Makalah Pak Husen Wakalah Punya Cako

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

HADIS TENTANG WAKALAH


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Semester III
Mata Kuliah Hadis Ekonomi Syari’ah

Dosen Pembimbing :
Mohamad Nur Husen, M. H

Disusun Oleh :
Raden Ayu Sakhowatul Aghnia

PRODI EKONOMI SYARI’AH SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


SYARI’AH (STIES) BABUSSALAM KALIBENING
MOJOAGUNG JOMBANG
TAHUN 2024

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................
C. Tujuan Masalah................................................................
BAB II : PEMBAHASAN
A. Matan Hadist.....................................................................
B. Sanad Hadist.....................................................................
C. Kualitas Perawi.................................................................
D. Makna atau Kandungan Hadis Sesuai Perkembangan
Zaman...............................................................................
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam transaksi perdagangan luar negeri, terjadi hubungan dagang antara
penjual dari suatu negara dengan pembeli dari negara lainnya. Permasalahannya
adalah bagaimana menyelesaikan kondisi ini dimana antara penjual dan pembeli
dibatasi oleh jarak yang sangat jauh, sehingga transaksi dengan cara tunai jelas sangat
sulit dilakukan. Pembeli akan merasa khawatir jika ia mengirim uang lebih dahulu
sebelum barang tersebut sampai di tangannya. Sebaliknya penjual juga tidak bersedia
untuk melepas barangnya
sebelum ada kepastian pembayaran dari pembeli. Inti dari persoalannya adalah adanya
kekhawatiran dari kedua belah pihak terhadap resiko kerugian apabila salah satu ada
yang tidak memenuhi kewajibannya.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, maka diperlukan para wakil dari kedua
belah pihak atau adanya pihak ketiga dari bank yang memberikan jasa keperantaraan
dengan menjamin pembayaran pihak importir kepada pihak eksportir.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian wakalah menurut Islam?
2. Bagaimana penerapan wakalah di era modern?

B. Tujuan Masalah
1. Untuk memahami pengertian wakalah.
2. Untuk mengetahui penerapan jual beli di era modern.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Matan Hadis
‫َح َّد َثَنا َح ْر َم َلُة ْبُن َيْح َيى اْلِم ْص ِر ُّي َو ِإْبَر اِهيُم ْبُن َسِع يٍد اْلَج ْو َهِر ُّي َقااَل َح َّد َثَنا َأُبو َص اِلٍح َع ْبُد اْلَغ َّفاِر ْبُن َداُوَد اْلَح َّراِنُّي‬
‫َح َّد َثَنا اْبُن َلِهيَع َة َع ْن َأِبي ُز ْر َع َة َع ْم ِر و ْبِن َج اِبٍر اْلَح ْض َرِمِّي َع ْن َع ْبِد ِهَّللا ْبِن اْلَح اِر ِث ْبَن َج ْز ٍء الَّز ِبيِد ِّي َقال‬
‫َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َيْخ ُرُج َناٌس ِم ْن اْلَم ْش ِرِق َفُيَو ِّطُئوَن ِلْلَم ْهِد ِّي َيْع ِني ُس ْلَطاَنُه‬
“Telah menceritakan kepada kami Harmalah bin Yahya Al Mishri dan Ibrahim bin
Sa'id Al Jauhari keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Abu Shalih Abdul
Ghafar bin Daud Al Harrani telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah dari Abu
Zur'ah Amru bin Jabir Al Hadlrami dari Abdullah bin Al Harits bin Jaz`I Az Zabidi
dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sekelompok manusia
datang dari arah timur lalu menyerahkan kekuasaannya kepada Al Mahdi."”
(IBNUMAJAH - 4078)
Dari penjelasan hadis di atas bahwa Rasulullah menyerahkan kekuasaan kepada al
mahdi karena Rasulullah memiliki tanggung jawab yang lain maka dari itu Rasulullah
membutuhkan bantuan. Sehingga dapat diartikan bahwa wakalah boleh dilakukan
bagi setiap muslim yang mana pemilik kuasa boleh mencari pengganti lainnya untuk
melakukan sebuah tindakan yang tidak bisa dilakukan oleh pemilik kuasa. Oleh
karena itu, di era modern saat ini banyak sekali penjual mengalihkan kekuasaannya
untuk memberikan barang kepada pembeli memalui jasa kurir .
Dengan demikian hukum dari pengalihan tanggung jawab kepada kurir
menjadi boleh karena telah diapa yang terjadi bila jual beli tersebut tidak
membutuhkan berpisah dari tempat jual beli seperti jual beli online yang mana tidak
bisa bertemu langsung dengan si penjual, berikut penjelasannya
‫َح َّد َثَنا ُمَحَّم ُد ْبُن ُيوُسَف َح َّد َثَنا ُس ْفَياُن َع ْن َع ْبِد ِهَّللا ْبِن ِد يَناٍر َع ْن اْبِن ُع َم َر َرِض َي ُهَّللا َع ْنُهَم ا َع ْن الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه‬
‫َو َس َّلَم َقاَل ُك ُّل َبِّيَع ْيِن اَل َبْيَع َبْيَنُهَم ا َح َّتى َيَتَفَّر َقا ِإاَّل َبْيَع اْلِخَياِر‬
"Setiap dua orang yang melakukan jual beli dianggap tidak terjadi transaksi sah jual
beli hingga keduanya berpisah, kecuali jual beli yang tidak membutuhkan perpisahan"
(HR. Bukhori no. 1971)
Dari penjelasan tadi, bisa dimengerti bahwa wakalah adalahkhiyar boleh
dilakukan ketika masih belum berpisah kecuali jual beli yang tidak membutuhkan
perpisahan seperti jual beli online yang hanya menggunakan media internet tanpa

3
harus bertemu dengan si penjual. Maka hukum dari jual beli tersebut tetap menjadi
sah.
B. Sanad hadis
1.Hadist riwayat bukhari no.1971
Dari Nabi Muhammad dinishbatkan ke

Abdullah bin Al Harits Abdullah bin Lahi'ah


Amru bin Jabir
bin Juz''Abdullah

Harmalah bin Yahya


Abdul Ghaffar bin Daud
bin
bin Mihran bin Ziyad
'Abdullah bin Harmalah

C. Kualitas Perawi
Nama lengkap : A Muhammad bin Isma'il bin Ibrahim bin al Mughirah bin
Bardizbah.
Kuniyah beliau : Abu Abdullah
Nasab beliau:
1. Al Ju'fi; nisabah Al Ju'fi adalah nisbah arabiyyah. Faktor penyebabnya adalah
bahwasanya al Mughirah kakek Bukhari yang kedua masuk Islam berkat
bimbingan dari Al Yaman Al Ju'fi. Maka nisbah beliau kepada Al Ju'fi adalah
nisbah perwalian
2. Al Bukhari; yang merupakan nisbah kepada negri Imam Bukhari lahir
Tanggal lahir : Beliau dilahirkan pada hari Jum'at setelah shalat Jum'at 13 Syawwal
194 H
Tempat lahir: Bukhara
Masa kecil beliau: Bukhari dididik dalam keluarga yang berilmu. Bapaknya adalah
seorang ahli hadits, akan tetapi dia tidak termasuk ulama yang banyak meriwayatkan
hadits, Bukhari menyebutkan di dalam kitab tarikh kabirnya, bahwa bapaknya telah
melihat Hammad bin Zaid dan Abdullah bin Al Mubarak, dan dia telah mendengar
dari imam Malik, karena itulah dia termasuk ulama bermadzhab Maliki. Ayahnya
wafat ketika Bukhari masih kecil, sehingga dia pun diasuh oleh sang ibu dalam
kondisi yatim. Akan tetapi ayahnya meninggalkan Bukhari dalam keadaan yang
berkecukupan dari harta yang halal dan berkah. Bapak Imam Bukhari berkata ketika

4
menjelang kematiannya; "Aku tidak mengetahui satu dirham pun dari hartaku dari
barang yang haram, dan begitu juga satu dirhampun hartaku bukan dari hal yang
syubhat."

Perjalan beliau dalam menuntut ilmu


Kecerdasan dan kejeniusan beliau
kecerdasan dan kejeniusan Bukhari nampak semenjak masih kecil. Allah
menganugerahkan kepadanya hati yang cerdas, pikiran yang tajam dan daya hafalan
yang sangat kuat, sedikit sekali orang yang memiliki kelebihan seperti dirinya pada
zamannya tersebut. Ada satu riwayat yang menuturkan tentang dirinya, bahwasanya
dia menuturkan; "Aku mendapatkan ilham untuk menghafal hadits ketika aku masih
berada di sekolah baca tulis." Maka Muhammad bin Abi Hatim bertanya kepadanya;
"saat itu umurmu berapa?". Dia menjawab; "Sepuluh tahun atau kurang dari itu.
Kemudian setelah lulus dari sekolah akupun bolak-balik menghadiri majelis hadits
Ad-Dakhili dan ulama hadits yang lainnya. Ketika sedang membacakan hadits di
hadapan murid-muridnya, Ad-Dakhili berkata; 'Sufyan meriwayatkan dari Abu Zubair
dari Ibrahim.' Maka aku menyelanya; 'Sesungguhnya Abu Zubair tidak meriwayatkan
dari Ibrahim.' Tapi dia menghardikku, lalu aku berkata kepadanya, 'kembalikanlah
kepada sumber aslinya, jika anda punya.' Kemudian dia pun masuk dan melihat
kitabnya lantas kembali dan berkata, 'Bagaimana kamu bisa tahu wahai anak muda?'
Aku menjawab, 'Dia adalah Az Zubair. Nama aslinya Ibnu 'Adi yang meriwayatkan
hadits dari Ibrahim.' Kemudian dia pun mengambil pena dan membenarkan
catatannya. Dan dia pun berkata kepadaku, 'Kamu benar.' Maka Muhammad bin Abi
Hatim bertanya kepada Bukhari; "Ketika kamu membantahnya berapa umurmu?".
Bukhari menjawab, "Sebelas tahun."
Hasyid bin Isma'il menuturkan: bahwasanya Bukhari selalu ikut bersama kami
mondar-mandir menghadiri para masayikh Bashrah, dan saat itu dia masih anak kecil.
Tetapi dia tidak pernah menulis (pelajaran yang dia simak), sehingga hal itu berlalu
beberapa hari. Setelah berlalu 6 hari, kamipun mencelanya. Maka dia menjawab
semua celaan kami; "Kalian telah banyak mencela saya, maka tunjukkanlah kepadaku
hadits-hadits yang telah kalian tulis." Maka kami pun mengeluarkan catatan-catatan
hadits kami. Tetapi dia menambahkan hadits yang lain lagi sebanyak lima belas ribu
hadits. Dan dia membaca semua hadits-hadits tersebut dengan hafalannya di luar

5
kepala. Maka akhirnya kami mengklarifikasi catatan-catatan kami dengan
berpedoman kepada hafalannya.

Permulaannya dalam menuntut ilmu


Maka dengan harta tersebut Bukhari menjadikannya sebagai media untuk sibuk dalam
hal menuntut ilmu. Ketika menginjak usia 16 tahun, dia bersama ibu dan kakaknya
mengunjungi kota suci, kemudian dia tinggal di Makkah dekat dengan baitulah
beberapa saat guna menuntut ilmu.
D. Makna atau Kandungan Hadis Sesuai dengan Perkembangan Zaman
Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori no. 1937 memiliki makna yaitu
diperbolehkannya khiyar dalam jual beli selama penjual dan pembeli belum berpisah
dari tempat, dan jika kedua belah pihak berlaku jujur dan menampakkan cacat dari
dagangannya maka hukumnya menjadi sah.
Dan hadist tersebut ditegaskan kembali pada hadist yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhori no. 1971 karena menyesuaikan perkembangan zaman yang serba
media internet dan membuat antara penjual dan pembeli tidak bisa saling bertemu.
Hadist tersebut menjelaskan bahwa khiyar dalam jual beli boleh dilakukan ketika
masih belum berpisah kecuali jual beli yang tidak membutuhkan perpisahan seperti
jual beli online yang hanya menggunakan media internet tanpa harus bertemu dengan
si penjual, maka hukum dari jual beli tersebut tetap menjadi sah. Namun tetap saja
jual beli di media internet tetap menampakkan cacat dari barang dagangannya
tersebut, seperti foto dan keteranag lain.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

6
Jual beli yang di syari’atkan oleh Islam adalah jual beli yang teradapat khiyar
(pilihan untuk melangsungkan atau membatalkan jual beli) selama belum berpisah
dan kedua harus bersikap jujur serta menampakkan cacat dari barang dagangannya
agar jual beli menjadi sah dan berkah karena tidak ada unsur kebohongan .
Dan bagi jual beli yang tidak terdapat perpisahan atau pertemuan antara penjual
dan pembeli hukumnya tetap sah. Namun, tetap saja harus menampakkan cacat dari
barang dagangannya seperti lewat foto dan keterangan lain.

Catatan
1. matan hadis harus lengkap
2. belum ada biografi perawi
3. kualitas perawi dijelaskan pernama perawi (apakah itu termasuk golonganya dan
kualitas hafalanya : tsiqoh dll)
4. hadis ini termasuk golongan hadis apa? Shahih, hasan, maudhu’s

Anda mungkin juga menyukai