Anda di halaman 1dari 23

Refarat

Abnormal Uteri Bleeding


Pembimbing : dr.Muhammad Maqbul Maliki Lubis Sp.OG
Pemateri

Nurul Fitria Nikita sari Yusnita Nur Sauma


2208320034
2208320035 2208320032

M Raisan Adani Ichsan Evan Gustiansyah


2208320003
2208320002
Latar Belakang

Perdarahan uterus abnormal merupakan perdarahan yang ditandai dengan adanya


perubahan pada siklus menstruasi normal baik dari interval atau panjang siklus, durasi
maupun jumlah perdarahan. Hal ini sering dijumpai pada wanita pada usia reproduksi.
Berdasarkan data yang didapatkan di beberapa negara industri, sebanyak 25% penduduk
perempuan pernah mengalami menoragia, 21% mengeluh siklus menstruasi yang
memendek, 17% mengalami perdarahan intermenstrual, dan 6% mengalami perdarahan
pascacoitus.2 Penyebab dari perdarahan uterus abnormal beraneka ragam. Untuk
mendiagnosis perdarahan uterus abnormal diperlukan anamnesis yang mencakup
pengenalan akan manifestasi klinis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang yang
sesuai. Tatalaksananya pun juga beragam sesuai dengan penyebab dan patofisiologi yang
mendasarinya.
Definisi Menstruasi

pendarahan haid merupakan hasil interaksi kompleks yang melibatkan sistem


hormone dengan organ tubuh, yaitu hipotalamus, hipofisis, ovarium dan uterus.
Siklus menstruasi adalah waktu sejak hari pertama menstruasi sampai datangnya
menstruasi periode berikutnya, sedangkan panjang siklus menstruasi adalah jarak
antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi
berikutnya. Siklus menstruasi pada wanita normalnya berkisar 21-35 hari dan
hanya 10-15% yang memiliki siklus menstruasi 28 hari dengan lama menstruasi
3-5 hari, ada yang mencapai 7-8 hari.
Tanda Dan Gejala Menstruasi
Gejala pramenstruasi Gejala saat menstruasi

● Sakit kepala
● Sakit perut bagian bawah (dismenore)
● Nyeri di payudara
● Nyeri di bagian pinggul, punggung bagian
● Timbul jerawat
bawah dan paha bagian dalam
● Perut kembung ● Sakit kepala
● Perubahan suasana hati (mood swing) ● Pusing
● Perubahan gairah seks ● Mual
● Gejala di atas bisa berlangsung selama 6–7 ● Diare
hari, yaitu 4 hari sebelum menstruasi dan 2–3 ● Lemas
hari sesudah haid.
Patofisiologi
Perdarahan uterus disfungsional anovulasi merupakan pendarahan tidak teratur yang berkepanjangan dan
berlebihan disebabkan oleh terganggunya fungsi aksis hipotalamus- hipofisis-ovarium. Hal ini sering
terjadi pada wanita dalam usia ekstrim, yaitu pada masa perimenarchal dan perimenopausal. Pada masa
tersebut terjadi perubahan siklus antara ovulasi dan anovulasi sehingga mengakibatkan
keketidakteraturan pola menstruasi serta kehilangan darah dalam jumlah yang banyak. Mekanisme
anovulasi tidak diketahui secara pasti, tetapi diketahui bahwa estrogen dapat menyebabkan proliferasi
endometrium berlebihan dan hiperplasia dengan peningkatan dan melebar pembuluh darah dan supresi
arteri spiralis.
Definisi Abnormal uteri bleeding

● Perdarahan Uterus Abnormal (PUA) adalah semua jenis perdarahan dari


rongga uterus (genetalia internal) berupa kelainan haid dalam bentuk
gangguan siklus, durasi haid, jumlah, dan viaribilitasnya yang disebabkan
oleh gangguan hormonal atau kelainan organik genetalia dimana
diperlukan penanganan segera untuk mencegah kehilangan banyak darah
Etiologi Abnormal uteri bleeding
A. Sebab-sebab organik . Sebab-sebab fungsional/hormonal
Perdarahan dari uterus, tuba, dan ovarium disebabkan oleh
Perdarahan dari rahim yang tidak ada di
kelainan pada: dalamnya karena organik,disebut pendarahan
disfungsional. Perdarahan disfungsional dapat
1) Serviks uteri, seperti polipus servisis uteri, erosio terjadi pada setiap umur antara menarche dan
porsionis uteri, ulkus pada porsiorahim, karsinoma menopause. Tetapi, kelainan ini lebih sering
servisis rahim dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir
fungsi ovarium.
2) Korpus uteri, seperti polip endometrium, abortus
iminens, abortus sedang berlangsung,aborsitidak
lengkap,molahidatidosa,karsinoma korporis uteri,
sarkoma uteri, mioma uteri

3) Tuba Falopii, seperti gangguan ektoplik kehamilan,


radang tuba, tumor tuba

4) Ovarium, seperti radang ovarium, tumor ovarium


Klasifikasi AUB berdasarkan perdarahan
Kelainan panjang siklus haid

1. Polimenore panjang siklus haid kurang dari 21 hari (normal 21-35).

2. Oligomenore panjang siklus haid lebih dari 35 hari (normal 21-35 hari) dan
kurang dari 3 bulan.

3. Amenore tidak haid lebih dari 3 bln berturut-2.


Amenore dapat dibagi dalam dua bentuk :
- Amenore fisiologik :
• Prapubertas / pasca menopause
• Hamil, laktasi
- Amenore patologik :
• Amenore primer
• Amenore sekunder
Kelainan jumlah perdarahan haid

Hipermenore perdarahan haid yang jumlahnya banyak (>80


ml atau ganti pembalut >5 kali/hari)

Hipomenore Perdarahan haid yg jumlahnya sedikit (<35ml


atau ganti pembalut <5x/hr)

Kelainan lamanya haid (N= 3-7hr):


Menoragi Haid berlangsung >7hr dgn jumlah darah yang
banyak

Brakimenore Haid berlangsung <3hr dgn jumlah darah


kadang sedikit
Klasifikasi AUB berdasarkan International Federation of Gynecology and Obstetrics(FIGO)

1. Polip endometrium (PUA-P) -perdarahan uterus abnormal yang berasal dari


pertumbuhan endometrium yang berlebih dan
bersifat lokal.
-Polip ini dapat tunggal maupun di beberapa tempat
di rongga uterus dengan ukuran yang bervariasi.
-Polip pada umumnya jinak namun sebagian kecil
dapat terjadi keganasan

2. Adenomyosis (PUA-A) -invasi endometrium ke dalam myometrium yang


dapat menyebabkan pembesaran uterus secara
difuse maupun fokal
3. Polip endometrium (PUA-P) -perdarahan uterus abnormal yang berasal
dari pertumbuhan endometrium yang berlebih
dan bersifat lokal.
-Polip ini dapat tunggal maupun di beberapa
tempat di rongga uterus dengan ukuran yang
bervariasi.
-Polip pada umumnya jinak namun sebagian
kecil dapat terjadi keganasan

4 Adenomyosis (PUA-A) -invasi endometrium ke dalam myometrium


yang dapat menyebabkan pembesaran uterus
secara difuse maupun fokal
5. Coagulopati (PUA-C) -PUA yang terjadi akibat adanya gangguan koagulasi darah baik
akibat penyakit maupun obat-obatan antikoagulan.

-Kecurigaan adanya PUA-C adalah bila dari anamnesis didapatkan


riwayat HMB sejak menarke, riwayat perdarahan spontan dari hidung
(epistaksis) dan gusi, perdarahan bawah kulit (ekimosis) akibat
trauma ringan serta riwayat perdarahan hebat saat tindakan medis
ataupun persalinan.

6. Disfungsi Ovulasi (PUA-O) -terjadi akibat adanya gangguan pola hormonal reproduksi yang
berubah dari pola siklus menstruasi yang normal

-misalnya adanya anovulasi menyebabkan unopposed estrogen dan


tidak ada produksi hormon progesteron oleh korpus luteum sehingga
terjadi pertumbuhan lapisan endometrium yang tebal dan rapuh
(hiperplasia)

-gejalanya berupa perdarahan irreguler atau intermenstrual bleeding


(IMB)
7. Iatrogenik (PUA-I) -perdarahan uterus abnormal yang disebabkan
oleh penggunaan obat-obatan yang dapat
mengganggu komunikasi HPO (hypotalamic
pituitary ovarian) aksis seperti obat yang
mengandung hormon steroid, digitalis,
antikonvulsan, dan psikofarmaka.
-PUA-I paling sering dijumpai akibat pemakaian
kontrasepsi hormonal baik yang menggunakan
progestin saja maupun pil KB Kombinasi dan
AKDR

8. Not Yet Classified (PUA-N) PUA yang masih belum dapat diklasifikasikan
pada kategori diatas, diantaranya endometritis
kronis, malformasi arteri-vena
Diagnosis
Anamnesis
Anamnesis pasien mengalami perdarahan
setelah berhubungan seksual atau perdarahan terjadi Beberapa hal yang dapat menyebabkan
secara tiba-tiba. Serta Waktu terjadinya perdarahan perdarahan adalah abortus, plasenta previa,
apakah perdarahan terjadi saat sedang menstruasi kehamilan ektopik.Pada riwayat konsumsi obat
dalam bentuk perdarahan berlebih atau perdarahan apakah pasien sedang menggunakan
terjadi diantara siklus haid atau saat pasien sudah obat-obatan yang mengganggu sistem hormon
menopause. Kehamilan adalah salah satu seperti penggunaan KB hormonal, tamoxifen
konsiderasi utama pada wanita usia subur yang atau obat-obat yang mengganggu proses
mengalami perdarahan uterus abnormal. pembekuan darah.
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang
● Pemeriksaan fisik untuk menilai stabilitas
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah
keadaan hemodinamik
darah lengkap serta faktor pembekuan darah
● Memastikan bahwa perdarahan berasal dari
untuk menilai adanya gangguan koagulasi, kadar
kanalis servikalis dan tidak berhubungan
TSH untuk menilai adanya gangguan tiroid,
dengan kehamilan
kadar β-hCG untuk pemeriksaan kehamilan,
● Melakukan pemeriksaan Indeks Massa
kadar estrogen, FSH, prolaktin juga perlu
Tubuh (IMT),
diperiksa untuk menentukan apakah perdarahan
● Pemeriksaan ginekologi perlu dilakukan
uterus abnormal berasal dari gangguan
termasuk pemeriksaan pap smear dan harus
hormonal. USG transvaginal untuk melihat adanya
disingkirkan kemungkinan adanya mioma uteri,
kelainan struktural pada organ genitalia.
polip, hiperplasia endometrium atau
keganasan.
Tatalaksana
● Estrogen efektif dalam mengontrol perdarahan uterus abnormal akut
dan perdarahan menstruasi berat.
● Progestin dapat menjadi pilihan pada pasien dengan perdarahan
ringan-sedang anovulasi. Progestin juga dapat diberikan pada perdarahan
uterus abnormal kronis yang memerlukan paparan progesteron secara
episodik maupun terus menerus..
● Kombinasi estrogen-progestin dapat mengatasi perdarahan uterus
abnormal akut. Pil kombinasi juga efektif untuk terapi jangka panjang
perdarahan uterus abnormal.
Komplikasi

Komplikasi perdarahan uterus abnormal dapat berupa anemia defisiensi besi


dan gangguan kualitas hidup pasien. Perdarahan uterus abnormal yang tidak
ditangani dengan baik dapat menyebabkan terjadinya infertilitas. Sekitar 1-2%
pasien perdarahan uterus abnormal dengan siklus anovulasi dapat berkembang
menjadi kanker endometrium.
Prognosis

Prognosis perdarahan uterus abnormal bervariasi tergantung dari etiologi yang


mendasari. Sebagai contoh, perdarahan uterus abnormal dengan etiologi
malignansi memiliki prognosis yang lebih buruk. Sementara itu, prognosis
perdarahan uterus abnormal yang terjadi dengan frekuensi satu kali dan
perdarahan yang ringan memiliki prognosis lebih baik.
Kesimpulan
Perdarahan uterus abnormal didefinisikan sebagai perdarahan yang ditandai dengan adanya perubahan
pada siklus menstruasi normal baik dari interval atau panjang siklus, durasi maupun jumlah
perdarahan.Perdarahan uterus abnormal dapat diklasifikasikan sebagai perdarahan anovulasi dan ovulasi.
Klasifikasi ini penting untuk memberikan petunjuk mengenai etiologi dari perdarahan tersebut dan untuk
menentukan terapi yang akan diberikan.Diagnosa dari perdarahan uterus abnormal dilakukan dengan
anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang untuk menemukan penyebab dari perdarahan
tersebut. Perlu ditanyakan sifat perdarahan, waktu perdarahan, penyakit sistemik yang sedang diderita
dan riwayat pengobatan. Pemeriksaan fisik dilakukan sesuai dengan arah kecurigaan yang dilakukan dari
anamnesis sambil mencari tanda- tanda dari penyakit sistemik atau kelainan yang menyebabkan
perdarahan tersebut. Pemeriksaan penunjang yang digunakan adalah pemeriksaan laboratorium darah,
biopsi serta berupa USG.Perdarahan uterus abnormal adalah keluhan yang sering dijumpai pada praktek
sehari-hari pada wanita usia reproduksi maupun menopause, oleh karena itu petugas layanan primer
diharapkan memiliki kemampuan untuk mendiagnosa serta menangani dan merujuk pasien dengan
keluhan semacam ini.
Referensi
1. Evin Dwi Prayuni, et al. | Journal of Vocational Health Studies 02 (2018): 86–91

2. KidsHealth (2018). For Teens. PMS, Cramps, and Irregular Periods..

3. Livingstone M, Fraser IS. Mechanisms of anormal uterine bleeding. Human Reproductive Update.
2002;8(1): 60-7.

4. Behera M A. Abnormal (Dysfunctional) Uterine Bleeding. Medscape. 2018.


https://emedicine.medscape.com/article/257007-overview

5. Sweet MG, Schmidt-Dalton TA, Weiss PM, Madsen KP. Evaluation and management of abnormal uterine
bleeding in premenopausal women. Am Fam Physician. 2012;85(1):35–43.

6. Davis E, Sparzak PB. Abnormal Uterine Bleeding. [Updated 2021 Jul 14]. In: StatPearls. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532913/
Referensi
7. Dysfunctional Uterine Bleeding Workup: Laboratory Studies, Imaging Studies, Procedures [Internet].
[cited 2015 Jul 22].Available from: http://emedicine.medscape.com/article/257007-workup

8. Albar, E. Treatment of Wounds at Birth, Surgery and Midwifery, Edit, H. Wiknjosastro, Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo Foundation, Jak Arta, 2000; 170-187.

9. National Reference Book for Health Services for Infants and Newborns. Yay asan Bina Pustaka Sa
rwono Prawirohardjo, Jakarta, 2001; 455-458.

10. Indah, S. & S. I. Putri. (2021). Pengaruh Posisi Miring dan Setengah Duduk Saat Persalinan Terhadap
Robekan Perineum Derajat I dan II. Biomed Science.

11. Ramar, Cassandea., dkk. 2020. Perineal Perineal Lacerartions. Lacerartions. Diakses
melaluihttps://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NB https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559068/
K559068/ pada tanggal 7 Februari 2021.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai