Anda di halaman 1dari 31

Pemantapan Mutu Internal (PMI)

Laboratorium Mikroskopis
Tuberkulosis
Dosen Pengampu : Maria Tuntun Siregar, S.Pd., M.Biomed.

Kelompok 4
Reguler 1
Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium
Medis
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
KELOMPOK 4
Anggota Kelompok :

Alita Sinta Diana 2013353037


Amalia Octa Reza 2013353038
Amanda Khairunisa 2013353039
Ariq Ripasa 2013353041
Ariyani 2013353042
Ayunda Tri Febriyanti 2013353043
Cyinthia Sherly 2013353044
Desta Marisa 2013353046
Desta Meliana 2013353047
Dhelazia Eka Aulia 2013353049
Dhiya Enaldayati 2013353050
Pemantapan Mutu Internal
Kegiatan Pemantapan Mutu Internal (PMI) laboratorium TB merupakan
kegiatan yang dilakukan dalam TB berupa kegiatan pengecekan, pencegahan dan
pengawasan yang dilaksanakan secara terus menerus terhadap seluruh proses pemeriksaan
laboratorium mikroskopis TB agar diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat dan teliti.
Tindakan pencegahan dan pengawasan perlu dilaksanakan sejak tahap pra analitik, analitik
dan paska analitik (Dirjen P2PL dan Bina Upaya Yan Kesehatan, 2012).

1. Tujuan PMI:
 Menjamin proses pemeriksaan laboratorium dilaksanakan sesuai prosedur tetap
 Menjamin kualitas hasil pemeriksaan laboratorium mikroskopik TB
 Mendeteksi kesalahan, mengetahui sumber / penyebab dan mengoreksi dengan cepat
dan tepat
SUMBER : MODUL PEMBELAJARAN TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN AHLI TEKNOLOGI
LABORATORIUM MEDIS HAL. 49
Tahap-tahap PMI mikroskopis
tb

PRA ANALITIK ANALITIK PAS CA ANALITIK


PRA ANALITIK
TAHAP PRA ANALITIK

1). Tersedia S PO dari semua prosedur pemeriksaan mikroskopik TB


pemeriksaan mikroskopik TB:

a) Prosedur tetap pengumpulan dahak


b) Prosedur tetap pembuatan sediaan
c) Prosedur tetap ksasi
d) Prosedur tetap pewarnaan.
e) Pemeriksaan mikroskopik 2) Persiapan pasien
f) Prosedur tetap pembacaan mikroskopik Memberikan bimbingan
g) Prosedur tetap pencatatan & pelaporan
kepada pasien tentang
h) Prosedur tetap pengolahan limbah
cara pengumpulan dahak,
waktu pengumpulan
dahak dan lokasi
pengumpulan dahak.
SUMBER : MODUL PEMBELAJARAN TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN AHLI
TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS HAL. 49
Contoh Spo

https://www.scribd.com/document/470636250/Sop-
Pemeriksaan-Mikroskopis-Tb-Paru#
TAHAP PRA ANALITIK

3.) Persiapan Alat dan Bahan

a) Pot dahak sesuai standar : bermulut lebar


Gambar 1. Pot dahak
(diameter 4-6 cm, transparan, bening,
tidak bocor, bertutup dengan ulir ≥3
b) Spidol dan label untuk pemberian
identitas sesuai dengan nomor identitas
Gambar 2. Label
yang tertera
c) Pensil 2B untuk menulis nomor identitas
sediaan pada bagian frosted kaca objek.

Gambar 3. Pensil Gambar 4. Spidol


SUMBER : MODUL PEMBELAJARAN TUBERKULOSIS UNTUK
PENDIDIKAN AHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS HAL. 49
TAHAP PRA ANALITIK
4) Uji Kualitas Contoh Uji Dahak
Dahak yang berkualitas: mukopurulen dengan volume minimal 3 ml. Petugas harus menolak contoh uji yang berupa
saliva dan harus dapat memotivasi pasien agar dapat mengeluarkan dahak yang baik.
Uji kualitas dahak dilakukan dengan cara melihat warna dan kekentalan dahak tanpa membuka tutup pot dahak, karena
itu pot dahak harus terbuat dari bahan yang transparan dan bening.

Mukoid yaitu Hemoptisis yaitu


kondisi sputum kondisi sputum dalam
dalam keadaan keadaan bercampur
berlendir dan darah
kental

Purulen yaitu
kondisi sputum Saliva atau air liur
dalam keadaan
kental dan lengket

SUMBER : MODUL PEMBELAJARAN TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN AHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS HAL. 50, http://repository.unimus.ac.id/1873/4/12.%20BAB%20II.pdf
TAHAP PRA ANALITIK
5) Uji Fungsi Reagen Ziehl Neelsen
 Uji ini diperlukan untuk memastikan reagen Ziehl Neelsen yang tersedia dapat mewarnai M.Tb
dengan baik. Petugas harus membuat sediaan dahak kontrol yaitu beberapa sediaan dahak dari
dahak BTA negatif dan dahak BTA 1 + yang telah di fiksasi.
 Petugas harus melihat hasil pewarnaan sediaan yang baik yaitu yang memberikan kontras warna
yang jelas dan khas pada warna latar, inti leukosit dan BTA. Hasil uji fungsi harus dicatat dalam
buku khusus yang menuliskan tanggal pelaksanaan uji fungsi, nomor batch botol reagen dan hasil
pewarnaan.
 Bila hasil pewarnaan carbol fuchsin dan methylen blue dinilai baik maka reagen dapat dipakai
sebaliknya bila memberikan hasil pewarnaan yang tidak baik :
a) Endapan/ kristal Carbol Fuchsin : reagen harus disaring langsung pada saat melakukan
pewarnaan.
b) Dekolorisasi yang tidak sempurna : mengganti larutan asam alkohol dengan larutan
yang baik
c) Warna BTA pucat: mengembalikan reagen kepada pabrik
SUMBER : MODUL PEMBELAJARAN TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN AHLI TEKNOLOGI LAB
MEDIS HAL. 50
ANALITIK
TAHAP ANALITIK
1. Memastikan prosedur tetap dilaksanakan dengan baik pada setiap prosedur pemeriksaan.
2. Persiapan alat

Kaca sediaan frosted-end slide baru Pensil 2B untuk menulis identitas Lidi atau batang bambu dengan ujung
sediaan berserabut (rough-end) untuk
mengambil dahak

Lidi atau batang bambu dengan ujung Lampu spiritus Pinset atau klem penjepit untuk
runcing untuk membuat ulir (coiling) memegang sediaan saat ksasi

SUMBER : MODUL PEMBELAJARAN TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN AHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM


MEDIS HAL. 51
LANJUTAN
Bak pewarnaan Rak pengering Pipet tetes Wadah Pencatat waktu/
pembuangan stopwatch
berisi desinfektan

Mikroskop Minyak imersi Kertas lensa Wadah limbah Air mengalir


binokuler yang dengan kualitas infeksius dengan volume
berfungsi dengan baik kecil yang lancar
baik

SUMBER : MODUL PEMBELAJARAN TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN AHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM


MEDIS HAL. 51
TAHAP ANALITIK
3) Pemberian Identitas
Identitas sediaan dituliskan pada sisi sediaan yang buram memakai pensil 2B dengan kode yang sesuai formulir
TB05, TB04 dan wadah dahak. Tidak diperkenankan menuliskan nama pasien di atas kaca sediaan.

SUMBER : MODUL PEMBELAJARAN TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN AHLI TEKNOLOGI


LABORATORIUM MEDIS HAL. 51
TAHAP ANALITIK
4). Penilaian Kualitas Sediaan Dahak
Pembuatan sediaan harus sesuai prosedur tetap dan di evalusi melalui uji kualitas sediaan
dahak dilakukan dengan penilaian pembuatan sediaan dengan penilaian terhadap 6 unsur
menggunakan skala sarang laba-laba Sediaan yang baik harus memperlihatkan skala sarang laba-
laba yang penuh, 6 unsur penilaian tersebut meliputi kualitas spesimen dahak, ukuran sediaan,
pewarnaan, kebersihan, ketebalan dan kerataan sediaan)

BAIK JELEK
SUMBER : Modul Pembelajaran Tuberkulosis Untuk Pendidikan Ahli Teknologi Laboratorium Medis Halaman 51, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Subdirektorat Tuberkulosis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Modul Pelatihan Laboratorium Tuberkulosis Bagi Petugas Di Fasyankes. Halaman 82.
6 Unsur Penilaian Kualitas Sediaan
1. Kualitas Spesimen 2. Kerataan Sediaan
Dahak Penilaian kerataan dilakukan secara makroskopis dan
Spesimen dahak berkualitas mikroskopis dengan tidak tampak adanya daerah yang
baik apabila ditemukan: kososng. Sediaan yang baik pada setiap lapang pandang
akan terlihat apusan dahak yang tersebar rata secara
mikroskopis.

Lekosit PMN ≥ 25 per Makrofag pada


LP pada perbesaran perbesaran 10 x 100
10 x 10

SUMBER : Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Subdirektorat


Tuberkulosis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Modul Pelatihan Laboratorium
Tuberkulosis Bagi Petugas Di Fasyankes. Halaman 79 dan 81
6 Unsur Penilaian Kualitas Sediaan
3. Ukuran Sediaan 4. Kebersihan
Ukuran sediaan dahak Sediaan dahak Penilaian kebersihan dilakukan secara
yang baik berbentuk oval berukuran makroskopis dan mikroskopis. Sediaan
panjang 3 cm dan lebar 2 cm yang baik terlihat bersih, tidak tampak
sisa zat warna, endapan kristal .
sediaan yang kurang bersih akan
mengganggu pembacaan secara
mikroskop.

SUMBER : Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Subdirektorat Tuberkulosis Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Modul Pelatihan Laboratorium Tuberkulosis Bagi Petugas Di Fasyankes.
Halaman 80 dan 82
6 Unsur Penilaian Kualitas Sediaan
6. Ketebalan
5. Pewarnaan Penilaian ketebalan sebelum pewarnaan
Pada sediaan yang baik tampak jelas dilakukan dengan meletakkan sediaan sekitar
kontras antara BTA dan warna latar, bersih 4cm di atas kertas. Penilaian ketebalan dapat
dan tidak tampak sisa zat warna. Pada juga dilakukan setelah sediaan dahak diwarnai.
waktu dilihat di bawah mikroskop akan Pada sediaan yang baik sel leukosit tidak
terlihat seperti dibawah ini tampak bertumpuk (one layer cells).

Ketebalan Sediaan telalu


Sediaan terlalu sediaan baik/ tebal sehingga
tipis sehingga ideal sehingga tulisan pada
tulisan yang ada tlisan pada koran koran tidak
di koran terlihat terlihat samar- terlihat
SUMBER : Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Subdirektorat jelas samar
Tuberkulosis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Modul Pelatihan Laboratorium
Tuberkulosis Bagi Petugas Di Fasyankes. Halaman 81
TAHAP ANALITIK
5) Pembacaan Mikroskopik
Pembacaan sediaan dahak menggunakan mikroskop dengan lensa objektif 10x untuk menentukan fokus kemudian pada lensa objektif 100x.
Pembacaan dilakukan sesuai prosedur tetap yaitu melihat melalui mikroskop sepanjang garis tengah sediaan secara horisontal dimulai dari ujung kiri ke
ujung kanan atau sebaliknya. Petugas harus dapat mengenali dengan baik BTA yang berbentuk batang langsing berwarna merah mengacu kepada
sediaan kontrol dahak BTA positif.

Cara pembacaan sediaan

Gambar : Bakteri Mycobacterium tubercu

SUMBER : Modul Pembelajaran Tuberkulosis Untuk Pendidikan Ahli Teknologi Laboratorium Medis Halaman 51, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Subdirektorat Tuberkulosis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Modul Pelatihan Laboratorium Tuberkulosis Bagi Petugas Di Fasyankes.
Halaman 78.
PASCA ANALITIK
PASCA ANALITIK
1.) Pelaksanaan dekontaminasi alat dan bahan infeksius
2.) Pelaporan
1. Hasil pembacaan mikroskopik dilaporkan pada formulir jawaban pemeriksaan laboratorium
sesuai dengan skala IUATLD.

2. Petugas tidak diperkenankan menuliskan laporan dengan tanda atau simbol yang tidak sesuai
skala IUATLD. Tidak diperbolehkan menuliskan hasil pemeriksaan diatas kaca sediaan.

SUMBER : MODUL PEMBELAJARAN TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN AHLI TEKNOLOGI


LABORATORIUM MEDIS HAL. 52
PASCA ANALITIK
3) Pencatatan
Hasil pemeriksaan harus segera dituliskan pada Form TB 04, sesuai kode dan
kolom peruntukannya. Hasil positif dituliskan dengan tinta merah.
4) Penyimpanan sediaan
Sediaan yang telah diperiksa harus disimpan untuk kepentingan pemantapan
mutu eksternal yaitu uji silang. Penyimpanan dilakukan sesuai dengan metoda uji silang
yang dilaksanakan di wilayah terkait.
 Penyimpanan sediaan untuk uji silang metode proporsional dilakukan dengan
memisahkan sediaan positif dan negatif urutan sesuai register TB 04.
 Penyimpanan sediaan untuk uji silang metode LQAS dilakukan dengan menyusun
seluruh sediaan dengan urutan sesuai register TB 04 tanpa memisahkan sediaan positif
dan negatif.

SUMBER : MODUL PEMBELAJARAN TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN AHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS HAL. 5
Pengelolaan Limbah di Lab
Mikroskopis TB
A. Pemilahan Limbah
Langkah-langkah pengelolaan limbah di laboratorium meliputi tindakan
pemilahan limbah, pengumpulan, sterilisasi dan/ netralisasi, transportasi, dan
pemusnahan. Pemilahan limbah laboratorium TB berdasarkan karakteristik infeksius dan
non-infeksius, baik padat, cair dan gas. Limbah tersebut harus dikelola sesuai sifat limbah
sehingga aman bagi petugas dan lingkungan laboratorium.

Limbah infeksius cair : sampel uji, pelarut disinfektan


Limbah infeksius padat : peralatan yang terpapar bahan infeksius
Non infeksius cair : reagen, air yang digunakan dalam proses pemeriksaan
Non infeksius padat : limbah rumah tangga yang tidak terpapar contoh uji
Gas : residu hasil proses pembuatan reagen

Sumber : Pedoman Teknis Keselamatan dan Keamanan Kerja Laboratorium TB Hal. 30


Pengelolaan Limbah di Lab Mikroskopis TB

B. Pengelolaan limbah infeksius


Pada Laboratorium Mikroskopis TB, wadah contoh uji dan tutupnya, kaca sediaan
yang sudah tak terpakai dan limbah padat lain harus direndam dalam larutan lysol 5% atau
disinfektan lain yang cocok untuk desinfeksi M.tuberculosis selama minimal 12 jam.
Laboratorium tanpa autoklaf:
Lakukan dekontaminasi alat dengan cara merendam dalam larutan disinfektan
selama minimum 12 jam kemudian direbus setelah mendidih dibiarkan minimal 10 menit.

Gambar : Cara dekontaminasi alat


Sumber : Pedoman Teknis Keselamatan dan
Keamanan Kerja Laboratorium TB Hal. 30-31
Laboratorium dengan autoklaf
Apabila laboratorium mikroskopis TB memiliki autoklaf lakukan
sterilisasi dengan autoklaf :
Cairan disinfektan yang digunakan untuk merendam harus
melalui proses netralisasi untuk memperkecil risiko kerusakan
lingkungan. Bahan infeksius dari laboratorium mikroskopis dapat
dimusnahkan dengan cara dibakar. Asap hasil pembakaran harus
dianggap beracun, sehingga drum tempat pembakaran harus
diletakkan jauh dari manusia dan berada di area terbuka.

Sumber : Pedoman Teknis Keselamatan dan Keamanan Kerja


Laboratorium TB Hal. 32
Transportasi dan
Pemusnahan
Setelah proses sterilisasi, limbah dipilah berdasarkan perlu tidaknya
dilakukan pemusnahan atau langsung dibuang ke tempat pembuangan
limbah umum.

Misalnya: Sisa media yang sudah steril dapat dibuang langsung ke tempat
pembuangan umum limbah yang akan dimusnahkan dapat dipindahkan
ke luar ruang kerja laboratorium selanjutnya dikubur
atau,dibakar/insinerasi atau dikumpulkan untuk kemudian diangkut ke
sarana pemusnahan limbah di luar laboratorium.

Sumber : Pedoman Teknis Keselamatan dan Keamanan Kerja


Laboratorium TB Hal. 33
Pengelolaan Limbah non Infeksius
1. Limbah Cair non Infeksius
Limbah cair non infeksius dari laboratorium TB tediri dari reagen dan air. Sebelum
dapat dibuang ke saluran pembuangan air umum limbah cair harus melalui Instalasi
Pengolahan Air Limbah atau netralisasi dengan pengenceran.

2. Limbah Padat non Infeksius


Limbah padat harus dikumpulkan dalam kotak limbah yang tutupnya dapat dibuka
dengan kaki dan sebelah dalamnya dilapisi kantong plastik yang warnanya
dibedakan dengan kantong plastik penampung limbah infeksius. Apabila sulit
mendapatkan kantong plastik berbeda warna, tandai kantong plastik dengan tulisan.
Perhatikan volume limbah dalam kantong agar kantong dapat diikat sebelum
diangkat dari dalam kotak. Limbah padat non infeksius dapat ditampung selanjutnya
dikelola oleh petugas kebersihan setempat.

Sumber : Pedoman Teknis Keselamatan dan Keamanan Kerja


Laboratorium TB Hal. 33-34
Pengelolaan Limbah non
Infeksius

3. Limbah Gas
Limbah gas di laboratorium TB dihasilkan pada proses pembuatan
reagen dan insinerasi. Insenerator harus memiliki cerobong yang
memenuhi persyaratan Kementerian Lingkungan Hidup. Pembuatan
reagen harus dilakukan di lemari asam sehingga uap yang dihasilkan
dalam proses tersebut tidak membahayakan petugas laboratorium.

Sumber : Pedoman Teknis Keselamatan dan


Keamanan Kerja Laboratorium TB Hal. 34
Macam-macam pemusnahan
limbah
Pengelolaan Limbah Pada prinsipnya semua peralatan dan limbah laboratorium
harus sudah “aman”, tidak lagi infeksius, saat keluar dari ruang laboratorium atau
saat pekerjaan pemeriksaan selesai. Tersedia wadah sampah untuk :
a) Limbah infeksius : padat, cair dan tajam.
b) Limbah non infeksius yang dapat didaur ulang
c) Limbah non infeksius yang tidak dapat didaur ulang
d) Masing-masing memiliki tanda/ warna yang berbeda.

Pemusnahan dapat dilakukan dengan cara :


a. Pembakaran, untuk mengurangi volume limbah.
b. Penimbunan/ dikubur
c. Limbah infeksius harus dikumpulkan pada tempat terpisah dalam wadah kuat tidak mudah
bocor.
d. Limbah non infeksius harus dikumpulkan pada tempat terpisah dalam wadah kuat tidak
mudah bocor.
e. Limbah padat dan limbah cair dipisahkan
f. Wadah untuk limbah tajam harus kuat terhadap tusukan

Sumber : Modul Pelatihan Laboratorium TB Bagi Petugas diFasyankes.


● Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit
● Modul Pembelajaran Tuberkulosis untuk Pendidikan Ahli
Teknologi Laboratorium Medik.— Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI. 2020
● Pedoman Teknis Keselamatan dan Keamanan Kerja
Laboratorium
● ,Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Subdirektorat Tuberkulosis Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. 2017. Modul Pelatihan Laboratorium
Tuberkulosis Bagi Petugas Di Fasyankes.
thanks

Anda mungkin juga menyukai