Anda di halaman 1dari 35

Pertemuan ke-3:

Tipologi Ekosistem di Indonesia

Prodi: Biologi, Universitas Bengkulu

Surianto Effendi,
2023
Tipologi Ekosistem Indonesia

Sumber: Surianto Effendi, 2023

Pertemuan ke-3: Tipologi Ekosistem di Indonesia. 2023


Lingkungan Pelagik
Ekosistem marin
Neritik Oseanik
Suatu kesatuan yang terdiri atas berbagai
subtidal Eupotik
organisme yang berfungsi bersama-sama
Intertidal Epipelagik 100 m di suatu kumpulan massa air masin pada
200 m
suatu wilayah tertentu, baik yang

Dispotik
Mesopelagik bersifat dinamis maupun statis sehingga
Bagian Bagian 1.000 m memungkinkan terjadinya aliran energi
dalam luar dan siklus materi di antara komponen
Pasang Rendah
Pasang Tinggi

Batipelagik
Supralitoral

biotik dan abiotik.

Apotik
4.000 m

Abisopelagik
Palung
6.000 m
Litoral Sublitoral Basial

Hadal
Abisal

Subneritik Suboseanik
Lingkungan Bentik
Pertemuan ke-3: Tipologi Ekosistem di Indonesia. 2023
Ekosistem
marin
• Mintakat neritik terbentang mulai dari tepi pantai
yang terjangkau oleh pasang tertinggi sampai ke
arah laut dengan bagian dasar yang masih dapat
ditembus cahaya matahari (landasan sublitoral).
• Mintakat neritik dikenal sebagai kawasan dekat
pantai, terletak di sepanjang pantai dangkal
dengan lebar antara 16–240 km.
• Mintakat ini terbagi menjadi dua, yaitu intertidal
dan subtidal.
1. Intertidal merupakan daerah pasang surut yang
berada pada landasan litoral, yaitu bagian pantai
yang dibatasi oleh pasang tertinggi dan surut
terendah.
2. Subtidal adalah bagian perairan yang dibatasi
oleh pantai yang mengalami surut terendah
hingga laut lepas dengan kedalaman sekitar 200
m dan disebut juga sebagai laut dangkal.
Sumber: Widjaja et al., 2016

Pertemuan ke-3: Tipologi Ekosistem di Indonesia. 2023


Ekosistem marin
Terumbu karang merupakan ekosistem marine yang dihuni oleh berbagai tipe karang, yaitu
karang keras (hermatipik, stony coral) atau terumbu karang, karang lunak (ahermatipik,
soft coral), dan gorgonian.

Di Indonesia terumbu karang dapat dibedakan menjadi empat tipe:


1. Ekosistem terumbu karang sangatterumbu karang tepi (fringing reef/shore reef ),
2. terumbu karang penghalang (barrier reef),
3. terumbu karang datar/gosong (patch reef),dan;
4. terumbu karang cincin (atoll).
Manfaat:
• Penting untuk tempat pemijahan dan bertelur serta sebagai habitat bagi berbagai biota
laut yang berasosiasi dengan karang, seperti ikan karang, udang, kerang-kerangan
(moluska), dan berbagai avertebrata laut lainnya.

• Padang lamun merupakan salah satu ekosistem di


laut dangkal yang paling produktif dengan siklus
hara yang sangat efektif.
• Ekosistem lamun mempunyai peranan penting
dalam menunjang kehidupan dan perkembangan
jasad hidup di laut dangkal, antara lain sebagai
kawasan tempat mencari makan, sumber pakan
dugong, dan area pemijahan bagi berbagai jenis
biota laut. Pertemuan ke-3: Tipologi Ekosistem di Indonesia. 2023
Ekosistem marin

Mintakat oseanik merupakan wilayah ekosistem laut lepas dengan kedalaman yang tidak dapat ditembus cahaya matahari
sampai ke dasar sehingga bagian dasarnya sangat gelap.
• Bagian air di permukaan tidak dapat bercampur dengan air di bawahnya karena ada perbedaan suhu.
• Batas kedua lapisan air tersebut adalah daerah termoklin yang pada umumnya banyak dijumpai gerombolan ikan.

Ekosistem perairan tawar/Limnik

Suatu kesatuan yang terdiri atas berbagai organisme yang berfungsi bersama-sama di suatu kumpulan massa air tawar
pada suatu wilayah tertentu, baik yang bersifat mengalir (lotik) maupun air tenang (lentik), yang memungkinkan terjadinya
aliran energi dan siklus materi di antara komponen biotik dan abiotik.

Sungai merupakan ekosistem air mengalir, sedangkan danau, kolam, dan situ termasuk ekosistem air tenang.

Pertemuan ke-3: Tipologi Ekosistem di Indonesia. 2023


Ekosistem perairan tawar/Limnik

Sungai merupakan massa air yang mengalir Danau Semayang


dalam jumlah banyak dan berukuran panjang.
Berdasarkan kecepatan aliran airnya, dikenal
beberapa kelompok sungai, yakni sungai arus
deras, arus sedang, dan arus lemah, sedang
kan berdasarkan ukurannya dikenal nama
sungai besar, anakan sungai, dan selokan
Danau Toba

Danau berkaitan erat dengan sejarah pembentukannya, sehingga terbagi


menjadi danau tektonik, vulkanik, kawah, dan kaldera. Pada umumnya
berada pada dataran tinggi di sekitar gunung atau pegunungan dan memiliki
dasar yang dalam dan relatif stabil. Sebaliknya, danau genangan banjir
berada pada dataran rendah dan relatif dangkal serta cenderung mendang-
kal akibat pelumpuran dan berkembangnya tumbuhan air invasif.

Pertemuan ke-3: Tipologi Ekosistem di Indonesia. 2023


Ekosistem perairan tawar/Limnik
Berdasarkan produksi material organiknya, danau dapat dikelompokkan menjadi:

1. Danau oligotrofik, yaitu danau dalam dan kekurangan hara sehingga fitoplankton di daerah limnetik tidak produktif. Ciri-
ciri danau ini antara lain berair jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme, dan di dasar air banyak terdapat oksigen
sepanjang tahun.
2. Danau eutrofik, merupakan danau dangkal dan kaya akan kandungan hara sehingga fitoplankton sangat produktif.
Ciri-ciri danau ini adalah airnya keruh, terdapat bermacam-macam organisme, dan oksigen terdapat di daerah profundal.
Berdasarkan kedalamannya, ekosistem danau mempunyai empat mintakat:
1. Mintakat Litoral, merupakan daerah dang kal sehingga cahaya matahari dapat menembus dasar danau secara optimal
dan air bagian tepi danau terasa hangat.
• Vegetasi pada mintakat berupa tumbuhan berakar dengan daun-daun mencuat ke atas permukaan air.
• Jenis biota dalam mintakat ini beraneka ragam, termasuk jenis alga yang melekat (khususnya diatom), berbagai siput dan
remis, serangga, krustasea, ikan, amfibi, reptilia seperti kura-kura dan ular, itik, dan angsa serta beberapa mamalia yang
mencari makan di danau.
2. Mintakat Limnetik, merupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih dapat ditembus sinar matahari.
• Daerah ini dihuni oleh berbagai fitoplankton, termasuk alga dan sianobakteri; zooplankton yang seba- gian besar
termasuk rotifera, dan berbagai udang kecil pemangsa fitoplankton serta berbagai jenis ikan.
3. Mintakat Profundal, merupakan daerah yang dalam, yakni daerah afotik danau.
• Mikroba dan organisme lain mengguna- kan oksigen yang sangat terbatas untuk respirasi seluler setelah mendekomposisi
detritus yang jatuh dari daerah limnetik. Daerah ini dihuni oleh cacing dan mikrob.
4. Mintakat Bentik, merupakan daerah dasar danau tempat hidup bentos dan tertimbunnya sisa-sisa organisme mati.

Pertemuan ke-3: Tipologi Ekosistem di Indonesia. 2023


Ekosistem Semiterestrial

Ekosistem ini terbentang di daerah media kehidupan limnik (air tawar) dan marine (air masin). Media kehidupan di ekosistem
ini ialah tanah basah dan tanah berbatu. Daerah ekoton ini mempunyai fungsi dan peran yang penting sehingga sering
dimasukkan sebagai ekosistem esensial.

Ekosistem mangrove adalah kelompok tumbuhan yang dapat tumbuh beradaptasi dengan baik pada kawasan pasang
surut di daerah tropik dan subtropik. Terdapat lima faktor utama yang menentukan pembentukan hutan mangrove, yaitu
arus air laut, salinitas, substrat, pengaruh darat seperti aliran sungai dan rembesan air tawar yang masuk, dan
keterbukaan terhadap gelombang

Pertemuan ke-3: Tipologi Ekosistem di Indonesia. 2023


Ekosistem Semiterestrial

Sumber: Surianto Effendi, 2023

Pertemuan ke-3: Tipologi Ekosistem di Indonesia. 2023


Ekosistem Semiterestrial

Sumber: Giesen et al., 2006

Pertemuan ke-3: Tipologi Ekosistem di Indonesia. 2023


Ekosistem Semiterestrial
Ekosistem Riparian
• Perkataan riparian berasal dari bahasa Latin ripa yang berarti “tepian sungai”. Mintakat riparian adalah wilayah
peralihan atau ekosistem peralihan (ekoton) antara badan air dan daratan di luar lingkungan sungai.
• Wilayah ini memiliki karakter yang khas karena adanya perpaduan lingkungan perairan dan daratan.
• Salah satu komunitas tumbuhan pada mintakat ini dicirikan oleh tumbuhan yang beradaptasi dengan perairan dan arus
kencang, yakni jenis tumbuhan hidrofilik dan reofitik yang dikenal sebagai vegetasi riparian.

Sumber: Widjaja et al., 2016

Sumber: Biodiversity Team.HCV-HCS Assessment


Pertemuan ke-3: Tipologi Ekosistem di Indonesia. 2023
Ekosistem Eustaria
Pertemuan ke-3: Tipologi Ekosistem di Indonesia. 2023
Elevasi (M)

0
0
Puncak Jaya

3.000

2.000
4.000

1.000
5.000
Tundra & salju
Permanen
Vegetasi Alpin:
Padang rumput, semal dll

Vegetasi Subalpin atas:


Hutan, Semak, dll

Hutan Subalpin bawah

Hutan Pegunungan Atas

Hutan Pegunungan Bawah

Hutan Pamah Lahan Kering

Hutan Meranggas
Jarak Perkiraan

Hutan Pamah Lahan Kering

Hutan Rawa Air Tawar

Hutan Rawa Gambut

Hutan Rawa Sagu

Vegetasi Rawa, Pandan, Rumput dan Teki-tekian

Hutan Rawa Air Tawar

Hutan Mangrove

Hutan Pandan Kering


100 Km

Vegetasi Litoral
Ekosistem Daratan/Terestrial

Pertemuan ke-3: Tipologi Ekosistem di Indonesia. 2023


Ekosistem Daratan/Terestrial
Hutan pamah (lowland forest).

Terbentang pada ketinggian 0–1.000 m dan dapat ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Secara umum hutan
pamah memiliki karakteristik pohon dengan diameter besar > 100 cm dan tinggi mencapai 45 m. Pohon mencuat, pohon
dengan akar papan/banir yang besar, dan liana merupakan karakteristik yang umum ditemukan pada tipe hutan ini.
Hutan pantai

Hutan ini merupakan pertemuan antara daratan


dan lautan. Hutan pantai dipengaruhi oleh pasang
surut air laut, terletak di kawasan litoral dan
intertidal.
1. Formasi Pres-Caprae. Tumbuhan yang dominan pada
formasi ini adalah Ipomeea pres-caprae, tumbuhan
lainnya adalah Vigna, Spinifex littoreus (rumput angin),
Canavalia maritime, Euphorbia atoto, Pandanus tectorius
(pandan), Crinum asiaticum (bakung), dan Scaevola
frutescens (babakoan).
2. Formasi Baringtonia. Vegetasi dominan pada formasi ini
adalah pohon Baringtonia (butun), tumbuhan lainnya
adalah Calophyllum inophylum (nyamplung), Erythrina,
Hernandia, Hibiscus tiliaceus (waru laut), dan Terminalia
Sumber: Widjaja et al., 2016
catapa (ketapang)
Pertemuan ke-3: Tipologi Ekosistem di Indonesia. 2023
Ekosistem Daratan/Terestrial: Hutan Pantai

Pertemuan ke-3: Tipologi Ekosistem di Indonesia. 2023


Ekosistem Daratan/Terestrial
Hutan Dipterokapra

• Hutan yang didominasi oleh jenis-jenis pohon Dipterocarpaceae seperti meranti (Shorea spp.), keruing (Dipterocarpus
spp.), dan kamper (Dryobalanops spp.), sekitar ± 371 jenis dipterokarpa.
• Di Indonesia: Kalimantan dan Sumatra, tetapi jenis dipterokarpa dapat ditemukan hingga di Jawa, Sulawesi, Nusa
Tenggara, Maluku, dan Papua.
• Hutan dipterokarpa berkembang pada ketinggian 0–1.000 m
Hutan Kerangas (Heath Forest)

• Kata kerangas berasal dari “Dayak Iban” yang


artinya lahan yang tidak dapat ditumbuhi oleh
padi.
• Tumbuh di tanah podsol, tanah pasir, dan
masam, berasal dari bahan induk batuan yang
mengandung silica.
• Kandungan unsur hara tanah di hutan kerangas
sangat miskin, dengan pH tanah yang rendah
sehingga hutan kerangas tidak dapat ditanami
lagi setelah ditebang dan terbakar baik secara
alami maupun buatan.
Sumber: Surianto Effendi, 2023

Pertemuan ke-3: Tipologi Ekosistem di Indonesia. 2023


Hutan rawa Ekosistem Daratan/Terestrial

1. Hutan yang berada pada habitat tanah aluvial dengan aerasi buruk karena tergenang terus-menerus ataupun secara
periodik.
2. Tipe ekosistem hutan ini banyak terdapat di Sumatra bagian timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Maluku, dan
Papua bagian selatan.
3. Vegetasi penyusun ekosistem hutan rawa bervariasi dari yang berupa rerumputan, palem dan pandan, sampai berupa
pepohonan menyerupai hutan pamah. Kekayaan jenis pohon dalam ekosistem ini umumnya rendah dengan beberapa
jenis di antaranya Eucalyptus deglupta, Shorea uliginosa, Campnosperma coriaceum, dan Xylopia malayana
Rawa Gambut
• Ekosistem yang tumbuh dan berkembang di atas tanah gambut
• Mempunyai pH dan unsur hara yang rendah
• Air tanah gambut berwarna kecokelatan
• Sekitar 62% dari hutan gambut dunia berada di Indo-Malayan, 80% di antaranya berada di Indonesia
• ± 300 jenis tumbuhan di hutan gambut tercatat di Sumatra

Sumber: Surianto Effendi, 2023

Pertemuan ke-3: Tipologi Ekosistem di Indonesia. 2023


Ekosistem Daratan/Terestrial
Karst dan Gua

• Ekosistem yang berada diareal batuan kapur karbonat


• Sangat peka terhadap perubahan lingkungan karena bentuk
topografinya, memiliki daya dukung rendah, dan sangat sulit
untuk diperbaiki apabila rusak

1. Eksokarst

• Eksokarst, yaitu lapisan batuan kapur permukaan atau disebut


juga ekosistem batu kapur.

2. Endokarst

• Gua merupakan bagian dari endokarst dan setiap gua


memiliki ornamen yang berbeda yang pada umumnya adalah
mengagum- kan

Rousettus amplexicaudatus
Pertemuan ke-3: Tipologi Ekosistem di Indonesia. 2023
Ekosistem Daratan/Terestrial
Savana
• Savana merupakan suatu penampilan fisiognomi tropik yang
dicirikan oleh kehadiran pepohonan dan semak belukar dalam
berbagai pola dengan kerapatan rendah serta berasosiasi
dengan berbagai jenis tumbuhan bawah yang didominasi oleh
rerumputan,
• Pohon dalam ekosistem savana umumnya kecil dan pendek,
tinggi sekitar 10 m dengan diameter batang tidak lebih dari 40
cm,
• Savana dapat berkembang, baik di daerah bercurah hujan
tinggi (curah hujan > 200 mm/ bulan) maupun di daerah
beriklim kering (curah hujan < 100 mm/bulan). Sumber: Widjaja et al., 2016
• Pada daerah bercurah hujan tinggi savana terbentuk di
wilayah pegunungan pada ketinggian di atas 1.500 m

Pertemuan ke-3: Tipologi Ekosistem di Indonesia. 2023


Ekosistem Pegunungan
Ekosistem Pegunungan

Indonesia memiliki wilayah pegunungan yang cukup luas dengan puncak gunung yang aktif ataupun tidak, tetapi hanya
sedikit yang mencapai ketinggian di atas 3.500 m. Pegunungan yang mencapai ketinggian di atas 4.000 m hanya terdapat di
Papua, yaitu Pegunungan Lorentz.
1. Hutan Pegunungan Bawah

• Batas antara hutan pamah dan hutan pegunungan bawah dapat ditemukan pada ketinggian 800–1.300 m dpl (Ashton,
2003)
• van Steenis & Kruseman (1950) mulai 1.000 hingga 1.500 m dpl.
• Kaya akan tumbuhan bawah seperti Orchidaceae, Rubiaceae dan Leguminosae
• Dominasi tumbuhan dari kelompok Fagaceae dan Lauraceae
• Nama lain, mintakat Fago-Lauraceous karena didominasi oleh suku Fagaceae, seperti Lithocarpus, Quercus dan
Castanopsis, dan suku Lauraceae, seperti Litsea, Neolitsea, dan Phoebe.
• Berbeda antar pulau tipe vegetasinya

Pertemuan ke-3: Tipologi Ekosistem di Indonesia. 2023


Ekosistem Pegunungan
2. Hutan Pegunungan Atas

• Kanopi terdiri atas satu lapis


• Tajuk hutan rendah
• Liana berkurang
• Epifit melimpah
• Melimpahnya lumut, dan paku-pakuan (Ashton, 2003)
• Jenis-jenis tumbuhan yang umum ditemukan di hutan ini
adalah anggota suku Ericaceae, seperti Rhododendron,
Vaccinium, dan Gaultheria serta jenis lain seperti
Aristatus piperata dan Phyllocladus hypophyllus
• Terdapat rawa lumut, yaitu salah satu tipe lahan basah
yang paling khas daerah pegunungan atas Indonesia,
yang dicirikan oleh endapan “spons gambut”, air asam,
dan lantai ditutupi oleh lumut Sphagnum yang tebal
sehingga menyerupai karpet

Sumber: Widjaja et al., 2016

Pertemuan ke-3: Tipologi Ekosistem di Indonesia. 2023


Ekosistem Pegunungan
3. Hutan Sub Alpin

• Hutan di zona sub-alpin terdapat pada ketinggian 2.400


hingga 3.000 m dpl;
• Habitat yang miskin hara dan jenis tanah berbatu
(litosol).
• Pohon berkuran kecil
• Tinggi pohon hanya mencapai sekitar 15 m sehingga
hanya terbentuk 2 lapisan kanopi hutan;
• Keragaman jenis pohon sedikit
4. Hutan Alpin

• Hutan pada ketinggian 4.100 sampai 4.600 m dpl


• Vegetasi pada tipe ini merupakan komuni- tas jenis-jenis
berkategori semak dengan tipe vegetasi padang rumput,
kerangas, dan tundra
• Vegetasi semak kerangas kerdil menem- pati puncak
punggung gunung dan lereng pada ke tinggian lebih dari Sumber: Widjaja et al., 2016
4.200 m dpl
• Tundra alpin tersebar pada ketinggian 4.230 hingga 4.600
m dpl dan telah tersingkap oleh adanya lelehan es secara
terus-menerus selama 30 tahun
Pertemuan ke-3: Tipologi Ekosistem di Indonesia. 2023
Ekosistem Daratan/Terestrial

Jenis-jenis lumut utama di antaranya adalah


Breutelia aristivolia, Epilobium detznerianum,
Gnaphalium breviscapum, Plantago
aundensis, dan Ranunculus spp.

Sumber: Widjaja et al., 2016

Pertemuan ke-3: Tipologi Ekosistem di Indonesia. 2023


Tipologi Ekosistem Global

A six-level hierarchy
1. The three upper levels go from global
to local scales.
2. The three lower levels of classification
are often in use in policy
infrastructure at national levels.
3. Understanding this hierarchy is crucial,
as important conservation action
occurs at local levels, where most
ecosystem-specific knowledge and
data reside.
Graphic from https://global-ecosystems.org/

Pertemuan ke-3: Tipologi Ekosistem di Indonesia. 2023


Tipologi Ekosistem Global
Konservasi Ekosistem
Ekoregion Daratan Indonesia Ekoregion Daratan
Bengkulu

Unit daratan atau perairan yang


dibatasi secara geografis oleh
komposisi jenis yang unik, komunitas
alamiah, dan kondisi-kondisi
lingkungan

Pertemuan ke-3: Tipologi Ekosistem di Indonesia. 2023


Ekoregion laut adalah
wilayah perairan Laut
dengan komposisi spesies
yang relative homogen,
yang jelas berbeda dari
sistem yang berdekatan
(Spalding et al., 2007).

Faktor pembeda dalam


mendefinisikan ecoregion
bervariasi dari lokasi ke
lokasi antara lain tingkat
isolasi, upwelling, masukan
nutrien, pengaruh air tawar,
rezim suhu, morfostruktur,
sedimen, arus, dan
kompleksitas batimetri
atau tipe pantai
Samudera Hindia Sebelah Barat Sumatera

Keanekaragaman hayati

1. Keragaman karang mencapai 387 spesies


2. Habitat Kepiting bakau (Scylla serrata) di P. Sieberut
3. Keanekaragaman ikan yang tinggi
4. Habitat penyu Sisik

Berdasarkan data IUCN:


1. Megamouth shark atau hiu mulut lebar (Megachasma
pelagicos) yang berstatus langka
2. Dugong atau duyung (Dugong dugon) berstatus rentan,
3. green turtle atau penyu hijau (Chelonia mydas)
berstatus genting;
4. Penyu belimbing (Dermochelys coriacea) berstatus kritis,
5. penyu sisik (Eretmochelys imbricata) berstatus kritis,
6. Buaya muara (Crocodylus porosus) berstatus rentan.
Kenapa perlu mempelajari tipe Ekosistem?

1. Biodiversity
2. Endemisity
3. Biogeography
4. Conservation
5. Ecosystem Services
6. Economic Values
Konservasi Ekosistem
Konservasi Ekosistem Ekosistem yang langka atau terancam di Sumatera dan indikasi kelas RePPProt dimana eekosistem tersebut terdapat
Status berdasarkan
Kelas RePPProt dimana ekosistem pendekatan kehati-
Pulau Zona elevasi Tipe Ekosistem terdapat hatian
Langka Terancam
Sumatera Dataran Rendah Hawa mangrove dan pasang surut KJP x
(0-500m) Hutan Pantai AKU x x
Hutan Riparian ANK, BKN, BLI x
Hutan Dipterokarpa Campuran di tanah Aluvial BKN x
Hutan Dipterokarpa campuran atau dataran tinggi di batuan sedimen AHK, BDD, BRW BYN x
Hunan Dipterokarpa campuran atau dataran tinggi di atas batuan vulkanik BBG, BBR, BMS, BTA, BTG, BTK x
Hutan Dipterokarpa campuran atau dataran tinggi di batuan malihan BGA, BPD, DKP
Hutan Dipterokarpa campuran atau dataran tinggi di batuan beku dalam
(granit) BBR x x
Hutan Dipterokarpa campuran atau dataran tinggi di batuan laut tua Tidak ada
Hutan Dipterokarpa campuran atau datran tinggi di batuan beku basal BMS, BTA x x
Hutan di batuan beku ultra basal
Hutan karst di tanah kapur AWY, BDD, GBJ x
Hutan Kerangas BRW x
Hutan Gambut BLK, BLI, BLW, GBT, MDW x
Rawa Air Tawar BKN, BLI x
Rawa Berumput ilalang ACG x
Lahan basah terbuka dan danau
Sub- Hutan Sub Pegunungan pada tanah kapur ANB, BDD x
pegunungan AHK, ANB,BBG, BDD, BGABGI, BMS, BPD,
(500-1000 m) Hutan Sub Pegunungan pada Substrat lain BPP,BRW,BTA, BTG, BTK, BYN

Pegunungan Hutan Pegunungan dan Pegunungan tinggi di tanah kapur ANB, BDD x
(>1000 m) Hutan Pegunungan dan Pegunungan tinggi pada substrat lain ANK, ANB,BGG, BBR, BDD, BGA
BGI, BMS, BYN,BPD, BPP, BRW, BTA
Padang Rumput di Pegunungan Montane pada variasi substrat dengan
ketinggian di atas 2000 m BPD, BPP, BRW, BTA,BYN x
Sumber Referensi

1. Keith, D.A., Ferrer-Paris, J.R., Nicholson, E. and Kingsford, R.T. (eds.) (2020). The IUCN Global Ecosystem Typology 2.0:
Descriptive profiles for biomes and ecosystem functional groups. Gland, Switzerland: IUCN.
2. Kementerian Lingkungan Hidup. 2013. Deskripsi Peta Ekoregion Laut Indonesia. Kementerian Lingkungan Hidup, Deputi
Tata Lingkungan. Jakarta. Indonesia.
3. MacKinnon, J. 1997. Protected Areas Review of the Indo-Malayan Realm. The Asian Bureau for Conservation Limited.
4. Meuller-Dumbois, D., Ellenberg, H. 2016. Vegetation Ecology: Aims & Methods. Terjemahan Kartawinata dan Abdulhadi.
LIPI dan Buku Obor.
5. Olson, David M. ,Dinerstein, Eric. 2002. The Global 200: Priority Ecoregions for Global Conservation. Ann. Missouri Bot.
Gard. 89(2):199-224.
6. Widjaja, E. A., Rahayuningsih, Y., Rahajoe, J. S., Ubaidillah, R., Maryanto, I., Walujo, E. B., Semiadi, G. 2014. Kekinian
Keragaman Hayati Indonesia. LIPI Press.

Anda mungkin juga menyukai