Anda di halaman 1dari 16

CRITICAL BOOK REVIEW (CBR) DAN CRITICAL JURNAL

REVIEW (CJR)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biologi Umum yang Diampu oleh
Ibu Mislah Sahila Harahap M.Pd.

Oleh:
Nama : Afsah Radianti Rambe
NIM : 0310232037

PRODI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
T.A 2024
IDENTITAS BUKU

Judul Buku : Bahan Ajar Teknologi Bank Darah (TBD) Biologi Sel
dan Genetika
Penulis : Rodhi Hartono, SKP, NS, M.Biomed
Rudina Azimata Rosyidah, S.Si, M.Biomed
Tahun Terbit : 2019
Penerbit : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Kover & Ilustrasi : Sunarti, S.Des.
Pengembang Desain : Ir. Anang Suhardianto, M.Si
Halaman : 314
ISSBN : 978-602-416-873-5
RINGKASAN BUKU

BAB I “Tinjauan Umum Konsep Dasar Biologi Sel”


Pada bab ini, akan dijelaskan mengenai pengantar perkembangan biologi sel
dan apa itu biologi sel. Perkembangan ilmu tentang sel didukung dengan penemuan
alat-alat optik yang membantu dalam pemeriksaan sel yang berukuran mikroskopis
dan disimpulkan bahwa sel adalah struktur dasar dan unit fungsional dari makhluk
hidup.
Berdasarkan penemuan dari beberapa ilmuwan yang mendukung tentang
pemeriksaan sel, terdapat beberapa cara pengamatan sel yaitu melalui mikroskop,
mikroteknok dan teknik fraksinasi. Mikroskop dapat memperbesar obyek pengamatan
hingga 40 kali, 100 kali hingga 1000 kali lipat. Mikroteknik merupakan alat yang
digunakan untuk membuat sediaan sel dan jaringan baik pada tumbuhan maupun
hewan.
Biologi sel disebut juga sitologi berasal dari bahasa Yunani “Kytos” yakni
wadah merupakan ilmu yang mempelajari tentang sel baik pengertiannya, sifat
fisiologis sel seperti struktur dan ragam organel sel atau perangkat sel yang terdapat di
dalam sel. Biologi molekuler adalah salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari
mengenai fungsi dan organisasi pada makhluk hidup ditinjau dari struktur dan
regulasi molekuler unsur atau komponen penyusunannya.

BAB II “Struktur dan Fungsi Organela Sel”


Pada bab ini, akan dijelaskan mengenai struktur dan fungsi organel sel,
dinding sel dan membran sel, dan nucleus/inti sel. Sel merupakan satuan terkecil
makhluk hidup yang dapat melaksanakan kehidupan sebagai unit terkecil penyusun
makhluk hidup secara struktural dan fungsional. Kandungan sel tersusun atas senyawa
organik dan anorganik. Struktur sel terdiri dari bagian membran sel, organel sel, dan
sitoplasma. Struktur sel prokariotik dan eukariotik berbeda, begitu pula struktur sel
tumbuhan dan sel hewan atau manusia.
Organel sel adalah komponen-komponen yang menyusun sel seperti halnya
organ dalam tubuh manusia. Organ sel umumnya terdiri dari sitoskeleton,
mikrofilamen (filamen aktin), mikrotubulus, filament intermedia (filamen menengah),
ribosom, retikulum endoplasma, vakuola, peroksisom, plastida, sentriol, inti sel.
Dinding sel adalah lapisan sel kaku dan tebal sebagai selubung terluar dari sel
yang ditemukan pada sel tumbuhan, jamur dan sebagian besar Protista. Dinding sel
tanaman bersifat permeable terdiri atas selulola, sedangkan milik bakteri terdiri dari
peptidoglikan. Struktur dinding sel terdiri atas sellulosa, polisakarida matriks, protein
dan plastis yang terdiri dari lignin, siberin dan kutin.
Membran sel merupakan struktur yang membatasi sel, terdiri atas lipid yang
mengandung gugus polar dan gugus yang bersifat hidrofob (tidak suka air) dengan
gugus polar (suka air) mengalir ke bagian luar dari bilayer, sedangkan gugus hidrofob
sebagai rantai asam lemak berada di bagian tengah dari lipid bilayer. Protein
membran tersusun atas glikoprotein atau protein yang bersenyawa dengan
karbohidrat. Bergantung pada tipe sel dan organel tertentu dalam sel, membrane
memiliki 12 sampai lebih dari 50 macam protein berbeda.

BAB III “Reproduksi Sel/Pembelahan Sel


Pada bab ini, akan dijelaskan mengenai jenis pembelahan sel dan identifikasi
jenis perbedaan pembelahan sel. Reproduksi sel terjadi karena peristiwa pembelahan
sel. Pembelahan sel ini diawali dengan adanya pembelahan kromosom dalam
beberapa tahap pembelahan.
Pembelahan sel adalah peristiwa dimana sebuah sel akan membelah menjadi
dua atau lebih sel baru. Pembelahan sel merupakan cara sel untuk memperbanyak diri
atau yang disebut dengan proses reproduksi sel. Sel yang membelah diri disebut sel
induk, sedangkan sel hasil pembelahan diri disebut dengan sel anak. Adapun
pembelahan sel dibedakan menjadi dua macam pembelahan yakni pembelahan
mitosis dan pembelahan meiosis.
Tujuan pembelahan mitosis yaitu untuk perbanyakan sel dan pertumbuhan,
regenerasi sedangkan pada tumbuha juga untuk membentuk sel kelamin (gamet). Satu
sel induk menghasilkan dua sel anakan yang memiliki jumlah kromosom seperti
induknya. Sedangkan tujuan pembelajaran meiosis yaitu untuk membentuk sel gamet
(pada hewan) dan spora (pada tumbuhan) serta berfungsi mengurangsi/reduksi jumlah
kromosom agar keturunannya memiliki jumlah kromosom yang sama dengan induk.
BAB IV “Regulasi Siklus Sel”
Pada bab ini, akan dijelaskan mengenai konsep dasar regulasi siklus sel, tahap
regulasi siklus sel, dan sel kanker. Siklus sel merupakan tahapan kompleks meliputi
penggandaan materi genetik, pengaturan waktu pembelahan sel dan interaksi antara
protein dan enzim.
Pertumbuhan dan perkembangan setiap makhluk hidup tergantung dengan
pertumbuhan dan perbanyakan sel. Hal ini berlaku baik untuk makhluk hidup
unseluler maupun multiseluler. Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada
tubuh kita karena terjadinya pertumbuhan dan perkembangan sel yang diatur dalam
siklus sel.
Siklus sel merupakan proses duplikasi secara akurat untuk menghasilkan
jumlah DNA kromosom yang cukup banyak dan mendukung segregasin untuk
menghasikan dua sel anakan yang identic secara genetik. Siklus sel memiliki dua fase
utama yaitu fase 5 (sintesis) dan fase M (mitosis). Siklus sel dikontrol oleh beberapa
protein yang bertindak sebagai regulator positif dan negatif.
Proses pembelahan sel diawali dengan terjadinya duplikasi komponen sel, baik
DNA yang terkemas di dalam kromosom maupun organelle-organella yang ada di
dalam sel. Pada proses siklus sel selalu terjadi kontrol (checkpoint control) pada 3
lokasi yaitu pada akhir fase G1, fase G2 dan pada proses Mitosis (sitokinesis). Apabila
sistem kontrol tidak berjalan dengan baik dan proses pembelahan tetap terjadi, maka
akan dihasilkan sel yang mengalami mutasi. Siklus sel diatur oleh protein kinase yang
dikenal sebagai cyclin-dependent kinase.

BAB V “Tinjauan Umum Konsep Dasar Genetika”


Pada bab ini, akan dijelaskan mengenai konsep dasar genetika, konsep gen,
alel dan kromosom, teknik rekayasa genetika, dan genetika golongan darah manusia.
Genetika merupakan cabang ilmu dari biologi yang mencoba menjelaskan persamaan
dan perbedaan sifat yang diturunkan pada makhluk hidup. Selain itu genetika juga
mencoba menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan apa yang diturunkan atau
diwariskan dari induk kepada turunanya, bagaimana mekanisme materi genetika itu
diturunkan dan bagaimana peran materi gentika tersebut.
Gen merupakan alat terkecil bahan sifat menurun. Pada pandangan modern,
gen didefinisikan sebagai suatu lokasi tertentu pada genom yang berhubungan dengan
pewarisan sifat dan dapat dihubungkan dengan fungsi sebagai regulator (pengendali),
sasaran transkripsi, atau peran fungsional lainnya. Kromosom merupakan komponen
sel yang terdapat dalam inti sel dan mempunyai fungsi dalam pembelahan sel sebagai
pembawa sifat yang diturunkan.
Rekayasa gentika merupakan perubahan struktur gen. Perkembangan rekayasa
genetika sangat didukung oleh ilmu dasar seperti biologi molekuler, biokimia,
genetika dan mikrobiologi. Rekayasa genetika sangat dimanfaatkan dalam bidang
farmasi, kesehatan dan produksi pangan. Salah satu produk rekayasa yang sudah
dikembangkan adalah pembuatan insulin dengan menggunakan escheria coll sebagai
vector.
Sejarah penemuan golongan darah dimulai pada tahun 1900 oleh K.
Landstainer yang telah menemukan tiga dari empat golongan darah yaitu A, B, dan O
dengan cara memeriksa golongan darah teman sekerjanya. Tahun 1901, Von
Decastello dan Sturli menemukan golongan darah keempat yaitu AB.

BAB VI “Konsep Mendel, Pewarisan Sifat, dan Penyakit Kelaianan Genetika”


Pada bab ini, akan dijelaskan mengenai hukum mendel dan non mendel,
kelainan genetika dan penyakit yang diturunkan dari kromosom autosomal, resesif
dan dominan, dan kelainan genetika dan penyakit yang diwariskan dari kromosom
gonosom (X-Linked dan Y-Linked) dan Pengaruh Mutasi/Aberasi Kromosom.
Hukum mendel I termasuk hukum segregasi (pemisahan), menyatakan bahwa
gen-gen akan memisah secara bebas. Hukum ini hanya berlaku untuk persilangan
dengan satu sifat beda. Hukum mendel 2 dikenal dengan hukum asortasi bebas yang
menyatakan bahwa gen-gen dari dua pasang atau lebih akan mengelompok secara
bebas. Hukum mendel II hanya berlaku untuk persilangan dengan dua sifat beda atau
dihibrid.
Hukum non mendel merupakan hukum yang menyimpang dari hukum mendel.
Aturan ini diperkenalkan oleh Morgan dengan menggunakan menyilangkan lalat buah
(Drosophilla Melanogaster). Adapun peristiwa yang termasuk hukum non mendel
adalah pautan gen, pindah silang dan gagal berpisah.
Kelainan dan penyakit genetik adalah pentimpangan dari sifat umu atau sifat
rata-rata manusia serta merupakan penyakit yang muncul karena tidak berfungsinya
faktor genetik yang mengatur struktur dan fungsi biologi tubuh manusia.
Berdasarkan sifat alelnya, maka kelainan dan penyakit genetic dapat digolongkan
sebagai berikut:
1. Kelainan dan penyakit genetik yang disebabkan faktor alel dominan
autosomal.
2. Kelainan dan penyakit genetik yang disebabkan faktor alel resesif autosomal.
3. Kelainan dan penyakit genetik yang disebabkan alel tertaut dengan kromosom
seks/gonosom.
4. Kelainan dan penyakit genetik yang disebabkan oleh pengaruh aberasi
kromosom.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU

A. Kelebihan Buku
1. Dari segi isi, pembahasannya cukup jelas dan sangat luas.
2. Banyak memakai gambar, dan tabel. Hal ini akan menarik minat pembaca.
3. Menyediakan latihan dan tes di setiap akhir topik pembahasan. Hal ini akan
menambah pengetahuan pembaca dan mengasah pemikiran pembaca untuk
menjawab soal tersebut.
4. Dari segi referensi/bahan bacaan yang digunakan, sangat banyak dan daftar
pustakanya diletakkan di akhir setiap topik pada bab dalam buku ini.
5. Buku ini sangat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai
materi-materi biologi, seperti sel, siklus sel dan lainnya.

B. Kekurangan Buku
1. Pada halaman iii, terdapat spasi yang berlebihan, yaitu seperti contoh spasi BAB I
ke Topik 1 dan ke penulisan Kunci Jawaban Tes. Sebaiknya menggunakan spasi
1,5 agar terlihat lebih rapi dan tidak berjarak.
2. Setelah soal dan latihan, terdapat kunci jawaban tes. Hal ini tidak akan membantu
pembaca dalam mengasah pemikirannya tentang soal-soal karena sudah terdapat
kunci jawaban setelah latihan.
3. Penulisan kata asing yang tidak ditulis dalam cetak miring, seperti pada halaman
14, yaitu kata “Prokariotik dan Eukarioritik”, yang seharusnya ditulis dalam cetak
miring.
4. Pada halaman 40, terdapat halaman kosong, lebih baik dihapus karena tidak ada
bahas apapun dalam halaman itu.
KRITIK DAN SARAN

A. Kritik
1. Buku ini sudah bagus dan bisa dijadikan bahan bacaan, tetapi sebaiknya halaman-
halaman kosong yang terdapat di akhir setiap BAB buku dihapus.
2. Buku ini sangat menambah wawasan pembaca, akan tetapi perlu direvisi lagi
bagian sistematika penulisannya.

B. Saran
1. Sebaiknya semua saran yang diberikan oleh pembaca agar bisa direvisi oleh
penulis nantinya, selebihnya buku ini sudah cukup bagus dan menarik untuk
dibaca. Pembahasannya juga bisa dijadikan bahan pembelajaran bagi
pendidik/guru biologi.
A. Identitas Jurnal yang Direview
Judul Jurnal : Struktur Anatomi Akar, Batang dan Daun Citrus
(Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle, Citrus madurensis Lour, Citrus nobilis
L. var. macrocarpa) di Kalimantan Barat
Nama Jurnal : Jurnal Protobiont
Edisi Terbit : 2022
Penulis : Nurul Khasanah, Mukarlina, Zulfa Zakiah
Penerbit : Universitas Tanjungpura
Nomor ISSN : 2338-7874
Alamat Situs : STRUKTUR ANATOMI AKAR, BATANG DAN
DAUN Citrus (Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle, Citrus madurensis Lour,
Citrus nobilis L. var. microcarpa) DI KALIMANTAN BARAT | Khasanah |
Protobiont (untan.ac.id)

B. Ringkasan Isi Jurnal


Pendahuluan menjelaskan bahwa Indonesia merupakan negara tropis tempat
berbagai jenis jeruk banyak dijumpai dan dibudidayakan mulai dari dataran
rendah hingga dataran tinggi. Jeruk merupakan buah tahunan yang berasal dari
Asia. Beberapa jenis jeruk yang banyak dibudidayakan di Kalimantan Barat
adalah Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle, Citrus madurensis Lour, dan Citrus
nobilis L. var. macrocarpa. Karakter spesifik tumbuhan secara morfologi dan
anatomi dapat digunakan sebagai pembeda antar spesies. Perbedaan karakter
morfologi mengindikasikan adanya perbedaan pula pada struktur anatomi
tanaman. Meskipun struktur anatomi umum dari jeruk jenis tertentu sudah
diketahui, belum ada penelitian mengenai karakteristik struktur anatomi akar,
batang, dan daun dari ketiga spesies jeruk di Kalimantan Barat. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk membandingkan struktur anatomi dari tiga spesies
jeruk tersebut.
Bahan dan metode menjelaskan tentang tata cara dan juga alat atau bahan yang
dibutuhkan. Bagian bahan dan metode dalam jurnal "Structural Anatomy of Citrus
aurantifolia (Cristm.) Swingle, Citrus madurensis Lour, and Citrus nobilis L. var.
microcarpa" meliputi:
1. Pengambilan sampel: Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai
dengan Juli 2021. Sampel tanaman diambil dari areal perkebunan jeruk di
Kecamatan Terentang, Kabupaten Kubu Raya.
2. Alat dan bahan yang digunakan: Penelitian ini menggunakan berbagai alat
dan bahan, seperti alat tulis, botol vial, bunsen, cawan petri, gelas objek,
gelas penutup, gelas ukur, hotplate, kamera, kuas, mikrotom putar,
mikroskop cahaya, oven, pinset, dan silet.
3. Pembuatan preparat batang dan daun: Penelitian ini menggunakan metode
parafin (embedding) untuk membuat preparat batang dan daun. Tahapan
metode parafin meliputi potongan organ, penyaringan, dehidrasi, dealko-
isasi, parafinasi, pembenaman, penyayatan, dan penutupan.
4. Pengukuran: Hasil pengukuran menunjukkan perbedaan dalam struktur
anatomi tiga jenis jeruk, seperti ketebalan lapisan korteks, jaringan
epidermis, dan jaringan palisade.
5. Pengamatan: Penelitian ini menggunakan mikroskop cahaya untuk
melakukan pengamatan dan mengukuran sayatan.
6. Pembenaman: Sayatan diperawat dengan gelas penutup yang telah ditetesi
kanada balsam.
7. Penyayatan: Pewarnaan I (staining I) dilakukan dengan merendam jaringan
dalam safranin 1% yang dilarutkan dengan alkohol 70% selama 24 jam.
Pewarnaan II (staining II) dilakukan dengan menggunakan serangkaian
xilol I, xilol II, alkohol, dan xilol dengan perbandingan 1:3, 1:1, 3:1,
alkohol 100%, 96%, 80%, 70% selama 3 menit, di lanjutkan dalam larutan
safranin 1% selama 15 menit.
8. Mounting: Setelah selesai pewarnaan, sayatan kembali direndam dalam
larutan yang sama pada deparafinasi masing-masing selama 3 menit
dengan urutan terbalik
Dengan menggunakan metode parafin dan mikroskop cahaya, penelitian ini
berhasil membuat preparat batang dan daun dari tiga jenis jeruk (Citrus aurantifolia,
Citrus madurensis, dan Citrus nobilis L. var. microcarpa) dan menggali struktur
anatomi yang lebih detail

Hasil dan pembahasan menjelaskan tentang hasil dari suatu penelitian dan
membahas hasil tersebut. Hasil dan pembahasan dalam jurnal "Structural Anatomy of
Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle, Citrus madurensis Lour, and Citrus nobilis L.
var. microcarpa" adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini membandingkan struktur anatomi akar, batang, dan daun dari
tiga jenis jeruk, yaitu Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle, Citrus madurensis
Lour, dan Citrus nobilis L. var. microcarpa di Kalimantan Barat.
2. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan dalam struktur anatomi tiga jenis
jeruk, seperti ketebalan lapisan korteks, jaringan epidermis, dan jaringan
palisade.
3. Indeks stomata tertinggi terlihat pada C. aurantifolia 25,8% diikuti oleh C.
madurensis 24,68% sedangkan C. nobilis 23,68% memiliki indeks stomata
terendah.
4. Perbedaan indeks stomata diduga disebabkan oleh perbedaan genetik pada
masing-masing spesies dan faktor lingkungan seperti intensitas cahaya, suhu,
kelembaban, ketersediaan kesuburan air dan tanah di suatu tempat
pertumbuhan.
5. Hasil pengukuran menunjukkan adanya perbedaan pada rerata ketebalan
lapisan pada sayatan melintang daun jeruk. Rerata ketebalan sel epidermis
tertinggi terdapat pada C. nobilis
Hasil dan pembahasan ini menyoroti perbedaan dalam struktur anatomi akar,
batang, dan daun dari tiga jenis jeruk di Kalimantan Barat, serta pengaruh faktor
genetik dan lingkungan terhadap indeks stomata dan struktur anatomi jeruk

C. Kelebihan dan Kekurangan Jurnal


a. Kelebihan Jurnal
Jurnal tersebut berjudul "Structural Anatomy of Citrus aurantifolia
(Cristm.) Swingle, Citrus madurensis Lour, and Citrus nobilis L. var.
microcarpa" oleh Nurul Khasanah et al. Jurnal ini membahas tentang struktur
anatomi akar, batang, dan daun dari tiga jenis jeruk yang banyak dibudi di
Kalimantan Barat, Indonesia. Berikut adalah beberapa kelebihan dari jurnal
tersebut:
1. Studi komprehensif: Jurnal ini membahas tentang berbagai aspek
struktur anatomi dari tiga jenis jeruk, yaitu Citrus aurantifolia
(Cristm.) Swingle, C. madurensis Lour, dan C. nobilis L. var.
microcarpa.
2. Penggunaan metode parafin: Penelitian ini menggunakan metode
parafin untuk membuat preparat batang dan daun jeruk, yang
memungkinkan untuk melihat struktur anatomi yang lebih detail.
3. Pengukuran sayatan: Jurnal ini menggunakan pengukuran sayatan
untuk mengukur ketebalan lapisan jaringan korteks, epidermis, dan
mesofil pada sayatan akar, batang, dan daun jeruk.
4. Kelebihan morfologi dan anatomi: Jurnal ini menunjukkan perbedaan
morfologi dan anatomi antara tiga jenis jeruk, yang dapat digunakan
untuk mengidentifikasi spesies jeruk.
5. Pengaruh lingkungan: Jurnal ini juga membahas bagaimana faktor
lingkungan, seperti intensitas cahaya, suhu, kelembaban, dan
ketersediaan kesuburan air dan tanah, mempengaruhi struktur anatomi
jeruk.

Secara keseluruhan, jurnal ini menawarkan informasi yang


komprehensif tentang struktur anatomi akar, batang, dan daun dari tiga jenis
jeruk yang banyak dibudi di Kalimantan Barat, Indonesia. Penelitian ini juga
menyoroti pentingnya penggunaan metode parafin dan pengukuran sayatan
dalam menggali informasi lebih detail tentang struktur anatomi jeruk.

b. Kekurangan Jurnal
Selain kelebihan, jurnal ini juga memiliki kekurangannya. Berikut
kekurangan jurnal ini:
1. Jarangnya jenis jeruk yang diperiksa: Penelitian ini hanya mengajukan
tiga jenis jeruk yang banyak dibudi di Kalimantan Barat, Indonesia,
yaitu Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle, C. madurensis Lour, dan
C. nobilis L. var. macrocarpa. Jadi, informasi mengenai struktur
anatomi lainnya jenis jeruk mungkin tidak mencakup semua jenis
jeruk yang ada di Indonesia.
2. Fokus pada struktur anatomi: Penelitian ini berkaitan dengan struktur
anatomi akar, batang, dan daun jeruk, dan tidak mengajukan informasi
mengenai struktur anatomi internal atau jaringan pembuluh.
3. Penggunaan metode parafin: Penelitian ini menggunakan metode
parafin untuk membuat preparat batang dan daun jeruk menggali
struktur anatomi yang lebih detail. Meskipun metode parafin
merupakan pendekatan yang umum digunakan dalam penelitian
mikroskopis, penelitian ini tidak menggambarkan penggunaan metode
lainnya, seperti penggunaan histologi atau transmitting electron
microscopy (TEM), yang juga dapat digunakan untuk menggali
struktur anatomi yang lebih detail.
4. Keterbatasan analisis: Penelitian ini menggunakan beberapa metode
analisis, seperti pengukuran sayatan, untuk mengukur ketebalan
lapisan jaringan. Namun, penelitian ini tidak menggambarkan
penggunaan metode analisis lainnya, seperti analisis statistik atau
korrelasi, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan
antara variabel-variabel yang berbeda dalam penelitian.
5. Pengaruh lingkungan: Penelitian ini menyoroti pengaruh lingkungan,
seperti intensitas cahaya, suhu, kelembahan, dan ketersediaan
kesuburan air dan tanah, pada struktur anatomi jeruk. Namun,
penelitian ini tidak menggambarkan pengaruh lingkungan yang lebih
mendalam, seperti pengaruh kelembaban udara, pengaruhan
polinizator, atau pengaruh lingkungan genetik pada spesies jeruk.

Meskipun jurnal ini memiliki beberapa kekurangan, penelitian ini tetap


menyediakan informasi yang komprehensif tentang struktur anatomi akar,
batang, dan daun tiga jenis jeruk yang banyak dibudi di Kalimantan Barat,
Indonesia

D. Kritik dan Saran


a. Kritik
Berdasarkan jurnal tersebut, beberapa kritik yang dapat diberikan
meliputi:
1. Penggunaan metode parafin: Penelitian ini menggunakan metode
parafin (embedding) untuk membuat preparat batang dan daun jeruk
menggali struktur anatomi yang lebih detail. Meskipun metode parafin
merupakan pendekatan yang umum digunakan dalam penelitian
mikroskopis, penelitian ini dapat ditingkatkan dengan menggunakan
metode analisis lainnya, seperti penggunaan histologi atau transmitting
electron microscopy (TEM), yang juga dapat digunakan untuk
menggali struktur anatomi yang lebih detail.
2. Pengaruh lingkungan yang lebih mendalam: Penelitian ini menyoroti
pengaruh lingkungan, seperti intensitas cahaya, suhu, kelembahan,
ketersediaan kesuburan air dan tanah, pada struktur anatomi jeruk.
Namun, penelitian ini dapat ditingkatkan dengan menggali pengaruh
lingkungan yang lebih mendalam, seperti pengaruh kelembahan udara,
pengaruhan polinizator, atau pengaruh lingkungan genetik pada
spesies jeruk.
3. Penggunaan sampel yang lebih luas: Penelitian ini hanya mengajukan
tiga jenis jeruk yang banyak dibudi di Kalimantan Barat, Indonesia,
yaitu Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle, C. madurensis Lour, dan
C. nobilis L. var. microcarpa. Penelitian ini dapat ditingkatkan dengan
menggunakan sampel yang lebih luas dari berbagai jenis jeruk yang
ada di Indonesia.
4. Penggunaan referensi yang lebih luas: Jurnal ini hanya mengutip
beberapa referensi yang terkait dengan penelitian ini[1]. Penelitian ini
dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode analisis lainnya,
seperti penggunaan histologi atau transmitting electron microscopy
(TEM), yang juga dapat digunakan untuk menggali struktur anatomi
yang lebih detail.

b. Saran
Berdasarkan jurnal tersebut, beberapa saran untuk penelitian ini meliputi:
1. Penggunaan metode analisis lainnya: Penelitian ini menggunakan
metode parafin untuk membuat preparat batang dan daun jeruk
menggali struktur anatomi yang lebih detail. Saran ini adalah untuk
menggunakan metode analisis lainnya, seperti penggunaan histologi
atau transmitting electron microscopy (TEM), yang juga dapat
digunakan untuk menggali struktur anatomi yang lebih detail.
2. Penggunaan referensi yang lebih luas: Jurnal ini hanya mengutip
beberapa referensi yang terkait dengan penelitian ini. Saran ini adalah
untuk menggunakan metode analisis lainnya dan lebih banyak
referensi yang terkait dengan penelitian ini untuk mendukung temuan
penelitian.
3. Penggunaan sampel yang lebih luas: Penelitian ini hanya mengajukan
tiga jenis jeruk yang banyak dibudi di Kalimantan Barat, Indonesia,
yaitu Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle, C. madurensis Lour, dan
C. nobilis L. var. microcarpa. Saran ini adalah untuk menggunakan
sampel yang lebih luas dari berbagai jenis jeruk yang ada di Indonesia.
4. Penggunaan metode lainnya untuk mengumpulkan data: Penelitian ini
menggunakan metode parafin untuk membuat preparat batang dan
daun jeruk menggali struktur anatomi yang lebih detail. Saran ini
adalah untuk menggunakan metode lainnya untuk mengumpulkan
data, seperti penggunaan transskrip siap, micro-CT, atau tomografi
elektronik, yang dapat memberikan informasi lebih mendalam tentang
struktur anatomi jeruk.
5. Penggunaan model pembelajaran dalam: Penelitian ini menggunakan
metode parafin untuk membuat preparat batang dan daun jeruk
menggali struktur anatomi yang lebih detail. Saran ini adalah untuk
menggunakan model pembelajaran dalam, seperti penggunaan model
3D atau simulasi komputer, untuk membantu dalam visualisasi dan
pemahaman struktur anatomi yang lebih kompleks.

Anda mungkin juga menyukai