Anda di halaman 1dari 19

MANAJEMEN KEBIDANAN DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

PADA NEONATUS DAN BAYI


Mata Kuliah : Konsep Kebidanan

Dosen Pembimbing : Nana Usnawati, SST.,M.Keb

Disusun oleh :
Kelompok 5
1. Armedya Labiba A P27824423251
2. Diska Linta S P27824423256
3. Evi Merlina P P27824423261
4. Lidia Sabatina P27824423266

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDRAL KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Manajemen Kebidanan dalam Praktik Kebidanan Neonatus dan Bayii”. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Kebidanan di Poltekkes
Kemenkes Surabaya Prodi DIV Kebidanan Kampus Magetan. Dalam penyusunan
makalah ini, kami mengucapkan terimakasih terutama kepada:
1. Ibu Dwi Purwanti, S.Kp., M.Kes selaku Ketua Prodi DIV Kebidanan Kampus
Magetan
2. Ibu Nana Usnawati, SST.,M.Keb selaku dosen pengajar mata kuliah Konsep
Kebidanan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya Prodi DIV
Kebidanan Kampus Magetan
3. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini
Kami menyadari bahwa penyelesaian makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dalam segi pembahasan, penulisan, dan penyusunan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari dosen pembimbing mata
kuliah Konsep Kebidanan untuk menyempurnakan makalah ini.

Magetan, 28 Agustus 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 Latar belakang...........................................................................................1

1.2 Rumusan masalah......................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN TEORI...................................................................................3

2.1 Definisi Manajemen Kebidanan................................................................3

2.2 Tujuan Manajemen Kebidanan.................................................................4

2.3 Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan...............................................4

2.4 Standar Manajemen Kebidanan.................................................................8

BAB 3....................................................................................................................11

PEMBAHASAN...................................................................................................11

BAB 4 PENUTUP.................................................................................................14

4.1 Kesimpulan..............................................................................................14

4.2 Saran........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Manajemen kebidanan adalah suatu bidang yang menggabungkan
prinsip-prinsip manajemen dengan praktik kebidanan untuk memastikan
kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang terbaik. Manajemen
kebidanan memiliki tujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam
pengelolaan program kesehatan kebidanan, termasuk pemenuhan kebutuhan
kesehatan ibu dan bayi, ketersediaan dan penggunaan alat dan obat-obatan
medis yang aman, pengaturan sistem layanan kesehatan, dan peningkatan
kualitas pelayanan (Raehan, Ranti Lestari, Retno Heru, Dkk , 2023).

Dalam pengelolaan kebidanan, seorang manajer kebidanan harus


memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai bidang, seperti
manajemen sumber daya manusia, keuangan dan pemasaran. Selain itu,
seorang manajer kebidanan juga harus memahami isu-isu kesehatan ibu dan
bayi, termasuk diagnosis, perawatan dan pencegahan penyakit (Raehan, Ranti
Lestari, Retno Heru, Dkk , 2023).

Masa 1000 hari pertama kehidupan merupakan periode emas tumbuh


kembang seorang anak. kualitas tumbuh kembang pada masa ini sangat
mempengaruhi tumbuh kembang sampai dewasa. Untuk itu, pada masa ini
dibutuhkan dukungan yang adekuat baik dari lingkungan dalam kandungan
maupun lingkungan luar. Salah satu yang bisa mendukung pada masa 1000
HPK yang optimal adalah adanya dukungan dari bidan sebagai tenaga
kesehatan yang dekat dengan msyarakat terutama ibu dan anak. dalam
memberikan pelayanan bidan senantiasa harus menguasai tumbuh kembang
anak mulai dari adaptasi bayi pada sat dilahirkan sampai kebutuhan bayi
dikehidupan selanjutnya. Pengetahuan tentang adaptasi bayi baru lahir perlu
dikuasai agar bidan mampu memenuhi kebutuhan bayi baru lahir.

iv
Neonatus adalah dapat dikatakan dengan singkat masa usia dari sejak
lahir ke dunia sampai dengan 4 minggu. Anak mengalami tumbuh dan
berkembang tidak hanya di mulai dari masa neonatus, namun sejak dalam
kandungan. Selain itu neonatus adalah indiviidu yang sedang bertumbuh.
Adaptasi neonatus adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari
kehidupan di dalam uterus. Fisiologi neonatus merupakan ilmu yang
mempelajari fungsi dan proses vital neonatus. Kemampuan adaptasi
fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar
uterus (Fitria Hari, Fistaquk Isnaini, Eka Deviany, Dkk , 2021).

1.2 Rumusan masalah


1.2.1 Apa Definisi Manajemen Kebidanan?
1.2.2 Apa Tujuan Manajemen Kebidanan?
1.2.3 Bagaimana Langkah Langkah Manajemen Kebidanan?
1.2.4 Apa Standar Manajemen Kebidanan?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui definisi manajemen kebidanan
1.3.2 Mengetahui tujuan manajemen kebidanan
1.3.3 Mengetahui langkah-langkah manajemen kebidanan
1.3.4 Mengetahui standar manajemen kebidanan

v
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Manajemen Kebidanan


Manajemen berasal dari kata bahasa inggris “manage” yang artinya
mengolah, mengatur, mengendalikan, mengurus, melaksanakan, mengarahkan.
Definisi manajemen menurut beberapa ahli :

a. George R, Terry, 1958 dalam principle of management menyatakan


“Management Is The Accoplissing Of A Predetermined Objectif Through
The Efforts Of Other People“. Managemen adalah suatu proses
pencapaian tujuan berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan
sebelumnya dan diupayakan atau dilakukan secara bersama-sama dengan
orang lain.
b. Ricky W, Griffin, “The Procces Of Planning , Organizing Coordinating
And Controlling Resources To Achieve Goals Effectively Efficiently”.
Managemen sebagai proses perencanaan pengorganisasian
pengkoordinasian dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran
(goals) secara efektif dan efisien. Secara efektif artinya bahwa tujuan
dapat dicapai sesuai dengan perencanaan yang telah dilakukan sedangkan
efisien berarti bahwa tugas yang dilaksanakan secra benar, tepat,
terorganisir dengan baik dan sesuai dengan jadwal yang telah di tetapkan.
c. Mary Parker Follett, “Managemen Is The Art Of Getting Done Trough
People”. Managemen diartikan sebagai seni atau ketrampilan yang
dimiliki seseorang dalam mengelola atau mengatur untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan tertentu atau mencapai tujuan-tujuan tertentu secara
bersama-sama.

Managemen kebidanan adalah suatu proses atau metode pemecahan


masalah untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan terori

6
ilmiah, penemuan-penemuan ketrampilan dalam rangkaiana atau tahapan yang
logis dalam pengambilan suatu keputusna yang berfokus pada pasien
(varney,1997). Managemen kebidan merupakan metode atau alur berfikir bagi
bidan dalam melakukan asuhan kebidanan dan membantu bidan dalm
mengambil keputusan yang tepat dibantu dengan proses berfikir kritis agara
keputusan yang diambil dapat efektif dan efisien serta sesuai dengan
kebutuhan klien.

Dalam proses manajemen kebidanan terdapat langkah-langkah asuhan


yang sistematis sebagai alur pikir bidan dalam melakukan proses pemecahan
masalah kebidanan. Proses manajemen kebidanan merupakan suatu metode
pengorganisasian pikiran dan tindakan dalm suatu alur logis untuk
kesejahteraan dan pemberian asuhan pada klien. Proses penatalaksaan
manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan dan
sistematis. Langkah –langkah manajemen kebidanan, menurut varney 1997
terdiri 7 langkah yaitu pengumpulan data dasar, inpretasi data dasar,
identifikasi, diagnosa atau masalah potensial, indentifikasi kebutuhan segeta,
perencanaan asuhan menyeluruh, melaksanakan perencanaan, dan evaluasi
(Syaputra Deki, 2022).

2.2 Tujuan Manajemen Kebidanan


Tujuan utama dari manajemen kebidanan adalah untuk meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan,mencapai hasil yang optimal bagi klien,serta
efektivitas dan efisiensi penggolahan fasilitas kesehatan (Raehan, Ranti
Lestari, Retno Heru, Dkk , 2023).

2.3 Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan


Langkah-langkah Manajemen Menurut Varney 1997 adalah sebagai berikut:
1) Langkah 1: Tahap Pengumpulah Data Dasar
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat
dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:

7
a. Dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat menstruasi, riwayat
kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas, bio-psiko-sosial-
spiritual, serta pengetahuan klien.
b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-
tanda vital, meliputi:
1. Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auscultasi, dan perkusi)
2. Pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi/USG, dan cacatan
terbaru serta catatan sebelumnya).
Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah
berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi
yang akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam
tahap selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini harus komprehensif
meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat
menggambarkan kondisi pasien yang sebenarnya dan valid. Kaji ulang
data yang sudah dikumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan akurat.
2) Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah


berdasarkan interpretasi atas data- data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang
telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis dan
masalah yang spesifik. Rumusan diagnosis dan masalah keduanya digunakan
karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosis tetapi tetap
membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang
dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian.
Masalah juga sering menyertai diagnosis. Diagnosis kebidanan adalah diagnose
yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur diagnose kebidanan.

a. Standar nomenklatur diagnosis kebidanan:


b. Diakui dan telah disahkan oleh profesi.
c. Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan.
d. Memiliki ciri khas kebidanan.
e. Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan.

8
f. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
3) Langkah 3: Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial dan
Mengantisipasi Penanganannya.

Pada langkah ini bidan mengidantifikasi masalah potensial atau diagnosis


potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah
ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan
diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis atau masalah
potensial ini menjadi benar-benar terjadi. Langkah ini penting sekali dalam
melakukan asuhan yang aman. Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk
mampu mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah
potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar
masalah atau diagnosis potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini benar
merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang rasional atau logis. Kaji ulang
apakah diagnosis atau masalah potensial yang diidentifikasi sudah tepat.

4) Langkah 4: Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera untuk Melakukan


Konsultasi, Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain Berdasarkan Kondisi
Klien.

Mengindentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan


atau tenaga konsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan
kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya
selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama
wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu wanita
tersebut dalam persalinan. Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi.

Beberapa data mungkin mengidentifikasi situasi yang gawat dimana


bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak.
Data baru mungkin saja dikumpilkan dapat menunjukkan satu situasi yang
memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari
seorang dokter. Situasi lainnya tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan
konsultasi atau kolaborasi dengan dokter. Demikian juga bila ditemukan tanda-
tanda awal dari preeclampsia, kelainan panggul, adanya penyakit jantung,

9
diabetes, atau masalah medic yang serius, bidan memerlukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter.

Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan


konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja
sosial, ahli gizi atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini
bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada
siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan
kebidanan. Kaji ulang apakah tindakan segera ini benar-benar dibutuhkan.

5) Langkah 5: Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh.

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh


langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap masalah atau diagnose yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada
langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan
yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah terindentifikasi dari
kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka
pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan
terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu
merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-
kultural atau masalah psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita
tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan setiap aspek asuhan
kesehatan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua pihak, yaitu oleh
bidan dank lien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan
melaksanakan rencana asuhan bersama klien kemudian membuat kesepakatan
bersama sebelum melaksanakannya.

Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini


harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up
to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.

6) Langkah 6: Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman.

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan seluruh oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien

10
atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukannya sendiri, ia
tetap memikul tanggungjawab untuk mengarahkan pelaksanaannya, misalnya
memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana. Dalam situasi di
mana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami
komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah
tetap bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang
menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya
serta meningkatkan mutu dan asuhan klien. Kaji ulang apakah semua rencana
asuha telah dilaksanakan.

7) Langkah 7: Mengevaluasi

Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-
benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam
diagnose dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang
benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana
tersebut efektif sedangkan sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses
manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka
perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui
manajemen tidak efektif serta melakukan penyusaian terhadap rencana asuhan
tersebut.

Langkah-langkah proses manajemen umumnya merupakan pengkajian


yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta
berorientasi pada proses klinis, karena proses manajemen tersebut berlangsung di
dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung pada klien dan situasi
klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi dalam tulisan
(Syaputra Deki, 2022).

2.4 Standar Manajemen Kebidanan


Menurut Safitri (2022) dalam (Raehan, 2023) Standar manajemen
kebidanan adalah seperangkat panduan dan kriteria yang digunakan untuk
menilai dan memastikan bahwa pengelolaan unit pelayanan kebidanan sesuai
dengan standar yang ditetapkan. Standar ini mencakup berbagai aspek

11
pengelolaan, termasuk dalam hal sumber daya manusia, keuangan, fasilitas,
dan kualitas pelayanan.

Beberapa contoh standar manajemen kebidanan yang umum di Indonesia


antara lain:

1) Standar Pelayanan Kebidanan


Standar ini memuat kriteria pelayanan kebidanan yang berkualitas dan
aman bagi klien. Standar ini mencakup berbagai aspek pelayanan
kebidanan, termasuk dalam hal konseling pemantauan kehamilan,
persalinan, dan nifas.
2) Standar Sarana dan Prasarana
Standar ini memuat kriteria yang harus dipenuhi oleh fasilitas kesehatan
kebidanan, seperti ruang persalinan, ruang rawat inap, dan ruang operasi.
Standar ini juga mencakup kriteria pemeliharaan dan penggunaan
peralatan medis.
3) Standar Sumber Daya Manusia
Standar ini memuat kriteria yang harus dipenuhi oleh staf kesehatan
kebidanan, seperti kompetensi, kualifikasi pendidikan, dan pengalaman
kerja. Standar ini juga mencakup kriteria pengembangan karir dan
pelatihan.
4) Standar Manajemen Fasilitas Kesehatan
Standar ini memuat kriteria pengelolaan fasilitas kesehatan kebidanan,
seperti pengelolaan keuangan, pengadaan dan penggunaan aset, dan
pemantauan dan evaluasi pelayanan.
5) Standar Kebijakan dan Prosedur
Standar ini memuat kriteria kebijakan dan prosedur yang harus dipenuhi
oleh fasilitas kesehatan kebidanan, termasuk dalam hal konseling,
persalinan, pengelolaan keuangan, dan pengelolaan aset.
Dengan mematuhi standar manajemen kebidanan yang telah
ditetapkan, fasilitas kesehatan kebidanan dapat memastikan pelayanan
kebidanan yang berkualitas dan aman bagi klien, serta memperbaiki dan

12
meningkatkan pengelolaan fasilitas kesehatan secara keseluruhan (Raehan,
Ranti Lestari, Retno Heru, Dkk , 2023)

13
BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Contoh Kasus Manajemen Kebidanan Pada Bayi


Judul : Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada Bayi Ny. I
dengan Bayi Berat Lahir Rendah
Metode : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
dengan pendekatan studi kasus dengan penerapan Manajemen Asuhan
Kebidanan Tujuh langkah Varney dan catatan perkembangan dalam
bentuk SOAP.
Hasil :
Identifikasi Data Dasar
Anamnesa
Pada tanggal 20 Maret 2020 pukul 13.25 WITA. Pengumpulan data (data
subjektif) Nama: By Ny. ”I” Tanggal Lahir: 20 Maret 2020 Anak ke: 1
(Pertama) Umur: 0 Hari
Riwayat Kelahiran Bayi Bayi lahir tanggal 20 Maret 2020, usia kehamilan
ibu 32-34 minggu Jam 13.15 WITA lahir bayi. Tempat persalinan bayi di
RSKDIA Siti Fatimah Makassar. Penolong kelahiran bayi adalah Dokter
Obgyn dan Bidan Jenis Sectio cesarean Bayi lahir, BKB, SC, tidak langsung
menangis dengan: Berat Badan Lahir: 1700 Gram Panjang Badan: 42 Cm
APGAR Score: 5/7.
Pemeriksaan fisik jenis kelamin: laki-laki berat badan lahir: 1700 gram
panjang badan: 42 cm, lingkar kepala: 30 cm, lingkar dada: 26 cm, lingkar
perut: 26 cm, lingkar lengan atas: 8 cm, frekuensi jantung: 158x/menit,
pernafasan: 42 x/menit, suhu: 36,0°C.
Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar reflex sucking dan swallowing bayi
lemah. Bayi belum diberikan ASI selama pengkajian cara mengetahui dengan
refleks sucking yaitu dengan meletakan dot atau jari-jari tangan yang bersih ke
langit- langit mulut bayi maka ia akan mengatukan bibir dan mulai

14
mengisapnya. Bayi sudah BAK dan BAB sejak bayi lahir, bayi tampak bersih,
bayi belum dimandikan selama pengkajian, pakaian bayi sudah diganti.
Diagnosa/Masalah Aktual
Diagnosa Neonatus Kurang Bulan (NKB)/Sesuai Masa Kehamilan (SMK),
dengan BBLR
Diagnosa/Masalah Potensial
Diagnosa Potensial: gangguan pemenuhan nutrisi
Rencana Tindakan Segera/Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk: perawatan dalam inkubator
32°C, pemenuhan kebutuhan nutrisi 2 jam sekali dengan 7 cc tanggal 20
Maret 2020 jam 13.25 WITA
Intervensi
Pada tinjauan pustaka, perencanaan tindakan pada bayi BBLR dengan
hipotermi yang dilakukan mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan, memberitahu ibu dan keluarga tentang keadaan bayinya saat ini,
menjaga kehangatan pada bayi, mengobservasi tanda-tanda vital (frekuensi
jantung 150x/menit, suhu 36,0°C, pernapasan 42x/menit), melakukan
pemeriksaan antropometri (berat badan 1.700 gram, panjang badan 42 cm,
lingkar kepala 30 cm, lingkar dada 26 cm, lingkar perut 26 cm, lingkar lengan
atas 8 cm), melakukan pemberian nutrisi ASI 6cc/ 3 jam, penatalaksanaan
perawatan tali pusat dan mengganti pakaian atau popok bayi apabila kotor atau
basah, melakukan perawatan metode kanguru untuk menjaga suhu tubuh bayi
agar tetap hangat dan melakukan (skin to skin contact) seperti kanguru dan
menjaga kehangatan bayi di inkubator dengan suhu 32°C dari data yang
didapat sedangkan menurut teori suhu bayi BBLR 29,4°C.
Implementasi
Tanggal 20 Maret 2020 Pukul14.00 WITA
Berdasarkan teori tindakan yang dilakukan dari pengkajian pada intervensi
yang telah dibuat pada studi kasus bayi Ny ”I” semua intervensi telah di
implementasikan dengan mengacu pada intervensi yang telah ditentukan 20-
22 Maret 2020, mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan,

15
memberitahu ibu dan keluarga tentang keadaan bayinya saat ini mengalam
BBLR, menjaga kehangatan pada bayi, mengobservasi tanda-tanda vital
(frekuensi jantung 150x/menit, suhu 36,0°C, pernapasan 42x/menit),
melakukan pemeriksaan antropometri (berat badan 1.700 gram, panjang badan
42 cm, lingkar kepala 30 cm, lingkar dada 26 cm, lingkar perut 26 cm, lingkar
lengan atas 8 cm), penatalaksanaan perawatan bayi dalam inkubator dengan
suhu 32°C, melakukan pemberian nutrisi ASI 6 cc/3 jam melalui dot,
penatalaksanaan perawatan tali pusat, mengganti pakaian atau popok bayi
apabila kotor atau basah.
Evaluasi
Tanggal 20 Maret 2020, jam 17.00 WITA
Pemberian ASI 7 cc/3 jam BB 1.700 Gram Keadaan umum bayi ditandai
dengan: Tanda-tanda Vital bayi Frekuensi Jantung: 144 x/ menit Suhu : 36,°C
Pernafasan: 42x/ menit (Kaliky Nasmin, 2021)

16
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Didapatkan dari hasil pengkajian dan analisa data pada bayi Ny ”I”bahwa
berat badan lahir 1.700 gram, panjang badan 42 cm dan bayi di inkubator
dengan suhu 32°C dan APGAR skor 5/7. Diagnosa masalah aktual pada
Neonatus Kurang Bulan (NKB)/Sesuai Masa Kehamilan (SMK) dengan
pemenuhan nutrisi kurang. Diagnosa masalah potensial adalah gangguan
pemenuhan nutrisi pada bayi Ny ”I” dan terjadi pemenuhan nutrisi kurang
karena kemampuan mengisap serta menelan lemah. Pelaksanaan tindakan
segera dan kolaborasi pada bayi Ny ”I” ditemukan data yang menunjang
untuk dilakukan tindakan segera/kolaborasi dengan bidan dan dokter.
Rencana tindakan/intervensi yang dilakukan sesuai dengan teori.
Implementasi yang diberikan pada bayi Ny “I” seluruhnya dilaksanakan
sesuai dengan rencana tindakan asuhan kebidanan. Evaluasi akhir dari kasus
ini adalah hipotermi sedang teratasi ditandai dengan tanda-tanda vital suhu
36,5°C berat badan 1,750 gram, pernapasan 50x/menit, refleks menghisap
serta menelan lemah dan kebutuhan nutrisi sudah terpenuhi.
Pendokumentasian merupakan hal penting yang harus dilakukan dari seluruh
proses manajemen asuhan kebidanan pada kasus bayi Ny “I”.

4.2 Saran
Bidan dalam melaksanakan pelayanan dan perawatan dalam kasus
kebidanan sebaiknya menggunakan proses manajemen kebidanan secara
intensif dan alat-alat yang cukup untuk menunjang dalam melaksanakan
asuhan kebidanan secara komprehensif. Bidan hendaknya lebih banyak lagi
mengenali masalah klien melalui pendekatan proses asuhan kebidanan,
sehingga dapat memudahkan dalam menentukan jalannya pemecahan
masalah secara cepat dan tepat. Diharapkan ibu agar memeriksakan bayinya

17
ke tempat pelayanan kesehatan jika ada kelaianan pada bayi dan pemberian
imunisasi sesuai dengan jadwalnya serta dapat mengikuti saran-saran yang
diberikan oleh petugas kesehatan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Fitria Hari, Fistaquk Isnaini, Eka Deviany, Dkk . (2021). Kupas Tuntas Seputar
Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah . Malang : Wijaya Kusuma
Press.

Kaliky Nasmin, dkk. (2021). Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir
pada Bayi Ny. I. Window of Midwifery Journal Vol. 02 No. 01, 35-42.

Raehan, Ranti Lestari, Retno Heru, Dkk . (2023). Manajemen Kebidanan Konsep
dan Aplikasi dalam Praktik Kebidanan . Bandung: Kaizen Media
Publishing .

Syaputra Deki, dkk. (2022). Ilmu Kebidanan (Teori, Aplikasi dan Isu). Bandung:
Media Sains Indonesia.

19

Anda mungkin juga menyukai