pula berarti, bahwa apabila sumber daya dan sumber sarana itu
36
https://www.researchgate.net/publication/318650120_Hukum_dan_Konsep_Pembangunan_B
erwawasan_Lingkungan oleh Manahan Natipulu diakses pada 18 November 2018 pukul 17.00
25
26
patut dan tidak patut, baik dan buruk, benar atau salah, adil atau
zamannya.
37
ibid
27
alam dan lingkungan hidup secara adil baik bagi generasi saat ini
38
Mochtar Kusumaatmadja yang membahas peranan hukum sebagai alat atau sarana
pembaharuan/pembangunan masyarakat, bandingkan dengan teori hukum R. Pound yang
membahas law as tool of social engineering. Juga dengan tulisan Daud Silalahi, yang berjudul,
Perkembangan hukum Lingkungan Indonesia: Tantangan dan Peluangnya, UNPAD, 2003.
39
Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
40
Deklarasi Johannesburg mengenai Pembangunan Berkelanjutan, Rencana Pelaksanaan KTT
Pembangunan Berkelanjutan, Direktoral PELH PBB DITJEN MULTILATERAL EKUBANG DEPLU, 2002
28
kecil, tidak hanya paten atau royalti yang tinggi serta tidak
41
Helmi, Hukum Perizinan Lingkungan Hidup, Cetakan Pertama, Sinar Grafika, Jakarta, 2012. hlm.
58-59
42
N.H.T. Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, edisi kedua, Erlangga, Jakarta,
2004. hlm.61
29
dalam pendekatan ini berlaku dalil “apa yang diambil dari alam
terpadu.44
43
Emil Salim, Pembangunan Berwawasan Lingkungan, LP3ES, Cetakan ke-1, Jakarta, 1986, hlm.
184
44
N.H.T. Siahaan, op.cit.,hlm.73
30
Lingkungan Hidup
45
Hardjasoemantri, Koesnadi, 1999, Hukum Tata Lingkungan, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta, hlm. 42 - 45
31
46
Danusaputro, St. Munadjat, 1984, Bunga Rampai Binamulia Hukum dan Lingkungan, Binacipta,
Bandung, hlm. 87
47
Pasal 19 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
32
ruang.
48
Pasal 2 Undang –Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
33
hidup.
masyarakat”.
republik Indonesia”.
ancaman.
damai.
49
Pasal 3 Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
50
Yunus Wahid, 2014, Pengantar Hukum Tata Ruang, Prenadamedia group, Jakarta, hlm. 23
36
51
Yunus Wahid, Op.Cit., hlm 1.
37
52
Hasni, Op.cit.,hlm.23.
53
Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
54
Pasal 4 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
38
kawasan.55
55
Nur Anwar, Sutrisno Anggoro, Dwi P Sasongko, Evaluasi Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan
Pesisir Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal, Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Semarang, 11 September 2012, hlm.3
56
M. Daud Silalahi, Op. Cit., hlm. 80
57
Rinaldi Mirsa, Elemen Tata Ruang Kota, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2012, hlm.40
39
58
Pasal 14 Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
40
tujuan pembangunan.60
59
M. Daud Silalahi, Op.Cit., hlm 81.
60
Juniarso Ridwan, Achmad Sodik, Op Cit, hlm 85
41
b. Pemanfaatan Ruang
ruang.
61
Pasal 1 angka 12 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang
42
lingkungan hidup.62
c. Pengendalian Ruang
ruang.
62
Rinaldi Mirza, Op.cit., hlm.45.
63
Pasal 35 Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
64
Ibid., hlm.52.
65
M. Daud Silalahi, Op. Cit. hlm.32
43
66
Iskandar, Kebijakan Perubahan Kawasan Hutan Dalam Pengelolaan Berkelanjutan, UNPAD
Press, Bandung, 2010, hlm. 18
44
angkasa.68
67
Juniarso Ridwan, Hukum Tata Ruang, Nuansa, Bandung, 2008. hlm. 23.
68
M. Daud Silalahi, Hukum Lingkungan: dalam sistem penegakan Hukum Lingkungan Indonesia,
Edisi Revisi, Alumni, Bandung, 2001. hlm. 78-79
45
pun harus diatur dan dikembangkan dalam pola tata ruang yang
lingkungan hidup.
dan lautan.71
dengan ekosistem. 72
71
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Kawasan Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil
72
Soedjiran Resosoedarmo, Pengantar ekologi, Remadja Karya, Bandung, 1987, hlm. 7
47
73
Amiruddin A. Dajaan & Maret Priyanta , Inventarisasi Peraturan Perundang-undangan di
Bidang Penataan Ruang Kawasan Pesisir Dalam Rangka Pembangunan Berkelanjutan di Jawa
Barat, Laporan penelitian di Universitas Padjajaran, Bandung, 2009, hlm. 8
74
Soedjiran Resosoedarmo, Op. Cit, hlm. 11
48
dipertahankan keberadaannya.76
garis batas ini dapat berada jauh dari garis pantai. Sebaliknya di
75
Amiruddin A. Dajaan Imami, Hukum Penataan Ruang Kawasan Pesisir, Bandung, logoz
publishing, 2014, hlm. 47.
76
Pasal 1 Angka 8 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil.
49
dan sumber daya alam yang tidak dapat pulih. Sumber daya
tidak pulih mencakup minyak dan gas, biji besi, pasir, timah,
77
Amiruddin A. Dajaan Imami, Op. Cit., hlm. 58
50
bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 meter dari titik
tertentu.79
pantai bukan objek hak atas tanah dan tidak dapat dijadikan
tanah yang masih berupa laut, bukan objek hak atas tanah.
yang memang harus di pantai tepi laut, tentu harus ada izin
78
Chrisna Satriagasa, “Analisis Jasa Ekosistem Kawasan Kepesisiran Daerah Istimewa Yogyakarta
dalam Pengurangan Risiko Bencana”, Tesis Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Universitas Gadjah Mada Fakultas Geografi Yogyakarta, 2015, hlm. 96.
79
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil
51
kepemilikan baru.80
Pesisir
80
https://dunianotaris.com diakses pada 17 Oktober 2018 pukul 22.17
81
Pasal 6 ayat (2) Peraturan Presiden Nomor 51/2016 tentang Batas Sempadan Pantai
52
kegiatan khusus.82
kosan, asrama.
2. Bangunan Komersial
82
Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
83
Pasal 2 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
84
repository.usu.ac.id diakses pada 20 Oktober 2018 pada pukul 22. 00
53
laboratorium.
contoh dari
ditujukan untuk
memiliki
tempat
perpustakaan.
Di samping itu,
pemerintahan.
56
pengawasannya.
gedung.
85
Pasal 35 Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung