Anda di halaman 1dari 3

Kamu yang Kutitipkan dalam Doa

“Nes, udah sampe nih. Ayo turun dari mobil mamah. Tuh liat temen-temen
kamu yang lain pada semangat masuk sekolah. Kamu ko malah murung lagi. Katanya
kalau mamah udah izinin satu bulan cuti sekolah, kamu ga akan gini lagi.” Ya, itulah
kalimat yang dikatakan mamahku saat mengantarku sekolah lagi, setelah selama satu
bulan aku mengambil cuti dari sekolah. “Iya Mah, ini juga mau turun, tadi itu nessa
lagi ngumpulin aura-aura keyakinan untuk masuk sekolah. Yaudah Mah, Nessa masuk
ya, Assalamua’laikum.” “Waalaikumsalam, Dasar Kamu ini, ada aja alasanya.”

Akupun keluar dari mobil, dan mulai melangkahkan kaki secara perlahan untuk
masuk ke Sekolah. Kakiku gemetar, tanganku dingin, perasaanku gak karuan,
semuanya menjadi satu pada sekujur tubuhku. Akhirnya, akupun sampai di koridor
kelas yang sudah satu bulan ini tidak aku langkahi. “Yaa Allah, masuk kelas jangan
yaa, masuk jangan,jangan masuk, masuk jangan, jangan.” “Tuh jangan masuk ness. Eh
Astaghfirullah, jangan jangan gitu Ness, kamu harus masuk kelas, bismillah-
bismillah.” Akupun memberanikan diri untuk masuk kelas. DAANN… ternyata
kelasku masih kosong, temen-temenku belum pada datang. Yaudah akupun duduk
dikelas sambil menunggu, aku buka Al-Quran dan membaca beberapa ayat Al-Quran.
Beberapa menit kemudian, teman-temanku mulai datang. Yusuf, ya dia orang yang
pertama berteriak dan menghampiriku di kelas karena kehadiranku. Aku kaget dan
degdegan tidak menyangka bahwa yusuf akan melakukan itu. “Ehh itu si Nessaa kan,
NESSA SEKOLAH NESSA SEKOLAH.” Yusuf dan teman-temanku yang lain
menghampiriku. Mereka banyak bertanya kenapa aku cuti dari sekolah, kenapa ini
kenapa itu, pokoknya petanyaannya itu pasti diawali dengan kata kenapa dan mengapa.
Sudah aku duga mereka akan menanyakan itu, untungnya dari rumah aku sudah
mempersiapkan semua jawabannya. “Aku cuti karena aku pingin istirahat, hehehe
biasalah orang kaya aku itu, kalau udah kehilangan arah, ga ada tujuan, harus banyak-
banyak bersemedi di rumah, itupun atas izin sekolah dan mamahku juga yang
merekomendasikan itu ke sekolah.”
Bel jam pelajaranpun bunyi, semua teman-temanku yang berkumpul di mejaku
semuanya balik ke bangkunya masing-masing. Sejak hari itu, perasaanku kepada Yusuf
gak karuan. Tiap kali aku bertemu yusuf rasanya hati ini ingin mengungkapkan. “Yaa
Allah, aku bingung, apa ini nafsu atau benar-benar cinta.” Cemasku dalam hati.

Bel istirahat bunyi, saat itu aku melihat Yusuf ke luar. Aku mencoba mengikuti
Yusuf dan setelah aku lihat, Yusuf sedang mengobrol dengan teman wanitanya. Aneh,
padahal hanya sekedar mengobrol, tapi hati ini seperti tidak mau menerima. “Yaa Allah
Ness, jangan gini.” Tidak lama setelah itu, Yusuf pun kembali ke kelas, tanpa aku
sadari aku sedang berdiri di depan pintu kelas, seharusnya aku masuk duluan, tapi saat
itu pikiranku entah kemana.

“Nessa, ngapain bengong didepan pintu?”

“Hehehe, enggak cuman pingin liat situasi sekolah, udah satu bulankan aku ga kesini.”

“Oohh, mau aku temenin?”

Yaa Allah, Yusuf menawarkan itu sama aku? Aku harus jawab apa,bingung, bantu aku
Yaa Allah. Cemas dan pintaku dalam hati.

“Ehh Ga usah, lagian bentar lagi juga bel masuk, bentar lagi juga aku masuk kelas ko”

“Oh oke, aku duluan masuk kelas yaa”

“heem”

Bel pun bunyi, pertanda jam istirahat sudah selesai. Akupun kembali ke kelas.
Ketika itu, aku memandang lagi Yusuf. Yusuf sedang asyik mengobrol dengan teman
sebangkunya, Aris. Jujur, hati ini cemas, cemas dengan perasaanku sendiri. Tiap kali
aku memandang Yusuf, rasanya aku ingin terus berdoa. Berdoa untuk kebaikan Yusuf.
Baru pertama kali aku seperti ini. Melihat seseorang, kemudian hati ini ingin terus
mendoa’kannya. “Yaa Allah, tolong berikan hati ini petunjuk” Doa’ku dalam hati. “
Yaa Allah jika memang tiap hari perasaanku saat melihat Yusuf seperti ini, tolong
berikan jawaban Yaa Allah, jika memang dia massa depanku, berilah jalan untuk kita
berdua Yaa Allah.” Itulah doa yang setiap aku bertemu, melihat dan memandang yusuf.
Aneh, tapi itulah yang aku rasakan dalam hati kecilku ini.

Seiring dengan berjalannya waktu, akupun lulus dari bangku SMA. Aku dan
yusuf pun berpisah selama 5 tahun. Kami dipisahkan oleh kesibukan kita masing-
masing. Ketika itu, Yusuf belum mengetahui apa isi hatiku kepadanya selama ini. Tak
aku sangka, setelah 5 tahun ini, aku dan Yusuf dipertemukan disebuah acara yang
sama-sama kita kunjungi. Ketika itu, Yusuf yang petama menyapa diriku. Aku kaget,
bingung, orang yang selama ini selalu aku titipkan dalam doa-doaku berada
dihadapanku.

Sejak saat itu, aku dan Yusuf menjadi dekat. Suatu hari, Yusuf pun melamarku
untuk menjadi istrinya dan tak aku sangka kejadian itu akan benar-benar terjadi. Doa-
doa yang aku panjatkan selama ini tak aku sangka akan terjawab setelah 5 tahun.

Anda mungkin juga menyukai