Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH SEJARAH KEDATANGAN SPANYOL KE INDONESIA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah Indonesia meliputi suatu rentang waktu yang sangat panjang yang dimulai sejak zaman
prasejarah oleh “Manusia Jawa” pada masa sekitar 500.000 tahun yang lalu. Periode dalam sejarah
Indonesia dapat dibagi menjadi lima era: era pra kolonial, munculnya kerajaan-kerajaan Hindu-
Buddha serta Islam di Jawa dan Sumatera yang terutama mengandalkan perdagangan. era kolonial,
masuknya orang-orang Eropa (terutama Belanda) yang menginginkan rempah-rempah
mengakibatkan penjajahan oleh Belanda selama sekitar 3,5 abad antara awal abad ke-17 hingga
pertengahan abad ke-20, era kemerdekaan, pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (1945) sampai
jatuhnya Soekarno (1966), era Orde Baru, 32 tahun masa pemerintahan Soeharto (1966–1998); serta
era reformasi yang berlangsung sampai sekarang. Tujuan kedatangan bangsa Spanyol ke
Indonesia sama dengan tujuan bangsa Portugis, yaitu mencari kekayaan, menyebarkan
agama Nasrani, dan mencari daerah jajahan. Pada tanggal 8 November 1521, kapal dagang

Spanyol berlabuh di Maluku, setelah melalui Filipina, Kalimantan Utara, kemudian langsung ke
Tidore. Disini bangsa Spanyol diterima baik oleh rakyat Tidore. Namun Portugis yang ada di Ternate
merasa terancam dan tidak mau disaingi sesama bangsa Eropa, yang dianggap akan mengganggu
monopolinya. Kemudian mereka bersengketa, dan dibuatlah perjanjian di Saragosa pada tahun
1526, yang menyebabkan Spanyol harus meninggalkan Tidore
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kolonisasi Spanyol

Ferdinand Magelhaens (kadang juga ditulis Ferdinan) Magelan. Karena tokoh inilah, yang
memimpin armada yang pertama kali mengelilingi dunia dan membuktikan bahwa bumi bulat, saat
itu itu dikenal oleh orang Eropa bumi datar. Dimulainya Kolonisasi berabad-abad oleh Spanyol
bersama bangsa Eropa lain, terutama Portugis,Inggris dan Belanda. Dari Spanyol ke Samudra
Pasifik itulah armada Portugis mengarungi Samudra Pasifik, melewati Tanjung Harapan
Afrika, menuju Selat Malaka. Dari sini penjelajahan dilanjutkan ke Kepulauan Maluku untuk mencari
rempah-rempah, komoditas yang setara emas kala itu. ”Pada abad 16 saat petualangan itu dimulai
biasanya para pelaut negeri Katolik itu diberkati oleh pastor dan raja sebelum berlayar melalui
samudera.

Pada tanggal 20 September 1519, San Antonio, Concepción, Victoria, dan Santiago yang
terbesar hingga yang terkecil mengikuti kapal induk Magelhaens, Trinidad, kapal terbesar kedua,
seraya mereka berlayar menuju Amerika Selatan. Pada tanggal 13 Desember, mereka mencapai
Brasil, dan sambil menatap Pāo de Açúcar, atau Pegunungan Sugarloaf, yang mengesankan, mereka
memasuki teluk Rio de Janeiro yang indah untuk perbaikan dan mengisi perbekalan. Kemudian
mereka melanjutkan ke selatan ke tempat yang sekarang adalah Argentina, senantiasa
mencari-cari el paso, jalur yang sulit ditemukan yang menuju ke samudera lain. Sementara itu, udara
semakin dingin dan gunung es mulai tampak. Akhirnya, pada tanggal 31 Maret 1520, Magelhaens
memutuskan untuk melewatkan musim salju di pelabuhan San Julián yang dingin.

Pelayaran tersebut kini telah memakan waktu enam kali lebih lama daripada
pelayaran Columbus mengarungi Samudra Atlantik yang pertama kali dan belum terlihat satu selat
pun! Semangat juang mereka mulai sedingin cuaca di San Julián, dan pria-pria, termasuk beberapa
kapten serta perwira, merasa putus asa dan ingin pulang saja. Tidaklah mengherankan bila terjadi
pemberontakan. Namun, berkat tindakan yang cepat dan tegas di pihak Magelhaens, hal itu
digagalkan dan dua pemimpin pemberontak tersebut tewas. Kehadiran kapal asing di pelabuhan
pastilah menarik perhatian penduduk lokal yang kuatdan berbadan besar. Merasa seperti orang
kerdil dibandingkan dengan raksasa-raksasa ini, para pengunjung tersebut menyebut daratan itu
Patagonia dari kata Spanyol yang berarti "kaki besar" hingga hari ini. Mereka juga mengamati
'serigala laut sebesar anak lembu, serta angsa berwarna hitam dan putih yang berenang di
bawah air, makan ikan, dan memiliki paruh seperti gagak'. Tentu saja tidak lain tidak bukan adalah
anjing laut dan pinguin!

Daerah lintang kutub cenderung mengalami badai yang ganas secara tiba-tiba, dan
sebelum musim dingin berakhir, armada itu mengalami korban pertamnyaSantiago yang kecil.
Namun, untunglah para awaknya dapat diselamatkan dari kapal yang karam itu. Setelah itu,
keempat kapal yang masih bertahan, bagaikan ngengat kecil bersayap yang terpukul di tengah arus
laut yang membeku dan tak kunjung reda, berjuang sekuat tenaga menuju ke selatan ke perairan
yang semakin dingin hingga tanggal 21 Oktober. Berlayar di bawah guyuran air hujan yang
membeku, semua mata terpaku pada sebuah celah di sebelah barat. El paso? Ya! Akhirnya, mereka
berbalik dan memasuki selat yang belakangan dikenal sebagai Selat Magelhaens! Namun,
bahkan momen kemenangan ini ternoda. San Antonio dengan sengaja menghilang di tengah
jaringan rumit selat itu dan kembali ke Spanyol.

Ketiga kapal yang masih bertahan, diimpit oleh teluk yang sempit di antara tebing-tebing
berselimut salju, dengan gigih berlayar melewati selat yang berkelok-kelok itu. Merek mengamati
begitu banyaknya api di sebelah selatan, kemungkinan dari perkemahan orang Indian, jadi mereka
menyebut daratan itu Tierra del Fuego, “TanahApi”.

Tiba di Pilipina Magelhaens mengajak para penduduk lokal dan pimpinan mereka untuk
memeluk agama Katolik. Tetapi semangatnya juga menjadi bencana, dimana kemudian ia terlibat
dalam pertikaian antarsuku. Hanya dengan dibantu kekuatan 60 pria, ia menyerang sekitar 1.500
penduduk pribumi, dengan keyakinan bahwa meskipunharus melawan senapan busur, senapan
kuno, namun Tuhan akan menjamin kemenangannya. Akan tetapi yang terjadi adalah Sebaliknya, ia
dan sejumlah bawahannya tewas. Magelhaens pada saat itu berusia sekitar 41 tahun.

Pigafetta yang setia meratap, 'Mereka membunuh cerminan, penerang, penghibur, dan
penuntun sejati kita'. Beberapa hari kemudian, sekitar 27 perwira yang hanya menyaksikan dari
kapal mereka, dibunuh oleh para kepala suku yang sebelumnya bersahabat. Dikarenakan jumlah
awak kapal yang tersisa hanya sedikit, sehingga tidak mungkin untuk berlayarmenggunakan tiga
kapal, mereka kemudian menenggelamkan Concepción dan berlayar dengan dua kapal yang masih
tersisa, Trinidad dan Victoria ke tujuan terakhir mereka, yaitu kepulauan Rempah. Setelah ke 2 kapal
tersebut diisi penuh dengan rempah-rempah, kemudian kedua kapal itu kembali berlayar secara
terpisah. Akan tetapi salah satu dari ke 2 kapal tersebut,Trinidad tertangkap oleh Portugis dan
kemudian awak kapalnya dipenjarakan.

Namun, Victoria, di bawah komando mantan pemberontak Juan Sebastián de Elcano, luput.
Sambil menghindari semua pelabuhan kecuali satu, mereka mengambil risiko melewati rute Portugal
mengelilingi Tanjung Harapan. Namun, tanpa berhenti untuk mengisi perbekalan merupakan strategi
yang mahal. Sewaktu mereka akhirnya mencapai Spanyol pada tanggal 6 September 1522 tiga tahun
sejak keberangkatan mereka hanya 18 pria yang sakit dan tidak berdaya yang bertahan hidup.
Meskipun demikian, tidak dapat dibantah bahwa merekalah orang pertama yang berlayar
mengelilingi bumi. Juan Sebastián de Elcano pun menjadi pahlawan. Sungguh suatu hal yang
menakjubkan, muatan rempah Victoria seberat 26 ton menutup ongkos seluruh ekspedisi

Ketika satu kapal yang selamat, Victoria, kembali ke pelabuhan setelah menyelesaikan
perjalanan mengelilingi dunia yang pertama kali, hanya 18 orang laki-laki dari 237 laki-laki yang
berada di kapal pada awal keberangkatan. Di antara yang selamat, terdapat dua orang Itali, Antonio
Pigafetta dan Martino de Judicibus. Martino de Judicibus (bahasa Spanyol: Martín de Judicibus)
adalan orang dari Genoa yang bertindak sebagai Kepala Pelayan. Ia bekerja dengan Ferdinand
Magellan pada perjalanan historisnya untuk menemukan rute barat ke Kepulauan Rempah- rempah
Indonesia. Sejarah perjalanannya diabadikan dalam pendaftaran nominatif pada Archivo General de
Indias di Seville, Spanyol. Nama keluarga ini disebut dengan patronimik Latin yang tepat, yakni: "de
Judicibus". Pada awalnya ia ditugaskan pada Caravel Concepción, satu dari lima armada Spanyol
milik Magellan. Martino de Judicibus memulai ekspedisi ini dengan gelar kapten. (baca selengkapnya
dalam buku "Sejarah Kolonial Spanyol di Indonesia" oleh David DS Lumoindong.
Sebelum menguasai kepulauan Filipina pada 1543, Spanyol menjadikan pulau Manado Tua
sebagai tempat persinggahan untuk memperoleh air tawar. Dari pulau tersebut kapal-kapal Spanyol
memasuki daratan Sulawesi-Utara melalui sungai Tondano. Hubungan musafir Spanyol dengan
penduduk pedalaman terjalin melalui barter ekonomi bermula di Uwuran (sekarang kota Amurang)
ditepi sungai Rano I Apo. Perdagangan barter berupa beras, damar, madu dan hasil hutan lainnya
dengan ikan dan garam Gudang Kopi Manado dan Minahasa menjadi penting bagi Spanyol, karena
kesuburan tanahnya dan digunakan Spanyol untuk penanaman kofi yang berasal dari Amerika-
Selatan untuk dipasarkan ke daratan Cina. Untuk itu di- bangun Manado sebagai menjadi pusat niaga
bagi pedagang Cina yang memasarkan kofi kedaratan Cina. Nama Manado dicantumkan dalam peta
dunia oleh ahli peta dunia, Nicolas Desliens‚ pada 1541. Manado juga menjadi daya tarik masyarakat
Cina oleh kofi sebagai komoditi ekspor masyarakat pedalaman Manado dan Minahasa. Para
pedagang Cina merintis pengembangan gudang kofi (kini seputar Pasar 45) yang kemudian menjadi
daerah pecinan dan pemukiman. Para pendatang dari daratan Cina berbaur dan berasimilasi dengan
masyarakat pedalaman hingga terbentuk masyarakat pluralistik di Manado dan Minahasa bersama
turunan Spanyol, Portugis dan Belanda. Kemunculan nama Manado di Sulawesi Utara dengan
berbagai kegiatan niaga yang dilakukan Spanyol menjadi daya tarik Portugis sejak memapankan
posisinya di Ternate . Untuk itu Portugis melakukan pendekatan mengirim misi Katholik ke tanah
Manado dan Minahasa pada 1563 dan mengembangkan agama dan pendidikan Katholik. Lomba Adu
Pengaruh di Laut Sulawesi Antara Minahasa dengan Ternate ada dua pulau kecil bernama Mayu dan
Tafure. Kemudian kedua pulau tadi dijadikan pelabuhan transit oleh pelaut Minahasa. Waktu itu
terjadi persaingan Portugis dan Spanyol dimana Spanyol merebut kedua pulau tersebut. Pandey asal
Tombulu yang menjadi raja di pulau itu lari dengan armada perahunya kembali ke Minahasa, tapi
karena musim angin barat lalu terdampar di Gorontalo. Anak lelaki Pandey bernama Potangka
melanjutkan perjalanan dan tiba di Ratahan. Di Ratahan, dia diangkat menjadi panglima perang

Alih pengetahuan diperoleh dari pendatang asal Konstantinopel yang memungkinkan bagi
kedua negeri Hispanik itu melakukan perluasan wilayah-wilayah baru diluar daratan Eropa dan
Mediterania. Sasaran utama adalah Asia-Timur dan Asia-Tenggara. Mulanya perluasan wilayah
antara kedua negeri terbagi dalam perjanjian Tordisalles, tahun 1492. Portugis kearah Timur
sedangkan Spanyol ke Barat. Masa itu belum ada gambaran bahwa bumi itu bulat. Baru disadari
ketika kapal-kapal layar kedua belah pihak bertemu di perairan Laut Sulawesi.

Kenyataan ini juga menjadi penyebab terjadi proses reformasi gereja, karena tidak semua
yang menjadi "fatwa" gereja adalah Undang-Undang, hingga citra kekuasaan Paus sebagai penguasa
dan wakil Tuhan di bumi dan sistem pemerintahan absolut theokratis ambruk. Keruntuhan ini terjadi
dengan munculnya gereja Protestan rintisan Martin Luther dan Calvin di Eropa yang kemudian
menyebar pula ke berbagai koloni Eropa di Asia, Afrika dan Amerika. Dari kesepakatan Tordisalles
itu, Portugis menelusuri dari pesisir pantai Afrika dan samudera Hindia. Sedangkan Spanyol
menelusuri Samudera Atlantik, benua Amerika Selatan dan melayari samudera Pasifik.

Pertemuan terjadi ketika kapal-kapal Spanyol pimpinan Ferdinand Maggelan menelusuri


Pasifik dan tiba di pulau Kawio, gugusan kepulauan Sangir dan Talaud di Laut Sulawesi pada 1521.
Untuk mencegah persaingan di perairan Laut Sulawesi dan Maluku Utara, kedua belah pihak
memperbarui jalur lintas melalui perjanjian Saragosa pada tahun 1529. Perjanjian tersebut membagi
wilayah dengan melakukan batas garis tujuhbelas derajat lintang timur di perairan Maluku Utara.
Namun dalam perjanjian tersebut, Spanyol merasa dirugikan karena tidak meraih lintas niaga
dengan gugusan kepulauan penghasil rempah-rempah. Untuk itu mengirimkan ekspedisi menuju
Pasifik Barat pada 1542. Pada bulan Februari tahun itu lima kapal Spanyol dengan 370 awak kapal
pimpinan Ruy Lopez de Villalobos menuju gugusan Pasifik Barat dari Mexico . Tujuannya untuk
melakukan perluasan wilayah dan sekaligus memperoleh konsesi perdagangan rempah-rempah di
Maluku Utara.

Dari pelayaran ini Villalobos mendarat digugusan kepulauan Utara disebut Filipina, di ambil
dari nama putera Raja Carlos V, yakni Pangeran Philip, ahli waris kerajaan Spanyol. Sekalipun Filipina
tidak menghasilkanrempah-rempah, tetapi kedatangan Spanyol digugusan kepulauan tersebut
menimbulkan protes keras dari Portugis. Alasannya karena gugusan kepulauan itu berada di bagian
Barat, di lingkungan wilayahnya. Walau mengkonsentrasikan perhatiannya di Amerika-Tengah,
Spanyol tetap menghendaki konsesi niaga rempah-rempah Maluku-Utara yang juga ingin didominasi
Portugis. Tetapi Spanyol terdesak oleh Portugis hingga harus mundur ke Filipina. Akibatnya Spanyol
kehilangan pengaruh di Sulawesi Utara yang sebelumnya menjadi kantong ekonomi dan menjalin
hubungan dengan masyarakat Minahasa. Peperangan di Filipina Selatan turut memengaruhi
perekonomian Spanyol. Penyebab utama kekalahan Spanyol juga akibat aksi pemberontakan
pendayung yang melayani kapal-kapal Spanyol. Sistem perkapalan Spanyol bertumpu pada
pendayung yang umumnya terdiri dari budak-budak Spanyol. Biasanya kapal Spanyol dilayani sekitar
500 - 600 pendayung yang umumnya diambil dari penduduk wilayah yang dikuasai Spanyol.
Mumnya pemberontakan para pendayung terjadi bila ransum makanan menipis dan terlalu dibatasi
dalam pelayaran panjang, untuk mengatasinya Spanyol menyebarkan penanaman palawija termasuk
aneka ragam cabai (rica), jahe (goraka), kunyit dll.

Kesemuanya di tanam pada setiap wilayah yang dikuasai untuk persediaan logistik makanan
awak kapal dan ratusan pendayung. Pergerakan Mengusir Penjajahan lawan Spanyol Minahasa juga
pernah berperang denganSpanyol yang dimulai tahun 1617 dan berakhir tahun 1645. Perang ini
dipicu oleh ketidakadilan Spanyol terhadap orang-orang Minahasa, terutama dalam hal perdagangan
beras, sebagai komoditi utama waktu itu. Perang terbuka terjadi nanti pada tahun 1644-1646. Akhir
dari perang itu adalah kekalahan total Spanyol, sehingga berhasil diusir oleh para waranei (ksatria-
ksatria Minahasa). C. Dampak Spanyol Bagi Ekonomi Indonesia Utara Diplomasi para pemimpin
pemerintahan Walak mendekati Belanda berhasil mengusir Spanyol dari Minahasa. Namun
konsekwensi yang harus dialami adalah rintisan jalur niaga laut di Pasifik hasil rintisan Spanyol sejak
abad ke-17 terhenti dan memengaruhi perekonomian Sulawesi Utara. Sebab jalur niaga ini sangat
bermanfaat bagi penyebaran komoditi eskpor ke Pasifik. Sejak itupun pelabuhan Manado menjadi
sepi dan tidak berkembang yang turut memengaruhi pengembangan kawasan Indonesia bagian
Timur hingga Pasifik Barat Daya. Dilain pihak, pelabuhan Manado hanya menjadi persinggahan jalur
niaga dari Selatan (berpusat di Surabaya, Tanjung Priok yang dibangun oleh Belanda sejak abad ke-
XVIII) ke Asia-Timur melalui lintasan Selat Makassar. Itupun hanya digunakan musiman saat laut Cina
Selatan tidak di landa gelombang ganas bagi kapal-kapal.

Sedangkan semua jalur niaga Asia-Timur dipusatkan melalui Laut Cina Selatan, Selat Malaka,
Samudera Hindia, Tanjung Harapan Atlantik-Utara yang merupakan pusat perdagangan dunia.
Sebagai akibatnya kegiatan hubungan ekonomi diseputar Laut Sulawesi secara langsung dengan
dunia luar praktis terlantar. Karena penyaluran semua komoditi diseluruh gugusan nusantara melulu
diatur oleh Batavia yang mengendalikan semua jaringan tata- niaga dibawah kebijakan satu pintu.
Penekanan ini membawa derita berkepanjangan bagi kegiatan usaha penduduk pedalaman
Minahasa.

D. Garis waktu kolonialisasi

1. Kolonialisasi Spanyol

 1521 Spanyol memulai petualangannya di Sulawesi Utara

 1560 Spanyol mendirikan pos di Manado.

 1617 Gerakan perlawanan rakyat Minahasa di Sulawesi Utara untuk mengusir kolonial
Spanyol.

 1646 Spanyol di usir dari Minahasa dan Sulawesi Utara. Tahun selanjutnya Spanyol masih
mencoba memengaruhi kerajaan sekitar untuk merebut kembali Minahasa tapi gagal, terakhir
dengan mendukung Bolaang Mongondow yang berakhir tahun 1692.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tujuan kedatangan bangsa Spanyol ke Indonesia sama dengan tujuan bangsa Portugis, yaitu
mencarikekayaan, menyebarkan agama Nasrani, dan mencari daerah jajahan. Pada tanggal 8
November 1521, kapal dagang Spanyol berlabuh di Maluku, setelah melalui Filipina, Kalimantan
Utara, kemudian langsung ke Tidore. Disini bangsa Spanyol diterima baik oleh rakyat Tidore. Namun
Portugis yang ada di Ternate merasa terancam dan tidakmau disaingi sesama bangsa Eropa, yang
dianggap akan mengganggu monopolinya. Kemudian mereka bersengketa,dan dibuatlah perjanjian
di Saragosa pada tahun 1526, yang menyebabkan Spanyol harus meninggalkan Tidore.

 1521 Spanyol memulai petualangannya di Sulawesi Utara

 1560 Spanyol mendirikan pos di Manado.

 1617 Gerakan perlawanan rakyat Minahasa di Sulawesi Utara untuk mengusir kolonial
Spanyol.

 1646 Spanyol di usir dari Minahasa dan Sulawesi Utara. Tahun selanjutnya Spanyol masih
mencoba memengaruhi kerajaan sekitar untuk merebut kembali Minahasa tapi gagal, terakhir
dengan mendukung Bolaang Mongondow yang berakhir tahun 1692.

Pelaut Spanyol berhasil mencapai Kepulauan Maluku pada tahun 1521 setelah terlebih
dahulu singgah di Filipina disambut baik oleh rakyat Tidore. Bangsa Spanyol dimanfaatkan oleh
rakyat Tidore untuk bersekutu dalam melawan rakyat Ternate. Maka pada tahun 1534, diterbitkan
perjanjian Saragosa (tahun 1534) yang isinya antara lain pernyataan bahwa bangsa Spanyol
memperoleh wilayah perdagangan di Filipina sedangkan bangsa Portugis tetap berada di Kepulauan
Maluku.

RUTE PERJALANAN SPANYOL KE INDONESIA (MAGELLHANS DAN DEL CANO)

1. 1. SELAT MAGELLAN SPANYOL TANJUNG HARAPAN TIDORE,MALUKU FILIPHINA PULAU

GUAM

2. 2. PULAU GUAM SELAT MAGELLAN SPANYOL TANJUNG HARAPAN TIDORE,MALUKU

FILIPHINA

3. 3. FILIPHINA PULAU GUAM SELAT MAGELLAN SPANYOL TANJUNG HARAPAN TIDORE,MALUKU

4. 4. TIDORE,MALUKU FILIPHINA PULAU GUAM SELAT MAGELLAN SPANYOL TANJUNG

HARAPAN

5. 5. TANJUNG HARAPAN TIDORE,MALUKU FILIPHINA PULAU GUAM SELAT MAGELLAN

SPANYOL

Anda mungkin juga menyukai