11” Lintang Selatan dan 122° 23’-122° 39’ Bujur Timur. Sedangkan secara
(Kabupaten Konawe).
Selatan).
1. Geomorfologi
Kendari yang terletak pada lengan Tenggara Pulau Sulawesi. Morfologi lembar
menempati bagian tengah dan barat lembar, perbukitan terdapat pada bagian barat
ketinggian berkisar 75-750 meter diatas permukaan laut. Puncak yang terdapat
pada satuan perbukitan adalah Gunung Meluhu (517 meter) dan beberapa puncak
lainnya yang tidak memiliki nama. Sungai di daerah ini umumnya berpola aliran
aliran sungai besar dan muaranya, seperti Aalaa Kokapi, Aalaa Konaweha dan
2. Struktur Geologi
sesar, lipatan dan kekar. Sesar dan kelurusannya relatif berarah baratlaut-tenggara
searah dengan Sesar Lasolo. Sesar Lasolo berupa sesar geser mengiri yang diduga
masih aktif hingga sekarang. Sesar tersebut ada kaitannya dengan Sesar Sorong
yang aktif kembali pada Kala Oligosen (Simandjuntak, dkk., 1993). Sesar naik
9
sebelah selatan Sesar Lasolo yaitu beranjaknya batuan ofiolit keatas batuan
malihan Mekongga, Formasi Meluhu dan Formasi Matano. Jenis sesar lain yang
Lembar Lasusua Kendari menjadi dua bagian. Sebelah timurlaut sesar disebut
Lajur Hialu, dicirikan dengan batuan asal kerak samudera dan sebelah baratdaya
sesar disebut Lajur Tinondo, dicirikan dengan batuan asal paparan benua (Surono,
dkk., 1993).
Pada Kala Miosen Tengah, Lajur Hialu terdorong oleh benua kecil
Lajur Hialu di atas Lajur Tinondo, yang kemudian diikuti oleh sesar bongkah.
Jenis lipatan berupa lipatan antiklin. Pada kawasan setempat juga di jumpai
lipatan rebah dan lipatan sinklin. Kekar terdapat pada semua jenis batuan. Pada
batugamping, kekar ini tampak teratur membentuk kelurusan. Kekar pada batuan
beku umumnya menunjukkan arah tak beraturan. Pada Kala Miosen Akhir sampai
Secara geologi, persebaran dan jenis batuan yang terdapat di Kota Kendari
a. Batu pasir,kuarsit, serpih hitam batu sabak, batu gamping dan batu lanau tersebar
Murhum.
b. Endapan alluvium pasir, lempung dan lumpur tersebar dipesisir pantai Teluk
c. Batu gamping, koral dan batu pasir yang tersebar di pulau Bungkutoko, pesisir
kearah barat laut yang dibatasi Jalan R. Soeprapto, Jalan Imam Bonjol dan batas
d. Konglomerat dan batu pasir tersebar disepanjang kiri kanan jalan poros antara
kota Lama dengan Tugu Simpang Tiga Mandonga, bagian tengah Kecamatan
Mandonga dan bagian barat Kecamatan Baruga serta bagian tengah Kecamatan
Poasia sampai kearah selatan, yaitu kawasan rencana kompleks perkantoran 1.000
e. Filit, batu sabak, batu pasir, malik, kuarsa kalsiulit, napal, batu lumpur dan
g. Batu gamping, batu pasir dan batu lempung tersebar dibagian barat Kecamatan
Mandonga sampai dengan batas Kota Kendari dengan Kecamatan Sampara dan
Kecamatan Ranometo.
C. Gelombang Seismik
seismik di bagi menjadi dua kelompok, yaitu gelombang badan dan gelombang
bawah permukaan bumi. Efek kerusakan yang ditimbulkan dari gelombang ini cukup
kecil. Gelombang badan dibagi menjadi dua jenis, yaitu gelombang P dan gelombang
medium (padat, cair dan gas). Gerakan partikel medium yang dilewati gelombang ini
adalah searah dengan arah penjalaran gelombang (Gambar 3). Oleh karena waktu
merupakan gelombang yang pertama tiba pada detektor gempa. Kecepatan penjalaran
2005):
(1)
(2)
(3)
displacement rotasi.
sela-sela bebatuan dan bergantung pada medium yang dilaluinya. Gelombang ini
hanya dapat menjalar melalui medium padat karena cairan dan gas tidak punya daya
elastisitas untuk kembali ke bentuk asal. Waktu penjalaran gelombang S lebih lambat
(4)
(5)
(6)
displacement rotasi.
16
bumi, tidak menetrasi kedalam medium bumi. Frekuensi gelombang permukaan lebih
permukaan akan mengecil dengan cepat terhadap kedalaman. Hal ini diakibatkan oleh
permukaan dibagi menjadi dua jenis, yaitu Gelombang Love dan Gelombang
a. Gelombang Love
Love merambat pada permukaan bebas medium berlapis dengan gerak partikel seperti
gelombang SH. Kecepatan merambat gelombang Love selalu lebih kecil dari
SH yang datang membentur permukaan bebas pada sudut poskritis sehingga energi
b. Gelombang Rayleigh
medium berlapis maupun homogen dengan pergerakan menyerupai elips (Gambar 7).
Oleh karena menjalar di permukaan bumi, maka amplitudo gelombang Rayleigh akan
Rayleigh terlihat pada permukaan tanah yang bergerak keatas dan kebawah.
yang lebih dekat dengan permukaan akan menimbulkan gelombang Rayleigh yang
lebih kuat dibandingkan sumber yang terletak di dalam bumi (Lay dan Wallace,
1995).
lebih panjang akan mencapai material yang lebih dalam dan sampai sebelum periode
pendek. Hal ini menjadikan gelombang Rayleigh sebagai alat yang sesuai untuk
berlapis) tidak mengalami dispersi. Dalam hal ini gelombang dengan frekuensi
rendah menjalar lebih lambat daripada kecepatan gelombang dengan frekuensi yang
lebih tinggi, sehingga gelombang akan mengalami dispersi dan berubah bentuk
antara gelombang SV dan P pada permukaan bebas yang kemudian merambat secara
adalah :
D. Mikrotremor
akibat aktivitas manusia maupun aktivitas alam. Mikrotremor dapat juga diartikan
sebagai getaran harmonik alami tanah yang terjadi secara terus menerus disebabkan
oleh getaran mikro di bawah permukaan tanah dan kegiatan alam lainnya, serta dapat
juga diakibatkan oleh gangguan setempat seperti lalu lintas, industri atau getaran
kecil dan terus menerus dari tanah atau struktur. Karakteristik mikrotremor
tergantung dari kecepatan rambat gelombang, yakni beberapa meter hingga 10.000
21
memiliki karakteristik frekuensi antara 0,5 sampai 1-10 Hz dan umumnya disebabkan
(www.geopsy.org).
lainnya (Bard, 1999; Konno dan Ohmachi, 1998) mengusulkan bahwa puncak H/V
pada spektrum merupakan akibat adanya gelombang Rayleigh. Jika perkiraan ini
benar, maka mikrotremor dapat dianggap sebagai gelombang Rayleigh saja. Akan
frekuensi dominan tanah terjadi akibat gelombang SH. Berdasarkan observasi pada
gelombang badan (body wave) dan gelombang permukaan (surface wave), tapi tidak
2. Aplikasi mikrotremor
permukaan tanah termasuk nilai periode dominan tanah dan nilai faktor amplifikasi
pertama kali dilakukan oleh Irikura dan Kawanka dari Jepang pada tahun 1980.
dan kekompakan batuan juga berbanding lurus dengan kenaikan amplitudo (Daryono,
2001).
Mikrotremor terdiri dari gelombang Rayleigh dimana periode dominan spektrum H/V
persamaan :
SH
HVSR = (7)
SV
23
(Nakamura, 1989).
gelombang geser (gelombang SH) pada medium sedimen di atas batuan dasar
(Gambar 9) sebesar:
(8)
dengan δ adalah pergeseran seismik batuan dasar dengan frekuensi dominan tanah
(9)
Oleh karena percepatan tanah akibat getaran ini adalah
(10)
(11)
24
Jika efisiensi gaya seismik diasumsikan e % dari gaya statik, maka efektifitas
deformasi adalah:
(12)
(13)
2000).
spektrum pada frekuensi dominan tanah (f0) dan faktor amplifikasi tanah (A0) yang
rasio spektrum horisontal terhadap vertikal (HVSR) pada data mikrotremor di suatu
tempat sama dengan fungsi transfer gelombang shear yang bergetar antara
permukaan dan batuan dasar (bedrock) di tempat tersebut. Berdasarkan analisis data
25
gempa, nilai maksimum rasio getaran horisontal terhadap vertikal dalam setiap
pengamatan H/V berkaitan dengan kondisi tanah, dan hampir setara dengan satu
Gambar 10. Model cekungan yang berisi material sedimen halus (Slop, 2007)
adalah gelombang Rayleigh yang merambat pada lapisan sedimen di atas batuan
dasar (bedrock).
2. Efek gelombang Rayleigh (TV) pada noise terdapat pada spektrum komponen
vertikal di dataran alluvial (SVS), tetapi tidak terdapat pada spektrum komponen
(14)
dataran alluvial.
26
Hz), rasio spektrum antara komponen horisontal dan vertikal di batuan dasar
(15)
Horizontal to Vertical Spectral Ratio atau yang populer disebut sebagai metode
HVSR:
(16)
(17)
resonansi pada cekungan yang berisi material sedimen. Fenomena resonansi dalam
karena adanya kontras impedansi antara lapisan sedimen dengan lapisan batuan
keras yang lebih dalam. Interferensi antar gelombang seismik yang terjebak
27
pada lapisan sedimen berkembang menuju pola resonansi yang berkenaan dengan
komponen vertikal (V) dan 2 data komponen horisontal yaitu East-West (EW) dan
North-South (NS) (Gambar 11). Metode ini dilakukan dengan terlebih dahulu
melakukan transformasi Fourier data hasil pengukuran yang masih dalam domain
waktu menjadi domain frekuensi dengan FFT. Untuk menghaluskan hasil FFT
Frekuensi dominan tanah adalah nilai frekuensi yang kerap muncul sehingga
diakui sebagai nilai frekuensi dari lapisan batuan di wilayah tersebut. Nilai frekuensi
ini mempresentasikan jenis dan karakterisktik batuan. Bard (1999) melakukan uji
variasi kontras kecepatan gelombang geser dan ketebalan lapisan tanah. Hasil
simulasi menunjukkan bahwa nilai frekuensi dominan tanah berubah terhadap variasi
kondisi geologi. Nilai frekuensi dominan tanah secara substansi dapat diperkirakan
menunjukan sedimen lunak yang tebal, dan sebaliknya periode dominan yang rendah
menunjukan sedimen lunak yang tipis. Daerah yang memiliki periode dominan tinggi
perhitungan :
(18)
sepanjang sesar. Hal ini menunjukan bahwa di lembah dan daerah sepanjang sesar
disusun oleh sedimen yang lunak juga tebal. Lembah adalah cekungan pengendapan
sehingga dapat dipahami bahwa endapan sedimen lunak di lembah lebih tebal dari
maksimum sehingga tidak ditemukan endapan sedimen lunak yang tebal (Nakamura,
2000).
yang memiliki nilai periode dominan tinggi umumnya adalah wilayah pedaratan yang
disusun oleh endapan permukaan. Namun demikian, besarnya nilai periode dominan
di wilayah endapan permukaan (alluvial) tidak mutlak sama. Hal ini menunjukan
3. Faktor amplifikasi
bumi akan berubah saat melewati endapan tanah (Gambar 12). Proses ini dapat
yang parah, terutama saat frekuensi gelombang seismik sama dengan resonansi
Jika gelombang tersebut mempunyai frekuensi yang relatif sama, maka terjadi proses
resonansi gelombang gempa. Akibat proses resonansi ini, gelombang tersebut saling
dengan bangunan yang akan mengakibatkan resonansi antara bangunan dan tanah
31
(19)
dan sedimen permukaan. Dengan kata lain, kontras parameter perambatan gelombang
(densitas dan kecepatan) pada bedrock dan sedimen permukaan. Semakin besar
32
dan sifat-sifat fisika lapisan tanah dan batuan, kedalaman bedrock dan permukaan air
bawah.
memprediksi zona lemah saat terjadi gempabumi (Saita dkk., 2004; Gurler dkk.,
2000), bermanfaat untuk memprediksi zona rawan liquefaction (Huang dan Tseng,
2002) dan rekahan tanah akibat gempabumi (Daryono, 2011). Disamping itu, Indeks
untuk menghitung nilai shear strain lapisan tanah permukaan (Nakamura, 2000).
(14) untuk daerah Shinkansen Jepang dimana 60%, Vb= 600 m/s dan = 1,69.10-
6
(s/cm) (Nakamura, 2008), sehingga:
(20)
33
G. Spektrum Fourier
Dalam penelitian ini, data yang terukur dalam domain waktu, sehingga untuk
frekuensi yang sering digunakan yaitu transforasi fourier atau Fourier Transform
1. Transformasi Fourier
dari domain waktu s(t) kedalam domain frekuensi s(f). Transformasi Fourier
(21)
Fourier dari x(t) yang mengubah x(t) dari domain waktu ke domain frekuensi. Dalam
N =1 -j (2πN )mn
x ( m,n )=∑ x ( n ) e (22)
N =0
dimana n adalah indeks dalam domain waktu = 0, 1, ..., N-1 dan m indeks dalam
domain frekuensi = 0, 1, ..., N-1. Gambar 13 di bawah ini adalah contoh Transformasi
Gambar 13. Proses FFT suatu data dari domain waktu ke dalam domain
frekuensi (Lamoureuxdan Margrave, 2008)
transformasi sinyal atau data dari domain waktu menjadi sinyal dalam domain
menganalisa spektrum frekuensi yang telah direkam. Secara matematis FFT dapat di
N
2
-1 (N2 )-1
x ( m ) = ∑ x [2 n ] WN + WN ∑ x [2 n +1] ( 2 3 )
nm m
n =0 2 n =0
H. Filtering
gelombang seismik dan membuang yang tidak dikehendaki. Secara umum, ada
1. Low Pass Filter, yaitu filter yang digunakan untuk membuang sinyal dengan
frekuensi tinggi.
2. High Pass Filter, yaitu filter yang digunakan untuk membuang sinyal dengan
frekuensi rendah.
3. Band Pass Filter, yaitu filter yang digunakan untuk meloloskan sinyal dengan
4. Reject Band Filter (Notch), yaitu filter yang digunakan untuk membuang sinyal
Gambar 14. Jenis-jenis filter dalam domain waktu (time domain) dan dalam
domain frekuensi (frequency domain)
Tanda A, B, C, D pada band pass filter merupakan frekuensi sudut (corner
.
Gambar 15. Fungsi filter dalam domain frekuensi (www.geopsy.org)
I. Smoothing
37
aliasing sehingga hasil dari smoothing tidak berbeda dengan data sebelum
dismoothing (Gambar 16). Penghalusan data didasarkan pada persamaan Konno dan
Ohmachi (1998) :
[ ]
4
( ( ))
b
f
sin log10
fc
W b=( f, f c ) = (24 )
( )
b
f
log
fc
koefisien bandwidth.
hubungan antara periode dominan (T0) dan jenis tanah. Dari hasil pengukuran
dominan (T0) dengan jenis tanah. Kanai dan Omete-Nakajima mengusulkan dua
38
metoda untuk mengklasifikasi profil tanah. Usulan pertama Kanai berdasarkan jenis
I, II, III dan IV, dan jenis A, B dan C oleh Omete-Nakajima sebagaimana pada
Tabel 1 yang memberikan indikasi jenis tanah (Ibrahim dan Subarjo, 2005).
Selain itu, Kanai juga membagi dua klasifikasi tanah berdasarkan nilai