HASIL WAWANCARA:
Penyebab rendahnya keaktifan peserta didik
dalam mengikuti pembelajaran:
1. Kepala Sekolah
1. Guru belum mampu mengelola
pembelajaran di kelas sehingga masih
ada peserta didik yang membuat keributan
dan tidak aktif dalam pembelajaran
2. Guru kurang pemberian motivasi kepada
peserta didik.
WAWANCARA:
Peserta didik sulit memahami apa yang mereka
baca. (Literasi)
1. Kepala Sekolah:
1) Penyebab kemampuan pemahaman
dalam membaca peserta didik masih
rendah yaitu Karena tidak terbiasa
membaca atau literasi kurang, serta
kurang memahami kosakata.
2) Penyebab kemampuan pemahaman
dalam membaca peserta didik karena
belajarnya kurang fokus atau kurang
konsentrasi.
2. Teman Sejawat / Guru:
1) Pengayoman dari guru khusus literasi
masih kurang
2) Penyebab kemampuan pemahaman dalam
membaca peserta didik masih rendah Bisa
karena mereka belum bisa membaca,
sehingga sulit bagi peserta didik yang
mengalami permasalahan keterlambatan
membaca ini untuk memahami apa yang
mereka baca, kurang pemahaman
kosakata, kebiasaan peserta didik yang
belum terbiasa membaca serta minat
terhadap bahan bacaan.
Hasil Wawancara:
Penyebab rendahnya kemampuan peserta didik
dalam menyelesaikan soal matematika:
1. Kepala Sekolah:
1) Guru belum memilih metode yang tepat
dalam memberikan pembelajaran numerasi
yang menyenangkan.
2) Pemahaman peserta didik tentang soal –
soal cerita masih minim
WAWANCARA:
Penggunaan model pembelajaran inovatif yang
masih belum maksimal diterapkan dalam
pembelajaran
1. Kepala Sekolah:
1) Penyebab penggunaan model
pembelajaran inovatif yakni pengetahuan
guru masih kurang, guru malas untuk
merubah dirinya dan enggan keluar dari
zona nyaman.
2) Penyebab penggunaan model
pembelajaran inovatif yang masih belum
maksimal dikarenakan Guru belum paham
serta belum menemukan model strategi
dan metode pembelajaran yg sesuai di
kelas
Hasil Wawancara:
Peserta didik mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal berbasis HOTS (Higher Order
Thinking Skill)
1. Kepala Sekolah:
1. Peserta didik yang belum terbiasa menemui
permasalahan penalaran yang
mengharuskan berpikir tingkat tinggi.
2. Guru jarang menerapkan metode
pembelajaran berpikir kritis/HOTS.
3. Peserta didik kurang berlatih dalam
menyelesaikan soal – soal kontekstual,
menuntut penalaran, argumentasi, dan
kreativitas dalam menyelesaikan soal HOTS