Anda di halaman 1dari 7

Ketepatgunaan Teknologi Budidaya Udang Secara Intensif di Tambak ......................

(Bayu Vita Indah Yanti dan Zahri Nasution)

KETEPATGUNAAN TEKNOLOGI BUDIDAYA UDANG


SECARA INTENSIF DI TAMBAK
Efficiency Technology Intensive Shrimp Farming In Pond
*
Bayu Vita Indah Yanti dan Zahri Nasution
Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Gedung Balitbang KP I Lt. 4
Jalan Pasir Putih Nomor 1 Ancol Timur, Jakarta Utara
Telp: (021) 64711583 Fax: 64700924
*
email: bviy1979@gmail.com
Diterima 26 September 2014 - Disetujui 29 Nopember 2014

ABSTRAK
Ketepatgunaan teknologi merupakan salah satu indikator bahwa teknologi yang diintroduksi dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat sesuai dengan kondisi yang ada pada masyarakat. Untuk megetahui
ketepatgunaan teknologi yang diterima oleh pengguna, dapat digunakan 7 (tujuh) indikator ketepatgunaan
teknologi yang dikembangkan dari sifat dan ciri teknologi diintroduksi. Penelitian ini menggunakan
pendekatan analisis kebijakan. Teknologi yang dievaluasi adalah teknologi yang diperkenalkan oleh
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB)
pada demfarm budidaya udang di tambak secara intensif. Studi ini dilakukan sejak April hingga Juni
2014, termasuk verifikasi lapang ke lokasi percontohan di wilayah Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Analisis dan interpretasi data dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknologi
budidaya udang secara intensif dapat dikatakan hanya tepat dikembangkan pada petambak yang
memiliki modal besar dan memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan budidaya udang.
Pengembangan budidaya udang secara intensif harus dilakukan melalui kerjasama antara petambak
udang dan investor dan pemerintah melalui suatu pola yang disepakati secara bersama.

Kata Kunci: ketepatgunaan teknologi, budidaya udang, intensif, demfarm

ABSTRACT
Technology efficiency is one indicator to show introduced technology can utilize by the community
properly. To determine the efficiency of the technology acceptable to users, it can be viewed by 7 (seven)
indicators that developed based on nature and characteristic of introduced technologies. This research
was conducted using the approach of policy analysis.Evaluated technologies are technologies that were
introduced by the Ministry of Marine and Fisheries Affairs (MMAF) through the Directorate General of
Aquaculture (DJPB) in shrimp farming in ponds demfarm intensive. The study was conducted from April
to June 2014, including field verification to the pilot sites in Karawang Regency, West Java. Analysis
and interpretation of the data was done descriptively. The results showed that intensive shrimp farming
technology only proper to develope on farmers who have big capital and have knowledge and experience
in implementing shrimp farming. Intensive shrimp aquaculture development should be done through
cooperation between shrimp farmers and investors and government through an agreed pattern.

Keywords: technology efficiency, shrimp farming, intensive, demfarm

177
J. Kebijakan Sosek KP Vol. 4 No. 2 Tahun 2014

PENDAHULUAN dalam kaitannya dengan kondisi masyarakat


pembudidaya perlu disesuaikan, sehingga dapat
Salah satu syarat mutlak dalam mendapatkan hasilyang maksimal dan memiliki
pembangunan pertanian, termasuk perikanan produktivitas tinggi, yang akhirnya juga akan
adalah penggunaan teknologi maju dalam proses berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat
pembangunan tersebut (Mosher, 1985). Dengan pembudidaya udang yang menerima teknologi
demikian teknologi yang digunakan dalam proses yang diperkenalkan. Teknologi yang tepatguna
pembangunan perikanan termasuk perikanan ini merupakan salah satu unsur penting dalam
budidaya di lahan tambak tidak akan terlepas dari pembangunan, termasuk usaha pemberdayaan
adanya kemajuan teknologi jika diinginkan adanya masyarakat (Hikmat, 2001).
kemajuan perikanan budidaya itu sendiri. Hal ini
terlihat pula dengan adanya perbedaan tingkatan Ketepatgunaan teknologi dapat digunakan
penggunaan teknologi yang diterapkan masyarakat sebagai salah satu indikasi bahwa teknologi yang
pembudidaya udang di lapangan mulai dari yang diintroduksi oleh agen perubahan apakah dapat
tradisional hingga intensif, bahkan super intensif. dimanfaatkan oleh masyarakat pembudidaya
secara maksimal dan sesuai dengan kondisi yang
Perbedaan tingkat penggunaan teknologi ada pada masyarakat tersebut (Musyafak dan
dalam pelaksanaan perikanan budidaya udang Ibrahim (2005). Selanjutnya dikemukakan bahwa
akan terlihat dengan intensitas penggunaan input untuk melihat sejauhmana ketepatgunaan teknologi
produksi dalam budidaya udang tersebut. Input tersebut dapat dilihat dari beberapa kriteria yang
utama yang dapat digunakan sebagai indikasi juga merupakan ciri-ciri bahwa teknologi apakah
tingkat penggunaan teknologi dalam budidaya tepatguna bagi masyarakat pengguna teknologi.
antara lain penggunaan pakan dan penggunaan Sejalan dengan itu, ketepatgunaan teknologi dapat
penggunaan aerator dalam pelaksanaan budidaya merupakan salah satu ukuran bahwa sejauhmana
udang tersebut. Teknologi yang bersifat tradisional teknologi yang diperkenalkan dalam proses
lebih mengutamakan penggunaan pakan alami dan pembangunan dapat diterima oleh masyarakat
biasanya dilakukan tanpa adanya proses aerasi air pengguna.
tambak. Sebaliknya pada budidaya udang secara
intensif banyak digunakan pakan komersil dan Dalam proses introduksi suatu inovasi baik
penggunaan aerasi menjadi syarat pokok dalam berupa suatu teknologi dan ataupun kebijakan
budidaya udang tersebut. diharapkan cepat dapat diterima oleh penerima atau
kelompok sasaran (Roger dan Soemaker, 1987).
Perbedaan tingkatan teknologi ini selanjutnya Salah satu faktor yang mempengaruhi percepatan
akan berimplikasi terhadap pembiayaan yang penerimaam inovasi oleh pengguna adalah sifat
diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan budidaya dari inovasi itu sendiri. Sifat dan ciri teknologi ini
udang tersebut. Dalam hal ini dapat dikemukakan juga sekaligus dapat digunakan sebagai indikasi
bahwa teknologi tradisional lebih sedikit memerlukan sejauhmana ketepatgunaan pemanfaatan teknologi
pembiayaan dibandingkan teknologi intensif. Oleh bagi masyarakat penerima program.Musyafak dan
karena itu tingkat produksi udang yang dihasilkan Ibrahim (2005) mengemukakan juga bahwa inovasi
juga akan berbeda. Dari segi kuantitas produksi yang akan diintroduksikan harus mempunyai
budidaya idang secara intensif dapat dipastikan banyak kesesuaian atau daya adaptif terhadap
menghasilkan lebih banyak daripada budidaya kondisi yang ada pada calon penerima inovasi atau
udang yang dihasilkan dengan penggunaan teknologi tersebut.
teknologi yang tradisional.
Penerapan teknologi kepada masyarakat
Perbedaan tingkat teknologi yang diterapkan pengguna teknologi adalah suatu langkah untuk
masyarakat pembudidaya udang akan berhubungan mengembangkan kemampuan masyarakat
dengan ketersediaan sumber daya (dana, pengguna. Kemampuan masyarakat pengguna
waktu dan tenaga) yang ada atau tersedia pada teknologi akan dapat dikembangkan apabila
pelaksana budidaya udang tersebut. Oleh karena keterbatasan pengetahuan, keterampilan dan
itu teknologi yang diperkenalkan pada masyarakat permodalan mereka dapat diatasi serta sikap
pembudidaya perlu disesuaikan dengan kondisi masyarakat pengguna teknologi yang statis
masyarakat, terutama ketersediaan pembiayaan tradisional dapat diubah menjadi sikap yang lebih
dalam penerapan teknologi yang akan dilaksanakan. dinamis rasional.Penelitian ini mengemukakan
Dengan demikian ketepatgunaan teknologi ketepatgunaan teknologi budidaya udang secara

178
Ketepatgunaan Teknologi Budidaya Udang Secara Intensif di Tambak ...................... (Bayu Vita Indah Yanti dan Zahri Nasution)

intensif yang diperkenalkan melalui demonstration Ketepatgunaan teknologi demfarm, sebagai


farm (demfarm)oleh Direktorat Jenderal Perikanan suatu inovasi teknologi yang diperkenalkan oleh
Budidaya (DJPB), KKP. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB)
METODOLOGI kepada para petambak penerima program sebagai
pengguna. Indikasi ketepatgunaan teknologi jika
Pendekatan Studi
inovasi yang dianjurkan tersebut dapat memenuhi
Studi ini merupakan kajian khusus beberapa kriteria sebagai berikut:
terhadap suatu topik yang dilakukan dengan a. Inovasi yang disampaikan harus dirasakan
cara menganalisis dan melakukan sintesa yang oleh petambak penerima program sebagai
menghasilkan dan menyajikan informasi sedemikian kebutuhan yang penting dibandingkan yang
rupa, sehingga dapat memberi landasan dari para dimiliki atau diterapkan oleh petambak saat
pembuat kebijakan dalam membuat keputusan ini (Inovasi Sesuai Kebutuhan Pengguna).
(Dunn, 2000). Pembuat kebijakan dalam membuat
b. Inovasi yang disampaikan kepada para
keputusan dalam hal ini berkaitan dengan mandat
petambak penerima program harus dapat
yang diberikan kepada Balai Besar Penelitian
memberikan keuntungan secara konkrit
Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBRSE
bagi para petambak penerima program jika
KP) yang bertugas melaksanakan penelitian dan
dibandingkan dengan cara atau metode
kajian topik khusus terkaiy program Kementerian
yang digunakan para petambak sebelumnya
Kelautan dan Perikanan (KKP). Kegiatan atau
(Inovasi Memberikan Keuntungan).
proses melaksanakan sintesa terhadap informasi
dari berbagai sumber, termasuk hasil-hasil penelitian c. Inovasi yang disampaikan harus mempunyai
tersebut dilakukan untuk menghasilkan rekomendasi kompatibilitas atau keselarasan terhadap cara
opsi desain kebijakan publik (Simatupang, 2003). atau metode budidaya udang di tambak yang
Hal ini didasarkan pertimbangan bahwa program diterapkan oleh para petambak penerima
intensifikasi dalam budidaya udang merupakan program pada waktu sebelumnya (Inovasi
salah satu strategi peningkatan produksi yang Selaras Dengan Kebiasaan Pengguna).
dijalankan oleh KKP apakah telah dilakukan pada d. Inovasi yang diperkenalkan pemerintah
pengguna yang tepat. saat ini harus dapat mengatasi faktor-faktor
pembatas yang ada dan terjadi pada para
Lokasi petambak penerima program pada masa
sebelumnya (Inovasi Dapat Atasi Faktor
Lokasi kajian dilakukan di wilayah Kabupaten
Pembatas).
Karawang, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih sengaja
dengan pertimbangan bahwa kabupaten tersebut e. Inovasi yang diperkenalkan saat ini dapat
merupakan salah satu lokasi pelaksanaan harus mendayagunakan sumberdaya
program demfarm yang dianggap berhasil. Waktu yang sudah ada dan atau berada di
penelitian dilaksanakan pada rentang waktu April sekitar para petambak penerima program
hingga Juni 2014. sebagai pengguna teknologi (Inovasi
Mendayagunakan Sumberdaya yang Ada).
Jenis, Sumber, Metode Analisis f. Inovasi yang diperkenalkan oleh pemerintah
Jenis data yang digunakan dalam studi harus terjangkau oleh kemampuan finansial
ini adalah data sekunder dan data primer. Data para petambak penerima program sebagai
sekunder yang dikumpulkan meliputi berbagai pengguna teknologi untuk dapat menerapkan
laporan kegiatan Dinas Kelautan dan Perikanan, cara atau metode budidaya udang di lahan
petunjuk pelaksanaan demfarm dan laporan tambak yang dianjurkan (Inovasi Terjangkau
penelitian yang terkait dengan topik studi. Kemampuan Finansial Pengguna).
Data sekunder ini diperoleh melalui studi literatur g. Inovasi yang diperkenalkan dan diberikan
dan pengumpulan data baik melalui fotocopy kepada para petambak penerima program
dokumen maupun wawancara tidak terstruktur di harus sederhana, tidak rumit dan mudah
lokasi studi. Sementara data primer dikumpulkan dicoba oleh para petambak sebagai pengguna
melalui wawancara terstruktur yang dipandu teknologi serta mudah untuk diamati (Inovasi
dengan kuesioner. Sederhana dan Mudah).

179
J. Kebijakan Sosek KP Vol. 4 No. 2 Tahun 2014

Tujuh kriteria diatas digunakan untuk melihat operasional yang dibantu dalam program demfarm
apakah inovasi teknologi budidaya udang dalam ini sesuai dengan kebutuhan budidaya udang
paket demfarm yang dianjurkan dan diperkenalkan vaname secara intensif. Besarnya keuntungan yang
oleh DJPB KKP sudah bersifat tepat guna bagi didapatkan tergantung dengan tingkat kelulusan
penerima program yang diberikan tersebut. Dalam hidup udang yang dipeliharapada masing-masing
hal ini, semakin banyak kriteria-kriteria tersebut penerima program. Kelulusan hidup pada budidaya
yang dipenuhi oleh suatu inovasi teknologi terkait udang yang dilaksanakan oleh penerima program
dengan kondisi yang ada pada penerima program, mencapai kisaran 70% hingga 80%.
maka semakin besar peluang inovasi tersebut
untuk bermanfaat bagi para petambak sebagai Keuntungan yang diperoleh biasanya
pengguna teknologi. Sebaliknya, semakin sedikit mencapai Rp.100 juta hingga Rp.200 juta per
kriteria-kriteria tersebut yang dapat dipenuhi, hektar tambak yang diusahakan secara intensif.
maka semakin kecil peluang inovasi tersebut dapat Jumlah panen yang didapatkan biasanya paling
bermanfaat bagi para petambak terutama penerima kecil 5 ton/ha. Pada salah satu kelompok penerima
program demfarm. program dikemukakan bahwa pada tambak yang
luasnya 8 ha dapat menghasilkan 12-15 ton udang
KETEPATGUNAAN TEKNOLOGI DEMFARM per hektar dengan menghabiskan biaya sebesar
45%. Nilai penerimaan dan biaya yang dihasilkan
Berdasarkan data yang dikumpulkan dapat masing-masing adalah sebesar Rp. 540.000.000.
dilaporkan bahwa 100% responden/informan (Rp. 243.000.000),- untuk tingkat produksi 12 ton/
menyatakan bahwa teknologi yang dicontohkan ha dan penerimaan sebesar Rp. 675.000.000.-
pada areal demonstration farm (demfarm) telah dan biaya sebesar Rp.303.750.000.- untuk
sesuai dengan kebutuhan masyarakat petambak yang menghasilkan 15 ton/ha, dengan investasi
udang yang menerima program di wilayah ini dengan sekitar satu miliar per hektar tambak yang dapat
tingkatan intensif (padat tebar tinggi). Disamping itu, diusahakan (Tabel 1). Dengan demikian, keuntungan
anjuran yang dikemukakan dalam demfarm sesuai yang diperoleh masing-masing adalah sebesar
dengan kebutuhan sarana, prasarana, serta biaya Rp.297.000.000.- untuk produksi 12 ton/ha hingga
yang diperlukan untuk operasional usaha budidaya Rp.371.250.000.- untuk produksi sebesar 15 ton/
udang vaname secara intensif. ha. Penjualan tahun 2013 minimal Rp.70.000.- per
kg dengan catatan bahwa untuk size 30 harganya
Semua responden/informan (100%) juga mencapai Rp.120.000.- per kg. Bagi anggota
menyatakan bahwa usaha demfarm tambak udang kelompok, selain gaji, juga mendapatkan share
juga telah terbukti memberikan keuntungan bagi keuntungan masing-masing anggota kelompok
petambak udang penerima program demfarm sebesar 2% dari total nilai bagi hasil keuntungan
yang berada di Kecamatan Pedes dan Kecamatan antara kelompok dan investor.
Cibuaya. Hal ini dengan dasar bahwa bantuan biaya

Tabel 1. Investasi yang Diperlukan untuk Usaha Tambak Intensif per Hektar.
Table 1. Invesment on Tiger Prawn Cultured at Intensive Coastal Pond per Hektare.

No Uraian / Item Satuan/Detail Nilai/Value (Rp)


1. Sewa kolam per panen/ Pond Cost 0,06x5 ton x Rp. 45,000 13,500,000
Per Harvest Stage
2. Plastik mulsa(UE 3 x panen)/ Plastic 10 bal x Rp.1,500,000 15,000,000
(Economic Used 3 Times Pf Harvest
Stage)
3 Kincir/Aerator (UE 5 tahun/ Economic 4 bh x Rp. 4,200,000 16,800,000
Used 5 Year)
4 Biaya listrik / Electric Cost 1 ha per siklus (4 bulan) 120,000,000
5 Pencetakan tambak (UE 20 tahun) 1 ha 750,000,000
6 Genset/ Electric Diesel 1 unit 150 kVA (sendiri) Rp.125,000,000
Jumlah/Total Rp. 1,040,300,000
Sumber: Data Primer 2014/Source: Primary Data 2014.

180
Ketepatgunaan Teknologi Budidaya Udang Secara Intensif di Tambak ...................... (Bayu Vita Indah Yanti dan Zahri Nasution)

Kemudian, usaha tambak udang vaname demfarm dapat dikatakan tidak dapat terjangkau
yang dilakukan oleh para petambak penerima oleh kemampuan finansial para petambak secara
program sudah selaras (100%) dengan usaha yang umum (100%), karena jumlah modal yang
mereka lakukan sebelumnya. Usaha budidaya diperlukan sangat besar, sehingga perlu biaya
udang yang dilaksanakan para penerima program hingga milliaran rupiah untuk biaya produksi
sebelumnya hanya dalam luasan yang lebih kecil udang vaname per siklus. Dengan demikian dapat
yaitu sekitar 1-4 ha, sedangkan demfarm dilakukan dikatakan bahwa teknologi budidaya udang secara
pada luasan tambak sekitar 8-26 ha per kelompok. intensif tidak tepatguna bagi seluruh kategori
pembudidaya, yaitu hanya dapat terjangkau oleh
Usaha budidaya udang di tambak yang pembudidaya yang memiliki tambak yang luas dan
dicontohkan pada areal demfarm ini juga dapat memiliki modal yang besar yang dapat menerapkan
mengatasi faktor pembatas (100%) yang biasanya budidaya udang secara intensif ini.
terdapat pada petambak. Faktor pembatas yang
diatasi terutama permodalan yang digunakan Pola kerjasama antara pemerintah,
untuk pengadaan sarana produksi berupa kincir petambak dan investor menurut 62,50% responden/
dan plastik mulsa serta sarana produksi lainnya informanmengemukakan bahwa sederhana dari
dan prasarana pendukung. Di lain pihak faktor segi administratif hingga yang berpendapat tidak
pembatas lainnya adalah pembiayaan operasional sederhana (37,50%). Teknologi yang dilaksanakan
terutama untuk pembelian pakan udang selama juga tidak mudah dicoba oleh para petambak
4 bulan dan biaya listrik yang mencapai Rp. 200 karena memerlukan pengetahuan yang
juta per siklus per hektar. komprehensif terkait aspek teknis dan persyaratan
hidup udang di tambak, termasuk ketelitian,
Usaha tambak demfarm ini selanjutnya dapat kesabaran dalam memonitor perkembangan kondisi
dikatakan telah mendayagunakan keseluruhan lingkungan, pertumbuhan udang dan penyakit pada
sumberdaya yang ada pada petambak baik waktu, lingkungan tambak udang itu sendiri.
tenaga dan dana yang tersedia pada petambak
(100%). Dalam hal ini dapat mengefisienkan Secara keseluruhan pendapat responden
penggunaan sumber daya sendiri, bantuan dan penerima program terkait dengan indikator
sumber daya lainnya, termasuk waktu. Oleh karena ketepatgunaan teknologi dapat dilihat pada
itu usaha tambak udang yang dilakukan pada Tabel 2.

Tabel..2....Pendapat Responden/Informan Terhadap Indikator Ketepatgunaan Teknologi


Budidaya Udang Secara Intensif di Tambak.
Table 2. Respondent/Informan Perception on Appropiate Tecknology Indicator in Intensive
Tiger Prawn Cultured at Coastal Pond.
Indikator Ketepatgunaan Teknologi/
No Ya/ Yes (%) Tidak/ No (%)
Appropriate Technology Indicator
1. Inovasi Sesuai Kebutuhan Pengguna/ Appropriate 100.00 -
Innovation to Fish Farmer Needs
2. Inovasi Memberikan Keuntungan/ Give A Big Profit 100.00 -
Innovation
3 Inovasi Selaras Dengan Kebiasaan Pengguna/ Inline to 100.00 -
Fish Farmer Technology Used
4 Inovasi Dapat Atasi Faktor Pembatas/ Can Cover Limited 100.00 -
Factor on Fish Farmer Condition
5 Inovasi Mendayagunakan Sumberdaya yang Ada/ Can 100.00 -
Optimize All of Fish Farmer Resources
6 Inovasi Terjangkau Kemampuan Finansial Pengguna/ - 100.00
Financially Can Cover by Fish Farmer
7 Inovasi Sederhana dan Mudah/ Simple and Easy 62.50 37.50
Innovation
Jumlah/Total 80.36 19.64
Sumber: Data Primer 2014/ Source: Primary Data 2014.

181
J. Kebijakan Sosek KP Vol. 4 No. 2 Tahun 2014

Tabel 2 menunjukkan bahwa secara termasuk ketelitian, kesabaran dalam memonitor


keseluruhan pendapat responden bernilai perkembangan kondisi lingkungan, pertumbuhan
80,36% yang memberikan makna bahwa teknologi udang dan penyakit pada lingkungan tambak.
budidaya udang secara intensif sudah bersifat Dalam hal ini, pengalaman minimal yang dianjurkan
tepatguna bagi penerima program. Artinya untuk dapat melaksanakan budidaya udang secara
teknologi budidaya udang secara intensif ini hanya intensif dengan baik diperkirakan harus memiliki
dapat dikembangkan pada kondisi finansial yang pengalaman membudidaya udang secara intensif
besar yang dimiliki oleh pembudidaya. Investasi minimal 10 tahun.
yang diperlukan untuk persiapan pertambakan dan
sarana pendukung lainnya mencapai Rp. 1 milyar Khusus terkait dengan permodalan,
per hektar. maka budidaya udang secara intensif di tambak
memerlukan modal untuk berinvestasi sekitar
Disamping itu, pengembangan budidaya 1 milyar untuk pencetakan tambak 1 hektar
udang secara intensif memerlukan pertimbangan beserta sarana pendukung kelengkapan tambak.
bahwa pembudidaya sudah memiliki pengalaman Kelengkapan tambak dimaksud antara lain
dan keterampilan yang memadai dalam memonitor persediaan mesin penggerak (diesel) untuk
perkembangan lingkungan kolam pemeliharaan pembangkit listrik. Kemudian pembudidaya harus
selama proses budidaya berlangsung. juga mempersiapkan dana untuk operasional yang
mencapai ratusan juta per bulan (minimal Rp.200
PENGEMBANGAN DEMFARM BUDIDAYA juta per bulan atau dibutuhkan sekitar Rp. 1 milyar
UDANG per siklus usaha selama 4 bulan per hektar)
terutama untuk keperluan pakan dan listrik. Dalam
Peningkatan produksi perikanan baik hal ini, kerjasama antara pembudidaya, pihak
perikanan laut maupun perairan umum dapat perbankan dan swasta dalam penyediaan dana
dilakukan dengan mengembangkan perikanan dan lokasi pertambakan dengan perjanjian atau
budidaya. Hal ini didasarkan pertimbangan kesepakatan bersama secara musyawarah akan
bahwa perikanan tangkap sudah saatnya dapat menjadi suatu bentuk pola usaha budidaya udang
dimanfaatkan dan dikelola secara berkelanjutan, secara intensif.
sehingga dapat memberikan manfaat dalam jangka
waktu yang panjang untuk generasi sekarang dan Salah satu petambak udang demfarm
yang akan datang. Oleh karena itu, dukungan yang berhasil memanen 10 ton dari 1 ha luasan
terhadap peningkatan produksi perikanan budidaya tambak yang dijual mencapai size 50 dengan harga
penting untuk dikembangkan baik dalam skala Rp.56.000.- per kg (Pusdatin, 2013). Keberhasilan
yang ekstensif hingga intensif. ini jika dapat diterapkan dengan baik sesuai
dengan CBIB, maka akan menjadikan lingkungan
Demfarm udang merupakan salah satu budidaya lebih stabil dan sesuai dengan kebutuhan
program KKP yang dicanangkan pada tahun biologis udang. Juga penerapan biosekuriti yang
2012 guna mengimplementasi industrialisasi dilakukan secara maksimal sebagai bentuk upaya
perikanan budidaya, termasuk revitalisasi tambak pencegahan terhadap penyebaran hama dan
udang, khususnya di Pantai Utara Jawa. Dalam penyakit udang. Dengan demikian, petambak
program revitalisasi tambak ini, termasuk upaya tetangga demfarmakan melihat keberhasilan ini
perbaikan infrastruktur baik berupa saluran primer, sebagai suatu bukti yang perlu mereka terapkan
sekunder dan tersier. Dalam hal ini, KKP berupaya meskipun harus bermitra dengan para pihak dengan
mengajak keterlibatan masyarakat pembudidaya, pola kerjasama yang saling menguntungkan.
swasta di bidang perikanan budidaya, perbankan
dan stakeholders lainnya untuk dapat bersinergi PENUTUP
dalam upaya peningkatan produksi perikanan yang
bernilai tambah dan memiliki daya saing tinggi. Teknologi budidaya udang secara intensif
dapat dikatakan bukan merupakan teknologi
Khusus terkait dengan teknologi yang tepatguna yang dapat dikembangkan pada seluruh
diterapkan, maka budidaya udang secara intensif di tipe dan kategori pengguna. Teknologi budidaya
tambak memerlukan pengetahuan dan keterampilan udang secara intensif hanya tepat dikembangkan
yang komprehensif. Para pembudidaya harus oleh para pembudidaya yang memiliki modal besar
secara pasti mengetahui dan memahami aspek dan memiliki keahlian baik secara teknis maupun
teknis dan persyaratan hidup udang di tambak, manajemen usaha.

182
Ketepatgunaan Teknologi Budidaya Udang Secara Intensif di Tambak ...................... (Bayu Vita Indah Yanti dan Zahri Nasution)

Pengembangan budidaya udang secara Mosher, A.T.1985. Menggerakan dan Membangun


intensif sebagaimana yang dilakukan dalam Pertanian. CV. Yasaguna. Jakarta.
program demfarm harus melibatkan pihak
Musyafak, A. dan T. M. Ibrahim. 2005. Strategi
penyandang dana atau perbankan dan swasta yang
Percepatan Adopsi dan Difusi Inovasi
memiliki tambak yang luas, sehingga skala usaha Pertanian Mendukung Prima Tani, Analisis
yang dikembangkan memenuhi persyaratan secara Kebijakan Pertanian. Volume 3 No. 1, Maret
ekonomi. Dengan demikian, diharapkan akan terjadi 2005 : 20-37. Pusat Analisis Kebijakan dan
efisiensi secara ekonomi dalam kaitannya dengan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Litbang
pemanfaatan tenaga kerja dan penggunaan sarana Pertanian. Departemen Pertanian.
serta prasarana pendukung lainnya.
Roger, E.M. dan F. F. Shoemaker. 1987. Memas-
DAFTAR PUSTAKA yarakatkan Ide-Ide Baru. Disarikan Oleh
Abdillah Hanafi dari Communication of
Dunn, W. N. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Innovation. Cetakan Ke-IV. Usaha Nasional.
Publik. Edisi Kedua. Gadjah Mada University Surabaya.
Press. Yogyakarta. 687 p.
Simatupang, P. 2003. Analisis Kebijakan: Konsep
Hikmat, H. 2001. Strategi Pemberdayaan Dasar dan Prosedur Pelaksanaan. Analisis
Masyarakat.HUP. Bandung. Kebijakan Pertanian. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.
Pusdatin (Pusat Data dan Informasi) Kementerian Badan Penelitian dan Pengembangan
Kelautan dan Perikanan. 2013. Program Pertanian. Departemen Pertanian. I (1):
Demfarm Kembali Hasilkan Udang Terbaik. 14-35.
Berita Antara Senin 3 Juni 2013.

183

Anda mungkin juga menyukai