar 0,92%. Peningkatan pertumbuhan ini disebabkan karena adanya penurunan angka
kasus Covid-19 dan perkembangan pelbagi sektor kunci ekonomi masyarakat seperti sektor
pertanian, perkebunan dan perikanan.13 Sementara itu, di Kabupaten Manggarai Timur pada
tahun 2021 tingkat pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan sebesar 0,87% dari tahun
2020.14 Hal yang sama juga terjadi di Kabupaten Manggarai Barat, pertumbuhan ekonomi
pada tahun 2021 mengalami peningkatan sebesar 0,89% dari tahun 2020.15
Secara ekonomis, masyarakat Manggarai merupakan masyarakat agraris. Hampir
80% masyarakat berprofesi sebagai petani dan menggantungkan hidup mereka pada alam dan
hasil alam. Sebagaimana masyarakat agraris lainnya, masyarakat Manggarai memahami alam

11
Ito Dhogo, “Lukas dan Kisah Para Rasul”, Manuskrip (Maumere: IFTK Ledalero 2022), hlm. 7.
12
Panitia Sinode III Keuskupan Ruteng,op.cit., hlm. 183.
13
Badan Pusat Statistik Kabupaten Manggarai, Indikator Ekonomi Kabupaten Manggarai 2022 (Ruteng:
Percetakan Kembang Indah, 2022), hlm. 12.
14
www-viktorynews-id.cdn.ampproject.org diakses pada tanggal 16 Februari 2023.
15
Infopublik.id diakses pada tanggal 16 Februari 2023.
sebagai ibu suci atau wujud tertinggi karena itu orang-orang Manggarai menaruh rasa cinta
dan hormat yang tinggi kepada alam dan segala komponen yang berada di dalamnya.16
Wilayah Manggarai secara geografis terletak di zona vulkanik sehingga memiliki
tanah yang subur dan curah hujan yang tinggi. Hal ini memungkinkan petani Manggarai
menanam hampir semua jenis tanaman selama sepanjang tahun, seperti padi, kentang,
kacang-kacangan, jagung, kopi, cengkeh, pelbagai jenis buah-buahan dan pelbagai jenis
pohon kayu.17 Pelbagai komoditi tersebut merupakan mata pencaharian dan sumber
pendapatan utama para petani di Manggarai. Selain itu juga, wilayah Manggarai memiliki
keadaan alam, flora dan fauna serta situs-situs budaya yang begitu menakjubkan. Hal ini
menjadikan beberapa tempat dan daerah di Manggarai sebagai destinasti wisata yang
menjanjikan, seperti: Taman Nasional Komodo di Kabupaten Manggarai Barat, Kampung
adat Wae Rebo di Kabupaten Manggarai dan Danau Rana Mese di Manggarai Timur. Pada
saat ini, pemerintah pusat menjadikan kota Labuan Bajo sebagai Ibu kota Kabupaten
Manggarai Barat sebagai kota wisata super premium. Pelbagai destinasti wisata tersebut
merupakan salah satu daya dukung yang mendongkrak pertumbuhan pendapatan dan
ekonomi masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi di tiga wilayah Manggarai (Manggarai Timur, Manggarai dan
Manggarai Barat) sebagaimana yang terpampang dalam data di atas menunjukkan
peningkatan. Namun peningkatan pertumbuhan ekonomi di tiga wilayah Manggarai tidak
bisa menafikan realitas permasalahan ekonomi yang tengah melilit masyarakat sekarang ini.
Permsalahan-permasalahan ekonomi yang acapkali terjadi adalah sebagai berikut.
Pertama masalah kemiskinan. Data BPS pada tahun 2021 menunjukkan bahwa ada
sekitar 21,63% masyararakat Manggarai yang hidup di bawah garis kemiskinan. 18 Ada dua
faktor yang menyebabkan kemiskinan di Manggarai. Pertama, faktor internal. Faktor internal
ini berakar pada pribadi Masyarakat itu sendiri seperti keterbatasan Sumber Daya Manusia,
kemalasan, pola hidup konsumtif, mental instan, hedonis, sikap pasrah pada nasib, kurang
kreatif dalam pekerjaan dan dalam menajemen keuangan. Kedua, faktor eksternal atau
kemiskinan struktural. Faktor ini disebabkan oleh struktur yang tidak adil. Sekarang ini,
masyarakat Manggarai tengah dikungkung oleh sistem kapitalisme dengan kebijakaannya
yang memonopoli perekonomian masyarakat.19 Kebijakan tersebut menyata dalam dua hal (1)

16
Verheijen, SVD, Manggarai dan Wujud Tertinggi (Jakarta: LIPI-RUL,1991), hlm.41.
17
Alex Jebadu, op.Cit., hlm. 88.
18
Manggaraikab.bps.go.id diakses pada tanggal 13 Februari 2023.
19
Panitia Sinode III Keuskupan Ruteng, Dokumen Sinode III Keuskupan Ruteng2013-2015 (Yogyakarta:
asdaMEDIA, 2017), hlm. 199.
Tindakan sepihak para pemilik modal untuk mengatur dan menguasi harga komoditi yang
dihasilkan para petani Manggarai. Para petani Manggarai tidak pernah diberi kemudahan
untuk menentukan harga komoditinya sendiri. Hal ini mengakibatkan kemandakean
pendapatan dan perekonomian para petani. (2) Propaganda kapitilistik terkait dengan
penggunaan pupuk anorganik dan pestisida. Propaganda ini menyebabkan ketergantungan
yang tinggi para petani terhadap pupuk anorganik dan pastisida. Faktum menunjukkan bahwa
proses penyaluran dan pengadaan pupuk dimonopoli oleh para pemilik modal. Para petani
yang sudah bergantung tinggi pada pupuk anorganik dan pestisida dengan sendirinya
membeli pupuk dan pestisida yang disediakan para pemilik modal dengan harga yang tinggi.
Penggunaan pupuk dan pestisida itu sendiri mengakibatkan turunya kualitas dan kesuburan
tanah.20 Kedua agenda ini mengakibatkan proses pemiskinan sistemik pada masyarkat
Manggarai.
Permasalahan kedua yang melanda umat keuskupan Ruteng adalah pencaplokan dan
pengerusakan lahan pertanian masyarakat desa oleh sejumlah industri estrkatif yang
beroperasi di Manggarai Raya. Pada tahun 2009 pemerintah di tiga kabupaten yakni
Manggarai, Manggarai Barat dan Manggarai Timur menerbitkan kurang-lebih 50 IUP (Izin
Usaha Pertambangan). Penerbitan izin usaha ini diperuntukan kepada 20 perusahaan
transnasional yang meliputi izin eksplorasi umum dan izin usaha jasa pertambangan. 21 Benny
Denar dalam studinya menemukan bahwa kehadiran industri pertambangan yang
menghancurkan ekositem ini merupakan model pemiskinan sistemik yang paling masif sebab
mampu membuat masyarakat menggantungkan hidupnya pada sistem ekonomi kapitalis.
Masyarakat seringkali diberdayai sehingga mereka terjerambab ke dalam mekanisme pasar
yang justeru menempatkan mereka pada posisi tawar yang lemah berhadapan dengan
kekuatan korporasi.22
Masalah dasar ketiga yang terjadi di keuskupan Ruteng adalah geliat pariwisata berciri
kapitalistik yang mengancam eksistensi dan identitas masyarakat lokal. Secara eksistensial,
sentra pariwisata di wilayah keuskupan Ruteng khususnya di tiga wilayah Manggarai
cenderung dikuasai oleh orang-orang luar. Mereka adalah para pemilik modal yang datang
menginvestasikan modalnya di tanah Manggarai. Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas
Perizinan Kabupaten Manggarai Barat pada tanggal 21 Januari 2020 lalu, sampai dengan
triwulan III tahun 2019 ada 118 perusahaan asing yang menguasi investasi pariwisata super
20
Hasil rekomendasi pertemuan post natal, op. Cit.
21
Alex Jebadu, op. Cit., hlm. 154.
22
Benny Denar, “Ekosida, Bunuh Diri Ekologis, dan Kemestian Teologi Ekologi” dalam Dr. Max Regus dan Dr.
Fidelis Den (ed.), op. Cit., hlm. 269.
premium di Labuan bajo. Kondisi ini kian mempertajam kesenjangan antara kaum pemilik
modal/elitis dengan masyarakat kecil yang teralienasi dari tanahnya sendiri. Hal ini nampak
dalam geliat pertumbuhan ekonomi masyarakat kecil khusunya di Labuan Bajo pada mana
ada begitu banyak orang-orang miskin di gubuk reot yang bertetangga dengan orang-orang
kaya di Labuan Bajo. 23 Sebab-sebab kunci yang melatarbelakangi permsalahan pariwisata di
Keuskupan Ruteng adalah kehadiran investor asing yang begiat di bidang pariwisata dan
lemahnya kebijakan pemerintah dalam mengontrol penyebaran dan sistem kerja para investor
asing.
Masalah dasar keempat adalah pola dan praktik pertanian kimia organik yang merusak
manusia dan lingkungannya. Secara ekonomis, penggunaan pupuk kimia anorganik
menimbulkan ekses-ekses negatif seperti penurunan kualitas dan kesuburan tanah, daya tahan
tanaman semakin menurun sehingga produktivitas pertanian menjadi rendah, dan terjadinya
kesenjangan ekonomi antara pemodal pupuk dan petani di mana pemodal pupuk akan
semakin kaya dan para petani semakin miskin. Sebab-sebab kunci yang melatarbelakangi
permasalahan ini adalah (1) mental instan atau easy going masyarakat Manggarai yang ingin
mendapatkan hasil yang banyak dengan kerja yang cepat tanpa memikirkan akibat
lanjutannya, (2) minimnya pengetahuan dan kemampuan untuk mengolah pupuk organik,
kurangnya kesadaran akan bahaya penggunaan pupuk anorganik, (3) propaganda kapitalistik
tentang penggunaan pupuk organik oleh para pemilik modal, (4) lemahnya kebijakan
pemerintah dalam mengatur dan mengontrol proses penyaluran dan pengadaan pupuk
anorganik yang disediakan para pemilik modal.24

2.3 Gambaran Umum Tahun Ekonomi Berkelanjutan (pengertian, konteks masyarakat, dasar
biblis teologis, prinsip etis)- EULOGIUS

2.4 Program pastoral yang hendak dijalankan berkaitan dengan peningkatan ekonomi Umat
Gereja adalah sebuah lembaga etis-spiritual karena itu Gereja memiliki andil atau
peran tersendiri untuk menjalankan tugas diakonianya dalam meningkatkan perekonomian
umat. Ada dua bentuk tugas diakonia yang dijalankan Gereja dalam upaya meningkatkan
perekonomian umat: Pertama, diakonia karitatif yakni peran yang dijalankan Gereja dengan
memberikan bantuan secara langsung kepada umat yang membutuhkan bantuan tersebut.

23
Silvianus M. Mongko, “Pembangunan Pariwisata, Ancaman Lokalitas dan Peran Sosial Gereja” ibid., hlm.
24
Panitia Sinode III Keuskupan Ruteng, op. Cit., hlm. 202.
Kedua, diakonia transformatif yakni peran Gereja dalam memberdayakan dan memandirikan
kelompok umat agar umat mampu mengusahakan kesejahteraan hidup.25
Pada tahun 2023 ini, Gereja Keuskupan Ruteng mencoba untuk menggalakan
perannya dengan merancang dan mengimplementasikan program pastoral yang dinamakan
sebagai Program Ekonomi Berkelanjutan yang berwawasan Sejahter, Adil dan Ekologis
(SAE). Program pastoral ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian umat Keuskupan
Ruteng. Pengimplementasian program pastoral tersebut dilaksanakan dengan memperhatikan
dua bentuk tugas diakonia Gereja yakni diakonia karitatif dan diakonia transformatif serta
dikemas dalam tiga bentuk kegitan yakni Promosi, Animasi dan Fasilitasi (PAF). Program-
program pastoral itu adalah sebagai berikut:26
Pertama, kegiatan promosi yang melingkupi (1) pengembangan pertanian
berkelanjutan/organik seperti pengembangan hortikultura organik dan sorgum di paroki-
paroki. (2) pengembangan perkebunan berkelanjutan di kebun-kebun milik Keuskpuan dan
paroki seperti buah naga, pisang, jagung, kopi, cengkeh, kedelai, kemiri, kelor, advokat,
durian, papaya, dan nanas. (3) pengembangan peternakan dan perikanan seperti ayam, babi,
kambing, sapi, kerbau, ikan lele, ikan nila dan ikan karpel. (4) membantu umat untuk
memasarkan produk-produk eknomi yang mereka hasilkan dengan membuka cafe untuk
menyediakan kuliner lokal yang dihasilkan para umat, bazar paroki dalam tingkat paroki dan
berpartisipasi dalam festival. (5) membentuk dan mengembangkan koperasi umat dan
membuat arisan dalam lingkup keluarga/KBG. (6) membuat pembaruan terhadap sistem dan
pola penggunaan dana kolekte seperti Gerakan Seribu Rupiah-Geser-, dana aksi natal dan
Aksi Puasa Pembangunan-APP-. (7) menghidupkan festival religi kultural ekonomis seperti
prosesi dan pawai natal se-paroki di Kota Ruteng.
(8) Mengadakan pendampingan khusus dan pemberian bantuan kepada keluarga
migrant, keluarga yang berada di lingkar tambang, (9) kelompok difabel, Orang Dalam
Gangguan Jiwa-ODGJ-, dan bayi stunting. (10) mengembangkan Usaha Masyarakat Kecil
Menengah-UMKM- seperti UMKM tradisional (gula merah, tuak. dll), UMKM kuliner
(saung ndusuk, kripik dan sorgum), UMKM tenun dan anyaman (kain, selendang dan topi),
UMKM cindera mata (gantungan kunci, Rosario, dll). (11) mengembangkan kelompok
ekonomi budaya di paroki dengan melestarikan alat musik daerah (gong dan gendang),
melestarikan lagu khas daerah (danding, sanda, mbata), menarasikan tentang historitas

25
Dokumen Konsili Vatikan II, AD Gentes, Dekrit tentang Kegiatan Misioner Gereja (Jakarta: Departemen
Dokumentasi dan Penerangan KWI, 1992), hlm. 17.
26
Hasil rekomendasi pertemuan post natal, op. Cit.
sebuah tempat, ritus dan peristiwa budaya. (12) perawatan dan pengembangan ritus adat
seperti siklus kehidupan (cear cumpe, wagal kawing, teing tinu, kѐlas), ritus kebun (darah
wini, hang woja, penti), ritus rumah adat (roko molas poco, congko lokap). (12)
mengembangkan ekonomi wisata alam dengan berpartisipasi dalam perawatan dan
pengembangan flora khas Manggarai (lontar, enau, pohon kesambi, bidara laut) serta fauna
khas Manggarai (burung ngkiong dan babi landak).
(13) Melakukan pelbagai gerakan nilai dan habitus kewirausahan seperti mewujudkan
gerakan “pohon sakramen” yang bernilai ekonomis (buah-buahan dan tanaman perdagangan),
gerakan hidup ugahari (pesta sederhana dan hidup hemat), gerakan hari konsumsi pangan
lokal yang dibuat pada hari senin, gerakan tolak judi (judi online, kartu, sabung ayam, dll),
gerakan opus manuale di sekolah/asrama/komunitas/biara, gerakan lumbung pangan paroki,
lomba kebun horti paroki, lomba KBG terang natal, lomba kuliner, dan lomba souvenir
dengan menggunakan barang bekas. (14) mengadakan event pariwisata holistik seperti
festival Golo Koe di Labuan Bajo (10-15 Agustus 2023), festival Golo Curu di Ruteng (5-7
Oktober 2023) dan perayaan hari pariwisata internasional 2023 (Manggarai Timur). (15)
dalam kaitan dengan pendidikan kurikulum Merdeka, Gereja Keuskupan Ruteng hendak
mengupayakan pendidikan yang melayani martabat manusia, mendorong kebebasan,
kreatifitas peserta didik dan berwawasan lingkungan.
Kedua, kegiatan animasi yang melingkupi misa launching Pastoral Ekonomi
Berkelanjutan, Sosialisasi surat Gembala Natal dan Paskah Uskup, kotbah, rekoleksi, retreat,
katekese, seminar/lokakarya/hari studi, lonto leok, mendoakan doa tahun ekonomi
berkelanjutan dan menyanyikan lagu tahun ekonomi berkelanjutan, bekerjasama dengan para
stake holder ekonomi dan mendampingi mereka dalam bentuk edukasi, penguatan spiritual
dengan tema ekonomi dalam perspektif Ajaran Sosial Gereja (ASG).
Ketiga, kegiatan fasilitasi yang melingkupi pelatihan pertanian organik untuk
kesuburan tanah dan tanaman dengan eco enzyme/pupuk jadam, memfasilitasi Kredit Usaha
Rakyat (KUR), memfasilitasi pelatihan ekonomi kreatif untuk orang muda di BLK
Gereja/pemerintah, memfasilitasi pelatihan pengembangan potensi para pelaku ekonomi lokal
(kuliner, kerajinan, pemasaran).

III. Tinjauan Kritis atas Program Pastoral Ekonomi Berkelanjutan (YANTO)

3.1 Kelebihan/positif
3.2 Kelemahan/negatif
3.3 Kesimpulan dan Tawaran Penulis

Anda mungkin juga menyukai