Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

HADIS HUKUM SOSIAL


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadis Hukum Sosial
Oleh Dosen Pembina :
Makhrus, M.A.

Oleh:
Dyna Tauhidah (204104020011)

PROGRAM STUDI ILMU HADITS


FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH ACHMAD SIDDIQ JEMBER
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratnya yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayahnya sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Makalah ini disusun dengan harapan dapat membantu teman-teman dalam proses
belajar Hadis Hukum Sosial. Di mana pada makalah ini membahas tentang Jual beli dan
Hukumnya. Kami menyadari bahwa pada makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karna
itu kami selalu mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Kemudian apabila ada kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf sebesar-besarnya.
Kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat
yang baik untuk kita semua, aamiin.

Probolinggo, 20 April 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
KATA PENGANTAR ................................................................................ i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
1.1. Latar Belakang Masalah...................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................ 1
1.3. Tujuan ................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................
2.1............................................................................................................... Definisi jual
beli........................................................................................................ 2
2.2............................................................................................................... Dasar hukum
jual beli................................................................................................. 2
2.3............................................................................................................... Syarat dan
Rukun jual beli ..................................................................................... 3

BAB III PENUTUP.........................................................................................


A. Kesimpulan........................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Jual beli merupakan salah satu hal yang tidak kalah serius dengan hal lain dari umat
Islam, karena sejak dahulu sampai sekarang manusia selalu mempraktikkannya. Namun
demikian, kenyataan di lapangan masih menunjukkan bahwa masyarakat belum
memahami pentingnya bermuamalah jual beli secara baik menurut Islam dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan karena selain kurangnya pengetahuan tentang
jual beli yang baik menurut ajaran Islam, juga karena mayoritas buku-buku tentang jual
beli yang ada tidak membahas secara khusus tentang muamalah jual beli, sehingga
pengetahuan tentang jual beli tidak mendalam. Selain itu jikapun ada yang mendetail
membahas tuntas jual beli hanya terdapat dalam kitab aslinya yang berbahasa Arab
sehingga hanya sedikit yang mengerti. Oleh karena itu dengan adanya tema ini pada mata
kuliah hadis hukum sosial, diharapkan menjadi alternatif bagi mahasiswa yang ingin
mengetahui dan mendalami serta mempraktikkan jual beli secara benar menurut konsep
ajaran Islam. Berikut rumusan masalah dari makalah ini.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa definisi jual beli?
2. Apa dasar hukum jual beli?
3. Apa saja rukun dan syarat jual beli
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi jual beli
2. Untuk memahami dan mengetahui dasar hukum jual beli
3. Untuk memahami rukun dan syarat jual beli

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi jual beli


Jual beli dalam bahasa arab berasal dari kata ( ‫ )البیع‬yang artinya menjual,
mengganti dan menukar (sesuatu dengan sesuatu yang lain) kata ( ‫ )البیع‬dalam bahasa
arab terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yaitu kata: ‫ الشراء‬dengan
demikian kata ( ‫ )البیع‬berarti kata jual dan sekaligus berarti kata "beli". Secara
terminologi terdapat beberapa definisi para ulama memberi pengertian dengan "saling
menukarkan harta dengan harta melalui cara tertentu", atau dengan makna "tukar
menukar sesuatu yang diingini dengan sepadan melalui cara tertentu yang
bermanfaat". Juga dijelaskan bahwa makna khusus pada pengertian pertama tadi
adalah ijab dan Kabul, atau juga bisa melalui saling memberikan barang dan
menetapkan harga antara pembeli dan penjual. Sedangkan pada pengertian kedua
menjelaskan bahwa harta yang diperjual belikan itu harus bermanfaat bagi manusia,
seperti menjual bangkai, minuman keras dan darah tidak dibenarkan dalam Islam.

2.2 Dasar hukum jual beli


Hukum asal jual beli adalah mubah (boleh). Allah SWT telah menghalalkan praktik
jual beli sesuai ketentuan dan syariat-Nya. Jual beli yang dilakukan tidak boleh
bertentangan dengan syariat agama Islam. Prinsip jual beli dalam Islam, tidak boleh
merugikan salah satu pihak, baik penjual ataupun pembeli. Jual beli harus dilakukan atas
dasar suka sama suka. Sebagaimana dalam hadis Nabi berikut:

‫يز بْنُ ُم َح َّم ٍد ع َْن دَا ُو َد ْب ِن‬ِ ‫َح َّدثَنَا ْال َعبَّاسُ بْنُ ْال َولِي ِد ال ِّد َم ْشقِ ُّي َح َّدثَنَا َمرْ َوانُ بْنُ ُم َح َّم ٍد َح َّدثَنَا َع ْب ُد ْال َع ِز‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِإنَّ َما‬
َ ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللا‬ َ َ‫ي يَقُو ُل ق‬ َّ ‫ْت َأبَا َس ِعي ٍد ْال ُخ ْد ِر‬
ُ ‫ح ْال َم ِدينِ ِّي ع َْن َأبِي ِه قَا َل َس ِمع‬ ٍ ِ‫صال‬ َ
ٍ ‫ْالبَ ْي ُع ع َْن تَ َر‬
‫اض‬

Artinya: Al-Abbas bin Al-Waleed Al-Dimashqi memberi tahu kami, Marwan bin
Muhammad memberi tahu kami, Abdul Aziz bin Muhammad memberi tahu kami, atas
otoritas Daoud bin Shalih Al-Madini, atas otoritas ayahnya, dia berkata, “Saya
mendengar seorang ayah Saeed Al-Khudri mengatakan Rasulullah, semoga Allah
memberkati dia dan memberinya kedamaian, berkata: “sesungguhnya jual beli itu harus
dilakukan atas suka sama suka”. (HR, Ibnu Hibban, Ibnu Majah, dan selain keduanya).

2
Hukum jual beli ada 4 macam, yaitu:
 Mubah (boleh), merupakan hukum asal jual beli.
 Wajib, apabila menjual merupakan keharusan, misalnya menjual barang
untuk membayar hutang.
 Sunah, misalnya menjual barang kepada sahabat atau orang yang sangat
memerlukan barang yang dijual.
 Haram, misalnya menjual barang yang dilarang untuk diperjualbelikan.
Menjual barang untuk maksiat, jual beli untuk menyakiti seseorang, jual beli
untuk merusak harga pasar, dan jual beli dengan tujuan merusak
ketenteraman masyarakat.

2.3 Rukun dan syarat jual beli


Jual beli dinyatakan sah apabila memenuhi rukun dan syarat jual beli. Rukun jual beli
berarti sesuatu yang harus ada dalam jual beli. Apabila salah satu rukun jual beli tidak

terpenuhi, maka jual beli tidak dapat dilakukan. Adapun rukun jual beli sebagai berikut:
1. Sighat
Adanya pernyataan para pihak untuk melakukan ijab dan qabul dari kedua belah
pihak,boleh dengan lafaz/ ucapan atau dengan tulisan.
2. Al Aqidain
Al – ‘Aqid (penjual dan pembeli) atau para pihak yang melakukan akad.
3. Mahallu Al- Aqd
Adanya objek akad, yaitu jasa dan benda yang berharga dan objek akad tersebut tidak
dilarang oleh syari’ah.
Berikut salah satu hadis yang melarang beberapa barang atau jasa:
‫ ومهر‬، ‫وعن أبي مسعود األنصاري رضي هللا عنه (أن رسول ہللا ﷺ نهی عن ثمن الكلب‬
‫ وحلوان الكاهن الكاهن ) متفق عليه‬، ‫البغي‬
Artinya: Dari Abu Sa’id Al- Anshori r.a (Sesungguhnya Nabi Saw bersabda:
“Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam melarang hasil penjualan anjing, penghasilan
pelacur dan upah perdukunan”.
4. Obyek akad harus jelas dan dikenali para pihak
5. Obyek akad harus suci, bukan najis

3
Jual beli dikatakan sah, apabila memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Persyaratan
itu untuk menghindari timbulnya perselisihan antara penjual dan pembeli akibat

adanya kecurangan dalam jual beli, Syarat jual beli sebagai berikut:
1. Syarat orang yang berakad:
 Berakal.
 Yang melakukan akad itu adalah orang yang berbeda, tidak sekaligus menjadi
penjual atau pembeli.
2. Syarat-syarat yang berkaitan dengan ijab Kabul
 Orang yang mengucapkannya telah balig dan berakal.
 Kabul sesuai dengan ijab.
 Ijab dan kabul dilakukan dalam satu majelis.
3. Syarat barang yang diperjual belikan
 Barang yang dijual ada atau tidak ada di tempat, tetapi pihak penjual
menyatakan kesanggupan untuk mengadakan barang itu.
 Barang yang di jual memiliki manfaat.
 Barang yang dijual adalah milik penjual atau milik orang lain yang
dipercayakan kepadanya untuk dijual.
 Barang yang dijual dapat diserahterimakan sehingga tidak terjadi penipuan
dalam jual beli.
 Barang yang dijual dapat diketahui dengan jelas baik ukuran, bentuk, sifat dan
bentuknya oleh penjual dan pembeli. contoh dalam hadis:
‫ و كان بيعا يبتاعة أهل‬،‫وعنه رضي هللا عنه (أن رسول ہللا ﷺ نهى عن بيع جبل الحبلة‬
‫ كان الرجل يبتاع الجزور إلى أن تنتج الناقةثم تنتج ااتي في بطنها)) متفق عليه‬: ‫الجاهلية‬
‫ واللفظ للبخاري‬،
Artinya; “Dan atas dia (Ibnu Amr) semoga Allah meridhoinya (bahwa
Rasulullah SAW melarang penjualan binatangdalam kandungan, dan itu adalah
penjualan yang dibeli oleh orang-orang pada zaman pra-Islam. : Seorang laki-
laki akan membeli anak unta sampai unta betina itu melahirkan, kemudian unta
itu melahirkan unta dalam kandungannya)) Disepakati, dan perkataannya
adalah oleh Bukhari.
4. Syarat sah nilai tukar (harga barang)
Termasuk unsur terpenting dalam jual beli adalah nilai tukar dari barang yang
di jual (untuk zaman sekarang adalah uang). Ijab adalah pernyataan penjual barang

4
sedangkan Kabul adalah perkataan pembeli barang. Dengan demikian, ijab kabul
merupakan kesepakatan antara penjual dan pembeli atas dasar suka sama suka. Ijab
dan kabul dikatakan sah apabila memenuhi syarat sebagai berikut:
 Kabul harus sesuai dengan ijab.
 Ada kesepakatan antara ijab dengan kabul pada barang yang ditentukan
mengenai ukuran dan harganya.
 Akad tidak dikaitkan dengan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan akad,
misalnya: “Buku ini akan saya jual kepadamu Rp10.000,00 jika saya
menemukan uang”.
 Akad tidak boleh berselang lama, karena hal itu masih berupa janji.

5
BAB III

PENUTUP

3.1 . Kesimpulan

Jual beli adalah peralihan kepemilikan dengan cara pergantian menurut bentuk yang
diperbolehkan oleh syara’. Hukum melakukan jual beli adalah boleh (‫ )جواز‬atau (‫)مباح‬.
Rukun jual beli ada tiga yaitu, adanya ‘aqid (penjual dan pembeli), ma’qud ‘alaih (barang
yang diperjual belikan), dan sighat (ijab qobul). Syaratnya ‘aqid baligh dan berakal, islam
bagi pembeli mushaf, dan tidak terpaksa, syarat bagi ma’qud ‘alaih adalah suci atau
mungkin disucikan, bermanfaat, dapat diserah terimakan secara cepat atau lambat, milik
sendiri, diketahui/dapat dilihat. Syarat sah shighat adalah tidak ada yang membatasi
(memisahkan), tidak diselingi kata-kata lain, tidak dita’likkan (digantungkan) dengan hal
lain, dan tidak dibatasi waktu.
Jual beli ada tiga macam yaitu, menjual barang yang bisa dilihat hukumnya boleh/sah,
menjual barang yang disifati (memesan barang) hukumnya boleh/sah jika barang yang
dijual sesuai dengan sifatnya (sesuai promo), menjual barang yang tidak kelihatan
Hukumnya tidak boleh/tidak sah.

6
DAFTAR PUSTAKA

Syaifullah, M. S. Etika Jual Beli dalam Islam. 2017.IAIN Palu : Hunafa


Kitab Bulughul Marom
https://doc.lalacomputer.com/makalah-jual-beli-dalam-islam/
https://islamic-content.com/hadeeth/1230/id

Anda mungkin juga menyukai