Anda di halaman 1dari 8

PERAN PEMERINTAH DALAM MENCIPTAKAN PERUMAHAN LAYAK HUNI

(Studi pada Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata ruang,
Kabupaten Sidoarjo)

Rizki Priyo Atmoko, Mardiyono, Sukanto


Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang
E-mail: rizkipriyoatmoko@gmail.com

Abstract: Government's role to created livable housing. This research is motivated by the
increasing amount of residential development as the the impact of the increasing population in
Sidoarjo Regency. In a residential area there must be facilities that support daily activities it
aims to ensure the feasibility of inhabited housing so that provide a sense of comfort, security,
peace and prosperity for its residents. The research method that used is descriptive qualitative
research approach that uses analytical methods Milles Huberman. The background of this
research was appointed to see how the government's role in creating livable housing for the
general welfare of society purpose. The results of this research are good enough, it is
manifested, among others, in setting standards of housing construction, supervision and control
of housing construction and improvement of the quality of housing. The role has been in
accordance with the government's role as a stabilizer, an innovator and catalyst. Contributing
factor in creating livable housing, among others, the assistance of the government in the form of
physical development, the awards and the support of competent human resources. Inhibiting
factor is the lack of human resources.
Keywords: livable housing, the role of government

Abstrak: Peran Pemerintah dalam Menciptakan Perumahan Layak Huni. Penelitian ini
dilatarbelakangi oleh meningkatnya jumlah pembangunan perumahan yang merupakan dampak
dari meningkatnya penduduk di Kabupaten Sidoarjo. Dalam lingkungan perumahan sendiri
harus terdapat fasilitas-fasilitas yang menunjang berkegiatan sehari-hari hal ini bertujuan untuk
menjamin kelayakan perumahan yang dihuni sehingga dapat memberikan rasa nyaman, aman,
tenteram dan sejahtera bagi penghuninya. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian
kualitatif dengan pendekatan deskriptif yang menggunakan metode analisis Milles Huberman.
Latar belakang penelitian ini diangkat untuk melihat bagaimana peran pemerintah yang ada
dalam menciptakan perumahan yang layak huni yang tujuan umumnya untuk menyejahterakan
masyarakat. Hasil dari penelitian, peran pemerintah dalam menciptakan perumahan yang layak
huni sudah cukup baik, hal ini diwujudkan antara lain dalam penetapan standarisasi
pembangunan perumahan, pengawasan, dan pengendalian pembangunan perumahan dan
perbaikan kualitas perumahan. Peran tersebut telah sesuai dengan peran pemerintah sebagai
stabilisator, inovator, dan katalisator. Dalam mewujudkan perumahan yang layak huni yang
menjadi faktor pendukung antara lain adanya bantuan dari pemerintah berupa pembangunan
secara fisik maupun pemberian penghargaan serta dukungan sumber daya manusia yang
kompeten. Faktor penghambat, kurangnya sumber daya manusia.
Kata kunci: peran pemerintah, perumahan layak huni

Pendahuluan
Salah satu usaha pemerintah dalam dijadikan sebagai acuan normatif. Manusia
mewujudkan masyarakat yang adil dan merupakan kekuatan utama pembangunan
makmur adalah dengan melaksanakan dan sekaligus tujuan pembangunan.
pembangunan. Pembangunan multidimensi- Pembangunan sendiri merupakan salah satu
onal tersebut menghendaki adanya, permasalahan terkait kepentingan publik
keselarasan, keserasian, dan keseimbangan yang memiliki urgensi tinggi untuk segera di
dalam berbagai dimensi. Dalam konsep atasi. Hal ini dilandasi atas keinginan
tersebut, menurut Moeljarto dalam Mashoed manusia untuk selalu berkembang dan maju
(2004, hal.2), kualitas manusia haruslah dari waktu ke waktu. Ponsioen dalam Agus

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol.1, No.4, Hal. 120-127 | 120


Suryono (2010, hal.2) berpendapat, bahwa seperti air minum, sanitasi lingkungan, jalan,
pembangunan nasional adalah bagian listrik, fasilitas umum dan sosial yang
integral dari pembangunan suatu negara. bertujuan untuk mewujudkan keharmonisan
Berkaitan dengan pelaksanaan pem- ekologi, baik ekologi lingkungan maupun
bangunan nasional, maka akan amat luas manusia. Hal ini telah dijelaskan pada
cakupan dimensinya meliputi bidang Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011
wilayah, sumber daya alam, kependudukan, tentang perumahan dan kawasan
ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pemukiman, perumahan sendiri mempunyai
dan hankam. Oleh karenanya, dalam proses arti sebagai kumpulan rumah sebagai bagian
pembangunan nasional akan terjadi dari pemukiman, baik perkotaan maupun
pemanfaatan sumber daya alam, sumber pedesaan yang dilengkapi prasarana, sarana,
daya modal, dan sumber daya manusia. dan utilitas umum sebagai hasil upaya
Kegiatan pembangunan sendiri telah pemenuhan rumah yang layak huni.
memberikan dampak yang positif bagi Melihat fenomena mengenai peruma-
manusia. Sedangkan, kehidupan manusia han, diperlukan peran pemerintah dalam
semakin dipermudah oleh beberapa produk- mengatur dan menangani pembangunan
produk pembangunan. Namun di sisi lain, perumahan. Peran pemerintah dibutuhkan
pembangunan sering kali kurang sejak awal, di mana dimulai sejak proses
memperhitungkan dampaknya terhadap perizinan. Karena dari proses inilah dapat
keharmonisan ekologi, baik keharmonisan menggambarkan hasil akhir pembangunan
pada lingkungan alam maupun manusia. perumahan itu sendiri. Di Sidoarjo terdapat
Salah satu pembangunan yang harus Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan
memperhitungkan dampak baik dari Tata Ruang (Dinas PU CKTR) Kabupaten
lingkungan dan manusia adalah perumahan. Sidoarjo. Di dalam Dinas PU CKTR ini
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terdapat bidang penyehatan lingkungan
oleh BPS pada tahun 2010, Indonesia ke pemukiman dan perumahan yang membi-
depan membutuhkan sekitar 13 juta unit dangi perumahan dan pemukiman.
rumah baru bagi masyarakat dan angka ini Dinas PU CKTR Kabupaten Sidoarjo
akan terus meningkat tiap tahunnya. merupakan salah satu usaha pemerintah
Diketahui Penyelenggaraan perumahan dan untuk memberikan jaminan kepada
pemukiman di Indonesia, sesungguhnya masyarakat terhadap hasil akhir sebuah
tidak terlepas dari dinamika yang pembangunan perumahan. Selain itu, Dinas
berkembang di dalam kehidupan masyarakat PU CKTR menerima laporan dan keluhan
serta tidak dapat dipandang sebagai mengenai perumahan, sehingga jika terdapat
permasalahan fungsional dan fisik semata. masalah dapat segera diatasi.
Tetapi lebih kompleks lagi sebagai
permasalahan yang berkaitan dengan Tinjauan Pustaka
dimensi kehidupan bermasyarakat yang Administrasi Pembangunan
meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, Lubis (1985, hal.17) berpendapat
teknologi, ekologi, maupun politik. Di bahwa Administrasi dalam arti luas dapat
sinilah diperlukan kebijakan pemerintah di ditinjau dari tiga sudut: dari sudut proses,
dalam mengelola persoalan perumahan dan dari sudut fungsi, dan sudut kepranataan.
pemukiman. Fakta tersebut, dapat dilihat Ditinjau dari sudut proses, administrasi
dari masalah lingkungan pada kawasan merupakan keseluruhan proses yang dimulai
pemukiman dan perumahan, yang umumnya proses pemikiran, rencana, pengaturan,
muncul sebagai akibat dari tingkat penggerakan, pengawasan sampai dengan
urbanisasi dan industrialisasi yang tinggi, proses tercapainya tujuan kita. Sedangkan
serta dampak pemanfaatan sumber daya dan pembangunan menurut Indrawijaya dan
teknologi yang kurang terkendali. Pranoto (2011, hal.34) mengartikan
Lingkungan perumahan yang sehat pembangunan sebagai perubahan yang
sendiri harus diikuti dengan pembangunan berlangsung secara luas dalam masyarakat
lingkungan perumahan melalui penyediaan dan bukan sekedar pada sektor ekonomi saja
prasarana dan sarana dasar yang memadai

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol.1, No.4, Hal. 120-127 | 121


melainkan sektor lainnya. Sedangkan siapa yang harus mengerjakannya,
administrasi pembangunan sendiri menurut bagaimana tugas-tugas tersebut
Weidner dalam Indrawijaya dan Pranoto dikelompokkan, siapa yang
(2011, hal.25) adalah administrasi negara bertanggung jawab atas tugas
dan publik yang berperan sebagai agen tersebut, dan pada tingkatan mana
perubahan dengan tujuan menyukseskan keputusan harus diambil.
pembangunan dalam berbagai aspeknya, c. Actuating, pelaksanaan kerja adalah
melalui perencanaan yang berorientasi pada suatu tindakan untuk mengusahakan
pelaksanaan, transfer teknologi, transformasi agar semua anggota kelompok
sosial, pengembangan kapasitas dan berkenaan berusaha untuk mencapai
partisipasi masyarakat serta pemerataan sasaran agar sesuai dengan
hasil pembangunan. perencanaan manajerial dan
usaha-usaha organisasi.
Manajemen Publik d. Controlling, pengawasan adalah
Menurut Frederick W. Taylor dalam salah satu fungsi dalam
Syafiie (2006, hal.48) ilmu manajemen itu manajemen untuk menjamin agar
dapat diterjemahkan sebagai ilmu
pelaksanaan kerja berjalan sesuai
pengetahuan yang mandiri yang sebenarnya
akan anda kerjakan, selanjutnya mengkaji dengan standar yang telah
apakah sesuatu itu dikerjakan dengan cara ditetapkan dalam perencanaan.
terbaik serta termudah atau tidak. Pada
dasarnya manajemen publik, yaitu Otonomi Daerah
manajemen instansi pemerintah. Menurut Menurut Undang-Undang Nomor 32
Overman dalam Pasolong (2011, hal.83) Tahun 2004 disebutkan bahwa otonomi
manajemen publik adalah suatu studi daerah adalah kewenangan daerah otonom
indisipliner dari aspek-aspek umum untuk mengatur dan mengurus kepentingan
organisasi, dan merupakan gabungan antara masyarakat setempat menurut prakarsa
fungsi manajemen seperti planning, sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
organizing, dan controlling satu sisi, dengan sesuai dengan peraturan perundang-
SDM, keuangan, fisik, informasi, dan politik undangan. Dalam otonomi daerah tentunya
di sisi lain. juga terdapat faktor-faktor yang membuat
Manajemen baru merupakan suatu otonomi daerah tersebut berjalan baik,
masalah besar setelah faktor dan sumber menurut Josef R. K (2001, hal.59) ada empat
daya yang paling sukar untuk dikendalikan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
dan didayagunakan masuk ke dalam kancah otonomi daerah:
karya, yaitu manusia. Maka manajemen 1) manusia pelaksananya harus baik;
menetapkan pada pengendalian dan 2) keuangan harus cukup dan baik;
pendayagunaan manusia itu sendiri. 3) peralatan harus cukup baik; dan
Manajemen sendiri juga dapat dijawab 4) organisasi dan manajemen harus baik.
dengan menganalisis fungsi manajemen itu Jadi, dapat disimpulkan bahwa keempat
sendiri. Fungsi manajemen itu antara lain faktor tersebut mempunyai peranan yang
sebagai berikut: sangat penting dalam menunjang kelancaran
a. Planning, perencanaan dapat pelaksanaan otonomi daerah.
diuraikan sebagai penentuan
tindakan untuk waktu yang akan Peran Pemerintah dalam
datang, dan jika perencanaan itu kita Pembangunan
perlukan lebih metodis, maka kita Menurut Sukanto (2009, hal.212)
akan dapat menguraikannya dengan peranan (role) merupakan proses dinamis
pengoordinasian kegiatan-kegiatan kedudukan (status). Apabila seseorang
yang akan datang pada waktunya. melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
b. Organizing, pengorganisasian dapat dengan kedudukannya, dia menjalankan
dilakukan dengan cara menentukan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan
tugas apa yang harus dikerjakan, dengan peranan adalah untuk kepentingan

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol.1, No.4, Hal. 120-127 | 122


ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat mendorong laju pembangunan nasio-
dipisah-pisahkan karena yang satu nal sehingga mampu menarik
tergantung pada yang lain dan sebaliknya. manfaat yang sebesar-besarnya.
Tindakan tersebut dijalankan dengan
memanfaatkan kewenangan, kekuasaan serta
Perumahan
fasilitas yang dimiliki karena kedudukannya.
Pengertian perumahan sendiri menurut
Siagian (2009, hal.142) menjelaskan bahwa
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011
peranan pemerintah terlihat dalam lima
tentang Perumahan dan Pemukiman,
wujud utama, yaitu:
Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai
a. Selaku Stabilisator, pemerintah adalah
bagian dari pemukiman, baik perkotaan
stabilisator yang menjaga stabilitas
maupun pedesaan, yang dilengkapi dengan
nasional agar tetap mantap dan
prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai
terkendali sehingga kebijakan-
hasil upaya pemenuhan rumah layak huni.
kebijakan yang telah ditetapkan akan
Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun
dapat dilaksanakan dengan baik dan
2011 tentang perumahan dan kawasan
rencana-rencana, program-program dan
pemukiman, penyelenggaraan perumahan
kegiatan-kegiatan operasional akan
dan pemukiman diselenggarakan berdasar-
berjalan lancar.
kan asas–asas sebagai berikut:
b. Selaku Modernisator, bahwa peme-
1) kesejahteraan;
rintah bertindak untuk mengantarkan
2) keadilan dan pemerataan;
masyarakat yang sedang membangun
3) keterjangkauan dan kemudahan; serta
menuju modernisasi dan meninggalkan
4) keserasian dan keseimbangan;
cara dan gaya hidup tradisional yang
sudah tidak sesuai lagi dengan tata cara
Metode Penelitian
kehidupan modern.
Dalam penelitian ini jenis penelitian
c. Selaku Pelopor, bahwa pemerintah
yang digunakan adalah kualitatif dengan
tidak hanya menjalankan fungsi selaku
pendekatan deskriptif. Menurut Sugiyono
perumus kebijakan dan penyusunan
(2006, hal.11) penelitian deskriptif adalah
rencana pembangunan saja, tetapi juga
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
sebagai pelaksana pembangunan yang
nilai variabel mandiri, baik satu variabel
inovatif yang mampu memecahkan
atau lebih tanpa membuat perbandingan atau
berbagai tantangan dan keterbatasan
menghubungkan antara variabel yang satu
yang ada.
dengan yang lain. Dengan demikian
d. Selaku Inovator, inovasi merupakan
penggunaan kualitatif dengan pendekatan
salah satu “produk” dari kreativitas.
deskriptif dalam penelitian ini bertujuan
Ditinjau dari segi administrasi
untuk mengungkap fakta yang didapat di
pembangunan, inovasi berarti temuan
lapangan. Secara ringkas dapat dikatakan
baru, metode baru, sistem baru, dan
bahwa metode kualitatif deskriptif meru-
yang terpenting, cara berpikir yang
pakan langkah-langkah representasi objektif
baru. Dengan demikian bahwa sistem,
tentang gejala-gejala yang terdapat di dalam
prosedur, dan metode kerja, serta
masalah yang diselidiki. Adapun fokus
pendekatan yang diperlukan adalah
penelitian ini adalah sebagai berikut:
yang bersifat “problem-solving” dan
1) peran Dinas Pekerjaan Umum Cipta
“action-oriented”.
Karya dan Tata Ruang Kabupaten Sidoarjo
e. Selaku Katalisator, bahwa pemerintah dalam menciptakan perumahan layak huni,
harus dapat memperhitungkan seluruh yang meliputi:
faktor yang berpengaruh dalam a) standarisasi pembangunan peruma-
pembangunan nasional. Mengendalikan han;
faktor negatif yang cenderung menjadi b) pengawasan dan pengendalian
faktor penghalang sehingga dampaknya pembangunan perumahan; dan
dapat diminimalkan, dan dapat menge- c) pelaksanaan perbaikan kualitas
nali faktor-faktor yang sifatnya perumahan.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol.1, No.4, Hal. 120-127 | 123


2) Faktor-faktor pendukung dan penghambat umum sebagai hasil upaya pemenuhan
yang dihadapi oleh Dinas Pekerjaan Umum rumah yang layak huni. Selain itu,
Cipta Karya Kabupaten Sidoarjo dalam dalam Undang-Undang Nomor 11
menciptakan perumahan layak huni. Tahun 2011 tentang perumahan dan
kawasan pemukiman juga diatur asas-
Pembahasan asas penyelenggaraan perumahan
1. Peran Dinas Pekerjaan Umum Cipta kesejahteraan, keadilan dan pemerataan,
Karya dan Tata Ruang Kabupaten keterjangkauan dan kemudahan, serta
Sidoarjo dalam Menciptakan Pe- keserasian dan keseimbangan.
rumahan Layak Huni Dari penjelasan di atas dapat
a. Standarisasi pembangunan Peru- dianalisis bahwa untuk menjamin hasil
mahan akhir dari pembangunan khususnya
Seperti yang kita ketahui bahwa perumahan diperlukan peran pemerintah
papan (perumahan) merupakan salah selaku katalisator yang harus dapat
satu dari 3 (tiga) kebutuhan dasar memperhitungkan seluruh faktor yang
manusia, seiring dengan bertambahnya berpengaruh dalam pembangunan serta
jumlah penduduk bertambah pula mengendalikan faktor negatif yang
kebutuhan masyarakat akan tempat cenderung menjadi faktor penghalang
tinggal. Dari pengamatan di lapangan sehingga dampaknya dapat dimini-
yang dilakukan oleh peneliti bahwa pada malkan.
beberapa tahun terakhir ini terdapat
peningkatan pembangunan perumahan b. Pengawasan dan pengendalian
di Kabupaten Sidoarjo, ini terjadi karena pembangunan perumahan
pertumbuhan penduduk di Sidoarjo Untuk menjamin hasil akhir dari
meningkat dan penduduk memerlukan pembangunan perumahan sesuai atau
tempat tinggal. Hal ini sesuai dengan ide tidak dengan rencana awal yang
pokok dalam pembangunan yang diajukan, Dinas PU Cipta Karya dan
disampaikan oleh Siagian dalam Tata Ruang yang berkoordinasi dengan
Suryono (2004, hal.21) salah satu ide instansi-instansi dari lingkungan Peme-
pokok tersebut berbunyi bahwa rintah Kabupaten Sidoarjo, antara lain:
pembangunan dilakukan secara teren- BAPEDA, BPPT, BLH, PU Binamarga,
cana dan perencanaannya berorientasi PU Pengairan, dan Satpol PP.
pada pertumbuhan dan perubahan. Pembentukan tim ini dinamakan BP4D
Dengan demikian, diperlukan peran (Badan Pengendalian Pembangunan
pemerintah yang dalam hal ini Perumahan dan Pemukiman Daerah),
pemerintah daerah yang diwakili oleh tim ini melakukan pengawasan terhadap
Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang pembangunan perumahan yang ada di
untuk melakukan pengawasan, standa- wilayah Kabupaten Sidoarjo yang
risasi, dan penetapan regulasi dalam dilaksanakan setiap seminggu sekali.
pembangunan perumahan. Dalam Menurut G.R Terry dalam Syafiie
melakukan pembangunan perumahan (2006, hal.50) Pengawasan sendiri
terdapat standarisasi yang harus merupakan salah satu fungsi manajemen
dipenuhi, antara lain: jalan lingkungan, yang bertujuan untuk menjamin agar
pembuangan limbah, utilitas, RTH, dan pelaksanaannya berjalan sesuai dengan
fasilitas umum dan sosial. Hal ini sesuai standar yang telah ditetapkan dalam
dengan pengertian perumahan yang perencanaan. pengawasan dan Pe-
mengacu pada Undang-Undang Nomor ngendalian. Tidak saja berfungsi untuk
11 Tahun 2011 tentang perumahan dan mengetahui sejauh mana suatu pem-
kawasan pemukiman bahwa perumahan bangunan perumahan itu sesuai dengan
adalah kumpulan rumah sebagai bagian perencanaan yang telah ditetapkan
dari pemukiman, baik perkotaan sebelumnya, namun juga untuk
maupun pedesaan, yang dilengkapi membuat penyesuaian-penyesuaian jika
dengan prasarana, sarana, dan utilitas diperlukan, sesuai dengan apa yang

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol.1, No.4, Hal. 120-127 | 124


terjadi di lapangan. Menurut Saleh, pembangunan saja, tetapi juga sebagai
(1988, hal.2) dengan diadakannya pelaksana pembangunan yang inovatif
pengawasan dapat diawasi sejauh mana yang mampu memecahkan berbagai
penyimpangan, penyalahgunaan, kebo- tantangan dan keterbatasan yang ada.
coran, kekurangan, serta dapat lebih Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang
memahami apa yang terjadi di masa dalam melakukan kegiatan perbaikan
yang akan datang. kualitas perumahan berdasar atas
Koordinasi dalam pengawasan laporan atau keluhan dari masyarakat
pembangunan perumahan ini juga perlu mengenai lingkungan perumahan yang
dilakukan karena koordinasi dimaksud- mereka hadapi, setelah itu ditindak-
kan untuk mencapai tujuan organisasi lanjuti dengan survei di lapangan oleh
secara efektif dengan melalui upaya tim dan baru diadakan lelang tender
menghilangkan kekacauan serta tum- untuk pengerjaan perbaikan kualitas
pang tindih. Timbulnya koordinasi perumahan, tender ini diikuti oleh
sendiri disebabkan oleh beberapa hal, perusahaan swasta. Prosedur dan
seperti yang disampaikan oleh Kaloh mekanisme dalam perbaikan kualitas
(2007, hal.275) bahwa kompleksnya memang sangat panjang dan lama,
fungsi dan kegiatan yang secara khusus karena kegiatan ini juga membutuhkan
dilakukan oleh berbagai unit dan partisipasi semua pihak, baik dari
perorangan, bertambahnya spesialisasi masyarakat, pemerintah, maupun
memperbesar struktur organisasi itu swasta.
sendiri. Jadi, jika dapat disimpulkan
bahwa pengawasan adalah kegiatan
membandingkan apa yang sedang atau 2. Faktor pendukung dan penghambat
sudah dikerjakan dengan apa yang yang dihadapi oleh Dinas Pekerjaan
direncanakan sebelumnya. Umum Cipta Karya Kabupaten
Sidoarjo dalam menciptakan peru-
c. Pelaksanaan perbaikan kualitas mahan layak huni.
perumahan a. Faktor pendukung
Pada pengertian perumahan yang Pertumbuhan penduduk yang
telah disampaikan sebelumnya bahwa meningkat di Kabupaten Sidoarjo
perumahan adalah kumpulan rumah tentunya memiliki dampak yang
sebagai bagian dari pemukiman, baik dirasakan oleh warga masyarakat.
perkotaan maupun pedesaan, yang Dampak yang dirasakan salah satunya
dilengkapi dengan prasarana, sarana, adalah kebutuhan akan rumah tinggal.
dan utilitas umum sebagai hasil upaya Dengan banyaknya peminat perumahan
pemenuhan rumah layak huni. yang berada di Kabupaten Sidoarjo,
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo sendiri maka banyak pengembang perumahan
yang mempunyai visi Sidoarjo yang tertarik untuk menanamkan
Sejahtera, Mandiri, dan Berkeadilan investasinya di Kabupaten Sidoarjo
selalu berupaya untuk mewujudkan visi mulai dari pengembang yang
tersebut. Dalam upayanya mewujudkan membangun perumahan sederhana,
visi tersebut, Pemerintah Kabupaten menengah ataupun mewah. Dengan
Sidoarjo dalam hal ini Dinas PU Cipta banyaknya pengembang perumahan
Karya dan Tata Ruang melakukan yang melakukan pembangunan
kegiatan yang salah satunya adalah perumahan, Pemerintah Kabupaten
melaksanakan perbaikan kualitas Sidoarjo memberikan apresiasi dengan
perumahan, hal ini sesuai dengan salah memberi penghargaan Griya Delta
satu peran pemerintah yang disebutkan Nugraha. Penghargaan Griya Delta
oleh Siagian (2009, hal.142) bahwa Nugraha diberikan kepada perumahan
selaku pelopor pemerintah tidak hanya terbaik yang ada di Sidoarjo,
menjalankan fungsi selaku perumus penghargaan ini diharapkan dapat
kebijakan dan penyusunan rencana menjadi pemacu bagi pengembang

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol.1, No.4, Hal. 120-127 | 125


untuk membangun perumahan yang dinas. Pengawasan merupakan kegiatan
layak huni dan berkualitas. membandingkan apa yang sedang atau
sudah dikerjakan dengan apa yang
b. Faktor penghambat direncanakan sebelumnya.
Dalam otonomi daerah sendiri 3. Dalam mewujudkan perumahan layak
salah satu faktor yang mempengaruhi huni, pemerintah juga melaksanakan
pelaksanaan otonomi daerah adalah perbaikan kualitas perumahan, perba-
manusia atau sumber daya manusianya, ikan ini dilakukan berdasarkan laporan
seperti yang diungkapkan oleh Josef masyarakat ataupun dari hasil
R.K (2001, hal.59) bahwa dalam pengawasan. Hal ini salah satu upaya
pelaksanaan otonomi daerah manusia untuk mewujudkan visi Sidoarjo yaitu
pelaksananya harus baik, artinya faktor Sejahtera, Mandiri, dan Berkeadilan.
yang esensial dalam penyelenggaraan Faktor pendukung dan penghambat
pemerintah daerah. Pentingnya faktor dalam menciptakan perumahan layak
ini, karena manusia subjek segala huni.
aktivitas pemerintahan. Manusialah 1. Faktor Pendukung
yang merupakan pelaku dan penggerak Dalam mewujudkan perumahan layak
proses mekanisme dalam sistem huni yang ada di Kabupaten Sidoarjo
pemerintahan. salah satunya adalah pemberian
penghargaan Griya Delta Nugraha.
Kesimpulan Dengan penghargaan ini diharapkan
Peran Dinas Pekerjaan Umum Cipta dapat menjadi pemacu bagi
Karya dan Tata Ruang dalam menciptakan pengembang untuk membangun
perumahan layak huni. perumahan yang layak huni dan
1. Standarisasi pembangunan perumahan berkualitas.
merupakan salah satu peran guna 2. Faktor Penghambat
menjamin hasil akhir pembangunan Untuk mewujudkan pelaksanaan
perumahan di Kabupaten Sidoarjo sesuai otonomi daerah yang baik diperlukan
dengan Undang-Undang dan harapan SDM yang kompeten. Maka dari itu
masyarakat pada umumnya. dalam penyelenggaraan pemerintah
2. Pengawasan dan pengendalian pem- daerah hal ini sangat penting. Karena
bangunan perumahan merupakan juga bagaimanapun juga manusialah yang
merupakan salah satu peran pemerintah, merupakan pelaku dan penggerak
dalam melakukan pengawasan ini proses mekanisme dalam sistem
sendiri berkoordinasi dengan beberapa pemerintahan.

Daftar Pustaka
Indrawijaya, A. Ibrahim dan Juni Pranoto. (2011) Revitalisasi Administrasi Pembangunan. Bandung,
Penerbit Alfabeta
Josef. Riwu Kaho. (2001) Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia. Jakarta, Penerbit
Raja Grafindo Persada.
Kaloh. (2007) Mencari Bentuk Otonomi Daerah: Suatu Solusi dalam Menjawab Kebutuhan Lokal
dan Tantangan Global. Jakarta, Penerbit Rineka Cipta.
Lubis, Ibrahim. (1985) Pengendalian dan Pengawasan Proyek dalam Manajemen. Jakarta, Penerbit
Ghalia Indonesia.
Mashoed (2004) Pemberdayaan Masyarakat Miskin: Membuka Kawasam Terisolasi. Surabaya,
Penerbit Papyrus.
Pasolong, Harbani. (2011) Teori Administrasi Publik. Bandung, Alfabeta.
Saleh, Ismail. (1988) Serial: Apa yang Saya Alami Ketertiban dan Pengawasan. Jakarta, Haji
Masagung.
Syafiie, K. Inu. (2006) Ilmu Administrasi Publik. Jakarta, Rineka Cipta.
Soekanto, Soerjono. (2009) Sosiologi suatu Pengantar. Jakarta, Rajawali Pers.
Sugiyono (2006) Metode Penelitian Kualitatif. Bandung, Alfabeta.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol.1, No.4, Hal. 120-127 | 126


Siagian, P, Sondang. (2009) Administrasi Pembangunan Konsep, Dimensi, dan Strateginya. Jakarta,
Bumi Aksara
Suryono, Agus. (2004) Pengantar Teori Pembangunan. Malang, Universitas Negeri Malang.
Suryono, Agus. (2010) Dimensi-Dimensi Prima Teori Administrasi Pembangunan. Malang, UB press
Undang-Undang Republik Indonesia No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman.
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol.1, No.4, Hal. 120-127 | 127

Anda mungkin juga menyukai