PASAR
Bagas : Belanda menduduki kota pasukan akan saya tarik keluar kota dulu, sampai keadaan
memungkinkan. Belanda tidak akan bisa berbuat banyak diluar kota. Saya sudah perintah
yaitu Marsuti, untuk menggalang kekuatan di dalam kota dan bekerja sama dengan
pemerintahan sipil dan dalam hal ini Sri Sultan dan walikota kita tetap bergerilya dari luar.
Karena ada pergeseran pasukan berkas 3, maka berkas 3 akan dibagi dalam beberapa
supercursh seangan gerilya terhadap pos – pos Belanda dilakukan berdasarkan daerah operasi
masing – masing SWK.
Karis : Beul saya setuju, kita harus tetap melakukan perlawanan sesuai perintah Panglima
Tiara : MERDEKA!
Karis & Ifan : MERDEKA!
Karis : Aman dek?
Tiara : Aman pak, ini ada tititpan buat kawan -kawan disini
Ifan : Wah lumayan ini
Karis : Ada berapa orang di pos penjagaan?
Tiara : 5 orang
Bagas : Sudah bertemu dengan Letkol Marsuti?
Tiara : Sudah pak. Kehidupan rakyat di kota lebih sulit dari pada di desa terutama para
pegawai, Belanda memaksa para pegawai untuk tetap bekerja. Tetapi banyak yang tidak mau,
mereka menunggu perintah langsung dari Ngarso Dalem
Ifan :Yo syukurlah rakyat tidak mau, Sri Sultan melalui perintah monelling sudah cukup jelas
tidak bekerja sama dengan Belanda.
Karis : Betul, walaupun susah masyarakat banyak membantu kita
Karis : Saya yakin Ngarso Dalem pasti memikirkan sesuatu
Agung : Katanya sudah merdeka tapi kok ya masih keluar masuk hutan terus
Devananda : Kamu itu ngerti apa tentang kmerdekaan
Agung : Kemerdekaan itu Bung, harus diperjuangkan dengan darah, air mata, bahkan nyawa.
Jadi kalo Belanda itu belum menyerah juga ya terpaksa PERANG! Tidak seperti para
pemimpin kita itu plintak plintuk malah do rembugan karo londo.
Devananda : Sampai kapan kita hidup perang, sampai semuanya mati?
Agung : Ini masalah martabat Bung, martabat kita semua e
Fendhy : Sebagai tentara sudah selayaknya sampai batas akhir (batuk) hanya itu yang bisa
kita berikan kepada Ibu Pertiwi (batuk) pemimpin kita juga berjuang dengan caranya (batuk)
kita tunggu kabar dari Jogja (batuk).
GEDONG JENE KRATON NGAYOGYAKARTA HADININGRAT
Candra : Saya kira kita tidak perlu ragu – ragu lagi. Rakyat tetap dipihak kita. Surat-surat ini
adalah buktinya. Hasilnya sesuai dengan harapan kita.
Dimas : Bagaimana dengan komisi 3 negara?
Candra : KTN masih dihotel Merdeka, mereka diisolasi
Dimas : Paling tidak mereka akan tahu, bahwa Belanda tidak bisa menduduki Republik ini
seluruhnya. Rakyat dan Tentara masih memberi perlawanan.
Candra : Iya, tapi sampai kapan?
RUMAH BU RUSWO
RUMAH SUDIRMAN
Fendhy : Hutagalung , (batuk) kamu kan orang pinter , kamu harus bangun stategi serangan
Raihan : Siap pak
Fendhy : Berkenaan dengan surat yang disampaikan yang mulia, tentang serangan besar-
besar terhadap ibu kota Jogja saya menerima usul tersebut berhubung ibu kota berada di
bawah tanggung jawab Komandan daerah 3 taktik dan teknis operasi supaya berhubungan
dengan Komandan daerah 3 Letnan Kolonel Suharto.
RUMAH SUHARTO
Alkahilla : MERDEKA! Saya hendak sampaikan perintah monelling dari Ngarso Dalem, Pak
Harto diminta untuk menghadap ke Keraton
Bagas : Apakah ini berkaitan dengan perintah dari Panglima Besar yang baru saja saya
terima?
Alkahilla : Kemungkinan besar , iya pak
Bagas : Bagaimana dengan keamanan perjalan saya ke kota?
Alkahilla : Sudah ada perintah dari Lettu Marsudi untuk mengkondisikan segala sesuatunya
pak
Bagas : Baik saya segera menghadap