A. Kompetensi Inti :
KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2: Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
C. Tujuan Pembelajaran :
1. Dengan kegiatan diskusi dan menggali pengalaman siswa dapat bersyukur atas nilai-
nilai perkawinan dalam Gereja Katolik
2. Dengan kegiatan diskusi dan mengamati siswa dapat menyatakan tanggung jawab
untuk menjaga dan merawat nilai-nilai perkawinan dalam tradisi Gereja Katolik
penuh rasa ingin tahu.
3. Dengan diskusi dan mengamati siswa dapat memahami nilai-nilai perkawinan dalam
Geereja Katolik dengan penuh tanggung jawab.
4. Dengan melatih membuat refleksi ungkapan syukur, siswa terampil mengungkapkan
nilai-nilai perkawinan dalam Gereja Katolik dengan penuh tanggung jawab.
D. Materi Pembelajaran :
Faktual : Perkawinan
Konseptual : Pengertian, gagasan Kitab Suci dan ajaran Gereja tentang Perkawinan
Prosedural : Mengenal Perkawinan
Metakognitif : Reflesi nilai-nilai perkawinan dalam Gereja Katolik
E. Metode Pembelajaran :
Pendekatan pembelajaran adalah pendekatan saintifik (scientific).
F. Model pembelajaran :
Pembelajaran koperatif (cooperative learning), pendekatan inkuiri (inquiry).
c. Mengeksplorasi
1) Guru mengajak siswa untuk menemukan kutipan
artikel tentang perkawinan, dalam Gereja
Katolik : Paham Perkawinan menurut Kitab
Hukum Kanonik 1983:
- Bagaimana pemahaman perkawinan menurut
undang-undang?
- Apa pandangan tradisional perkawianan?
15 Menit
- Bagaimana ajaran Kitab Suci tentang
perkawinan (Matius 19 : 1- 6).
- Siswa diminta menyelesaikan pertanyaan
tersebut secara bersama-sama (gotong-
royong) dan selanjutnya mengungkapkan
jawabanya di depan kelas (percaya diri)
e. Mengomunikasikan
1) Guru meminta peserta didik untuk
mempresentasi hasil kesimpulan yang telah 45 Menit
dibuat. (Percaya diri); Siswa membagikan
sharing hasil refleksinya di hadapan teman
kelas. Percaya diri
2) Guru memberikan apresiasi kepada kelompok 1 Menit
peserta didik yang telah mempresentasikan hasil
diskusi
3) Guru memberikan peneguhan materi
16 Menit
berdasarkan materi ajar yang telah disiapkan,
a. Bersama peserta didik menyimpulkan hasil
pembelajaran hari ini, serta mengajak peserta didik
6 Menit
untuk selalu bersyukur bahwa keluarga adalah
panggilan hidup
Kegiatan
b. Guru memberi penghargaan (misalnya pujian atau
3
Penutup
bentuk penghargaan lain yang relevan) kepada 1 Menit
kelompok yang berkinerja baik
c. Peserta didik hening untuk merefleksikan seluruh
proses pembelajaran hari ini 2 Menit
d. Diakhiri dengan Doa Penutup (religius)
Catatan :
PENILAIAN
1. Sikap Spiritual
a. Tehnik : Penilaian Diri
b. Bentuk Instrumen : Lembar Penilaian Diri
1) Kisi-Kisi
No Sikap/Nilai Butir
Instrumen
1 Bersyukur kepada Tuhan karena dalam tradisi v
perkawinan kristiani (Katolik) suami istri berjanji
untuk menyatukan hidup mereka seara utuh hingga
akhir hayat
2 Bersyukur kepada Tuhan karena sifat-sifat
perkawinan monogam dan tak terceraikan dan v
memperoleh pengukuhan khusus karena sakramen
3 Bersyukur atas sifat kodrati perkawinan kristiani v
yang mengarah pada kesejahteraan suami istri
4 Bersyukur kepada Tuhan karena dalam perkawinan v
kristiani Kristus sendiri menyertai dan menolong
suami istri sehingga mereka saling setia satu
terhadap yang lain
5 Bersyukur kepada Tuhan atas perkawinan Kristen v
menuntut cinta yang personal, tetap, total dan juga
permanen
2) Instrumen
Ya Tidak
No Penilaian
Aku bersyukur kepada Tuhan karena dalam tradisi
perkawinan kristiani (Katolik) suami istri berjanji
untuk menyatukan hidup mereka seara utuh hingga
akhir hayat
1
Aku bersyukur kepada Tuhan karena sifat-sifat
perkawinan monogam dan tak terceraikan dan
memperoleh pengukuhan khusus karena sakramen
2
Aku bersyukur atas sifat kodrati perkawinan
kristiani yang mengarah pada kesejahteraan suami
istri
3
Aku bersyukur kepada Tuhan karena dalam
perkawinan kristiani Kristus sendiri menyertai dan
menolong suami istri sehingga mereka saling setia
satu terhadap yang lain
4
Aku bersyukur kepada Tuhan atas perkawinan
5 Kristen menuntut cinta yang personal, tetap, total
dan juga permanen
Total
2. Sikap Sosial
a. Tehnik : Observasi
b. Bentuk Instrumen : Lembar Pengamatan
1) Kisi-Kisi
No Sikap/Nilai Butir Instrumen
1 Bertanggung jawab menjaga keharmonisan dalam v
keluarga
2 Bertanggung jawab dalam hal komunikasi yang v
baik dengan orang tua dan anggota keluarga
3 Bertanggung jawab membantu orang tua v
mengerjakan pekerjaan rumah
4 Bertanggung jawab dengan cara setia pada nasihat v
orang tua
5 Bertanggung jawab sebagai anak yang mengasihi v
kedua orang tua
2) Instrumen
Tidak
No Aspek Penilaian Ya
Saya bertanggung jawab menjaga keharmonisan dalam
1 keluarga
3. Pengetahuan
a. Tehnik : Tertulis
b. Bentuk Instrumen : Uraian
1) Kisi-Kisi
No Sikap/ Nilai Butir
Instrumen
1 Menjelaskan makna perkawinan menurut peraturan
Undang-undang No. 1 Tahun 1974 v
2 Menjelaskan makna perkawinan menurut Kitab Suci Kej. 2
: 18 – 25) v
3 Menjelaskan perkembangan pemahaman perkawinan
menurut KHK 1983 v
4 Menjelaskan makna dan sifat perkawinan menurut ajaran
Gereja Kan. 1055 v
5 Menjelaskan makna dan sifat perkawinan menurut GS art. v
3a,48,52a.
2) Instrumen
N0 Instrumen Soal Bobot
Nilai
1 Jelaskan makna perkawinan menurut peraturan Undang-undang No. 1 20
Tahun 1974
2 Jelaskan makna perkawinan menurut Kitab Suci Kej. 2 : 18 – 25) 20
3 Jelaskan perkembangan pemahaman perkawinan menurut KHK 1983 20
4 Jelaskan makna dan sifat perkawinan menurut ajaran Gereja Kan. 1055 20
5 Jelaskan makna dan sifat perkawinan menurut GS art. 3a,48,52a. 20
4. Keterampilan
a. Tehnik : Membuat Karya Tertulis
b. Bentuk Instrumen : Menyusun karya hasil wawancara
1) Kisi-Kisi
No K4 Butir Instrumen
1 Merefleksikan secara tertulis nilai-nilai perkawinan 1
dalam tradisi Gereja Katolik
2. Soal : Buatlah refleksi tertulis tentang nilai-nilai perkawinan dalam tradisi Gereja
Katolik
No Aspek Penilaian
Ya Tidak
1 Memiliki perhatian dalam pembelajaran
Sopan santun dalam berbicara dan
2
bertindak
3 Bekerja sama dan suka bertanya
Nama
Butir
No Waktu Peserta Kejadian/Perilaku Pos/Neg Tindak Lanjut
Sikap
Didik
Meninggalkan ruangan Dipanggil untuk
kelas pada saat menghadap guru mata
pembelajaran pelajaran/BK untuk
Tanggung
1 Pendidikan Agama - memberi nasehat agar
jawab
Katolik dan Budi tidak bolos lagi pada jam
Pekerti berlangsung pelajaran berlangsung
tanpa pemberitahuan
Melaporkan kepada Diberi apresiasi/pujian
pendidik bahwa ia
tidak mengikuti
2 Kejujuran +
pelajaran karena sakit
dan dibuktikan dengan
surat keterangan dokter
Membantu Diberi apresiasi/pujian
memberikan materi
pembelajaran Agama
Gotong
3 Katolik dan Budi +
royong
Pekerti yang
ditinggalkan temannya
karena saki
Menyajikan hasil Diberi apresiasi/pujian
diskusi kelompok dan
menjawab sanggahan Percaya
4 +
kelompok lain dengan diri
menggunakan ide yang
logis dan relevan
Tidak mengumpulkas Ditanya apa alasan tidak
tugas Agama Katolik mengumpulkan tugas
5 Disiplin -
dan Budi Pekerti supaya selanjutnya selalu
mengumpulkan tugas
(Jurnal dalam RPP dalam bentuk format; jurnal dibuat dalam benetuk lembaran sendiri, INI
HANYA CONTOH).
1. Makna perkawinan :
Kan. 1055 :
- Perkawinan sebagai perjanjian
- Perkawinan sebagai perjanjian menunjukkan segi-segi simbolik hubungan antara
Tuhan dan umat-Nya dalam Perjanjian Lama dan Kristus dengan Gereja-Nya dalam
Perjanjian Baru.
- Perkawinan sebagai kebersamaan seluruh hidup
- Perkawinan sebagai sakramen
“Perkawinan merupakan kesatuan mesra dalam hidp dan kasih antara pria dan wanita,
yang merupakan lembaga tetap yang berhadapan dengan masyarakat”. Oleh karena itu,
perkawinan bagi Gereja Katolik tidak sekedar ikatan cinta mesra dan hidup bersama
yang diadakan oleh Sang Pencipta dan dilindungi hokum-hukum-Nya. Perkawinan
menurut bentuknya merupakan suatu lembaga dalam hidup kemasyarakatan. Tanpa
pengakuan sebagai lembaga, perkawinan semacam “hidup bersama” yang dipandang
oleh masyarakat liar.
2. Tujuan Perkawinan
a. Kesejahteraan lahir batin suami istri
b. Keturunan
c. Pendidikan anak-anak
3. Perkembangan Pemahaman
Dalam Kitab Hukum Kanonik 1917 (hokum lama), Kan. 1013 dikatakan bahwa
tujuan pertama perkawinan adalah mendapat keturunan dan pendidikan anak;
sedangkan yang kedua adalah saling menolong sebagai suami dan sebagai obat
penyembuh atau penawar nafsu seksual. Namun sekarang dengan mengikuti ajaran
ensiklik Humanae Vitae dari Paus Paulus VI, cinta suami istri dilihat elemen
perkawinan yang esensial. Ha katas tubuh dalam kodeks lama merupakan tindakan
yang sesuai bagi kelahiran anak. Konvat II dalam GSno. 48 menekankan pemberian
dan penyerahan diri seutuhnya. Oleh karena itu, perkawinan tidak dilihat sebagai
suatu kesatuan antara dua badan melainkan suatu kesatauan antara dua pribadi.
4. Paham Dasar Perkawinan
a. Perjanjian perkawinan
Perkawinan dari kodratnya suatu perjanjian/persetujuan yang membentuk suatu
hubungan sedemikian rupa sehingga mempunyai kekuatan mengikat sama seperti
hubungan antara orang-orang yang mempunyai hubungan darah. Konsekuensinya
hubungan itu tidak berakhir.
b. Kebersamaan seluruh hidup
c. Antara pria dan wanita
d. Sifat kodrati keterarahan kepada kesejahteraan suami istri
e. Sifat kodrati keterarahan kepada anak
f. Perkawinan sebagai sakramen
Perkawinan kristiani bersifat sacramental. Bagi pasangan yang telah dibaptis
ketika mereka saling memberikan consensus dalam perjanjian maka perkawinan
mereka menjadi sah sekaligus sakramen.
5. Sifat-sifat Hakiki Perkawinan (Kan. 1056)
a. Monogami
b. Tak terceraikan
6. Konsensus Perkawinan (Kan. 1057)
Konsensus perkawinan adalah perbuatan kemauan dengan mana suami istri saling
menyerahkan diri dan saling menerima untuk membentuk perkawinan dengan
perjanjian yang tak dapat ditarik kembali.
Konsensus harus dinyatakan secara legitim artinya harus dinyatakan oleh kedua pihak
satu terhadap yang lain menurut norma hukum yang berlaku.
7. Wewenang Gereja atas Perkawinan orang-orang Katolik