Anda di halaman 1dari 8

Metode Pembacaan Tradisi Politik Arab

Makalah ini ditulis untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah


Studi Filsafat Ilmu

Dosen Pengampu :
Dr. KHOIRUL FAIZIN, M.Ag.
Dr. FAWAIZUL UMAM, M.Ag.

Disusun oleh :
FARUQ MUBAROK / NIM. 233206080003

PRODI STUDI ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
UIN KH. ACHMAD SHIDDIQ JEMBER
2023

i
BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Politik memegang peran penting dalam kehidupan manusia. Sadar
atau pun tidak, politik akan berpengaruh terhadap kehidupan seseorang.
Manusia dalam proses memenuhi kebutuannya baik primer dan sekunder
akan melakukan suatu usaha. Usaha tersebut dapat berupa muamalah
dimana proses interaksi dan politik terjadi.
Perkembangan kebudayakan akan membuat politik ikut
berkembang. Dasar dan intisari dari politiknya boleh sama, tetapi seni
dalam mengolah untuk diterapkan pada masyarakat boleh berbeda,
berkembang sesuai dengan kondisi masyarakat sehingga orang yang
berpolitik bisa mendapat apa yang harapkannya.
Hal yang biasa digunakan sebagai alat politik adalah Agama, Ras
ataupun Mateial. Ketiganya pun juga berkaitan sehingga ada sebutan
“politik identitas”. Sebenarnya hal ini wajar dan lumrah karena dengan
cara tersebut kekuatan dapat dipegang dan masyarakat dapat diatur.1
Islam sebagai agama dapat digunakan sebagai alat politik. Tetapi
perkembangan islam juga dipengarui oleh politik. Ketika politik yang
digunakan suatu kelompok atau masyarakat merupakan politik masa lalu,
tradisional, belum berkembang maka kondosi masyakarat tersebut juga
sulit untuk berkembang.
Setiap ilmu seperti mata rantai yang saling berkaitan sehingga
perlu dilakukan modernisasi terharap nalar berpolitik jika ingin
memajukkan islam. Muhammad Abid al-Jabiri melakukan kritik keras
terharap nalar politik Arab. Kebangkitan islam di era modern masih belum

1
Jamal Abdul Aziz, Pemikiran Politik Islam Muhammad Abid Al-Jabari: Telaah terhadap Buku al-
Aql al-Siyasi al-Arabi:Muhaddidatuh wa Tajalliyatuh, Journal MIQOT Vol.XXXIX no.1 Januari-Juni
2015.

1
dipandang baik karena kesalahan dalam memaknai tradisi yang dirasa
kurang memiliki nilai keislaman yang benar. 2
Perkembangan dunia barat menjadi salah satu faktor yang bisa
digunakan sebagai tolak ukur untuk mengembangkan politik bangsa Arab.
Bangsa Arab tidak harus mengikuti secara menyeluruh, yang diperlukan
adalah dialog kritis sehingga masih dapat mempertahankan otentisitas
nalar bangsa Arab tetapi dapat berkembang seperti bangsa barat.3

2
M. Hasan Ubaidillah, Konstruksi Nalar Politik Kenegaraan Arab-Islam Perspektif Al-Jabiri, Al-
Daulah:Jurnal Hukum dan Perundangan Islam Vol.2,no.1,April 2012.
3
Muhammad Iqbal Juliansyahzen, Rekontruksi Nalar Arab Kontemporer Muhammad Abed al-
Jabiri, Indonesian Journal of Islamic Law, Vol.1, No.2, Juni 2019:16-38

2
BAB II

PEMBAHASAN
Kebangkitan islam menjadi mimpi bagi setiap muslim. Islam
pernah meraih kejayaan dimasa Bani Abbasiyah dan Bani Umayyah II.
Dikala barat tertinggal, Bangsa Arab meraih kejayaannya disegala bidang.
Kini disaat bangsa Barat dapat berkembang, bangsa arab terkesan tidak
dapat bangkit dari ketertinggalan. Seperti ada kesalahan dan kekuarangan
pada Bangsa Arab yang menjadi masalah sehingga perlu dikaji lebih
dalam agar mimpi membangkitkan kembali islam dapat terwujud.
Umat islam sendiri yang menjadi faktor penting dalam kebangkitan
islam, terutama Bangsa Arab yang menjadi Role Model penting bagi
seluruh umat islam didunia. Mereka harus siap menunjukkan
perkembangan pada diri mereka sendiri, bagaimana mereka bersikap,
mereka mengatur kelompoknya, mengatur negaranya.
Politik kenegaraan bangsa Arab dan islam menjadi penting untuk
dikembangkan. Muhammad Abid al-Jabiri berpendapat bahwa perlu
dilakukan pengkajian kembali nalar arab. Bangsa Arab yang sekarang
dipandang masih sangat jauh dari kata layak untuk membawa islam
menuju kebangkitannya. Kesalahan dalam memaknai tradisi mereka
menjadi faktor utama. Mereka harus mau menyamakan persepsi. Negara-
negara Arab sudah menjadi Masyarakat Arab, persatuan sudah bukan lagi
pilihan. Tataran sosiologi dan politik mau tidak mau harus berkembang. 4
Arah pandang politik bangsa Arab dapat berkembang dengan cara
menjadikan bangsa Barat sebagai titik acuan. Modernisasi yang terjadi di
Eropa setelah renaisans pada abad pertengahan sebaiknya diarahkan untuk
menyadarkan umat islam agar lebih maju dan mengejar ketertinggalan.
Perbedaan tradisi dan budaya antara Barat dan Arab dapat digunakan

4
M. Hasan Ubaidillah, Konstruksi Nalar Politik Kenegaraan Arab-Islam Perspektif Al-Jabiri, Al-
Daulah:Jurnal Hukum dan Perundangan Islam Vol.2,no.1,April 2012.

3
untuk menghasilkan pemikiran yang solutif, sehingga dapat mengerakkan
dunia islam yang selama ini dirasa kurang berkembang. 5
Berkiblat terhadap Barat bukan berarti meniru seutuhnya apa yang
dilakukan oleh bangsa Eropa. Bangsa Eropa cenderung bebas, metode
yang digunakan akan cenderung mengesampingkan tradisi Arab atau
bahkan ajaran Islam. Metode ini adalah metode para orientalis yang
membaca tradisi Arab seperti halnya tradisi Yunani dahulu yang sudah
tidak lagi relefan dengan keadaan masyarakat. Jika menggunakan metode
ini sudah jelas tradisi Arab akan tergantikan dan otentisitasnya akan
hilang. Metode orientalis ini ditolak dan dianggap tidak sesuai untuk
dipraktekan bangsa Arab dan islam oleh Muhammad Abid al-Jabiri. 6
Muhammad Abid al-Jabiri juga menolak menggunakan metode
membaca tradisi dalam kerangka tradisi. Menurut beliau ini adalah tradisi
yang akan usang tertelan zaman. Nilai kritis akan hilang dan belum tentu
masyarakat sadar akan nilai historis dari tradisi yang sudah ada.
Nalar politik arab dipengaruhi oleh Agama, Ras dan Material sama
seperti politik bangsa lain. Oleh al-Jabiri disebut dengan tiga nalar Arab,
Aqidah, Qabilah dan Ghanimah. Ketiganya melekat pada pola berfikir
bangsa Arab dari zaman dahulu bahkan sebelum islam datang. Aqidah
disini kaitannya dengan ideologi. Kaum kafir Quraisy memiliki tuhannya
sendiri-sendiri dengan itu mereka dianggap memiliki pengaruh lebih.
Qabilah atau ikatan keluarga juga penting baik yang bersifat positif atau
negatif bagi politik bangsa Arab pada masa awal. Keturunan asli dari nabi
Ismail memiliki kedudukan yang lebih dan berhak memiliki tanah yang
dekat dengan ka’bah. Ghanimah tentu juga merupakan faktor penting,
bahkan penolakan kenabian Muhammad bukan hanya karena masalah
ketuhanan tetapi juga masalah harta. Ajaran Muhammad yang melarang

5
Mugiyono, Kontruksi Pemikiran Islam Reformatif: Analisis Kritis terhadap Pemikiran M. Abid Al-
Jabari, Jurnal TAJDID Vol. XIV, No.2, Juli-Desember 2015.
6
Izzuddin Washil, Dilema Tradisi dan Modernitas Telaah atas “Kritik Nalar Arab” Muhammad Abid
al-Jabiri, Jurnal Khatulistiwa Vol.3, No.2, September 2013.

4
menyembah berhala membuat para pemilik berhala kehilangan sumber
mata pencaharian.7
Al-Jabiri sadar bahwa nalar politik bangsa Arab saling berkaitan
dan kompleks. Karena itu tidak bisa serta merta diganti dengan sesuatu
yang modern seperti pemikiran para orientalis. Perlu dilakukan analisis
yang lebih dalam. Salah satu yang dapat merubah dan membawa
perubahan nalar politik tentu saja kepemimpinan Nabi Muhammad. Tetapi
setelah beliau meninggal, terjadi pergolakan politik dan muncul kembali
kejahiliahan dalam bentuk kerajaan monarki yang diawali dengan
terbentuknya dinasti bani Umayyah.
Muhammad Abid al-Jabiri berpendapat bahwa Fase dakwah Nabi
Muhammad dapat dijadikan sebagai dasar untuk mendapat konsep nalar
politik arab yang ideal:
a. Mengubah Masyarakat klan menjadi Masyarakat madani yang
yang saling berinteraksi dan saling mendukung
b. Mengubah ekonomi ghanimah yang bersifat konsumtif menjadi
sistem ekonomi produktif, serta membangun kerjasama antar
negara Arab.
c. Mengubah sistem ideologi yang fanatik dan tertutup dengan
pemikiran inklusif yang terbuka, serta membebaskan diri dari
akal dogma menggantinya dengan akal yang berijtihad dan
kritis.8

7
Mugiyono, Kontruksi Pemikiran Islam Reformatif: Analisis Kritis terhadap Pemikiran M. Abid Al-
Jabari, Jurnal TAJDID Vol. XIV, No.2, Juli-Desember 2015.
8
Mugiyono, Kontruksi Pemikiran Islam Reformatif: Analisis Kritis terhadap Pemikiran M. Abid Al-
Jabari, Jurnal TAJDID Vol. XIV, No.2, Juli-Desember 2015.

5
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemajuan Islam dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya
adalah nalar politik Arab. Menggembangkan nalar politik arab menjadi
sesuatu yang wajib. Perkembangan nalar politik Arab bukan berarti harus
lepas dari tradisi masa lalu dan bersifat liberal, tetapi dapat
menggabungkannya dengan landasan Islam seperti halnya pada masa Nabi
Muhammad. Menurut Al-Jabiri Nabi Muhammad telah berhasil merubah
nalar politik Arab yang bersifat tradisional berdasarkan Aqidah, Qabilah
dan Ghanimah menjadi lebih modern walaupun kembali lagi ke masa
kejahiliahan ketika monarki muncul pada masa Bani Umayyah.
Nalar politik Arab dapat dikembangkan dengan cara terbentuknya
Masyarakat yang madani yang mau saling berinteraksi dan membantu satu
sama lain. Kerjasama antar kelompok juga perlu diperhatikan, lebih
menekankan pada produktifitas dari pada hanya sekedar sifat konsumtif.
Pemikiran yang bersifat kritis harus mulai dilakukan, Bangsa Arab harus
berani memiliki sifat bebas, mau berijtihad dengan kaidah Islam sebagai
dasar.

6
Daftar Pustaka

Aziz. Jamal Abdul, Pemikiran Politik Islam Muhammad Abid Al-Jabari: Telaah
terhadap Buku al-Aql al-Siyasi al-Arabi:Muhaddidatuh wa Tajalliyatuh,
Journal MIQOT Vol.XXXIX no.1 Januari-Juni 2015.

Juliansyahzen. Muhammad Iqbal, Rekontruksi Nalar Arab Kontemporer


Muhammad Abed al-Jabiri, Indonesian Journal of Islamic Law, Vol.1, No.2,
Juni 2019:16-38

Mugiyono. Kontruksi Pemikiran Islam Reformatif: Analisis Kritis terhadap


Pemikiran M. Abid Al-Jabari, Jurnal TAJDID Vol. XIV, No.2, Juli-Desember
2015.

Ubaidillah. M. Hasan, Konstruksi Nalar Politik Kenegaraan Arab-Islam Perspektif


Al-Jabiri, Al-Daulah:Jurnal Hukum dan Perundangan Islam Vol.2,no.1,April
2012.

Washil. Izzuddin, Dilema Tradisi dan Modernitas Telaah atas “Kritik Nalar Arab”
Muhammad Abid al-Jabiri, Jurnal Khatulistiwa Vol.3, No.2, September
2013.

Anda mungkin juga menyukai