Anda di halaman 1dari 3

FINAL EXAMS PHILOSOPHY OF EDUCATION

By Annisa Ramadhani 10256122011

Prodi Tadris Bahasa Inggris

A. Refleksi tentang belajar filsafat pendidikan

Selama mengikuti mata kuliah filsafat pendidikan ada beberapa hal yang berubah dari
diri saya yaitu rasa cemas. Saya adalah tipikal individu yang sangat deman panggung,
cemas akan banyak hal, takut tampil maupun berbicara didepan orang banyak, takut
akan dinilai buruk, apalagi presentasi ini adalah presentasi individu dan tanpa
menggunakan powerpoint, tetapi setelah saya berhasil melakukan praktek mengajar
dengan materi Realisme hasil yang saya dapat adalah berkurangnya rasa cemas dalam
diri saya mungkin itu adalah hasil dari sugesti saya bahwa apa yang saya presentasikan
akan menjadi tanggung jawab saya sendiri. Dari pengalaman ini saya selalu siap jika
dihadapkan dengan presentasi tanpa menggunakan powerpoint.

Menurut saya pengalaman mengajar ini cukup memuaskan untuk diri saya pribadi, tapi
tidak dipungkiri adanya feedback dari dosen pengampu mata kuliah ini. Salah satu
feedback yang saya dapat adalah memanfaatkan media seperti papan tulis dalam proses
mengajar dan feedback ini saya terima serta saya terapkan ketika saya praktek mengajar
di mata kuliah TESOL serta banyak hal-hal positif lainnya yang saya terima dari hasil
pengalaman belajar ini. Misalnya ketika saya ingin membuat sebuah handcraft saya
tidak akan hanya memikirkan bagaimana prosesnya, bagaimana langkah-langkahnya
tetapi saya akan sesegera mungkin membuatnya menjadi nyata, karena saya
menginginkan apa yang saya kerjakan itu real yang dapat dilihat oleh panca indera
bukan hanya dipikiran semata seperti aliran idealisme yang menganggap hal hal yang
nyata hanya ada di dalam pikiran.

Dalam konteks belajar, saya akan mengubah metode belajar saya, yang mana metode
yang saya terapkan ini kurang efektif menurut saya , karena saya suka belajar sendiri
tetapi di satu sisi saya sadar akan pentingnya berkolaborasi apalagi di era digital
sekarang ini serta saya akan lebih memperhatikan multiple intelligence, karena saya
percaya setiap orang memiliki kecerdasan yang berbeda. Saya rasa saya cocok dengan
gaya belajar audio visual, oleh karena itu dalam proses pembelajaran saya sering
mendapatkan pengetahuan dari tontonan YouTube. Saya membuat pilihan tertentu
dalam aktifitas belajar agar memudahkan saya dalam mencapai tujuan pembelajaran
serta saya harap dengan membuat plan dalam aktifitas belajar saya bisa belajar dengan
nyaman tanpa berpikir bahwa pembelajaran itu merupakan aktifitas yang membosankan,
dan saya pikir bahwa pilihan pilihan yang saya buat sudah tepat karena saya sudah
menerapkan gaya belajar seperti audio visual dan hasilnya saya lebih cepat paham
dengan hal seperti itu dibandingkan dengan gaya belajar auditori saya sangat sulit jika
dihadapkan dengan gaya belajar auditori, jadi saya pikir pilihan pilihan yang saya buat
sudah tepat dan sesuai dengan diri saya.

Setelah belajar dengan gaya audio visual, saya dapat mengembangkan keterampilan
dalam mengintrerpretasikan gambar,video dan elemen visual lainnya. Hal ini dapat
membantu saya menjadi lebih terampil dalam memahami pesan-pesan yang
disampaikan melalui media visual. Serta saya pikir dengan cara ini saya dapat
memahami maupun mengikat informasi dengan cara yang lebih kuat.

B. Philosofi pendidikan yang sesuai dengan saya

Filosofi pendidikan yang cocok untuk saya adalah pedagogi progresif. Saya yakin setiap
orang mempunyai potensi unik yang harus dikembangkan melalui pengalaman yang
luas, inklusif, dan nyata. Filosofi pendidikan ini tidak hanya menitikberatkan pada
transfer ilmu pengetahuan saja, namun juga memperhatikan perkembangan peserta didik
secara menyeluruh, baik secara kognitif, emosional, dan sosial.

Salah satu pendekatan pedagogi progresif yang sangat saya sukai adalah pembelajaran
berbasis proyek. Saya percaya bahwa melibatkan siswa dalam proyek kehidupan nyata
dapat memperkaya pembelajaran mereka. Dengan cara ini siswa dapat belajar lebih
mendalam karena mengetahui permasalahan nyata serta dapat berpikir kritis dan kreatif
untuk mencari solusinya.

Selain itu, saya sangat mendukung metode pengajaran yang mengakui keberagaman
individu. Setiap peserta didik mempunyai kelebihan dan kekurangan yang berbeda-
beda, dan pendidikan hendaknya memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk
berkembang sesuai dengan kemampuannya. Saya percaya bahwa nilai-nilai seperti
toleransi, kesetaraan, dan menghormati keberagaman merupakan landasan penting
untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif.

Saya ingin sedikit mengritik aliran esensialisme dimana aliran ini cenderung
mengabaikan peran teknologi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan
keterlibatan siswa dalam proses belajar, aliran ini hanya fokus pada penguasaan materi
dan nilai-nilai tradisional, sehingga kurang memperhatikan teknologi yang dapat
memperkaya pengalaman belajar siswa. Seperti yang kita ketahui kita hidup di era
dimana hampir semua aktifitas yang dilakukan oleh tiap individu menggunakan digital
sistem didalamnya. Aliran ini justru menganggap bahwa teknologi distraksi atau
ancaman terhadap proses pembelajaran.

Akan tetapi, perlu digaris bawahi bahwa kritik saya terhadap aliran esensialisme tidak
berarti aliran tersebut mutlak tidak relevan hanya saja, saya pikir aliran esensialisme ini
kurang cocok jika diterapkan di era sekarang ini. Serta saya harap aliran pendidikan
yang ada saat ini mampu bersanding dengan perkembangan zaman, karena teknologi
merupakan hal yang penting dalam proses pembelajaran sekarang ini.

Anda mungkin juga menyukai