Anda di halaman 1dari 4

.

Muhammad Rasyid Ridha


Dalam pengembaraan ilmiahnya di Mesir, Muhammad Rasyid Ridha
bertemu bertemu dengan Muhammad Abduh sebagai gurunya. Pergulatan ilmiah
dengan Muhammad Abduh menjadikan waktu Muhammad Rasyid Ridha semakin
sibuk menambah pengetahuannya tentang pembaruan Islam. Dalam suatu
kesempatan, Rasyid Ridha menyampaikan keinginannya untuk menerbitkan
majalah yang diberi nama Al-Manar. Tujuan Rasyid Ridha dalam menerbitkan
majalah AlManar yaitu untuk mengadakan pembaruan melalui media cetak yang di
dalamnya berisikan bidang agama, sosial, ekonomi, memberantas takhyul dan
faham bidah yang masuk ke dalam kalangan umat Islam. Serta menghilangkan
faham fatalisme, faham-faham salah yang dibawa oleh tarekat tasawuf,
meningkatkan mutu pendidikan dan membela umat Islam terhadap permainan
politik negara Barat.
Majalah Al-Manar terbit perdana pada tanggal 22 Syawal 1315 H/17 Maret
1898 M. Majalah ini terbit secara berkala memuat delapan halaman dalam satu
edisinya. Majalah ini tidak hanya berisi artikel (ide) pemikiran Muhammad Abduh
dan Muhamad Rasyid Ridha, namun juga banyak penulis-penulis lain yang terlibat
dalam penulisan majalah Al-Manar.
Tidak hanya majalah Al-Manar, merasa tidak cukup dengan artikel terbatas
yang diterbitkan dalam majalah Al-Manar, kemudian Muhamad Rasyid Ridha
berinisiasi untuk menuliskan materi-materi kuliah Muhammad Abduh yang
nantinya menjadi menjadi Tafsir Al-Manar. Muhammad Abduh memberikan
kuliah-kuliah tafsir ini sampai ia meninggal di tahun 1905 M. Setelah gurunya
meninggal, Rasyid Ridha meneruskan penulisan sesuai dengan jiwa dan ide yang
dicetuskan oleh Muhammad Abduh.
Pemikiran pembaruan Islam Muhammad Rasyid Ridha dapat dibagi menjadi
beberapa bidang :
a. Bidang Keagamaan
Pemikiran pembaruan Muhammad Rasyid Ridha dalam bidang
keagamaan bisa dikatakan sama seperti pemikiran Muhammad Abduh,
kedekatan hubungan antara Muhammad Abduh dan Muhammad Rasyid Ridha
menciptakan dinamika yang sama. Umat Islam mengalami kemunduran karena
tidak menganut ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Hal ini dikarenakan banyak
faham-faham yang tidak sesuai masuk ke dalam tubuh Islam, seperti segala
khurafat, takhayul, bidah, jumud dan taklid.
Menurut Muhammad Rasyid Ridha, umat Islam harus kembali kepada
ajaran Islam yang sebenarnya yaitu, ajaran yang murni dan terhindar dari segala
bid`ah yang merongrong ajaran tauhid. Muhammad Rasyid Ridha mengatakan
bahwa Islam itu sederhana sekali, sesederhana dalam ibadah dan sederhana
dalam muamalahnya. Ibadah kelihatannya berat dan ruwet karena dalam ibadah
telah ditambahkan hal-hal yang bukan wajib, tetapi sebenarnya hanya sunnah.
Ijtihad diperlukan hanya untuk persoalan hidup kemasyarakatan. Ayat
dan Hadis yang mengandung arti tegas, tidak diperlukan ijtihad. Akal dapat
dipergunakan terhadap ayat dan hadis yang tidak mengandung arti tegas dan
terhadap persoalan-persoalan yang tidak tersebut dalam Alquran dan Hadis. Oleh
karena itu, disinilah letak dinamika Islam menurut faham Muhammad Rasyid
Ridha.
b. Bidang Pendididkan dan Ilmu Pengetahuan
Muhammad Rasyid Ridha sangat antusias memandang kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi dan peradaban Barat yang modern. Gambaran terhadap
kemajuan teknologi yang dicapai oleh bangsa Barat mendapatkan tanggapan
positif dari Muhammad Rasyid Ridha.
Oleh Muhammad Rasyid Ridha ilmu-ilmu pengetahuan umum
dimasukkan ke dalam lembaga pendidikan milik umat Islam. Untuk mencapat
tujuannya dibentuklah lembaga pendidikan al-Dakwah Wal Irsyad pada tahun
1912 M di Cairo, Mesir.

Muhammad Iqbal
Menurut pandangan Iqbal terdapat beberapa sebab kemunduran umat Islam :
a. Fakta sejarah menunjukan bahwa kehancuran Baghdad, banyak mempengaruhi
peradaban ummat Islam. Karena Baghdad pernah menjadi pusat politik,
kebudayaan dan pusat kemajuan pemikiran Islam. Akibatnya, pemikiran ulama
pada masa itu hanya bertumpu pada ketertiban sosial.
b. Ada kecenderungan ummat Islam terjerembab pada paham fatalisme, yang
menyebabkan umat Islam pasrah kepada nasib dan enggan bekerja keras.
Pengaruh zuhud yang terdapat dalam ajaran tasawuf yang dipahami secara
berlebihan dan salah mengakibatkan umat Islam tidak mementingkan persoalan
kemasyarakatan.
c. Awal kegagalan Islam dalam mengikutiperkembangan modern salah satunya
disebabkan hilangnya semangat ijtihad. Munculnya kelompok muslim yang
menganggap pintu ijtihad telah tertutup. Pemahamann ini melahirkan sikap statis
(jumud) dalam pemikiran umat Islam, karena kegiatan ijtihad dianggap tertutup.
Untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi umat Islam, maka
Muhammad Iqbal menawarkan beberapa solusi yang harus diterapkan yaitu :
a. Secara konsisten menerapkan konsep dinamisme Islam, umat Islam harus
membangkitkan kembali tradisi keilmuan. Al-Qur’an senantiasa menganjurkan
pemakaian akal untuk melihat tanda-tanda kebesaran Tuhan dan pada saat yang
sama menganjurkan umat Islam senantiasa bergerak aktif menyongsong
perubahan zaman.
b. Hukum Islam tidak bersifat statis, tetapi dinamis dan berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman. Pintu ijtihad tidak pernah tertutup. Menurut Muhammad
Iqbal, ijtihad adalah mencurahkan segenap kemampuan intelektual, yang berarti
menempatkan akal pada kedudukan yang tinggi. Di dalam ijtihad, terdapat aspek
perubahan dan dengan adanya perubahan itulah, dinamika umat manusia berasal.
Paham dinamisme Islam inilah yang membuat Iqbal mempunyai kedudukan
penting dalam pembaruan Islam. Dalam syair-syairnya, ia mendorong umat
Islam supaya bergerak dan jangan tinggal diam.
c. Intisari hidup adalah gerak. Karenanya, Iqbal menyeru agar umat Islam bangun
dan menciptakan dunia baru. Dalam kaitannya dengan barat, Iqbal memandang
barat tidaklah bagus untuk dijadikan model peradaban. Kapitalisme dan
materialisme barat telah membawa kerusakan bagi kemanusiaan. Karena itu
boleh belajar dari barat dalam hal metodologi ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sedangkan nilai-nilai kehidupan harus digali dari ajaran Islam yang benar dan
budaya yang positif.
Mengenai paham Muhammad Iqbal yang mampu membangkitkan umat
Islam adalah tentang Dinamisme Islam yaitu dorongannya terhadap umat Islam
supaya bergerak dan jangan tinggal diam. Inti sari hidup adalah gerak, sedang
hukum hidup adalah menciptakan, maka Iqbal menyeru kepada umat Islam agar
bangun/bangkit dan menciptakan dunia baru.
Dari segi bahasa, kata dinamisme artinya tidak berhenti. Sedangkan
menurut istilah dinamisme adalah suatu aktifitas yang didasarkan pada kesadaran
untuk selalu berubah secara positif untuk mengikuti perkembangan zaman. Karena
itu dinamisme sebagai tuntutan untuk memberdayakan ummat. Konsekuensinya
apabila umat kehilangan dinamisme, maka yang terjadi adalah kemunduran yang
akan berdampak pada kesengsaraan kehidupan.

1. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jawaban yang singkat


1) Bagaimana pendapat anda tentang pentingnya pembaruan dalam dunia Islam!
2) Jelaskan konseppembaruanyang dicetuskan Muhammad Ali Pasha dalam bidang
pendidikan!
3) Jelaskan aspek-aspek pembaruan yang digagas oleh para pembaru dalam bidang
politik!
4) Bagaimana mana pendapat anda tentang usaha pembaruan yang dilakukan dengan
menggunakan media cetak seperti majalah!
5) Sebutkan gagasan-gagasan pembaru Islam dalam bidang sosial dan keagamaan!

Pertanyaan di jawaban dan dikumpulkan di kertas selembar . Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai