Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEBERAGAMAN MELALUI IMIGRASI DAN EMIGRASI

Dosen Pengampu : Dr. Siti Nurmayanti. SE.,MM

DISUSUN OLEH:

MUHAMAD MENTAS ALWI


A1B022327

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MATARAM

2023

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini guna memenuhi tugas untuk mata kuliah Manajemen SDM, dengan judul: "
keberagaman melalui imigrasi dan emigrasi " .

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan saran dan kritik, sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna
dikarenan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan kami. Maka dari itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran dan masukan serta kritik dari berbagai pihak.
Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ……………………………………………………… i

DAFTAR ISI…………………….…………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………. 1

1.1 Latar belakang ……………………………………………..…………… 1

1.2 Rumusan masalah ………………………….………………...…………. 5

1.3 Tujuan ……………………………………..……………………………. 6

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………… 7

2.1 Imigrasi Dan Emigrasi Mempengaruhi Keanekaragaman Dan


Pembangunan ……………………………………..………………………… 7

2.2 pengaruh keberagaman terhadap pertumbuhan berbeda antara negara


berkembang dan negara maju ……………………………………………… 11

2.3 Dampak positif dan negative dari imigrasi dan emigrasi ……...………. 13
BAB III PENUTUP………………..……………………………………… 17

3.1 Simpulan ……………………………..………………………………… 17

3.2 Saran …………………………………..…………………………..…… 17

DAFTAR PUSTAKA …………………….………………………………. 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dinamika perubahan penduduk dapat diamati dari perkembangan migrasi yang


terjadi. Dalam penelitian ini periode yang diamati adalah sejak tahun 2000 dan 2010
yang mana merupakan periode sebelum dan sesudah abad milenium. Dimana
persentase migrasi masuk di Indonesia secara jelas mengalami kenaikan dari 10,2
persen di tahun 2000 menjadi 11,7 persen di tahun 2010. Tren migrasi ini
menunjukkan bahwa persentase migran untuk masing-masing Provinsi mengalami
kenaikan, kecuali pada Provinsi Aceh, Bengkulu, Lampung dan Kalimantan Barat
telah terjadi penurunan persentase migran di Indonesia. Sementara itu, kenaikan
persentase migrasi tertinggi terjadi pada Provinsi Riau, DKI Jakarta, dan Kalimantan
Timur (Badan Pusat Statistik, 2010).

Peningkatan ini bukan hanya berdampak positif, tapi juga berdampak negatif.
Dampak positif yang bikin seseorang bertahan untuk tetap tinggal di daerah tersebut
dan menjadi magnet bagi masyarrakat luar untuk pindah ketempat tersebut,
sebaliknya faktor negatiflah yang mendorong masyarakat cenderung untuk
melakukan migrasi.Migrasi merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan
perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain untuk sementara waktu ataupun
selamanya dengan melewati batas administratif. Salah satu alasan terjadinya migrasi
dikarenakan oleh faktor ekonomi, yaitu untuk mendapatkan pekerjaan dan
penghasilan yang lebih banyakdari daerah asal dengan tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup.Ketika migrasi berpindah dari satu daerah ke daerah lain, mereka
pasti akan membawa berbagai keterampilan baru berupa keahlian, agama, etnis/suku
bangsa, Bahasa dan berbagai keragaman lainnya. Indonesia kaya akan keragaman
budayanya baik suku bangsa maupun agamanya. Keragaman budaya itu sendiri
merupakan suatu hal yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya.Bisa juga dikatakan
bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat keanekaragaman atau
tingkat heterogenitasnya yang tinggi (Sukma, 2005). Dalam penelitian ini tingkat
keragaman yang dikaji yaitu mengenai keragaman agama di Indonesia tahun 2000
dan 2010. Tingkat keragaman agama ini diukur berdasarkan Indeks
Fraksionalisasinya. Dimana dapat kita ketahui bahwa indeks fraksionalisasi agama di
Indonesia pada tahun 2000 dan 2010 berada dalam keadaan stabil yaitu sebesar 0,22
persen (Data diolah, BPS 2010). Pertumbuhan ekonomi merupakan hal yang sangat
dibutuhkan bagi negara atau wilayah karena pertumbuhan ekonomi bisa
dikategorikan sebagai faktor pemicu keberhasilan suatu perekonomian. Kebudayaan
masyarakat di lingkungan baru secara lambat laun pasti akan mempengaruhi nilai
budaya masing-masing anak. Kondisi lainnya yang muncul akibat dari perindahan
penduduk, adalah pertentangan antara pribumi dengan pendatangdan kondisi ini dapat
menimbulkan konfl ik yang dapat memecah persatuan dan kesatuan bangsa.
Pergesekan antara pendatang dengan pribumi biasanya muncul akibat adanya
perbedaan kultur dan nilai serta norma di antara mereka. Permasalahan kecil, sebagai
contoh akibat ketersinggungan yang disebabkan karena perbedaan persepsi, saja akan
mudah menimbulkan gesekan. Pada sisi lain, ketika seseorang datang ke suatu tempat
baru dan dia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan setempat namun dia harus
kehilangan nilai budayanya yang dibawa dari daerah asal akibat minimnya
pengenalan dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. ( Hermawan.2014).
Maju atau tidaknya suatu perekonomian itu dapat dilihat dari seberapa banyaknya
pertumbuhan yang dikjelaskan oleh perubahan output nasional. Dalam penelitian
ini,untuk mengukur pertumbuhan ekonomi dapat kita lihat dari jumlah pertumbuhan
PDRB atas harga konstan di Indonesia tahun 2000 dan 2010, dimana dapat lihat
bahwa jumlah pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami fluktuasi dari tahun
2000 ke tahun 2010. Dimana, pada tahun 2000 dan 2010 jumlah PDRB tertinggi
terdapat pada provinsi DKI Jakart yaitu sebesar 227.861.74 pada tahun 2000 dan
395.622.44 pada tahun 2010. Sedangkan jumlah PDRB terendah terdapat pada
provinsi Gorontalo yaitu sebesar 1.473.27 pada tahun 2000 dan 2.917.49 pada tahun
2010. (Badan Pusat Statistik, 2010)

Dalam arti luas, migrasi merupakan perubahan tempat tinggal secara


permanen atau semi permanen (Tjiptoherijanto, 2009). Dalam pengertian yang
demikian tersebut tidak ada pembatasan baik pada jarak perpindahan maupun
sifatnya, serta tidak dibedakan antara migrasi dalam negeri dengan migrasi luar
negeri (Lee, 2011). Sejarah kehidupan suatu bangsa selalu diwarnai dengan adanya
migrasi, dan oleh karena itu pula terjadi proses pencampuran darah dan kebudayaan.
Migrasi juga dapat diartikan sebagai perubahan tempat tinggal seseorang baik secara
permanen maupun semi permanen, dan tidak ada batasan jarak bagi perubahan tempat
tinggal tersebut (Lee, 2011). Proses migrasi internal dan internasional terjadi sebagai
akibat dari berbagai perbedaan antara daerah asal dan daerah tujuan. Perbedaan ini
disebabkan oleh faktor ekonomi, sosial dan lingkungan. Beberapa studi migrasi
menyimpulkan bahwa migrasi terjadi disebabkan oleh alasan ekonomi, yaitu untuk
memperoleh pekerjaan dan pendapatan yang lebih tinggi sehinga akan meningkatkan
kualitas hidup.

Meskipun hubungan antara pembangunan dan migrasi telah lama dianggap


sebagai isu yang “belum terselesaikan” ( Papademetriou, 1991 ), dan “keberagaman
pengalaman yang dijelaskan dalam literatur melarang generalisasi” ( De Haan, 1999,
hal. 20 ), terdapat konsensus yang menyatakan bahwa muncul di kalangan akademisi
dan lembaga pembangunan multilateral bahwa migrasi internasional mempunyai
dampak positif terhadap kesejahteraan ekonomi negara penerima (lihat misalnya, De
Haan, 1999 , UNDP, 2009 , Bank Dunia, 2009 ). Imigrasi dapat memberikan dampak
pertumbuhan yang menguntungkan melalui berbagai cara, misalnya dengan
meningkatkan efisiensi alokasi sumber daya internasional (lihatvan der Mensbrugghe
& Roland-Holst, 2009 ); memberikan kontribusi fiskal yang positif ( Dustmann &
Frattini, 2014 ); mengurangi rasio ketergantungan ( Gagnon, 2014 ); atau
meningkatkan inovasi dan spesialisasi melalui jumlah permohonan paten yang lebih
tinggi dan hibah yang dikeluarkan per kapita ( Chellaraj, Maskus, & Mattoo,
2008 ). Skeldon (2008) mempertanyakan seberapa beralasannya konsensus bahwa
migrasi dapat dikelola untuk mendorong pembangunan, dan apakah ini kemungkinan
akan menjadi fase yang berlalu dalam pemikiran pembangunan. Deane, Johnston, dan
Parkhurst (2013)menyarankan potensi benturan dalam perspektif tentang manfaat
migrasi dengan mengingat peran mobilitas dalam penyebaran HIV di Afrika sub-
Sahara, dan bagaimana migrasi dapat dikaitkan dengan perilaku berisiko yang
berbeda.

Salah satu dampak terpenting migrasi terhadap pembangunan ekonomi adalah


dampaknya terhadap tingkat heterogenitas negara tuan rumah. Faktanya, migran
meningkatkan keberagaman masyarakat ( Colier, 2013 ) dan meskipun tidak semua
imigran berbeda etnis dengan penduduk asli, heterogenitas etnis dalam masyarakat
moderen sebagian besar didorong oleh meningkatnya gelombang imigrasi (lihat
misalnya Putnam, 2007 ). Selain itu, karena para imigran seringkali memiliki tingkat
kesuburan yang lebih tinggi dibandingkan penduduk asli, keragaman etnis
kemungkinan akan meningkat di tahun-tahun mendatang, bahkan ketika tidak ada
arus masuk migrasi baru ( Putnam, 2007 , Smith dan Edmonston, 1997). Pada bagian
ini, kami akan menjelaskan secara lebih rinci saluran-saluran yang melaluinya
keragaman yang didorong oleh imigrasi memengaruhi pembangunan ekonomi. Kami
juga menawarkan diskusi singkat tentang potensi perbedaan pengaruh keragaman
terhadap pertumbuhan antara ekonomi berkembang dan maju.

Imigrasi merupakan aktivitas perpindahan dari satu negara ke negara lainnya


untuk menetap di lokasi baru tersebut Imigrasi merujuk pada perpindahan untuk
menetap permanen yang dilakukan oleh imigran, sedangkan turis dan pendatang
untuk jangka waktu pendek tidak dianggap imigran. Walaupun demikian, migrasi
pekerja musiman (umumnya untuk periode kurang dari satu tahun) sering dianggap
sebagai bentuk imigrasi. PBB memperkirakan ada sekitar 190 juta imigran
internasional pada tahun 2005, sekitar 3% dari populasi dunia. Sisanya tinggal di
negara kelahiran mereka atau negara penerusnya.

Walaupun migrasi manusia telah berlangsung selama ribuan tahun, konsep modern
imigrasi, khususnya pada abad ke -19 terkait dengan perkembangan negara-bangsa
dengan kriteria kewarganegaraan yang jelas, paspor, pengawasan perbatasan
permanen, serta hukum. Kewarganegaraan dari suatu negara memberikan hak-hak
khusus kepada penduduk negara tersebut, sementara para imigran dibatasi oleh
hukum imigrasi. Negara-bangsa membuat imigrasi menjadi suatu isu politik; per
definisi ia adalah tanah air suatu bangsa yang ditandai oleh kesamaan etnis
dan/atau budaya sedangkan imigran memiliki etnis dan budaya yang berbeda. Hal ini
kadang menyebabkan suatu ketegangan sosial,

Ada pula Anggota Keimigrasian, atau pegawai/petugas Imigrasi yang setiap


bertempatan di tempat-tempat kedatangan dan keberangkatan internasional. Tugas
Anggota Imigrasi guna untuk menjaga dan melaksanakan tugas untuk mengawasi
datangnya dan perginya suatu warga/orang dengan melihat/mensahkan identitas
orang tersebut yang akan bepergian keluar negeri. Juga memiliki tugas untuk
mengawasi orang yang datang dari luar negeri ke negeri Imigrasi itu sendiri, tugas
Keimigrasian antara lain untuk juga melihat dan mengidentifikasi datangnya orang itu
ke negeri Imigrasi itu sendiri. Lokasi para Anggota Keimigrasian itu sendiri antara
lain: Bandara Udara Internasional, Pelabuhan Laut Internasional dan Perbatasan
Negara guna menjaga, mengawasi, dan memperhatikan datangnya dan perginya suatu
orang maupun barang yang datang dan pergi dari negara satu maupun ke negara
lainnya. Jadi karena adanya imigrasi inilah yang menyebabkan terjadinya banyaka
keragaman di suatu wilayah.

1.2 rumusan masalah


1.2.1 apakah imigrasi dan emigrasi mempengaruhi keanekaragaman dan
pembangunan?
1.2.2 Apakah pengaruh keberagaman terhadap pertumbuhan berbeda antara
negara berkembang dan negara maju?

1.2.3 Apa saja dampak positif dan negative dari imigrasi dan emigrasi?

1.3 tujuan
1.3.1 untuk mengetahui apakah imigrasi dan emigrasi mempengaruhi
keanekaragaman dan pembangunan
1.3.2 untuk mengetahui apakah pengaruh keberagaman terhadap pertumbuhan
berbeda antara negara berkembang dan negara maju?

1.3.3 Untuk mengetahui apa saja dampak positif dan negative dari imgrasi dan
emigrasi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Imigrasi Dan Emigrasi Mempengaruhi Keanekaragaman Dan


Pembangunan

Menurut Mantra (2012) migrasi adalah gerak penduduk yang melintas batas
wilayah asal menuju ke wilayah tujuan dengan niatan menetap. Sebaliknya, migrasi
penduduk non-permanen adalah gerak penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lain
dengan tidak ada niatan menetap di daerah tujuan. Sedangkan menurut Steele (dalam
Mantra, 2012), bila seseorang menuju ke daerah lain dan sejak semula sudah
bermaksud tidak menetap di daerah tujuan, orang tersebut digolongkan sebagai
pelaku migrasi non-permanen walaupun bertempat tinggal di daerah tujuan dalam
jangka waktu lama. Dalam sosiologi menurut sifatnya migrasi dibedakan menjadi dua
bentuk, yaitu:

1. Migrasi vertikal yaitu perubahan status sosial dengan melihat kedudukan generasi,
misalnya melihat status kedudukan ayah.

2. Migrasi horisontal yaitu perpindahan penduduk secara teritorial, spasial atau


geografis. Untuk dimensi daerah secara garis besarnya dibedakan perpindahan antar
negara yaitu perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain yang disebut
migrasi internasional dan perpindahan penduduk yang terjadi dalam satu negara
misalnya antar propinsi, kota atau kesatuan administratif lainnya yang dikenal dengan
migrasi intern. Perpindahan lokal yaitu perpindahan dari satu alamt ke alamat lain
atau dari satu kota ke kota lain tapi masih dalam batas bagian dalam suatu negara
misalnya dalam satu Propinsi. Dalam arti luas, definisi tentang migrasi adalah tempat
tinggal migrasi penduduk secara geografis yang meliputi semua gerakan (movement)
penduduk yang melintasi batas wilayah tertentu dalam periode tertentu pula.
Perpindahan tempat (migrasi) dibedakan menjadi beberapa bentuk, yaitu sebagai
berikut:

1. Perubahan tempat yang bersifat rutin, misalnya orang yang pulang balik kerja
(Recurrent Movement).

2. Perubahan tempat yang tidak bersifat sementara seperti perpidahan tempat tinggal
bagi para pekerja musiman.

3. Perubahan tempat tinggal dengan tujuan menetap dan tidak kembali ke temapat
semula (Non Recurrent Movement).

Imigran adalah pembawa berbagai gagasan dan kemampuan, dan


merupakan faktor penting masukan ke dalam proses kemajuan teknologi. Namun,
lebih dari jumlah sebenarnya, komposisi mereka nampaknya menjadi isu krusial
dalam menstimulasi laju kemajuan teknologi di negara tujuan. Bahkan, sejumlah
besar studi, terutama pada tingkat mikro, mendukung pernyataan bahwa keragaman
memiliki efek peningkatan produktivitas. Keberagaman dalam sebuah tim dapat
meningkatkan kinerjanya, karena pekerja dari latar belakang berbeda membawa
berbagai keterampilan, pengalaman, dan kemampuan mereka dalam interaksi sehari-
hari. Sebuah artikel mani oleh Lazear (1999) menunjukkan bahwa keragaman dapat
meningkatkan produktivitas secara keseluruhan dengan adanya keterampilan yang
saling melengkapi. Hong dan Halaman (2001)diskusikan bagaimana heterogenitas
meningkatkan pemecahan masalah dan buktikan bahwa kelompok orang heterogen
dengan kemampuan terbatas dapat melakukan lebih baik daripada kelompok
homogen pemecah masalah berkemampuan tinggi. Studi empiris menunjukkan bahwa
heterogenitas, seperti tingkat fraksionalisasi tim pekerja menjadi kebangsaan yang
berbeda, meningkatkan produktivitas tenaga kerja, mempertahankan kemampuan
rata-rata konstan, yang konsisten dengan adanya pembelajaran tim bersama dan
tawar-menawar intra-tim (Hamilton et al. , 2003 , Trax dkk., 2015 ).

Pada tingkat yang lebih agregat, Ottaviano dan Peri (2006) menemukan
bahwa warga negara kelahiran AS yang tinggal di wilayah metropolitan dengan
pangsa pekerja kelahiran asing yang lebih tinggi mengalami peningkatan yang
signifikan dalam upah dan harga sewa, menyiratkan bahwa
lingkungan perkotaan yang lebih multikultural membuat warga negara kelahiran AS
lebih produktif. Demikian pula, Ager dan Brückner (2013) mengeksplorasi efek
imigrasi massal ke AS selama periode 1870–1920 dan menemukan bahwa sementara
peningkatan fraksionalisasi budaya di negara bagian AS meningkatkan output per
kapita, polarisasi budaya memiliki efek sebaliknya.

Temuan terakhir Ager dan Brückner (2013) tidak mengejutkan karena banyak
literatur empiris menunjukkan efek negatif dari fragmentasi rasial pada kohesi sosial
dan kepercayaan antarpribadi (misalnya, Alesina dan La Ferrara, 2005 , Delhey dan
Newton, 2005 ). Bukti eksperimental konsisten dengan pandangan ini dan
menunjukkan bahwa orang mempercayai orang yang terlihat seperti mereka lebih dari
mereka yang tidak ( DeBruine, 2002 ) dan garis ras merupakan hambatan penting
untuk percaya di antara individu ( Glaeser, Laibson, Scheinkman, & Soutter,
2000 ). Efek negatif ini dapat dimediasi oleh ikatan sosial dan interaksi sosial yang
sering dilakukan ( Stolle, Soroka, & Johnston, 2008 ).

Dengan menantang solidaritas sosial dan mengikis tingkat modal sosial


( Putnam, 2007 ), keragaman etnis terbukti memiliki sejumlah efek yang tidak
diinginkan pada masyarakat: keragaman, khususnya polarisasi budaya, dapat
menggoyahkan karena masyarakat yang terfragmentasi secara budaya terkait dengan
kemungkinan konflik yang tinggi (lihat misalnya, Esteban dan Ray, 2011 , Horowitz,
1985 , Montalvo dan Reynal-Querol, 2005a ); keragaman dapat
menyebabkan perpajakan distorsi , sektor pemerintah yang besar, atau redistribusi
rakus ( Azzimonti, 2011 , Lane dan Tornell, 1999);keberagaman etnis berkorelasi
negatif terhadap partisipasi dalam kegiatan masyarakat dan pemberian suara dalam
pemilu di berbagai tingkatan ( Mavridis, 2015 ); heterogenitas dalam berbagai bentuk
atau dimensi dapat menghambat tindakan kolektif ketika misalnya, individu dengan
kemampuan yang relatif tinggi dibujuk untuk keluar dari pengaturan penyatuan
( Platteau & Seki, 2007 ) dan dapat membuat peraturan menjadi kurang efisien
( Baland & Platteau, 2003 ); karena komunitas yang beragam secara etnis kurang
mampu mengatasi masalah tindakan kolektif, keragaman budaya dapat mengurangi
keinginan untuk mendistribusikan kembali pendapatan dan menyediakan barang
publik (secara sosial) pada tingkat yang optimal (misalnya, Bahry dkk., 2005,
Miguel dan Gugerty , 2005 ).

Hasil di atas juga tercermin dalam analisis lintas negara yang menyatakan
bahwa keberagaman tampaknya menghambat pertumbuhan ekonomi. Dengan
menggunakan sampel negara-negara Afrika, Easterly dan Levine (1997) menemukan
bukti dampak negatif keragaman terhadap pertumbuhan ekonomi, dan menyatakan
bahwa hal ini sebagian dapat menjelaskan kinerja ekonomi yang buruk di benua
tersebut. Gerring, Thacker, Lu, dan Huang (2015) mengungkap hubungan positif
keragaman dengan tingkat kesuburan dan kematian dan hubungan negatif dengan
literasi dan pertumbuhan. Gören (2014) menunjukkan bahwa sementara keragaman
etnis memiliki dampak negatif langsung yang kuat terhadap pertumbuhan ekonomi,
polarisasi etnis memiliki efek ekonomi negatif tidak langsung melalui investasi,
modal manusia, ketidakstabilan, keterbukaan, dan perang saudara.

Singkatnya, keragaman budaya mempengaruhi kecenderungan warga satu negara


untuk mempercayai warga negara lain, dan dengan demikian mengganggu koordinasi
antar aktor, meningkatkan perbedaan dalam preferensi kebijakan, dan menciptakan
harapan yang tidak sesuai. Pada saat yang sama, beragam norma, kebiasaan, dan etika
masyarakat dapat memelihara inovasi teknologi, difusi ide-ide baru, dan produksi
barang dan jasa yang lebih beragam. Melalui pengaruhnya terhadap inovasi teknologi
dan modal manusia, keragaman berperan penting dalam menentukan pola
pertumbuhan ekonomi. Efek bersihnya tidak jelas dan perlu ditentukan dari data.

2.2 Pengaruh Keberagaman Terhadap Pertumbuhan Berbeda Antara Negara


Berkembang Dan Negara Maju

Literatur mengenai imigrasi menekankan bahwa imigran mewakili sumber


daya manusia, khususnya yang sesuai untuk inovasi dan kemajuan teknologi
( Bodvarsson & Van den Berg, 2013 ); Seperti dampak pendidikan, tingkat
heterogenitas dalam komposisinya akan meningkatkan pembentukan sumber daya
manusia dan mendukung penerapan teknologi baru ( Nelson & Phelps,
1966 ). Namun, dampak sumber daya manusia terhadap pertumbuhan ekonomi masih
menjadi isu kontroversial, dan literatur pertumbuhan lintas negara baru-baru ini
secara meyakinkan menunjukkan bahwa negara-negara yang berbeda mengikuti
model linier yang berbeda ketika dikelompokkan berdasarkan tingkat awal
pembangunan ekonomi mereka (lihat Durlauf dan Johnson , 1995 , Kalaitzidakis et
al., 2001 ).Durlauf dan Johnson (1995) menemukan bahwa rasio partisipasi sekolah
menengah adalah sepertiga lebih besar di negara berpendapatan menengah
dibandingkan dengan negara berpendapatan tinggi. Krueger dan Lindahl
(2001) menemukan dampak positif dan signifikan pendidikan terhadap pertumbuhan
selanjutnya hanya terjadi di negara-negara kurang berkembang, yaitu negara dengan
tingkat pendidikan terendah. Demikian pula, Qadri dan Waheed (2013) mengklaim
bahwa pengembalian modal manusia lebih tinggi di negara-negara berpenghasilan
rendah daripada sampel penuh. Alasan teoretis yang mendasari temuan di atas
ditawarkan oleh Vandenbussche et al . (2006): negara-negara kaya lebih dekat
dengan garis depan teknologi, sehingga kekuatan efek mengejar ketinggalan dengan
garis depan menghilang dengan tingkat pembangunan relatif. Jika menganut klaim
ini, negara-negara berkembang seharusnya mendapatkan manfaat paling besar dari
keberagaman.

Namun, perdebatan masih terbuka dan sejauh ini belum ada konsensus
mengenai masalah ini: Kalaitzidakis et al . (2001)Misalnya saja, terungkap bahwa
pada tingkat sumber daya manusia yang rendah, dampak pendidikan sebenarnya
bersifat negatif, sedangkan pada tingkat menengah, dampaknya positif; Mereka
berpendapat bahwa dampak negatif rendahnya tingkat sumber daya manusia mungkin
mencerminkan kecenderungan tambahan jumlah pendidikan yang digunakan untuk
kegiatan mencari keuntungan. Meskipun dampak keseluruhannya masih ambigu,
terdapat landasan teoritis dan empiris yang cukup untuk memperkirakan bahwa
negara-negara di berbagai titik spektrum pembangunan tidak menunjukkan respons
yang seragam terhadap peningkatan tingkat keberagaman. Pada bagian selanjutnya,
kami berupaya mengungkap perbedaan dampak substantif keragaman terhadap
pertumbuhan antara negara-negara dengan ekonomi pasar maju dan negara-negara
kurang berkembang. Namun pertama-tama kita memerlukan dua indeks heterogenitas
komputasi, menggunakan informasi mengenai stok migrasi, masalah ini akan dibahas
selanjutnya.

2.3 Dampak migrasi dan emigrasi bagi suatu bangsa

Imigrasi merupakan datangnya penduduk dari negara luar ke negara ke


negara yang dituju dengan tujuan untuk menetap. Dampak positif dari imigrasi
adalah:

1. Dapat membantu memenuhi kekurangan tenaga ahli.

2. Adanya penanaman modal asing yang dapat mempercepat pembangunan.

3. Adanya pengenalan ilmu dan teknologi dapat mempercepat alih teknologi.

4. Dapat menambah rasa solidaritas antarbangsa.

Sedangkan dampak negatif imigrasi, yaitu:


1. Masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.

2. Imigran yang masuk adakalanya di antara mereka memiliki tujuan yang


kurang baik seperti pengedar narkoba, atau bertujuan politik.

Emigrasi adalah keluarnya penduduk dari suatu negara ke negara lain. Berikut
dampak positif dari adanya emigrasi, yaitu:

1. Dapat memperkenalkan kebudayaan ke bangsa lain.

2. Menambah devisa bagi negara terutama dari penukaran mata uang asing.
Mengurangi ketergantungan tenaga ahli dari luar negeri, terutama orang yang
belajar ke luar negeri dan kembali ke negara asalnya.

Sedangkan dampak negatif emigrasi adalah:

1. Emigran tidak resmi dapat memperburuk citra negaranya.

2. Kekurangan tenaga terampil dan ahli bagi negara yang ditinggalkan

BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN

Hasil di atas juga tercermin dalam analisis lintas negara yang menyatakan
bahwa keberagaman tampaknya menghambat pertumbuhan ekonomi. Dengan
menggunakan sampel negara-negara Afrika, Easterly dan Levine (1997) menemukan
bukti dampak negatif keragaman terhadap pertumbuhan ekonomi, dan menyatakan
bahwa hal ini sebagian dapat menjelaskan kinerja ekonomi yang buruk di benua
tersebut. Gerring, Thacker, Lu, dan Huang (2015) mengungkap hubungan positif
keragaman dengan tingkat kesuburan dan kematian dan hubungan negatif dengan
literasi dan pertumbuhan. Gören (2014) menunjukkan bahwa sementara keragaman
etnis memiliki dampak negatif langsung yang kuat terhadap pertumbuhan ekonomi,
polarisasi etnis memiliki efek ekonomi negatif tidak langsung melalui investasi,
modal manusia, ketidakstabilan, keterbukaan, dan perang saudara.

Singkatnya, keragaman budaya mempengaruhi kecenderungan warga satu negara


untuk mempercayai warga negara lain, dan dengan demikian mengganggu koordinasi
antar aktor, meningkatkan perbedaan dalam preferensi kebijakan, dan menciptakan
harapan yang tidak sesuai. Pada saat yang sama, beragam norma, kebiasaan, dan etika
masyarakat dapat memelihara inovasi teknologi, difusi ide-ide baru, dan produksi
barang dan jasa yang lebih beragam. Melalui pengaruhnya terhadap inovasi teknologi
dan modal manusia, keragaman berperan penting dalam menentukan pola
pertumbuhan ekonomi

3.1 SARAN

Bagi pembaca diharapkan makalah ini dapat menambah ilmu dan wawasan
tentang keberagaman melalui Imigrasi Dan Emigrasi .
DAFTAR PUSTAKA

Della, Marsel Fenia,Ariusni. “Analisis Kausalitas Migrasi, Keanekaragaman dan


Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”. : Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Pembangunan
Volume 9, Nomor 1, Mei 2020, Hal 41-47

Iwan Hermawan. “ Pendidikan Bagi Pendatang Di Tengah Mayoritas Masyarakat


Pribumi” Sosio Didaktika: Vol. 1, No. 1 Mei 2014. Hal 80-88.

https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0305750X16304466 (diakses
pada tanggal 22 Agustus 2023).
https://www.kompas.com/skola/read/2020/07/13/101500969/dampak-migrasi-
penduduk?page=all (diakses pada tanggal 22 Agustus 2023).

Anda mungkin juga menyukai