Anda di halaman 1dari 39

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/334388903

METROLOGI DAN PENGUKURAN

Book · July 2019

CITATION READS

1 76,411

1 author:

Junaidi ...
Universitas Harapan Medan ,Indonesia
173 PUBLICATIONS 510 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Junaidi ... on 30 December 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


2018
METROLOGI DAN PENGUKURAN UNHAR

OLEH : JUNAIDI

User
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS HARAPAN MEDAN
1/1/2018
Kompetensi
Kompetensi Khusus [1]
1. Mampu melakukan peneraan instrumen metrologi secara profesional
2. Mampu melakukan kalibrasi instrumen metrologi
3. Memiliki bekal pengetahuan yang komprehensif tentang instrumen metrologi legal dan
metrologi industri
dan cara pengukuran.
4. Memiliki bekal pengetahuan dan mampu menerapkan manajemen mutu di dalam
metrologi.
Kompetensi Umum
1. Mampu memahami dan menerapkan nilai-nilai Agama dalam kehidupan
2. Mampu memahami dan menerapkan nilai-nilai Ke Gadjah Madaan berdasarkan Pancasila
3. Mampu memahami dan menerapkan nilai-nilai Kewarganegaraan Indonesia
4. Mampu berkomunikasi secara lisan dan tulis
5. Memiliki jiwa kepemimpinan
6. Memiliki jiwa enterpreneurship
Dasar Keilmuan[1]
Dasar keilmuan Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Harapan Medan adalah:
1. Ilmu Metrologi Dasar dan Terapan
2. Ilmu Metrologi Legal
3. Ilmu Instrumentasi Dasar
Sedangkan keilmuan pendukungnya adalah:
1. Ilmu Pengetahuan Dasar Matematika
2. Ilmu Pengetahuan Dasar Fisika
3. Ilmu Pengetahuan Kerekayasaan Metrologi
4. Ilmu Sosial yang mendukung mutu peneraan, perilaku dan etika serta entrepreneurship.

Metrologi adalah ilmu yang mempelajari pengukuran besaran teknik, sedangkan Metrologi
Industri adalah ilmu yang mempelajari pengukuran dimensi dan karakteristik geometrik
suatu produk, menggunakan alat ukur sehingga didapatkan hasil yang mendekati hasil yang
sebenarnya[1].
Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran yang belum diketahui dengan suatu
besaran
yang standar.
Besaran adalah standar yang digunakan dalam pengukuran.
Besaran terdiri dari dua jenis:

dapat dijadikan acuan.


apa variabel dalam bentuk
persamaan.
Syarat-syarat besaran adalah[2]:

Agar bisa diukur, maka suatu produk harus mempunyai karakteristik geometrik antara lain:

Jenis-jenis pengukuran dalam Metrologi Industri:

1
1. Pengukuran Linear
2. Pengukuran Sudut
3. Pengukuran Kerataan dan Kedataran
4. Pengukuran Profil
5. Pengukuran Ulir
6. Pengukuran Roda Gigi
7. Pengukuran Posisi
8. Pengukuran Kekasaran Permukaan
Jenis-jenis alat ukur[3]:
Berdasarkan sifat aslinya, dapat dibedakan atas:
1. Alat Ukur Langsung
Yaitu alat ukur yang dilengkapi dengan skala ukur yang lengkap, sehingga hasil pengukuran
dapat langsung diperoleh.
Contohnya : jangka sorong, mikrometer.

2. Alat Ukur Pembanding


Yaitu alat ukur yang berfungsi untuk mengukur beda ukuran suatu produk dengan ukuran
dasar
produk yang telah diperkirakan terlebih dahulu dengan blok ukur.
Contohnya : dial indicator.
3. Alat Ukur Standar
Yaitu alat ukur yang hanya dilengkapi dengan satu skala nominal, tidak dapat memberikan
hasil pengukuran secara langsung, dan digunakan untuk alat kalibrasi dari alat ukur lainnya.
Contohnya : blok ukur.
4. Alat Ukur Kaliber Batas
Yaitu alat ukur yang berfungsi untuk menunjukkan apakah dimensi suatu produk berada di
dalam atau diluar dari daerah toleransi produk tersebut.
Contohnya : kaliber lubang dan kaliber poros.
5. Alat Ukur Bantu
Yaitu alat ukur yang berfungsi untuk membantu dalam proses pengukuran. Sebenarnya alat
initidak bisa mengukur objek, namun karena peranannya yang sangat penting dalam
pengukuranmaka alat ini dinamakan juga dengan alat ukur.
Contohnya : meja rata, stand magnetic, batang lurus.
Berdasarkan sifat turunannya, dapat dibedakan atas:
1. Alat Ukur Khas
Yaitu alat ukur yang dibuat khusus untuk mengukur geometri yang khas, misalnya kekasaran
permukaan, kebulatan, profil gigi pada roda gigi. Alat ukur jenis ini dapat dilengkapi skala
dan dilengkapi alat pencatat atau penganalisis data.
Contohnya alat ukur roda gigi.
2. Alat Ukur Koordinat
Yaitu alat ukur ysang memiliki sensor yang dapat digerakkan dalam ruang, digunakan untuk
menentukan posisi
Contohnya alat ukur posisi.
Berdasarkan prinsip kerjanya, dibedakan atas:

1. Alat ukur mekanik


2. Alat ukur elektrik
3. Alat ukur optik
4. Alat ukur pneumatik
5. Alat ukur hidrolik dan aerodinamik

2
Konstruksi umum dari alat ukur[2]:
1. Sensor
Yaitu bagian alat ukur yang menghubungkan alat ukur dengan objek ukur.
Terdiri dari

2. Pengubah
Yaitu bagian alat ukur yang berfungsi mengubah sinyal yang dirasakan oleh sensor menjadi
besaran ynag terukur.
Terdiri dari:

3. Penunjuk
Yaitu bagian alat ukur yang berfungsi menunjukkan harga pengukuran.
Terdiri dari:

. Skala linear
. Skala melingkar

. Digital mekanik
. Digital elektrik (LED)
Adapun sifat dari alat ukur adalah[3]:
1. Rantai kalibrasi
Yaitu kemampuan alat ukur untuk bisa dilakukan tingkatan pengkalibrasian.

Tingkatan tersebut adalah

ndar dengan alat ukur standar nasional.

2. Kepekaan
Yaitu kemampuan alat ukur untuk dapat merasakan perbedaan yang relatif kecil dari harga
pengukuran.
3. Mampu baca
Kemampuan sistem penunjukan dari alat ukur untuk memberikan harga pengukuran yang
jelas dan berarti.
4. Histerisis
Yaitu penyimpangan dari harga ukur yang terjadi sewaktu dilakukan pengukuran secara
kontinu dari dua arah yang berlawanan.
5. Pergeseran
Yaitu terjadinya perubahan posisi pada penunjuk harga ukur sementara sensor tidak
memberikan / merasakan sinyal atau perbedaan.
6. Kepasifan
Terjadi apabila sensor telah memberikan sinyal, namun penunjuk tidak menunjukkan
perubahan pada harga ukur.

3
7. Kestabilan nol
Yaitu kemampuan alat ukur untuk kembali ke posisi nol ketika sensor tidak lagi bekerja.
8. Pengambangan
Yaitu suatu kondisi alat ukur dimana jarum penunjuk tidak menunjukkan harga ukur yang
konstan. Dengan kata lain, penunjuk selalu berubah posisi atau bergerak.
Sifat dari pengukuran:

harga yang sebenarnya.

beberapa pengukuran yang dilakukan

Metode-metode pengukuran dalam Metrologi Industri


1. Pengukuran Langsung
Yaitu pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur langsung dimana hasil
pengukuran dapat diperoleh secara langsung.
2. Pengukuran Tak Langsung
Yaitu pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur pembanding dan alat ukur
standar, dimana hasil pengukuran tidak dapat diperoleh secara langsung.
3. Pengukuran dengan Kaliber Batas
Yaitu pengukuran yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah dimensi suatu
produk berada di dalam atau diluar daerah toleransi produk tersebut.
4. Membandingkan dengan Bentuk Standar
Yaitu pengukuran yang dilakukan dengan cara membandingkan bentuk produk dengan
bentuk standar dari produk tersebut. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan profil
proyektor.
Toleransi adalah perbedaan ukuran antara kedua harga batas, dimana ukuran atau jarak
permukaan batas geometri komponen harus terletak. Suaian adalah hubungan antara dua
komponen yang akan dirakit, yang ditimbulkan adanya perbedaan ukuran bagi pasangan
elemen geometrik saat mereka disatukan. Kalibrasi adalah membandingkan suatu alat ukur
(skala atau harga nominalnya) dengan acuan yang dianggap lebih benar. Langkah-langkah
kalibrasi yaitu melakukan pengkalibrasian alat ukur dengan alat ukur yang lebih tinggi
tingkatannya pada rantai kalibrasi, sehingga alat ukur tersebut dapat mempunyai aspek
keterlacakkan (trace ability).
2.2 Teori Dasar Alat Ukur[4]
Adapun alat ukur yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1. Mistar Ingsut (Jangka Sorong) 150 mm dan 100 mm.
2. Mikrometer rahang luar
Adalah mikrometer yang digunakan untuk mengukur dimensi luar suatu benda.
1. Mikrometer rahang dalam Adalah mikrometer yang digunakan untuk mengukur dimensi
dalam suatu benda.
1. Mikrometer kedalaman.
Adalah mikrometer yang digunakan untuk mengukur kedalaman lubang.
Mistar Ingsut atau Jangka Sorong adalah alat ukur dimensi linier atau panjang yang memiliki
dua skala yaitu Skala Utama dan Skala Nonius. Skala Utama adalah skala panjang dan Skala
Nonius adalah skala yang digeser-geser.

Mikrometer adalah alat ukur dengan prinsip kerja dengan informasi gerak melingkar skala
yang
diputar menjadi gerak tranfersal pada sensornya.
Mistar Ingsut digunakan untuk mengukur:

4
1. Dimensi Luar.
2. Ketebalan.
3. Diameter Dalam.
4. Kedalaman Lubang.
Mikrometer digunakan untuk mengukur:
1. Ketebalan dinding atas.
2. Ketebalan alas dari suatu produk.
3. Diameter dalam dan luar.
Jenis-jenis suian antara lain :

Dapat didefinisikan dimana daerah toleransi poros selalu berada di atas daerah toleransi
lubang.

Dapat didefinisikan dimana daerah toleransi lubang berpotongan dengan toleransi poros.

Dapat didefinisikan dimana daerah toleransi lubang selalu berada di atas daerah toleransi
poros.

Etimologi
Apa itu metrologi ?
Ditinjau dari segi bahasa, kata metrologi berasal dari gabungan antara metro dan logi. Di
mana metro berasal dari bahasa Yunani Metron yang berarti ukuran, dan akhiran logi dari
bahasa Perancis –logie atau Latin –logia, yang menunjukkan subjek dari suatu penelitian
ilmiah, atau ilmu tentang sesuatu. Jadi bisa disimpulkan bahwa metrologi berarti suatu
penelitian ilmiah tentang ukuran, atau ilmu yang membahas tentang ukuran. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia edisi III, metrologi adalah ilmu tentang ukuran, timbangan, dan
takaran.
Pentingnya Metrologi[2][1]
Salah satu faktor penting untuk kemajuan suatu negara adalah pertumbuhan ekonominya.
Perdagangan internasional amat diperlukan dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Namun
terdapat penghambat yang besar untuk peningkatan perdagangan antar negara, salah satunya
adalah Technical Barrier to Trade (TBT) atau hambatan teknis perdagangan. Disamping itu
persaingan antar negara yang semakin meningkat dalam era perdagangan bebas sekarang ini
menuntut kualitas yang tinggi bagi produk-produk yang dipasarkan, artinya kualitas yang
dapat diterima oleh pasar yaitu kualitas produk yang memenuhi regulasi dan standar
internasional. Kualitas suatu produk dinyatakan dalam sertifikat pengujian produk tersebut.
Disini diperlukan data yang valid yang berarti hasil uji di negara pengekspor komparabel
(tidak berbeda) dengan di negara pengimpor. Tanpa pengujian yang valid tidak ada jaminan
bahwa kualitas produk memenuhi regulasi/standar internasional dan hal ini dapat
menghambat ekspor. Lemahnya infrastruktur metrologi yang diakui internasional merupakan
akar penyebab hambatan teknis seperti diuraikan diatas, yang juga berarti menghambat
perkembangan ekonomi negara. Dalam hal ini negara-negara berkembang merupakan
kelompok yang paling dirugikan oleh adanya TBT, termasuk diantaranya Indonesia. Dilain
pihak, membanjirnya produk manufacturing impor saat ini sudah mengancam kelangsungan
hidup sebagian industri dalam negeri. Hal ini terjadi karena SNI (Standar Nasional Indonesia)
untuk produk terkait belum tersedia, yang artinya infrastruktur laboratorium pengujian untuk
produk tersebut juga belum ada. SNI diperlukan untuk menangkal/membatasi masuknya
produk-produk non standar berkualitas rendah yang merugikan konsumen, merusak pasaran
dan mematikan industri lokal. Lembaga Metrologi Nasional, NMI yang kompeten sangat
dibutuhkan sebagai landasan terbentuknya infrastruktur metrologi nasional yang kuat dan

5
kokoh.Dengan adanya infrastruktur metrologi yang kuat dan kokoh, maka masalahmasalah
nasional yang bermuara dari tidak akuratnya data hasil pengujian dapat diatasi. Selain itu,
segala hambatan perdagangan (TBT) dapat ditanggulangi sehingga akan meningkatkan
perekonomian nasional.
Tujuan Mempelajari Metrologi Industri[1]
Mengapa metrologi industri harus dipelajari, khususnya bagi mereka yang bergerak di bidang
industri? Mempelajari sesuatu tentu saja ada tujuan yang ingin dicapai. Demikian juga
dengan belajar metrologi industri. Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan mempelajari
industri idealnya adalah menguasai seluk-beluk pengukuran sehingga bila diaplikasikan di
bidang perindustrian akan diperoleh hasil/produk yang presisi dengan biaya yang semurah
mungkin. Memang untuk memperoleh hasil yang ideal tidak mungkin seratus persen dicapai.
Akan tetapi, dengan dikuasainya seluk beluk pengukuran maka paling tidak sistem kerja
industri yang efektif dan efisien bisa dipenuhi. Secara rinci dapat juga dikemukakan disini
bahwa tujuan mempelajari metrologi industri adalah:
1. Dapat mengelola laboratorium pengukuran baik yang ada di industri maupun di bengkel
kerja pada pendidikan ketrampilan teknik
2. Dapat menggunakan dan membaca skala alat-alat ukur dengan tepat dan benar
3. Dapat menentukan dan memilih alat-alat ukur yang tepat sesuai dengan bentuk dari obyek
yang akan diukur
4. Dapat mengalibrasi dan memelihara alat-alat ukur sehingga alat-alat ukur tetap terjamin
ketepatannya bila digunakan untuk pengukuran
5. Memiliki pengetahuan tentang sumber-sumber penyimpangan pengukuran dan dapat
menentukan bagaimana caranya mengurangi seminimal mungkin penyimpangan tersebut
6. Dapat merendahkan biaya inspeksi semurah mungkin dengan penggunaan fasilitas yang
ada secara efektif dan efisien
7. Dengan menguasai pengetahuan tentang kontrol kualitas, maka dapat membantu
peningkatan produktivitas hasil kerja, baik hasil kerja di bidang pendidikan ketrampilan
teknik maupun di bidang peridustrian
Metrologi di Indonesia
Legalitas metrologi di Indonesia berpijak pada Undang-undang Republik Indonesia
No. 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (UUML) yang mengatur hal-hal mengenai
pembuatan, pengedaran, penjualan, pemakaian, dan pemeriksaan alat-alat ukur,
takar, timbang dan perlengkapannya. Sesuai dengan amanat UUML tersebut, maka
ditetapkanlah Peraturan Pemerintah (PP) No. 2 Tahun 1989 tentang Standar Nasional untuk
Satuan Ukuran (SNSU) yang menjabarkan perihal penetapan, pengurusan, pemeliharaan dan
pemakaian SNSU sebagai acuan tertinggi pengukuran yang berlaku di Indonesia. Selain itu,
ditetapkan pula Keppres No. 79 tahun 2001 tentang Komite Standar Nasional untuk Satuan
Ukuran (KSNSU) sebagai penjabaran UUML yang mengharuskan adanya lembaga yang
membina standar nasional. Keppres ini memandatkan bahwa pengelolaan teknis ilmiah
SNSU diserahkan kepada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Secara tidak
langsung, Keppres ini berisi penunjukkan Lembaga Metrologi Nasional atau National
Metrology Institute (NMI) kepada salah satu unit kerja di LIPI. Dalam hal ini, Pusat
Penelitian Kalibrasi, Instrumentasi, dan Metrologi (Puslit KIM–LIPI) adalah unit organisasi
di bawah LIPI yang bidang kegiatannya paling berkaitan dengan pengelolaan standar
nasional. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa Puslit KIM–LIPI merupakan instansi
pemerintah yang menjalankan fungsi sebagai Lembaga Metrologi Nasional atau NMI di
Indonesia.
Secara umum, tugas dan fungsi sebagai NMI yang dijalankan oleh Bidang Metrologi
ada di lingkup metrologi ilmiah, yang juga menjadi acuan untuk metrologi industri
maupun metrologi legal. Tugas dan fungsi ini meliputi:

6
1. Memelihara standar-standar pengukuran tingkat nasional (standar nasional)
2. Mendiseminasikan atau mentransfer nilai ukur dari standar nasional ke standar-standar
industri (standar ukur yang dimiliki industri)
3. Melakukan penelitian mengenai metode pengukuran dan perancangan sistem pengukuran
4. Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang metrologi dalam bentuk pelatihan dan
konsultasi
5. Memberikan saran kebijakan yang berkaitan dengan metrologi ilmiah dan metrologi
industri
6. Berkomunikasi dan bekerja sama dengan LMN negara-negara lain dilingkup Asia-Pasifik
dan Internasional Dilihat dari jenis besarannya, bidang metrologi di Pusli KIM-LIPI dibagi ke
dalam beberapa subbidang berikut:

kanan,flow, densitas)

TOLERANSI[1]
Toleransi merupakan sifat atau sikap toleran, yaitu menenggang (menghargai, membiarkan,
membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan
sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian itu sendiri. Adanya toleransi
merupakan suatu hal yang penting untuk bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam
suku, agama dan ras. Banyaknya pertikaian yang terjadi, baik antar etnis, tawuran antar
pelajar, hingga antar suporter menunjukkan masih rendahnya rasa toleran dalam masyarakat.
Tapi bukan toleransi seperti itu yang akan dibahas dalam posting berikut ini. Standar ISO
286-1:1988 Part 1: "Bases of tolerances, deviations and fits" serta ISO 286-2:1988 Part 2:
"Tables of standard tolerance grades and limit" adalah merupakan dasar bagi penggunaan
toleransi dan suaian yang diikuti banyak perusahaan dan perancang sampai saat ini. Suatu alat
atau benda kerja sangat sulit dapat dibuat dengan ukuran yang tepat sesuai permintaan,
karena menyangkut ketelitian dalam proses pembuatannya. Hal ini menuntut kesadaran dari
seorang perencana bahwa perlu diberikan dua batas penyimpangan yang diizinkan pada
setiap ukuran elemen. Dua batas penyimpangan ukuran yang diizinkan ini disebut toleransi.
Toleransi memberi arti yang sangat penting sekali dalam dunia industri. Dalam proses
pembuatan suatu produk banyak faktor yang terkait di dalamnya. Oleh karena itu ukuran
yang diperoleh tentu akan bervariasi. Variasi ukuran yang terjadi ini di satu pihak memang
disengaja untuk dibuat, sedang di pihak lain adanya banyak faktor yang memengaruhi proses
pembuatannya. Dalam hal variasi ukuran yang sengaja dibuat ini sebetulnya ada tujuan tujuan
tertentu yang salah satunya adalah untuk memperoleh suatu produk yang berfungsi sesuai
dengan yang direncanakan. Variasi ukuran ini ada batasnya dan batas-batas ini memang
diperhatikan betul menurut keperluan. Batas-batas ukuran yang direncanakan tersebut
menunjukkan variasi ukuran yang terletak di atas dan di bawah ukuran dasar (basic size).
Dengan adanya variasi harga-harga batas ini maka komponenkomponen yang dibuat dapat
dipasangkan satu sama lain sehingga fungsi dari satuan unit komponen tersebut terpenuhi.
Penentuan besarnya toleransi tentu harus memperhatikan segi-segi positif dan kegunaan dari
komponen yang akan dibuat. Makin presisi suatu komponen dibuat maka besarnya toleransi
juga makin kecil. Makin kecil toleransi yang harus dibuat maka makin kompleks pula proses
pembuatannya, apalagi bila besarnya toleransi mendekati nol. Makin kompleks proses
pembuatan suatu komponen sudah tentu akan memengaruhi pula pada biaya yang harus
dikeluarkan. Beberapa istilah perlu dipahami untuk penerapan standar ISO tersebut di atas.
Untuk setiap komponen perlu didefinisikan:

7
Ukuran dasar (basic size) Ukuran/dimensi benda yang dituliskan dalam bilangan bulat.
Daerah toleransi (tolerance zone) Daerah antara harga batas atas dan harga batas bawah
Penyimpangan (deviation) Jarak antara ukuran dasar dan ukuran sebenarnya. Apabila dua
buah komponen akan dirakit maka hubungan yang terjadi yang ditimbulkan oleh karena
adanya perbedaan ukuran sebelum mereka disatukan,disebut dengan suaian (fit). Suaian ada
tiga kategori, yaitu:
1. Suaian Longgar (Clearance Fit): selalu menghasilkan kelonggaran, daerah toleransi lubang
selalu terletak di atas daerah toleransi poros.
2. Suaian paksa (Interference Fit): suaian yang akan menghasilkan
kerapatan, daerah toleransi lubang selalu terletak di bawah toleransi poros.
3. Suaian pas (Transition Fit): suaian yang dapat menghasilkan kelonggaran ataupun
kerapatan, daerah toleransi lubang dan daerah toleransi poros saling menutupi.
Untuk mengurangi banyaknya kombinasi yang mungkin dapat dipilih maka ISO telah
menetapkan dua buah sistem suaian yang dapat dipilih, yaitu:
1. Sistem suaian berbasis poros (shaft basic system),
2. Sistem suaian berbasis lubang (hole basic system).

Apabila sistem suaian berbasis poros yang dipakai maka penyimpangan atas toleransi poros
selalu berharga nol (es = 0). Sebaliknya, untuk sistem suaian berbasis lubang maka
penyimpangan bawah toleransi lubang yang bersangkutan selalu bernilai nol (EI = 0).
Istilah lubang dan poros dapat berarti secara luas untuk menunjukkan ruang kosong dan
ruang padat, misalnya lebar alur pasak dan tebal pasak. Toleransi dituliskan di gambar kerja
dengan cara tertentu sesuai dengan standar yang diikuti (ASME atau ISO). Toleransi bisa
dituliskan dengan beberapa cara: Ditulis menggunakan ukuran dasar dan penyimpangan yang
diizinkan. Menggunakan ukuran dasar dan simbol huruf dan angka sesuai dengan standar
ISO, misalnya : 45H7, 45h7, 30H7/k6.
Toleransi yang ditetapkan bisa dua macam toleransi, yaitu toleransi bilateral dan toleransi
unilateral. Kedua cara penulisan toleransi tersebut yaitu a dan b sampai saat ini masih
diterapkan. Akan tetapi cara b lebih komunikatif karena:
1. Memperlancar komunikasi sebab dibakukan secara internasional.
2. Mempermudah perancangan karena dikaitkan dengan fungsi
3. Mempermudah perencanaan proses kualitas
Pada penulisan toleransi ada dua hal yang harus ditetapkan, yaitu:
Posisi daerah toleransi terhadap garis nol ditetapkan sebagai suatu fungsi ukuran dasar.
Penyimpangan ini dinyatakan dengan simbol satu huruf (untuk beberapa hal bisa dua huruf).
Huruf kapital untuk lubang dan huruf kecil untuk poros. Toleransi, harganya/besarnya
ditetapkan sebagai suatu fungsi ukuran dasar. Simbol yang dipakai untuk menyatakan
besarnya toleransi adalah suatu angka (sering disebut angka kualitas).
Contoh: 45g7 artinya suatu poros dengan ukuran dasar 45 mm posisi daerah toleransi
(penyimpangan) mengikuti aturan kode g serta besar/harga toleransinya menuruti aturan kode
angka 7.
Catatan: Kode g7 ini mempunyai makna lebih jauh, yaitu:
Jika lubang pasangannya dirancang menuruti sistem suaian berbasis lubang akan terjadi
suaian longgar. Bisa diputar/digeser tetapi tidak bisa dengan kecepatan putaran tinggi. Poros
tersebut cukup dibubut tetapi perlu dilakukan secara seksama. Dimensinya perlu dikontrol
dengan komparator sebab untuk ukuran dasar 45 mm dengan kualitas 7 toleransinya hanya 25
mikrometer. Apabila komponen dirakit, penulisan suatu suaian dilakukan dengan menyatakan
ukuran dasarnya yang kemudian diikuti dengan penulisan simbol toleransi dari masing
masing komponen yang bersangkutan. Simbol lubang dituliskan terlebih dahulu:

8
H845 H8/g7 atau 45 H8–g7 atau 45/g7 Artinya untuk ukuran dasar 45 mm, lubang dengan
penyimpangan H berkualitas toleransi 8, berpasangan dengan poros dengan penyimpangan
berkualitas toleransi7. Untuk simbol huruf (simbol penyimpangan) digunakan semua huruf
abjad kecuali i, l, o, q dan w (I, L, O, Q, dan W), huruf ini menyatakan penyimpangan
minimum absolut terhadap garis nol. Huruf a sampai h (A sampai H) menunjukkan minimum
material condition (smallest shaft largest hole).
Huruf Js menunjukkan toleransi yang pada prinsipnya adalah simetris terhadap garis nol.
Huruf k sampai z (K sampai Z) menunjukkan maximum material condition (largest shaft
smallest hole).
Pengendalian Kualitas (Quality Control)
Sejarah Pengendalian Kualitas[1]
Perhatian terhadap kualitas produk dan pengendalian proses bukanlah hal baru. Sejarawan
telah melacak konsepnya sejauh 3000 tahun sebelum masehi di Babilonia. Di antara referensi
kualitas dari kodeks Hammurabi, penguasa Babilonia, ada kutipan berikut: "tukang batu yang
membangun rumah yang runtuh dan menewaskan penghuninya akan dihukum mati".
Hukum ini menggambarkan perhatian untuk kualitas di zaman kuno. Pengendalian proses
adalah konsep yang mungkin dimulai dengan piramida Mesir, ketika didesain sistem untuk
mengangkut dan menghias batu. Seseorang hanya perlu memeriksa piramida di Khufu untuk
menghargai prestasi luar biasa ini. Kemudian arsitektur Yunani melampaui arsitektur Mesir
dalam wilayah aplikasi militer. Beberapa abad kemudian, operasi pembangunan kapal di
Venesia memperkenalkan standardisasi dan pengendalian produksi rudimen. Mengikuti
revolusi industri yang menghasilkan sistem pabrik, pengendalian proses dan kualitas mulai
mengambil karakteristik yang kita ketahui sekarang. Spesialisasi tenaga kerja pada pabrik
yang membutuhkannya. Bagian yang mampu ditukar diperkenalkan oleh Eli Whitney ketika
ia membuat 15000 senapan untuk pemerintah federal. Peristiwa ini merupakan perwakilan
dari era produksi masal, ketika inspeksi oleh juru terlatih di meja kerja digantikan inspeksi
bersifat khususyang dilakukan oleh individu tidak terkait langsung dalam proses produksi.
Spesialisasi tenaga kerja dan jaminan kualitas meraih langkah besar tahun 1911 dengan
penerbitan bukuPrinciples of Scientific Management. Karya perintis berdampak sangat besar
pada penerapan dan pemikiran manajemen. Filosofi Taylor adalah satu dari spesialisasi
fungsional ekstrem dan beliau menyarankan delapan bos fungsional untuk tingkat toko, satu
ditunjuk tugas inspeksi : Inspektur bertanggung jawab untuk kualitas pekerjaan, dan pekerja
serta bos kecepatan [yang melihat bahwa digunakan alat potong yang tepat, pekerjaannya
digerakkan dengan baik, dan potongan dimulai dari bagian yang tepat dari benda] harus
melihat bahwa pekerjaan diselesaikan sesuai dengannya. Orang ini, tentu dapat mengerjakan
pekerjannya dengan sangat baik seandainya ia adalah ahlinya seni menyelesaikan pekerjaan
dengan baik dan cepat. Taylor kemudian mengakui bahwa spesialisasi fungsional ekstrem
memiliki kerugian, tapi gagasan beliau terhadap analisis proses dan pengendalian kualitas
dengan inspeksi terhadap produk akhir masih hidup dalam banyak perusahaan sekarang.
Pengendalian kualitas statistik (Statistical Quality Control-SQC), pelopor pengendalian
kualitas total (Total Quality Control-TQM) saat ini, diawali pada pertengahan 1920-an pada
pembangkit listrik Barat di sistem Bell. Walter Shewart, fisikawan laboratorium Bell,
merancang versi asli SQC untuk produksi masal tanpa cacat untuk pertukaran telepon
kompleks dan set telepon. Pada 1931 Shewart menerbitkan buku terkenalnya Economic
Control of Quality of Manufactured Product. Buku ini menyediakan definisi presisi dan dapat
diukur mengenai pengendalian kualitas dan mengembangkan teknik statistik untuk
mengevaluasi produksi dan meningkatkan kualitas. Selama Perang Dunia II, W.Edward
Deming dan Joseph Juran, mantan anggota grup Shewart, masing-masing mengembangkan
versi yang digunakan saat ini. Telah diterima secara umum sekarang bahwa Jepang berutang

9
kepemimpinan produk mereka sebagian karena memakai aturan Deming dan Juran. Menurut
Peter Drucker, Industri Amerika mengabaikan kontribusi mereka selama 40 tahun dan
baru saja beralih ke SQC.
Pentingnya Pengendalian Kualitas[1]
Pengertian pengendalian kualitas adalah aktivitas pengendalian proses untuk mengukur ciri-
ciri kualitas produk, membandingkan dengan spesifikasi atau persyaratan, dan mengambil
tindakan penyehatan yang sesuai apabila ada perbedaan antara penampilan yang sebenarnya
dan yang standar. Tujuan dari pengendalian kualitas adalah untuk mengendalikan kualitas
produk atau jasa yang dapat memuaskan konsumen. Pengendalian kualitas statistik
merupakan suatu alat tangguh yang dapat digunakan untuk mengurangi biaya, menurunkan
cacat dan meningkatkan kualitas pada proses manufakturing. Pengendalian kualitas
memerlukan pengertian dan perlu dilaksanakan oleh perancang, bagian inspeksi, bagian
produksi sampai pendistribusian produk ke konsumen. Peranan kualitas produk sangat
penting dalam situasi pemasaran yang semakin bersaing, karena dapat mempengaruhi maju
atau tidaknya perusahaan. Perusahaan bukan hanya memperhatikan kualitas produk yang
dihasilkan tetapi juga kualitas dari produk tersebut. Bagi perusahaan yang tidak
memperhatikan kualitas produk yang dihasilkan akan mengalami banyak kendala dalam
pemasarannya, sehingga produk kurang laku dan mengalami penurunan penjualan.
Pengendalian mutu atau kualitas merupakan cara untuk memproduksi barang atau jasa secara
ekonomis sesuai dengan keinginan pelanggan. Dalam proses pengendalian kualitas tidak
hanya untuk mengetahui kualitas dari produk tetapi juga dibutuhkan pengandalian kualitas
terhadap kinerja karyawan yang berkerja di perusahaan. Untuk itu dibutuhkan suatu metode
yang dapat mengendalikan kualitas baik produk maupun karyawan. Tahap pelaksanaan
pengendalian kualitas dalam proses produksi yaitu :
1. Sebelum proses produksi dimulai (pengendalian kualitas bahan mentah)
2. Selama proses produksi berlangsung
3. Sesudah proses produksi dilaksanakan (pengendalian kualitas hasil
produksi)

KESALAHAN DALAM PENGUKURAN

ORANG DAN BENDA UKUR.

ABSOLUT ATAU SELALU TEPAT.

DENGAN HARGA YANG DIANGGAP BENAR. FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMBUAT SUATU PROSES PENGUKURAN MENJADI TIDAK TELITI DAN
TIDAK TEPAT DAPAT BERASAL DARI BERBAGAI SUMBER YAITU :

PENYIMPANGAN ALAT UKUR


ALAT TIDAK DIKALIBRASI SEBELUM DIGUNAKAN UNTUK MENGUKUR. CARA
MENGATASINYA ADALAH DENGAN MELAKUKAN KALIBRASI SEBELUM ALAT
UKUR DIGUNAKAN. SENSOR PADA ALAT UKUR YANG DIGUNAKAN
KEMUNGKINAN SUDAH AUS. MENGGANTI ALAT UKUR YANG SUDAH RUSAK
DENGAN ALAT UKUR BARU.

10
PENYIMPANGAN FILOSOFI KALIBRASI

Setiap instrumen ukur harus dianggap tidak cukup baik sampai terbukti melalui kalibrasi dan
atau pengujian bahwa instrumen ukur tersebut memang baik.

DEFINISI KALIBRASI [4]

Kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukkan alat
ukurdan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap standar ukur yang mampu telusur
(traceable) ke standar nasional maupun internasional untuk satuan ukuran dan/atau
internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi.

PENYIMPANGAN DARI BENDA UKUR

BENDA UKUR YANG ELASTIS YANG DAPAT BERUBAH BENTUK ATAU


DEFORMASI KARENA MENDAPATKAN TEKANAN DARI ALAT UKUR. BENDA
UKUR YANG KUAT TETAPI PANJANG DAN DILETAKKAN PADA TUMPUAN,
AKAN MENGALAMI LENDUTAN KARENA BERAT BEBAN SENDIRI. UNTUK
MENGATASI HAL ITU BIASANYA JARAK TUMPUAN DITENTUKAN SEDEMIKIAN
RUPA SEHINGGA DIPEROLEH KEDUA UJUNGNYA TETAP SEJAJAR. JARAK
TUMPUAN YANG TERBAIK ADALAH 0.577 KALI PANJANG BATANG DAN JUGA
YANG JARAKNYA 0.544 KALI PANJANG BATANG BESARNYA LENTURAN
TERGANTUNG DARI JARAK KEDUA TUMPUAN.

PENYIMPANGAN AKIBAT POSISI PENGUKURAN

Gambar.1.Penyimpangan Akibat Pengukuran Pada Alat Ukur Jangka Sorong.

PENYIMPANGAN AKIBAT LINGKUNGAN[4]

KESALAHAN DALAM MEMBACA SKALA. TERLALU BANYAK

11
CAHAYA PUN TIDAK BOLEH KARENA DAPAT MENYEBABKAN RUANGAN
MENJADI PANAS.

MENEMPEL PADA PERMUKAAN SENSOR ALAT UKUR.

DARI PENGUKURAN.

ADALAH 20° DAN KELEMBAPAN KELEMBABAN 70-75%


ANGSUNG,
HAL ITU DAPAT DI HINDARI DENGAN MENUNGGU BENDA UKUR DINGIN
TERLEBIH DAHULU.

PENYIMPANGAN DARI SI PENGUKUR[1]

ALAT UKUR DAN BENDA UKUR YANG SAMA, DAPAT DIPASTIKAN DATA HASIL
PENGUKURAN AKAN BERBEDA.

PENGALAMAN, KEAHLIAN SERTA KEMAMPUAN MASINGMASING.

SYARAT YANG HARUS DIMILIKI SEORANG PENGUKUR ADALAH :

-DASAR PENGUKURAN

TANGGUNG JAWABNYA. KESALAHAN PEMBACAAN YANG DIKENAL DENGAN


NAMA PARALLAKS, DAPAT TERJADI PADA WAKTU MEMBACA POSISI JARUM
PENUNJUK RELATIF TERHADAP SKALA. PARALLAKS AKAN TERJADI BILA
PENGAMAT TIDAK MENGUSAHAKAN (SALAH SATU) MATANYA KIRAKIRA
TERLETAK PADA BIDANG BACA (BIDANG YANG MENGANDUNG GARIS JARUM
PENUNJUK DAN TEGAK LURUS BIDANG SKALA).

ALAT UKUR[2]

Pengukuran merupakan suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan suatu besaran
yang belum diketahui nilainya atau harganya terhadap besaran lain yang sudahdiketahui
nilainya, misalnya dengan besaran standart. Pekerjaan membandingkan tersebut tiada lain
adalah pekerjaan pengukuran atau mengukur. Sedangkan pembandingnya yang disebut
sebagai alat ukur. Pengukuran banyak sekali dilakukan dalam bidang teknik atau industri.
Sedangkan alat ukurnya sendiri banyak sekali jenisnya, tergantung dari banyak faktor,
misalnya objek yang diukur serta hasil yang di inginkan. Yang perlu diperhatikan dalam
melakukan pengukuran adalah :
1.Standart yang dipakai harus memiliki ketelitian yang sesuai dengan standart yang telah
ditentukan.
2. Tata cara pengukuran dan alat yang digunakan harus memenuhi persyaratan. Pengetahuan
yang harus dimiliki adalah bagaimana menetukan besaran yang akan diukur, bagaimana
mengukurnya dan mengetahui dengan apa besaran tersebut harus diukur.
Ketiga hal tersebut harus mutlak dimiliki oleh orang yang akan melakukan pengukuran.

12
Besaran terdiri dari dua jenis:
uai dengan standar internasional, berdiri sendiri, dan
dapat dijadikan acuan.

persamaan.

Syarat-syarat besaran adalah[1]:

Agar bisa diukur, maka suatu produk harus mempunyai karakteristik geometrik antara lain:

Sebuah alat ukur mempunyai 3 komponen utama yaitu: Sensor, Pengubah, Penunjuk
1. Sensor
Yaitu bagian alat ukur yang menghubungkan alat ukur dengan objek ukur.
Terdiri dari

2. Pengubah
Yaitu bagian alat ukur yang berfungsi mengubah sinyal yang dirasakan oleh sensor menjadi
besaran ynag terukur.
Terdiri dari:
ekanik

3. Penunjuk
Yaitu bagian alat ukur yang berfungsi menunjukkan harga pengukuran.
Terdiri dari:

- Skala linear
- Skala melingkar

- Digital mekanik
- Digital elektrik (LED)
Jenis-jenis alat ukur[4][5]:
Berdasarkan sifat aslinya, dapat dibedakan atas:
1. Alat Ukur Langsung
Yaitu alat ukur yang dilengkapi dengan skala ukur yang lengkap, sehingga hasil pengukuran
dapat langsung diperoleh.
Contohnya : jangka sorong, mikrometer.

13
2. Alat Ukur Pembanding
Yaitu alat ukur yang berfungsi untuk mengukur beda ukuran suatu produk dengan ukuran
dasarproduk yang telah diperkirakan terlebih dahulu dengan blok ukur.
Contohnya : dial indicator.
3. Alat Ukur Standar
Yaitu alat ukur yang hanya dilengkapi dengan satu skala nominal, tidak dapat memberikan
hasil pengukuran secara langsung, dan digunakan untuk alat kalibrasi dari alat ukur lainnya.
Contohnya : blok ukur.
4. Alat Ukur Kaliber Batas
Yaitu alat ukur yang berfungsi untuk menunjukkan apakah dimensi suatu produk berada di
dalam atau diluar dari daerah toleransi produk tersebut.
Contohnya : kaliber lubang dan kaliber poros.
5. Alat Ukur Bantu
Yaitu alat ukur yang berfungsi untuk membantu dalam proses pengukuran. Sebenarnya alatini
tidak bisa mengukur objek, namun karena peranannya yang sangat penting dalam pengukuran
maka alat ini dinamakan juga dengan alat ukur.
Contohnya : meja rata, stand magnetic, batang lurus.
Berdasarkan sifat turunannya, dapat dibedakan atas:
1. Alat Ukur Khas
Yaitu alat ukur yang dibuat khusus untuk mengukur geometri yang khas, misalnya kekasaran
permukaan, kebulatan, profil gigi pada roda gigi. Alat ukur jenis ini dapat dilengkapi skala
dan dilengkapi alat pencatat atau penganalisis data.
Contohnya alat ukur roda gigi.
2. Alat Ukur Koordinat
Yaitu alat ukur ysang memiliki sensor yang dapat digerakkan dalam ruang, digunakan untuk
menentukan posisi
Contohnya alat ukur posisi.
Berdasarkan prinsip kerjanya, dibedakan atas:
1. Alat ukur mekanik
2. Alat ukur elektrik
3. Alat ukur optik
4. Alat ukur pneumatik
5. Alat ukur hidrolik dan aerodinamik
Adapun sifat dari alat ukur adalah:
1. Rantai kalibrasi
Yaitu kemampuan alat ukur untuk bisa dilakukan tingkatan pengkalibrasian.
Tingkatan tersebut adalah

nasional dengan alat ukur standar internasional.


2. Kepekaan
Yaitu kemampuan alat ukur untuk dapat merasakan perbedaan yang relatif kecil dari harga
pengukuran.
3. Mampu baca
Kemampuan sistem penunjukan dari alat ukur untuk memberikan harga pengukuran yang
jelas dan berarti.
4. Histerisis
Yaitu penyimpangan dari harga ukur yang terjadi sewaktu dilakukan pengukuran secara
kontinu dari dua arah yang berlawanan.

14
5. Pergeseran
Yaitu terjadinya perubahan posisi pada penunjuk harga ukur sementara sensor tidak
memberikan / merasakan sinyal atau perbedaan.
6. Kepasifan
Terjadi apabila sensor telah memberikan sinyal, namun penunjuk tidak menunjukkan
perubahan pada harga ukur.
7. Kestabilan nol
Yaitu kemampuan alat ukur untuk kembali ke posisi nol ketika sensor tidak lagi bekerja.
8. Pengambangan
Yaitu suatu kondisi alat ukur dimana jarum penunjuk tidak menunjukkan harga ukur yang
konstan. Dengan kata lain, penunjuk selalu berubah posisi atau bergerak.
Klasifikasi Alat Ukur[1][4]
Menurut cara kerja, alat ukur diklasifikasikan menjadi :

s dan

Menurut sifat dari alat ukur :


a. Alat ukur langsung : hasil pengukurannya dapat langsung dibaca pada skala ukurannya.
Contoh
jangka sorong, mikrometer, mistar baja, height gauge.
b. Alat ukur pembanding : alat ukur yang mempunyai skala ukur yang telah dikalibrasi. Misal
jam ukur ( dial indicator ), pembanding ( comparator )
c. Alat ukur standar, alat ukur yang mempunyai harga ukur tertentu. Misal blok ukur ( block
gauge ),batang ukur ( length bar ), dan master ketinggian ( height master).
d. Alat ukur batas, alat ukur yang digunakan untuk menentukan apakah suatu dimensi obyek
ukur masih terletak dalam batas-batas toleransi ukuran. Misal kaliber batas Go dan No Go
e. Alat ukur bantu, alat ukur yang sifatnya hanya sebagai pembantu dalam proses
pengukuran. Misal dudukan mikrometer, penyangga/pemegang jam ukur.
Menurut jenis dari benda yang akan diukur :
1. Alat ukur linier : alat ukur linier langsung maupun alat ukur linier tak langsung.
2. Alat ukur sudut atau kemiringan : ada alat ukur sudut yang langsung bisa dibaca hasil
ukurannya ada juga yang membutuhkan perhitungan matematis.
3. Alat ukur kedataran.
4. Alat ukur untukmengukur profil atau bentuk.
5. Alat ukur ulir.
6. Alat ukur roda gigi
7. Alat ukur mengecek kekasaran.
Jenis-jenis pengukuran dalam Metrologi Industri:
1. Pengukuran Linear
2. Pengukuran Sudut
3. Pengukuran Kerataan dan Kedataran
4. Pengukuran Profil
5. Pengukuran Ulir
6. Pengukuran Roda Gigi
7. Pengukuran Posisi
8. Pengukuran Kekasaran Permukaan
Karakteristik pengukuran:

15
mendekati harga yang sebenarnya.

dari beberapa pengukuran yang dilakukan


cermatan (Resolution), yaitu skala terkecil yang mampu dibaca oleh alat ukur.
Metode-metode pengukuran dalam Metrologi Industri
1. Pengukuran Langsung
Yaitu pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur langsung dimana hasil
pengukuran dapat diperoleh secara langsung.
2. Pengukuran Tak Langsung
Yaitu pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur pembanding dan alat ukur
standar, dimana hasil pengukuran tidak dapat diperoleh secara langsung.
3. Pengukuran dengan Kaliber Batas
Yaitu pengukuran yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah dimensi suatu
produk berada di dalam atau diluar daerah toleransi produk tersebut.
4. Membandingkan dengan Bentuk Standar
Yaitu pengukuran yang dilakukan dengan cara membandingkan bentuk produk dengan
bentukstandar dari produk tersebut. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan profil
proyektor.
Toleransi adalah perbedaan ukuran antara kedua harga batas, dimana ukuran atau jarak
permukaan batas geometri komponen harus terletak. Suaian adalah hubungan antara dua
komponen yang akan dirakit, yang ditimbulkan adanya perbedaan ukuran bagi pasangan
elemen geometrik saat mereka disatukan. Kalibrasi adalah membandingkan suatu alat ukur
(skala atau harga nominalnya) dengan acuan yang dianggap lebih benar. Langkah-langkah
kalibrasi yaitu melakukan pengkalibrasian alat ukur dengan alat ukur yang lebih tinggi
tingkatannya pada rantai kalibrasi, sehingga alat ukur tersebut dapat mempunyai aspek
keterlacakkan (trace ability).
Hampir semua alat ukur mempunyai bagian yang disebut dengan penunjuk atau
pencatat kecuali beberapa alat ukur batas atau standar.
Dari bagian penunjuk inilah dapat dibaca atau diketahui besarnya harga hasil
pengukuran. Secara umum, penunjuk/pencatat ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1. Penunjuk yang mempunyai skala,
2. Penunjuk berangka (sistem digital).
Jenis-jenis Pengukuran
1. Pengukuran Langsung
Pengukuran Langsung adalah proses pengukuran dengan menggunakan alat ukur langsung
dan hasil pengukurannya dapat langsungterbaca.
Contoh :Mistar Ukur, Mistar Ingsut (Caliper),Mikrometer, Height Gauge
2. Pengukuran Tak Langsung
Pengukuran Tak Langsung adalah proses pengukuran yang dilaksanakan dengan
memakai beberapa jenis alat ukur pembanding, standar, dan alat ukur bantu.
3. Pengukuran dengan Kaliber Batas
Pengukuran dengan Kaliber Batas adalah proses pemeriksaan untuk memastikan apakah
obyek ukur memiliki harga yang terletak di dalam atau di luar daerah toleransi ukuran,
bentuk, dan/atau posisi. Gambar : Alat ukur caliber
4. Pengukuran dengan Bentuk Acuan
Pengukuran dengan cara membandingkan dengan suatu bentuk acuan yang ditetapkan pada
layar alat ukur proyeksi.
5. Pengukuran Geometri Khusus
Pengukuran yang dilakukan hanya untuk satu jenis geometri tertentu saja, seperti : kebulatan
silinder, pitch ulir, pitch roda gigi, dsb.

16
Gambar : 2 Pengukuran geometri khusus

6. Pengukuran dengan Mesin Ukur Koordinat[4][6]

Mesin Ukur Koordinat adalah alat ukur geometri modern dengan memanfaatkan komputer
untuk mengontrol gerakan sensor relatif terhadap benda ukur untuk menganalisis data
pengukuran.

Gambar 3 : Pengukuran dengan mesin ukur koordinat


Pengukuran Linier
1. Mistar Ukur[4]
Alat ukur ini digunakan untuk mengukur linear langsung (panjang, lebar, dan tinggi),dimana
hasil pengukurannya dapat langsung di baca pada bagian penunjuk (skala) dari alat ukur, dan
hasil pengukuran dari alat ini tidak teliti.
2. Mistar Ingsut / Vernier Caliper
Mistar ingsut kadang-kadang disebut juga dengan nama lain, yaitu: mistar geser, jangka
sorong,jangka geser atau schuifmaat. Prinsipnya sama seperti mistar ukur yaitu dengan
adanya skalalinier pada rahangnya, sedangkan perbedaannya terletak pada cara pengukuran
objek ukur.

17
Adapun kegunaan dari mistar ingsur itu sendiri, antara lain :
- Dapat mengukur ketebalan jarak luar atau dimensi luar.
- Dapat mengukur kedalaman.
- Dapat mengukur tongkat.
- Dapat mengukur celah atau dimeter dalam.

Gambar 4 : Mistar Ingsut / Vernier Caliper

3. Mikrometer
Kegunaan mikrometer skrup antara lain sebagai berikut ;
- Mengukur ketebalan benda yang tipis misalnya uang koin logam, bahkan untuk mikrometer
yang sangat teliti bisa digunakan untuk mengukur tebal kertas. ketelitian mikrometer skrup
yaitu antara 0,01 mm atau 0,05 mm.
- Mengukur diameter luar sebuah benda yang kecil misalnya bantalan peluru, atau silinder
kecil seperti contoh gambar di atas
- Untuk micrometer terntentu yang memiliki rahang geser bisa juga digunakan untuk
mengukur kedalaman benda yang kecil seperti jangka sorong.

Gambar 5: Mikrometer

Pengukuran Sudut

Pada umumnya alat ukur sudut itu terbagi atas dua bagian besar, yaitu alat ukur sudut
langsung, (besar sudut dapat langsung diketahui dari skalanya), dan alat ukur sudut Tak
Langsung,(harus melalui perhitungan terlebih dahulu).
Yang termasuk alat ukur sudut langsung, antara lain :

Busur Baja ( Stell Enginer Protractor

18
Gambar 6 : Busur Baja ( Stell Enginer Protractor )

)[1]

Gambar 7 : Busur Bilah ( Bevel Protractor)

Sedang alat ukur sudut tak Langsung antara lain :

-alat dengan rumus Sinus

ator ( Angle Dekor )

Pengukuran Ketegaklurusan

Fungsi penyiku adalah untuk memeriksa ketegaklurusan atau kesikuan suatu benda,
memeriksa kesejajaran garis, dan alat bantu dalam membuat garis pada benda kerja.

19
Pengukuran Kedataran

Waterpass

Waterpass adalah alat mengukur beda ketinggian dari satu titik acuan ke acuan berikutnya.
Waterpass ini dilengkapi dengan kaca dan gelembung kecil di dalamnya. Untuk mengecek
apakah waterpass telah terpasang dengan benar, perhatikan gelembung di dalam
kaca berbentuk bulat. Apabila gelembung tepat berada di tengah, berarti waterpass telah
terpasang dengan benar. Pada waterpass, terdapat lensa untuk melihat sasaran bidik. Dalam
lensa, terdapattanda panah menyerupai ordinat (koordinat kartesius).

Gambar 8 : Waterpass

Pengukur Kebulatan

Dial gauge, dial indikator (jarum ukur)


Kegunaan dial gauge seperti yang telah kita ketahui adalah untuk :
kerataan permukaan bidang datar

Adapun jenis jenis dial gauge sendiri ada berbagai macam sesuai dengan skala yang
digunakan, beberapa jenis dial gauge antara lain :
1. Dial gauge dengan nilai skala 0,01 mm jenis ini dapat digunakan untuk mengukur dengan
batas ukuran sampai dengan 10 mm
2. Dial gauge dengan nulai skala 0,01 mm jenis ini mempunyai batas ukur sampai dengan 1
mm
3. Dial gauge dengan nilai skala 0,0005 mm jenis ini mempunyai batas ukur sampai 0,025
Mm

20
Gambar 9 : Dial gauge /dial indikator

Bagian bagian dial gauge :


1. Jarum panjang
2. Jarum pendek
3. Tanda batas toleransi
4. Bidang sentuh denganbenda kerja
Fungsi dari masing masing bagian :
1. Jarum panjangJarum panjang ini akan langsung bergerak apabila bagian bidang sentuh
tertekan oleh benda kerja. Adapun nilai pergerakan dari jarumpanjang tersebut tergantung
dari beberapa nilai dari skala dial gauge tersebut.Misal : dial gauge skala 0,01 mm, apabila
jarum panjang menunjuk angka 10 berarti 0,01 x 10 = 0,1 mm Skala untuk jarum panjang ini
dapat berputar kekiri atau kekanan, yang artinya posisi angka nol tidak selalu berada diatas
tergantung pada posisi mana yang kita kehendaki pada saat proses pengukuran benda kerja.
2. Jarum pendekjarum pendek akan bergerak satu step/ruas, apabila jarum panjang bergerak
dari angka nol sampai dengan angka nol lagi (satu putaran).misal : nilai pergerakan satu ruas
dari jarum pendek adalah 0,01 mm x 100 = 1 mm (apabila nilai skala 0,01 mm)
Jadi, jika jarum pendek berputar sampai satu putaran berarti 1 x 10 = 10 mm.
3. Batas toleransiBatas toleransi pada alat ini ada dua dan dapat digeser kekiri dan kekanan
sesuai dengan yang kita kehendaki untuk melihat batas pergerakan jarum panjang kekiri atau
kekanan, pada saat proses pengukuran benda kerja.
4. Bidang sentuh dengan benda kerjaBagian ini akan bergerak naik atau turun apabila
bersentuhan dengan permukaan benda kerja saat benda kerja bergerak terhadap bidang
sentuh tersebut.Jarum panjang akan bergerak kearah kanan apabila bidang sentuh bergerak
kearah atas.Jarum panjang akan bergerak kekiri apabila bidang sentuh bergerak ke bawah.

21
SUMBER - SUMBER KESALAHAN PENGUKURAN[1][7]
a. Kesalahan pengukuran karena alat ukur
Kesalahan pengukuran dapat diakibatkan oleh kondisi alat ukur. Untuk mengurangi
Terjadinya penyimpangan pengukuran seminimal mungkin maka alat ukur yang akan dipakai
harus dikalibrasi untuk menghindari sifat-sifat yang merugikan dari alat ukur, seperti
kestabilan nol, kepasifan, pengambangan dan sebagainya.
b. Kesalahan pengukuran karena benda ukur
Benda ukur yang terbuat dari bahan yang bersifat elastis atau yang mempunyai sifat elastis,
artinya bila ada beban atau tekanan yang dikenakan pada benda tersebut maka akan terjadi
perubahan bentuk. Bila tidak hati - hati dalam mengukur maka penyimpangan hasil
pengukuran pasti akan terjadi.
c. Kesalahan pengukuran karena faktor si pengukur
Manusia memang mempunyai sifat tersendiri dan keterbatasan. Sulit diperoleh hasil yang
sama dari dua orang yang melakukan pengukuran meskipun alat ukur sama dan benda ukur
juga sama. Hal ini mungkin karena kondisi manusia, kesalahan penggunaan metode
pengukuran ,kesalahan karena pembacaan skala ukur.
d. Kesalahan karena kondisi manusia
Kondisi badan yang kurang sehat sewaktu mengukur mungkin badan agak gemetar, maka
posisi alat ukur terhadap benda ukur sedikit mengalami perubahan akibatnya hasil
pengukuran ada penyimpangan, penglihatan yang kurang jelas juga bisa mengakibatkan
kesalahan pembacaan skala ukur.
e. Kesalahan karena pembacaan skala ukur.
Kebanyakan yang terjadi karena kesalahan posisi waktu membaca skala ukur atau
istilahnya paralaks, si pengukur yang kurang memahami pembagian divisi dari skala ukur
dan kurang mengerti membaca skala ukur yang ketelitiannya lebih kecil daripada yang
biasanya sering digunakan.
f. Kesalahan karena faktor lingkungan
Ruang yang digunakan untuk pengukuran harus bersih, terang dan teratur rapi letak peralatan
ukurnya. Ruang yang kurang terang atau remang - remang dapat mengganggu dalam
membaca skala ukur.

METROLOGI & PENGENDALIAN KUALITAS


( KEMIRINGAN & KESIMETRISAN )[1][8]

A. Sistem Satuan Dan Pengukuran


Dalam dunia perindustrian saatini ada dua sistem pengukuranyang digunakan yaitu sistem
inci (English system).dan sistem metrik (Metrik System).
1). Sistem Inci (English system)
Sistem inci, secara garis besar berlandaskan pada satuan inci, pound dan detik sebagai dasar
satuan panjang, massa dan waktu. Pada umumnya sistem ini digunakan di Inggris dan
Amerika.
2). Sistem Metrik (Metrik System)
Sistem metrik telah dikembangkan oleh para ilmuwan Perancis sejak tahun 1970-an. Sistem
ini mendasarkan pada meter untuk pengukuran panjang dan kilogram untuk pengukuran
berat. Satu meter didefinisikan sebagai satuan panjang yang panjangnya adalah =
1.650.763,73 x panjang gelombang radiasi atom Krypton 86 dalam ruang hampa. Sedangkan
satu kilogram didefinisikan sebagai masa dari satu decimetre kubik air distilasi pada
kekentalan (density) maksimum yaitu pada temperatur 4 derajat Celcius.Sebetulnya, kalau
dikaji lebih jauh sistem metrik ini mempunyai keuntungan dibandingkan sistem inci.
Keuntungan – keuntungan tersebut antara lain :

22
a. Konversinya lebih mudah, perhitungannya juga lebih mudah, dan cepat karena berdasarkan
kelipatan sepuluh, dan terminologinya lebih mudah dipelajari.
b. Dunia industri dari negara – negara industri sebagaian besar menggunakan sistem metrik
sehingga hal ini memungkinkan terjadinya hubungan kerja sama antara industri satu dengan
lainnya karena sistem pengukuran yang digunakan sama, (Ingat prinsip dasar industri untuk
menghasilkan komponen yang mempunyai sifat mampu tukar). Pengukuran merupakan
bagian yang sangat penting dan sangat diperlukan pada proses pemesinan atau dalam
pembuatan peralatan – peralatan teknik, diantaranya :
1. Pengukuran diperlukan untuk memberikan batas – batas ukuran pada bahan yang akan
dipotong sebagai langkah awal dari proses pemesinan.
2. Pengukuran diperlukan untuk membentuk bahan sesuai rencana ukuran berdasarkan
gambar rancangannya.
3. Pengukuran diperlukan untuk merakit, menyesuaikan produk satu dengan produk lainnya
sesuai dengan fungsinya.
4. Pengukuran diperlukan untuk memeriksa dimensi suatu produk.
5. Pengukuran diperlukan untuk menentukan kebutuhan stok bahan sesuai dengan jumlah
order yang diperlukan. Pengukuran diperlukan untuk pertimbangan antara lain,menentukan
luas, massa, kekuatan bahan, dan toleransi. Untuk pengukuran di atas diperlukan alat – alat
ukur panjang atau linier, baik alat ukur dasar, sedang, atau alat – alat ukur presisi. Alat – alat
ukur panjang tersebut yaitu :
1. Jangka sorong (vernier calliper) jam ukur (dial indicator), serta
2. Mistar geser ketinggian (Height Gauge)
3. Mikrometer luar (outside micrometer)
4. Jam ukur (dial indicator) dll.
Karakteristik dari alat–alat ukur inilah yangmenyebabkan adanya perbedaan antara alat ukur
yang satu dengan yang lainnya. Karakteristik ini bisa menyangkut pada konstruksi dan cara
kerjanya. Secara garis besar sebuah alat ukur mempunyai tiga komponen utama yaitu sensor,
penggubah dan pencatat/penunjuk.
1.3 Klasifikasi Pengukuran[9]
Geomatris obyek ukur mempunyai bentuk yang bermacam – macam. Oleh karena itu caranya
mengukur pun bisa bermacam – macam. Agar hasil pengukurannya mendapatkan hasil yang
paling baik menurut standar yang berlaku maka diperlukan cara pengukuran yang tepat dan
benar. Untuk itu perlu juga diketahui klasifikasi dari pengukuran. Ada beberapa pengukuran
berdasarkan cara pengukuran yang bisa dilakukan untuk mengukur geometris obyek ukur
yaitu :
1. Pengukuran Langsung
Proses pengukuran yang hasil pengukurannya dapat dibaca langsung dari alat ukur yang
digunakan disebut dengan pengukuran langsung. Misalnya mengukur diameter poros dengan
jangka sorong atau mikrometer.
2. Pengukuran Tak Langsung
Bila dalam proses pengukuran tidak bisa digunakan satu alat ukur saja dan tidak bisa dibaca
langsung hasil pengukurannya maka pengukuran yang demikian ini disebut dengan
pengukuran tak langsung. Kadang – kadang untuk mengukur satu benda ukur diperlukan dua
atau tiga alat ukur, biasanya ada alat ukur standar, alat ukur pembanding dan alat ukur
pembantu. Misalnya mengukur ketirusan poros dengan menggunakan senter sinus (sine
center) yang harus dibantu dengan jam ukur (dial indikator) dan blok ukur.
3. Pengukuran dengan Kaliber Batas
Kadang – kadang dalam proses pengukuran kita tidak perlu melihat berapa besar ukuran
benda yang dibuat melainkan hanya untuk melihat apakan benda yang dibuat masih dalam
batas – batas toleransi tertentu.

23
Misalnya saja mengukur diameter lubang. Dengan menggunakan alat ukur jenis kaliber batas
dapat ditentukan apakah benda yang dibuat masuk dalam kategori diterima (Go) atau masuk
dalam kategori dibuang atau ditolak ( No Go). Dengan demikian sudah tentu alat yang
digunakan untuk pengecekannya adalah kaliber batas Go dan No Go. Pengukuran seperti ini
disebut pengukuran dengan kaliber batas. Keputusan yang diambil adalah : dimensi obyek
ukur yang masih dalam batas toleransi dianggap baik dan dipakai, sedang dimensi yang
terletak di luar batas toleransi dianggap jelek. Pengukuran cara ini tepat sekali untuk
pengukuran dalam jumlah banyak dan membutuhkan waktu yang cepat.
4. Pengukuran dengan Perbandingan Bentuk Standar
Pengukuran di sini sifatnya hanya membandingkan bentuk benda yang dibuat dengan bentuk
standar yang memang digunakan untuk alat pembanding. Misalnya kita akan mengecek sudut
ulir atau roda gigi, mengecek sudut tirus dari poros konis , mengecek radius dan sebagainya.
Pengukuran dilakukan dengan alat proyeksi. Jadi, di sini sifatnya tidak membaca besarnya
ukuran tetapi mencocokkan bentuk saja. Misalnya sudut ulir dicek dengan mal ulir atau alat
pengecek ulir lainnya.

2.1 Pengukuran Kemiringan


Vernier Height Gauge adalah sebuah alat pengukuran yang berfungsi mengukur tinggi benda
terhadap suatu bidang acuan atau bisa juga untuk memberikan tanda goresan secara berulang
terhadap benda kerja sebagai acuan dalam proses permesinan. Vernier height gauge memiliki
dua buah kolom berulir dimana kepala pengukur bergerak naik turun akibat putaran ulir kasar
dan halus yang digerakkan oleh pengukur.
Secara keseluruhan alat ukur ini dapat digunakan untuk mengukur tinggi, menggambar garis,
membandingkan ketinggian, mengukur kemiringan, mengukur jarak senter lubang (dengan
bantuan peraba senter), dan membandingkan kedalaman.
1 Macam-Macam Mistar Geser Ketinggian
Dilihat dari pembacaan skala ukuran, maka Height Gauge dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Mistar geser ketinggian/Height gauge dengan pembacaan skala ukuran dengan skala
nonius/analog.

24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
DAFTAR PUSTAKA

[1] J. Junaidi, METROLOGI DAN PENGUKURAN, 1st ed. MEDAN: P4M UNHAR,
2018.
[2] JUNAIDI, ANALISA PERHITUNGAN PAHAT POTONG, 1st ed. MEDAN: Sekolah
TinggiTeknik Harapan (STTH) Medan, 2009.
[3] J. Muhammad Rinoza1, M.Agung Pratama , Dermawansyah3, “KALIBRASI ALAT
UKUR DIAL INDIKATOR BERDASARKAN STANDAR JIS B.7507 DI
LABORATORIUM PROSES PRODUKSI PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS HARAPAN MEDAN,” TEKNOLOGI, pp. 1–12, 2018.
[4] M. Ir. Junaidi , spd.MM, MODUL PRATIKUM PROSES PRODUKSI 1, 1st ed.
MEDAN: Sekolah TinggiTeknik Harapan (STTH) Medan, 2010.
[5] JUNAIDI, “Analisa pahat potong potong ( HSS ) Dengan Material Besi cor Pada
Mesin Bubut Universal,” in Makalah PEKAN ILMIAH Periode XXII-TA.2014/2015
FAKULTAS TEKNIK UISU, 2015.
[6] B. T. S. FAHRIZA TRI RIZKI1, ANGGRI ABDIRULLAH2, “ANALISA
KEKUATAN PEMBUBUTAN MATERIAL S45C MENGGUNAKAN PAHAT
CARBIDE,” TEKNOLOGI, pp. 1–9, 2018.
[7] J. Junaidi, S. Hestukoro, A. Yanie, J. Jumadi, and E. Eddy, “IMPLEMENTATION
ANALYSIS of CUTTING TOOL CARBIDE with CAST IRON MATERIAL S45 C
on UNIVERSAL LATHE,” in Journal of Physics: Conference Series, 2017, vol. 930,
no. 1.
[8] indra roza junaidi, weriono, “Process Analysis of High Speed Steel Cutting
Calculation (HSS) with S45 C Material On Universal Machine Tool,” IJISRT
(International J. Innov. Sci. Res. Technol., vol. 3, no. 1, pp. 447–456, 2018.
[9] JUNAIDI, “Hasil Perhitungan Daya Elektro Motor Pada Pahat Potong HSS dan Benda
Uji Karbon S45 C Dengan waktu 4 jam yang digunakan Pada Mesin Bubut Universal,”
SAINTEK Fak. Tek. UISU MEDAN, vol. 1, no. 1, pp. 46–51, 2014.

37

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai