Anda di halaman 1dari 1

SAHABATKU IRI HATI

Namaku Nul, aku sangat senang dengan pelajaran Bahasa Indonesia. Aku mempunyai
sahabat yang unik bernama Aca, dan aku bingung dengannya.
Dikarenakan sahabtku orang yang sangat sensitive. Menurut dia, aku tidak boleh suka
dengan pelajaran tersebut. Padahal itu hak ku.
Suatu waktu saat pelajaran Bahasa Indonesia, tidak tahu mengapa tiba-tiba aku suka
dengan pelajaran tersebut. Mungkin karena guru yang mengajarnya mempunyai cara
penyampaian yang baik. Otomatis aku juga mulai aktif di kelas saat pelajaran Bahasa
Indonesia.
Teng teng teng, bunyi bel sekolah, waktu istirahat tiba.
“Ca, ke kantin yuk?” ajakku.
“Enggak, aku enggak mau lagi sahabatan sama kamu!” jawabnya sembari buang muka.
Awalnya kejadian seperti itu hanya sekali dan kita berdua balikan seperti semula. Namun,
lama-kelamaan terjadi hal yang serupa. Sangat aneh.
Aca bukannya mengerti perasaanku, justru bikin aku kesal. Ceritanya begini, waktu
ujian tengah semester (UTS) dia kesusahan menjawab soal pelajaran Bahasa Indonesia,
saat itu dia melihat kearahku. Aku dan Aca tidak satu bangku, Aca tepat di depan tempat
duduk ku.
“Nul, kamu tau enggak nomor 3 essay? Minta jawabannya dong satu aja!” tanya Aca
sembari memohon.
“Udah si, ini kan bukan ulangan biasa!” jawabku.
“Yah, kamu…….” Sembari jengkel.
Aku cuek saja akan hal itu dan berharap bahwa dia akan intropeksi. Coba bayangkan,
dia sudah membuatku sakit hati dan dia ingin meminta jawaban UTS.
Beberapa hari kemudian hasil nilai UTS Bahasa Indonesia dibagikan dan diumumkan.
Aku mendapatkan 95 sedangkan Aca mendapat 75.
Aku bias melihat tatapan iri di sahabtku itu, dan aku sadar bahwa bersahabat dengan
orang yang suka iri hati adalah hal yang susah.

Tamat………

Anda mungkin juga menyukai