Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

NEFROLITHIASIS

Disusun Oleh :
dr. Dini Marini

Pendamping:
dr.Pratiwi Indar Palupi

PROGRAM DOKTER INTERNSIP INDONESIA WAHANA RUMAH


SAKIT UMUM DAERAH
KOTA TANGERANG
2023
LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS

NEFROLITHIASIS

Disusun Oleh :
dr . Dini Marini

Telah dipresentasikan tanggal : 12 Desember 2023


Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang
Disetujui dan disahkan pada tanggal 12 Desember 2023

Pendamping :

dr.Pratiwi Indar Palupi


PRESENTASI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.E
Umur : 42 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Menikah
No. Rekam medis : 00195867
Tanggal Masuk : 23-08-2023

II. ANAMNESIS (Alloanamnesis dan autoanamnesis)


Keluhan utama : nyeri pada pinggang kiri
Keluhan tambahan : mual, muntah, buang air kecil kadang suka nyeri
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada pinggang sebelah kiri sejak 1
tahun yang lalu. Nyeri pinggang dirasakan seperti nyeri yang tumpul dan
dalam. Nyeri menjalar ke perut bagian kiri atas disertai rasa tidak nyaman
pada perut kiri atas. Awalnya keluhan muncul tiba-tiba dan pada saat yang
tidak dapat dipastikan dengan rasa nyeri yang tidak begitu hebat. Nyeri
bersifat hilang timbul. Nyeri dapat berlangsung sekitar sepuluh hingga lima
belas menit. dan dirasakan memberat malam hari saat berbaring. Keluhan
berkurang bila sudah dipijat, tapi dapat muncul lagi, begitu seterusnya.
Keluhan akan membaik jika pasien berbaring dan dipijat. Keluhan akan
memberat jika pasien terlalu lelah beraktifitas. Sejak 1 minggu yang lalu, nyeri
dirasakan semakin hebat dengan durasi nyeri yang lebih lama, terus menerus
dan sepanjang hari. Rasa nyeri
terkadang disertai mual muntah. Karena dirasakan semakin memberat
keluhannya, pasien memutuskan untuk berobat.
Pasien juga mengeluhkan buang air kecil yang terkadang suka nyeri .
Pasien mengaku jarang sekali minum air putih, dalam satu hari pasien
mengaku hanya minum kurang lebih 2 gelas belimbing, pasien lebih menyukai
minum dengan air teh atau kopi yang dilakukan pada waktu makan, istirahat
dan duduk-duduk santai.
Pasien mengatakan sumber air minum pasien berasal dari air tanah dan
tidak keruh, warnanya jernih. Di tempat tinggal pasien tidak ada tetangga yang
memiliki keluhan yang sama dengan pasien dan keluarga pasien tidak ada
yang mempunyai keluhan sama. Pasien tidak pernah mengkonsumsi obat-
obatan.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Tidak Ada

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Tidak ada

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status generalis
Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos mentis, GCS : E4 M6
V5 Vital sign : TD : 115 / 78 mmHg,
N : 85 x/menit,
R : 20 x/menit,
S : 36,50C
Kepala dan Leher
Kepala : Bentuk normocephal, rambut hitam, distribusi merata,
tidak mudah dicabut.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, reflek cahaya
(+/+), pupil isokor diameter 3 mm
Hidung : Fungsi hidung baik, septum ditengah, mukosa tenang.
Telinga : Bentuk biasa, liang telinga normal, gendang telinga normal
Mulut : Mukosa basah, lidah tidak kotor, papil tampak normal
Leher : Trachea ditengah, tiroid teraba normal, kelenjar getah
bening tidak ada pembesaran, tidak ada peningkatan JVP
Thoraks
Inspeksi : Simetris, pergerakan nafas normal.
Palpasi : Vokal fremitus kanan sama dengan
kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Vesikuler, suara tambahan : wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Cor BJ I & II normal, murmur -, gallop –
Abdomen
Inspeksi : Perut datar, tidak ada benjolan, tidak ada sikatrik
Palpasi : Supel, nyeri tekan didaerah hipokondriaca dextra , tidak teraba
massa, defans muskuler (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Tympani di seluruh kuadran
abdomen Auskultasi : BU (+) normal

Extremitas :
Akral hangat, sianosis (-), capillary refill test < 2 detik,

B. Status lokalis
Regio costo vertrebalis sinistra
Inspeksi : Datar
Palpasi : Tidak teraba massa, nyeri tekan pada bimanual kanan,
ballotemen tidak jelas.
Kanan Kiri
Inspeksi Bulging (-) Bulging (+)
Palpasi Ginjal tidak teraba Ginjal teraba
Nyeri tekan (-) nyeri tekan (+)
Ballotement (-) Ballotement (+)
Perkusi Nyeri ketok (-) Nyeri ketok (+)
Perkusi : Nyeri ketok kostovertebra kiri, costo vertebral kanan normal
Regio Suprapubik
Inspeksi : Agak cembung, tidak tampak massa, tidak ada bekas operasi
Palpasi : Supel, tidak teraba massa, nyeri tekan (+)
Perkusi : Timpani

V. DIAGNOSIS KERJA
Kolik renal sinistra e.c nefrolithiasis sinistra

VI. DIAGNOSIS BANDING


Kolik e.c. suspek Nerfritis sinistra
Kolik e.c. suspek Pielonefritis sinistra
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium :
a. Darah rutin
b. Fungsi Ginjal (Ureum darah dan Kreatinin darah)

2. Pemeriksaan Radiologi

CT Urologi Non Kontras

Kesan:
Nefrolithiasis sinistra dengan ukuran 1,2 cm

X. TERAPI
a. Cefixime 2x200 mg 1 gr IV
b. Ketorolac 3x1 tab
c. Tamsulosin 1x1 malam
d. Terapi Operatif ➔ Pro ESWL
XII. PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia ad
bonam

Ad sanam : Dubia ad bonam


Fungsional : Dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Nefrolitiasis, proses terbentuknya batu. Juga disebut urolitiasis,
nefrolitiasis berasal dari bahasa Jerman nephros (ginjal) lithos (batu) jadi
batu ginjal. urolitiasis berasal dari bahasa Perancis “urine” yang berubah
dari bahasa latin “urina” dan bahasa Jerman “ouron” yang berarti urin jadi
batu urin. Batu itu sendiri juga disebut renal calculi. Calculi merupakan
bahasa latin untuk batu kerikil (3).
Urolitiasis merupakan istilah medis yang digunakan untuk
mendiskripsikan batu yang terjadi di traktus urinarius. Istilah yang juga
sering dipakai adalah penyakit batu saluran kemih dan nefrolitiasis. Para
dokter juga menggunakan istilah yang mendiskripsikan lokasi batu seperti
batu ureter, ureterolitiasis. Merupakan batu yang ditemukan di ureter, tapi
untuk lebih simpelnya digunakan istilah kidney stones, batu ginjal (2,3).

2.2 Anatomi dan Fisiologis Traktus Urinarius


Traktus urinarius sistem terdiri dari ginjal yang terus menerus
membentuk urin dan berbagai resevoar yang dibutuhkan untuk membwa
urin keluar tubuh. Ginjal merupakan dua bangunan berbentuk kacang,
terletak di sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah
dibandingkan dengan ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh hepar.
Kutub atas ginjal kanan terletak setinggi costa ke XII sedangkan
kutub atas ginjal kiri setinggi costa XI. Ginjal berfungsi mengeluarkan
kelebihan air dan racun-racun dari darah dan mengubahnya menjadi urin.
Ginjal juga menjaga keseimbangan garam dan substrasi lain dalam darah,
ginjal memproduksi hormon yang dapat membantu pertumbuhan tulang
yang kuat dan pembentukan sel darah.(2,4)
Ada 2 buah pipa sempit yang disebut ureter merupakan saluran yang
panjangnya 10 – 12 inci, terbentang dari ginjal sampai vesika urinaria.
Fungsi satu-satunya adalah membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria.
Dan vesica urinaria adalah bangunan berbentuk segitiga berlokasi di
abdomen bagian bawah di belakang simpisis pubis. Seperti balon,
dindingnya elastis dapat meregang untuk menampung urin yang kemudian
akan bersama-sama berkontraksi untuk mengeluarkan urin. Vesika urinaria
memiliki 3 (tiga) muara yaitu 2 (dua) muara ureter dan sebuah muara uretra.
Fungsi vesika urinaria adalah sebagai tempat penyimpan urin sebelum
meninggalkan tubuh dan juga mendorong urin keluar tubuh dibantu dengan
uretra. Uretra merupakan saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan
dari vesika urinaria sampai keluar tubuh. Panjangnya pada wanita 1 ½ inci
dan pada pria sekitar 8 inci. Muara uretra keluar tubuh disebut meatus
urinarius.(2,4)

2.3 Patologi
Proses pembentukan batu berhubungan dengan peningkatan saturasi
urin (kelebihan ekskresi garam, keasaman urin atau volume urin yang
rendah), kristalisasi asam urat serta abnormalitas dari penghambat
pertumbuhan batu. Adapun faktor-faktor predisposisi pembentukan batu di
traktus urinarius:
a. Stasis urin
Sumbatan pada traktus urinarius dapat menyebabkan presipitasi
garam-garam dari urin. Sebuah batu terbentuk karena adanya obstruksi
yang jelas misalnya batu vesika urinaria yang dipacu oleh pembesaran
prostat.(5)
b. Infeksi traktus urinarius
Bakteri secara jelas dapat menyebabkan presipitasi calsium atau
garam-garam lain, dimana saat urin terinfeksi terutama oleh organisme
pemecah urea seperti Group Proteus(Klebsiella, Serratia,
Enterobacter, pseudomonas dan Stafilokokus), akan selalu terjadi
pembentukan batu. Hidrolisis urea menghasilkan amoniak dan merubah
urin menjadi bersifat basa yang secara klasik disebut batu infeksi yang
mengandung magnesium ammonium dan fosfat (Ca 2+Mg2+NH4+) atau
struvit. Batu-batu ini kadang tumbuh memenuhi seluruh sistem pelvis-
kaliks dan batu seperti ini sering disebut batu staghorn (tanduk rusa).(4,5)
c. Patologi ginjal
- Ginjal spons meduler
Kelainan kongenital ini ditandai oleh dilatasi dari Duktus Bellini
pada cortico medullary junction, keadaan ini menyebabkan stasis
urin sehingga terjadi deposit garam calsium dan tersebar luas di
tubulus colektivus yang khas pada gambaran radiografi. Dilatasi
duktus colektivus khusus pada nefrocalcinosis akan membangun
secara spontan suatu kondisi yang disebut idiopatik nefrocalcinosis.
(5)

- Infeksi ginjal
Proses inflamasi kronik secara nyata berperan penting pada
terjadinya kalsifikasi dari substansi ginjal, keadaan ini dapat
menyebabkan iskemik lokal atau sumbatan dan ini khas pada
Tuberkulosis dimana terjadi kalsifikasi di apices dan papila. (5)
- Trauma dan iskemik
Daerah iskemik secara relatif atau absolut dapat ditimbulkan oleh 2
(dua) keadaan yaitu degenerasi arteri renal atau trauma pada
pembuluh-pembuluh darah.(5)
- Tumor ginjal
Pertumbuhan adenokarsinoma dapat memperluas lokasi kalsifikasi.(5)
d. Faktor-faktor metabolik
- Kalsium
Idiopatik hipercalsiuria merupakan kelainan bawaan dimana calsium
urin 300 mg/hari ( 7,5 mmol/hari) pada pria dan  250 mg/hari (
6,2 mmol/hari) pada wanita. Hal ini menunjukkan 50 % pada pria
dan 75 % pada wanita yang menderita batu calsium dan ini
merupakan faktor resiko utama pada batu calsium di USA. Selain
idiopatik hipercalsiuria ada beberapa faktor lain yang dapat
menyebabkan hipercalsiuria yaitu hipertiroidisme, kelebihan vitamin
D, penyakit renal tubuler, neoplasma dan immobilisasi oleh karena
trauma yang semuanya berhubungan dengan mobilisasi garam
calsium dari tulang. Pada wanita menopause kecendrungan
urolitiasis meningkat oleh karena hormon estrogen yang tidak
diproduksi lagi oleh ovarium sehingga berkurangnya deposisi
calsium dan fosfat tulang sehingga banyak calsium yang dibuang ke

(2,5,6)
urin.

- Oksalat
Hiperoksaluria suatu keadaan dimana ekskresi oksalat urin melebihi
45 gram/hari. Keadaan ini banyak dijumpai pada pasien yang
mengalami gangguan usus sehabis mengalami pembedahan usus dan
yang banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung oksalat
seperti teh, kopi instan, soft drink, coklat, arbey, bayam dan juga
karena pemakaian vitamin C dosis tinggi dalam waktu lama serta
pemakaian obat bius (methoxyflurane).(2,5,6)
- Asam urat
Hiperurikosuria merupakan suatu keadaan dimana kadar asam urat
dalam urin melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat yang berada di
dalam urin akan bertindak sebagai inti batu/nidus untuk
terbentuknya batu calsium oksalat. Sumber asam urat di urin berasal
dari makanan yang mengandung banyak purin ataupun dari
metabolisme endogen seperti tulang dan obat.(2,6)
- Sitrat
Di dalam urin sitrat akan berikatan dengan calsium membentuk
calsium-sitrat sehingga menghalangi ikatan calsium dengan fosfat.
Hipositraturia dapat terjadi pada penyakit asidosis tubuli ginjal,
sindrom malabsorbsi atau pemakaian diuretik golongan Tiazid dalam
jangka lama.(2,6)
- Magnesium
Seperti halnya sitrat, magnesium bertindak sebagai penghambat
timbulnya batu kalsium, karena di dalam urin megnesium akan
bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium oksalat.(2,6)

- Sistin
Batu sistin jarang terbentuk dan berhubungan dengan gangguan
transport pada tubulus ginjal yang herediter, gangguan ini
melibatkan asam amino tertentu. Sistin suatu produk metabolit dari
metionin merupakan asam amino alami yang paling sukar larut.
Kelebihan ekskresi sistin (sistinuria) dalam urin yang asam
mengakibatkan urolitiasis sistin. (4,7)

2.4 Etiologi
- Idiopatik.
- Gangguan aliran air kemih :
 Fimosis .
 Striktur meatus.
 Hipertrofi prostat.
 Refluks vesiko-uneteral.
 Ureterokele.
 Konstriksi hubungan ureteropelvik.
- Gangguan metabolisme :
 Hiperparatiroidisme.
 Hiperurikosuria.
 Hiperkalsiuria.
- Infeksi saluran kemih oleh mikroorganisme yang mampu membuat
urease (Proteus mirabilis).
- Dehidrasi, suhu lingkungan tinggi.
- Benda asing :
- Jaringan mati (nekrosis papil).
- Multifaktor :
 Anak di negara bekembang.
 Penderita multitrauma.
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah
terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah
faktor instrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor-
faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di
sekitarnya(8).
Faktor instrinsik itu antara lain adalah :
- Herediter (keturunan) diduga diturunkan dari orang tuanya.
- Umur, paling sering pada usia 30-50 tahun.
- Jenis kelamin, jumlah pasien perempuan  laki-laki.
Faktor ekstrinsik itu antara lain adalah :
- Geografi.
Daerah stone belt (sabuk batu) dimana pada daerah tersebut angka
kejadian batu lebih tinggi dari daerah lain. Di daerah bantu, Afrika
Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih.
- Iklim dan temperatur
- Asupan air
Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dikonsumsi,
dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
- Diet
Diet banyak purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya
penyakit batu saluran kemih.
- Pekerjaan
Sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau
kurang aktivitas atau sedentary life.
Adapun sumber makan dan minuman yang mengandung oksalat yang dapat
mencetuskan batu pada orang-orang yang beresiko tinggi (2) :
- Gula Bits - Kacang - Minuman cola
- Cokelat - Kecambah - Makanan dari gandum
- Kopi - Bayam
- Teh - Strawbery

2.5 Patogenesis
Banyak teori yang menerangkan proses pembentukan di saluran
(8)
kemih, tapi hingga kini masih belum jelas teori mana yang paling benar .
Beberapa teori pembentukan batu :

1. Teori Nukleasi
Batu terbentuk di dalam urin karena adanya inti batu sabuk batu
(nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan yang kelewat
jenuh (supersaturated) akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga
akhirnya membentuk batu inti batu dapat berupa kristal atau benda
asing di saluran kemih.
2. Teori Matriks
Matriks organik terdiri atas serum/protein urin (albumin, globulin dan
mukoprotein) merupakan kerangka tempat diendapkannya kristal-kristal
batu.
3. Penghambat Kristalisasi
Urin normal mengandung zat penghambat pembentukan kristal, antara
lain : magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida.
Jika salah satu atau beberap zat itu berkurang, akan memudahkan
terbentuknya batu di dalam saluran kemih .

2.6 Diagnosis
Diagnosis nefrolitiasis/ureterolitiasis dapat ditegakkan melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti
pemeriksaan radiologik, laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya
untuk menentukan adanya obstruksi traktus urinarius infeksi dan gangguan
faal ginjal.(1,9)
a. Anamnesis (Gejala klinis)
Nyeri
Batu pada traktus urinarius bagian atas biasanya menyebabkan
nyeri. Nyeri tersebut dapat berupa kolik renal ataupun non kolik renal.
Kolik renal biasanya disebabkan oleh peregangan/stretching sistem
colok tivus atau ureter dan nonkolik disebabkan oleh distensi kapsul
renal. Kolik renal dikenali dengan rasa nyeri hebat dengan intensitas
yang berubah-ubah dan biasanya di daerah pinggang atau kadang-
kadang melalui ureter menyebar ke genitalia eksterna, perineum dan
bagian dalam tungkai atas. Kolik ini disebabkan oleh tertutupnya
seluruh/sebagian ureter, pielum atau kaliks dan paling banyak
disebabkan oleh batu dalam ureter dan berasal dari ginjal.(5,9)
Gejala kolik renal akut tergantung pada lokasi batu yaitu pada kaliks
renal, pelvis renal, ureter bagian atas, tengah dan bawah.(7)
- Kaliks Renal
Batu di kaliks renal dapat menyebabkan obstruksi dan kolik renal.
Nyerinya terasa dalam dan tumpul di panggul atau pinggang dengan
intensitas dari yang berat sampai ringan.
- Pelvis Renal
Batu di dalam pelvis renal dengan diameter lebih dari 1 cm
umumnya menimbulkan obstruksi di”ureteropelvic juction”,
menyebabkan nyeri yang hebat dicostovertebral daerah lateral
sacrospinalis dan di bawah vertebra thoracalis 12. Nyeri dapat hebat
sekali dan biasanya konstan, membosankan dan sulit diabaikan.
Nyeri ini dapat menyebar ke abdominal kuadran atas secara
ipsilateral.
- Ureter Bagian Atas dan Tengah
Batu di bagian atas atau tengah ureter menyebabkan nyeri yang lebih
hebat/berat di costoverbral atau panggul dan bersifat intermitten
sesuai tahapan penurunan batu di dalam ureter sehingga dapat
menimbulkan obstruksi yang intermitten pula. Batu pada ureter
bagian atas menyebabkan nyeri di daerah lumbal panggul, sedangkan
batu pada ureter bagian bawah menyebabkan nyeri di bagian bawah
abdomen.
- Ureter Bagian Bawah
Batu di ureter bagian distal menyebabkan nyeri yang menyebar ke
paha bagian dalam atau testis pada laki-laki dan ke labia mayora
pada wanita.

Nausea dan Vomitus


Obstruksi dari tractus urinarius bagian atas sering diikuti dengan gejala
gastrointestinal seperti nausea, vomitus dan distensi abdominal atau
kembung. (7,10)
Hematuria
Pemeriksaan urinalisis yang lengkap dapat membantu diagnosis
urolithiasis dengan adanya hematuria, kristalluria dan dokumentasi pH urin.
Namun urinalisis bisa normal meskipun ada banyak batu.(1,10)
Infeksi
Batu struvit (magnesium ammonium phosphate) atau batu infeksi,
umumnya merupakan kumpulan infeksi Proteus, Pseudomonas,
Providencia, Klebsiella dan Staphylococcus. Bakteri uropatogenik dapat
merubah peristaltik ureter oleh karena ekstosin dan endotosin yang
diproduksinya yang menyebabkan nyeri. (7,10)
Demam
Urolithiasis yang diikuti dengan demam merupakan keadaan relatif
emergensi. Awasi tanda klinis dari sepsis yang lain yaitu takikardi, hipotensi
dan vasodilatasi kulit. (7,10)

b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik biasanya ditemukan rasa nyeri bila ditekan di
daerah ginjal atau ureter yang bersangkutan. Ginjal biasanya tidak dapat
diraba kecuali terjadi hidronefrosis, suhu badan agak naik dan peristaltik
biasanya positif. (1,10)

c. Pemeriksaan Penunjang
Radiologik
Secara radiologik, batu ada yang radiolusen dan radioopak. Batu yang
radiolusen umumnya adalah dari jenis asam urat murni yang pada foto
dengan kontras menyebabkan adanya defek pengisian kontras pada tempat
yang mengandung batu sehingga memberi gambaran pada daerah batu
kosong tidak terisi kontras. Sedangkan batu yang radioopak biasanya dari
kalsium oksalat/kalsium fosfat dengan foto polos sudah cukup untuk melihat
adanya batu di traktus urinarius bila diambil foto dua arah. Pielografi
retrograd dilakukan apabila ginjal yang mengandung batu sudah tidak
berfungsi lagi. (1,9)
Laboratorium
Urinalisis (analisis urin) disini dimaksudkan untuk menunjukkan
adanya zat-zat dalam keadaan biasa tidak terdapat dalam urin atau
menunjukkan perubahan kadar zat yang dalam keadaan biasa terdapat dalam
urin. Perubahan kadar zat yang terjadi dapat kita ukur dengan cara kualitatif
dan kuantitatif. Pada pemeriksaan urin kualitatif ditujukan dengan
perubahan warna atau kekeruhan, untuk itu sebaiknya dipakai urin yang
dikeluarkan pagi hari setelah bangun tidur. Sedangkan untuk pemeriksaan
urin kuantitatif digunakan urin tampung 24 jam. Ini berguna untuk mencari
kelainan urin yang dapat menunjang adanya batu di traktus urinarius
(hematuria, kristalluria dan pH urin), menentukan fungsi ginjal dan
menentukan sebab terjadinya batu. Urin harus diperiksa baik secara
bakteriologik maupun kimiawi (kalsium asam urat, asam sistin dan asam
oksalat) dan darah juga diperiksa kadar kalsium, fosfat dan asam urat.(8,9)
Pemeriksaan Renogram
Untuk menentukan faal setiap ginjal secara terpisah pada batu ginjal
bilateral atau bila kedua ureter tersumbat total. (7)
USG
Dapat dilakukan untuk semua jenis batu tergantung sifat radiolusen
atau radiopak dan dapat ditentukan ruang dan lumen traktus urinarius serta
dapat dipakai untuk menentukan batu selama tindakan operasi untuk
mencegah tertinggalnya batu. (7,9)

2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan batu traktus urinarus harus tuntas, sehingga bukan
hanya mengeluarkan batu saja tapi harus disertai dengan terapi
penyembuhan penyakit batu atau disertai dengan terapi pencegahan.

a. Konservatif
Terapi konservatif pada nefroureterolithiasis meliputi terapi
medik dan simptomatik, ini dilakukan apabila batu tidak memberi
gangguan fungsi ginjal terutama batu ureter ukuran 4-5 mm yang dapat
keluar spontan atau batu kaliks yang kecil tanpa infeksi tanpa obstruksi
atau batu koral pada penderita usia lanjut/fungsi ginjal yang buruk.(1,9)
Terapi medik hanya ditujukan pada pasien dengan penyakit
metabolik yang aktif (pembentukan batu baru atau batu lama yang terus
membesar). Adapun terapi simptomatik ditujukan pada nyeri kolik yang
timbul yaitu dengan spasmolitik dan analgetika sentral dengan
memperhatikan efek sampingnya yaitu mual dan muntah, diberikan
intravena sewaktu kolik.(2,9,10)
b. Pelarutan
Jenis batu yang dapat dilarutkan adalah jenis batu asam urat.
Batu ini hanya terjadi pada keadaan pH air kemih yang asam (pH 6,2).
Sehingga dengan pemberian bikarbonat natrikus dan disertai dengan
makan alkalis, batu asam urat diharapkan dapat larut. Lebih baik bila
dibantu dengan usaha menurunkan kadar asam urat airkemih dan darah
dengan bantuan alopurinol, usaha ini cukup memberi hasil yang baik.
(1,7,9)

Batu struvit tidak dapat dilarutkan tetapi dapat dicegah


pembesarannya bila diberi pengobatan dengan pengasaman air kemih
dan pemberian antiurease. Bila terdapat kuman harus dibasmi, tetapi
infeksi pada urolitiasis sukar dibasmi karena kuman berada di dalam
batu yang tidak dapat dicapai oleh antibiotik.(1,9)
c. Operatif
Indikasi pengeluaran batu saluran kemih yaitu :
- Adanya obstruksi traktus urinarius
- Infeksi traktus urinarius
- Nyeri menetap atau berulang-ulang
- Batu yang makin membesar
- Menimbulkan kerusakan jaringan ginjal dan hematuria yang
menetap
Selama ini, tindakan pembedahan untuk pengangkatan batu
membutuhkan waktu pemulihan yang lama yaitu sekitar 4 – 6 minggu.
Sekarang penanganan untuk kasus tersebut sudah lebih maju dengan
menawarkan beberapa pilihan tanpa harus melakukan tindakan
pembedahan mayor.(2,8)
Extracorporeal Shockwave Lithotripsy (ESWL)
ESWL merupakan prosedur yang paling sering digunakan untuk
penanganan batu ginjal. Pada prosedur ini dilakukan gelombang kejut
yang dibuat diluar tubuh kemudian melalui tubuh lewat kulit dan
jaringan sampai ke permukaan batu. Batu dihancurkan menjadi partikel-
partikel kecil yang mudah dikeluarkan bersama urin. Terdapat beberapa
tipe rancangan ESWL. Tipe pertama pasien berbaring dalam bak air
pada saat gelombang kejut akan ditransmisikan. Tipe lainnya
menggunakan bantalan lembut dari tempat pasien berbaring. Sebagian
besar alat menggunakan sinar X atau ultrasound untuk membantu ahli
bedah untuk menunjukkan lokasi batu dengan tepat. Apapun tipe
ESWL tetap membutuhkan anestesi.(2)
Pada beberapa kasus, ESWL dapat dilakukan pada pasien yang
dicurigai memiliki batu. Waktu penyembuhan pendek dan pasien dapat
memulai aktivitas normal kembali pada beberapa hari setelah ESWL.
Komplikasi ESWL diantaranya banyak pasien mengalami hematuri
pada beberapa hari setelah ESWL, memar dan sedikit perasaan tidak
nyaman pada daerah pinggang atau perut tempat masuknya ESWL.
Untuk meminimalkan komplikasi dokter biasanya menyarankan pasien
untuk meminum obat anti koagulan selama beberapa minggu sebelum
ESWL. Komplikasi lain dapat terjadi yaitu rasa tidak nyaman saat
partikel batu yang hancur melewati tractus urinarius. Beberapa kasus
dokter akan memasukan pipa untuk melakukan stenting melalui vesica
urinaria ke ureter untuk mempermudah keluarnya partikel batu.
Kadang-kadang dibutuhkan ESWL lebih dari satu kali untuk
menghancurkan batu secara sempurna.(2)
Percutaneous Nephrolithotomy
Prosedur ini dapat di rekomendasikan untuk pengangkatan batu.
Tindakan ini dapat dilakukan pada batu dengan ukuran yang lebih besar
atau lokasi yang tidak dapat dijangkau dengan ESWL. Pada prosedur
ini dilakukan insisi pada daerah pinggang dan dibuat jalan menuju ke
ginjal. Dengan alat yang disebut nephroscope, untuk menentukan lokasi
dan mengangkat batu. Untuk batu yang lebih besar, dapat digunakan
energy probe (ultrasounic or electrohydraulic) guna memecah batu
menjadi bagian-bagian yang kecil. Secara umum pasien dirawat selama
beberapa hari dan menggunakan nephrostomy disebelah kiri ginjal
selama proses penyembuhan. Keuntungan tindakan ini dapat
mengangkat fragmen batu secara alami tanpa mengganggu pasase
ginjal.(2)
Ureteroscopic
Walaupun beberapa batu ginjal di ureter dapat diterapi dengan
ESWL, ureteroscopic dapat dilakukan untuk batu ureter yang terletak di
tengah dan bawah. Pada prosedur ini tidak dibuat insisi tapi dengan
memasukan sebuh alat fiberoptic yang kecil yang disebut ureteroscope
melalui uretra dan vesica urinaria ke ureter. Setelah lokasi batu
ditemukan dan dan dilakukan pengangkatan dengan sebuah alat seperti
sangkar atau langsung dihancurkan dengan alat khusus yaitu suatu
bentuk gelombang kejut. Sebuah pipa untuk stenting dapat di tinggal di
ureter selama beberapa hari untuk membantu aliran urine selama
penyembuhan. Sebelum fiberoptic membuat ureteroscope berfungsi,
dokter melakukan ekstraksi dengan menggunakan metode “blind
basket”. Tapi tehnik ini sudah ketinggalan jaman karena dapat merusak
ureter.(2)
d. Pencegahan
Setelah batu dikeluarkan dari saluran kemih, tindakan
selanjutnya yang tidak kalah pentingnya adalah upaya menghindari
timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu saluran kemih rata-
rata 7 % pertahun atau kurang lebih 50 % dalam 10 tahun. Pemeriksaan
laboratorium urin dan darah dapat membantu, termasuk juga riwayat
medis, pekerjaan dan pola makan.(2,8)
Yang terpenting untuk mencegah terbentuknya batu adalah
dengan banyak mengkonsumsi cairan dalam hal ini air putih adalah
yang terbaik. Bila seseorang mempunyai kecenderungan untuk
terbentuknya batu, maka dia harus mengkonsumsi cukup cairan yang
sedikitnya akan memproduksi 2 liter urin/24 jam.(2,8,9)
Penderita dengan batu Ca harus menghindari makanan yang
mengandung susu dan makanan.minuman dengan kadar Ca yang tinggi.
Sebaliknya menghindari makanan dengan tambahan vitamin D dan obat
antisida yang mengandung Ca. Pasien yang menopause dapat diberi
terapi estrogen pengganti untuk meningkatkan deposisi kalsium dan
fosfat dalam tulang, pasien dengan idiopatik hipercalsiuria dapat
diberikan diuretik Tiazid untuk mengurangi ekskresi kalsium dan
efektif untuk mencegah rekurensi. Adapun pasien trauma harus
secepatnya dilakukan mobilisasi untuk mencegah hiperkalsiuria. (2,8,11)
Penderita dengan urin yang sangat asam harus mengurangi konsumsi
daging, ikan dan makanan yang berasal dari ternak karena makanan
tersebut dapat meningkatkan kadar keasaman urin. Untuk mencegah
terbentuknya batu sistin, penderita harus meminum cukup cairan setiap
hari untuk mendilusikan konsentrasi sistin dan dibuang lewat urin, yang
mungkin sulit dikeluarkan.(2,8)
BAB III
KESIMPULAN

Nefrolitiasis merupakan istilah dalam dunia kedokteran untuk


menunjukkan adanya batu pada ginjal dengan berbagai penyebab dan keadaan
patologi yang menyertainya. Batu di ginjal sering sebagai batu primer dan batu
ureter sebagai batu sekunder yaitu batu ginjal yang turun dan berkembang di
ureter.
Proses terjadinya nefrolitiasis pada dasarnya berhubungan dengan
peningkatan saturasi urin yang meliputi kelebihan ekskresi garam, keasaman urin
atau volume urin yang rendah, kemudian kristalisasi asam urat serta abnormalitas
dari penghambat pertumbuhan batu.
Diagnosis nefrolitiasis dapat ditegakkan melalui anamnesis yaitu meliputi
gejala klinis yang ada diantaranya nyeri di daerah pinggang, mual muntah,
hematuria dan tanda-tanda infeksi traktus urinarius.
Penatalaksanaan nefrolitiasis harus tuntas untuk menghindari terjadinya
rekurensi batu, penanganannya secara konservatif (simtomatik), pemberian
pelarut batu dan operatif serta pencegahan. Cara yang paling efektif adalah
dengan setelah ditangani nefrolitiasis maka dilakukan usaha-usaha pencegahan
sesuai jenis batu dan mengkonsumsi air putih yang banyak setiap hari (lebih 2
liter/hari).
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat R, De jong W, Saluran Kemih dan alat kelamin laki dalam


Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 1997, hal. 1024-34.

2. Anonym, Kidney stones in Adults, www. NIDDK.htm.

3. Anonym, nephrolithiasis, www. Medicine Net.Com.

4. Wilson L. M, Prosedur Diagnostik pada Penyakit Ginjal dalam Price S.A, dan
Wilson L. M, Patofisiologi (terj.), Jilid II, Edisi 4, EGC, Jakarta, 1995, hal.
795-808.

5. Scott R, Deane R.F. and Callander R, Urolithiasis in Urology Illustrated,


Secon edition, Churchill Livingstone, Edinburgh London Melbourne and New
York, 1982, hal. 350-80.

6. Manuputty D, Batu Traktus Urinarius dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah,


FKUI, 1995, hal.156-60.

7. Stoller M.L, and Bolton D.M, Urinary Stone Disease in Tanagho E.A. and
Mc Aninch J.W, Smith’s General Urology, Fourteenth Edition, a Lange
Medical Book, 1998, hal. 276-98.

8. Basuki P. B, Batu Saluran Kemih dalam Dasar-Dasar Urologi, Sagung Seto,


Jakarta, 2000, hal. 62-73.

9. Scholtmeijer R.J, and Schroder F.H, Kolik Ginjal dalam Andrianto P. (ed.)
Urologi untuk Praktek Umum (terj.), EGC, Jakarta, 1992, hal 85-94.

10. Anonym, Urinary Calculi (Stones; Nephrolithiasis; Urolithiasis), www. The


Merck Manual. Com.

11. Guyton A.C, Fisiologi Wanita sebelum Kehamilan dan Hormon-hormon


Wanita dalam Guyton Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (terj.), Jilid III, Edisi
7, EGC, Jakarta, 1994, Hal. 325-41.

Anda mungkin juga menyukai