Anda di halaman 1dari 31

TEKNIK SOSIODRAMA MELALUI BIMBINGAN

KELOMPOK UNTUK MENGEMBANGKAN


PERILAKU SANTUN SISWA KELAS XI SMKN 1
PURWAKARTA

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Universitas Ahmad Dahlan untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
Dinda Tri Ananda Kardiwan
1800001052

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1

B. Identifikasi Masalah.....................................................................................5

C. Pembatasan Masalah....................................................................................5

D. Rumusan Masalah........................................................................................5

E. Tujuan Penelitian.........................................................................................6

F. Manfaat Penelitian.......................................................................................6

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR PENELITIAN.............7

A. Landasan Teori.............................................................................................7

1. Perilaku Santun......................................................................................7

a. Pengertian Perilaku............................................................................7

b. Pengertian Perilaku Santun................................................................7

c. Aspek-Aspek Perilaku Santun...........................................................8

d. Indikator Perilaku Santun.................................................................10

e. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Santun...................................12

f. Upaya Mengembangkan Perilaku Santun............................................13

2. Layanan Bimbingan Kelompok dalam Teknik Sosiodrama................14

a. Pengertian Bimbingan Kelompok....................................................14

b. Tujuan Bimbingan Kelompok..........................................................15

c. Tahapan dalam Bimbingan Kelompok............................................16

d. Pengertian Sosiodrama.....................................................................19

ii
e. Tujuan Sosiodrama..........................................................................19

f. Langkah-Langkah dalam Sosiodrama.................................................20

B. Kajian Penelitian Relevan..........................................................................21

C. Kerangka Pikir...........................................................................................25

D. Hipotesis Penelitian....................................................................................28

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Suku Sunda sangat terkenal dengan budaya dan bahasanya. Masyarakat

suku Sunda dikenal sebagai sekelompok masyarakat dengan kehidupan yang

rukun, saling mengayomi, saling membantu dan selalu santun dalam berbahasa

(Akbar, M.H., & Sariyati, 2017). Wilayah kabupaten Purwakarta yang terletak di

Jawa Barat ini sebagian besar penduduknya berasal dari Sunda dan beberapa

masyarakat pedagang yang berasal dari etnis Tionghoa dan Arab. Masyarakat

Sunda sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan, hal tersebut yang menjadi

masyarakat Sunda dikenal sebagai masyarakat yang murah hati dan baik terhadap

sesama, terutama pada orang yang lebih tua (Hidayat & Hafiar, 2019). Salah satu

kekayaan budaya diantara sekian banyaknya yaitu bahasa. Bahasa menjadi

cerminan kepribadian dan perilaku seseorang. Ketika seseorang berbahasa

menggunakan bahasa yang santun maka orang tersebut merupakan pribadi yang

santun, begitu juga sebaliknya apabila seseorang menggunakan bahasa yang kasar

penggunaan bahasa tersebut tidak santun.

Remaja merupakan masa peralihan pada masa anak dan dewasa

(Arumsari, 2020). Hal tersebut dikarenakan adanya perubahan fisik maupun

psikis yang sangat cepat dan dapat mengganggu kestabilan kepribadian siswa.

Perubahan pada masa remaja akan mempengaruhi perilaku di masa depan.

1
Terdapat beberapa fenomena yang dimana remaja kurang dalam berbahasa santun,

terutama remaja yang duduk di bangku sekolah menengah berbicara kasar dan

jorok dihadapan orang tua dan guru. Selain itu terdapat beberapa remaja yang

ketika berpapasan dengan gurunya tidak menyapa. Maka dari itu perlu adanya

bimbingan dari seorang guru agar perkembangan perilaku santun dapat

berkembang dengan baik.

Perilaku santun dapat diartikan sebuah peraturan hidup yang timbul karena

pergaulan sekelompok manusia dalam masyarakat (Salsabila et al., 2021). Salah

satu yang mempengaruhi perkembangan perilaku sopan santun adalah proses

orang tua membimbing anaknya untuk mengenalkan berbagai aspek kehidupan

social (Suryani, 2017).

Faktor perkembangan perilaku santun siswa dalam sehari-hari dipengaruhi

oleh tiga faktor, yaitu faktor orangtua yang berpengaruh besar terhadap perilaku

santun anaknya, faktor masyarakat yang menunjukkan keharmonisan suatu

lingkungan sangat berpengaruh dalam menentukan sikap seseorang, dan faktor

sekolah dimana guru dan teman sebaya hendaknya bersikap sehingga dapat

menjadi contoh untuk siswa (Muzaki & Casmini, 2020).

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di SMKN 1 Purwakarta

banyak siswa yang kurang santun dalam bertutur sapa dengan guru dan orang

yang lebih tua. Tidak sedikit siswa menggunakan bahasa yang kurang baik, dan

sering sekali menggunakan kata yang kasar bahkan mengandung unsur SARA.

Hal tersebut dikarenakan pengaruh dari lingkungan rumah dan keluarga. Banyak

orangtua yang terlalu mendiamkan anaknya dikarenakan sibuk bekerja dan broken

2
home. Selain itu, perilaku yang kurang santun ini dipengaruhi oleh jaringan

internet yang luas, seperti penggunaan media sosial yang berdampak pada

perilaku santun siswa. (Saniyyah et al., 2021) berpendapat bahwa penggunaan

media sosial yang terlalu sering akan membuat siswa tidak peduli dengan

lingkungan sekitar, sehingga siswa sulit memahami etika dalam bersosialisasi.

Dalam penelitian yang dilakukan (Suryani, 2017) terdapat indikator yang

menunjukkan adanya siswa berperilaku tidak santun, diantaranya : (1) berbicara

dengan keras; (2) berkata kotor; (3) menyela pembicaraan. Sedangkan perilaku

santun dalam pandangan (Kurnia et al., 2020) terdapat 4 indikator, yakni : (1)

menghormati orang yang lebih tua; (2) menerima sesuatu dengan tangan kanan;

(3) tidak berkata kotor, kasar, dan sombong; (4) tidak meludah di sembarang

tempat. Beberapa temuan hasil riset mengenai indikator perilaku santun dan tidak

santun patut menjadi perhatian berbagai pihak. Salah satu pihak strategis yang

bertanggungjawab atas perilaku santun ini ialah guru bimbingan dan konseling.

Salah satu tugas guru Bimbingan dan Konseling yaitu sebagai wadah

untuk mengawal perkembangan perilaku siswa. Dalam penelitian ini, masalah

yang diangkat adalah para siswa SMKN 1 Purwakarta. Terdapat beberapa upaya

guru BK dalam mengembangkan perilaku santun siswa diantaranya layanan

orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan

penguasaan konten, layanan konseling perorangan, layanan bimbingan

kelompok, layanan konseling kelompok, layanan konsultasi, layanan mediasi

dan layanan advokasi (Prayitno, 2013).

3
Penelitian ini menggunakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik

sosiodrama. Layanan bimbingan kelompok adalah layanan yang membantu siswa

dalam mengembangkan kemampuan pribadi, meningkatkan kemampuan

mengambil keputusan, dan melakukan kegiatan dengan menggunakan dinamika

kelompok. Dalam bimbingan kelompok, seluruh anggota kelompok dapat saling

berkomunikasi, bebas dalam mengemukakan pendapat, dan dapat memberikan

tanggapan yang bermanfaat untuk pesertanya sendiri maupun anggota kelompok

yang lain (Sitorus, 2021).

Menurut (Winkel, 2012) sosiodrama adalah sebuah teknik permainan

peran yang dimana permasalahannya dapat timbul dari orang-orang sekitar, dan

juga termasuk permasalahan yang sering dialami dalam pergaulan sosial. Teknik

sosiodrama dapat dijadikan sebuah alat dalam membantu siswa yang berperilaku

kurang santun terhadap orang disekitar (Arumsari, 2020). Pemilihan teknik

sosiodrama ini dikarenakan adanya permasalahan yang berkaitan dengan masalah

sosial yaitu kurangnya perilaku santun siswa di lingkungan sekolah, maka

sosiodrama dipandang tepat dalam meningkatkan perilaku santun siswa. Hal

tersebut dilakukan oleh beberapa hasil penelitian yang mendukung diantaranya,

penelitian yang dilakukan (Utomo, D.P., Masturi, M., & Mahardika, 2021)

layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama dapat meningkatkan

perilaku santun remaja. Selanjutnya, pada penelitian (Muzaki & Casmini, 2020)

menunjukkan bahwa metode sosiodrama dalam bimbingan kelompok berpengaruh

terhadap perilaku santun siswa di MAN 3 Bantul.

4
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik

mengadakan penelitian dengan judul “Teknik Sosiodrama Melalui Bimbingan

Kelompok Untuk Mengembangkan Perilaku Santun Siswa Kelas XI SMKN 1

Purwakarta.”

B. Identifikasi Masalah

Dari beberapa uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang, maka

dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut :

1. Kurangnya perilaku santun siswa dalam berbicara.

2. Adanya faktor yang mempengaruhi siswa berbicara tidak santun.

3. Adanya sikap dalam gaya berbicara siswa yang tidak santun.

C. Pembatasan Masalah

Merujuk pada identifikasi masalah, penelitian ini akan mengkaji tentang

bimbingan kelompok dengan sosiodrama untuk mengembangkan perilaku santun

siswa.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan

pada penelitian ini, yakni “Apakah perilaku santun Siswa SMKN 1 Purwakarta

dapat dikembangkan melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik

sosiodrama?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan pada penelitian ini untuk

mengetahui gambaran pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan teknik

5
sosiodrama dalam mengembangkan perilaku santun siswa kelas XI SMKN 1

Purwakarta.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara teoritis

Penelitian ini berimplikasi pada pengembangan keilmuan bimbingan dan

konseling terutama berkaitan dengan layanan bimbingan kelompok pada teknik

sosiodrama dalam menghadapi perilaku santun remaja.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan guru dapat menjadi panduan

dalam menangani siswa berperilaku kurang santun.

b. Bagi siswa, siswa dapat memahami risiko perilaku kurang santun,

sehingga dapat mengembangkan perilaku yang lebih santun.

c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan dalam

mengembangkan tata tertib untuk mengembangkan perilaku santun siswa.

6
BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR PENELITIAN

A. Landasan Teori

1. Perilaku Santun

a. Pengertian Perilaku

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) perilaku adalah

tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.

Perilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh seseorang dalam

menanggapi rangsangan lingkungan, termasuk rangsangan motorik,

kognitif, dan emosional (Nasution, 2015). Perilaku memiliki arti bahwa

Maka dapat disimpulkan bahwa, perilaku merupakan suatu reaksi

seseorang terhadap rangsangan dari luar yang akan menimbulkan suatu

gerakan atau perbuatan.

b. Pengertian Perilaku Santun

Santun dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) merupakan

halus, baik (budi bahasanya, tingkah lakunya). Maka santun adalah

perilaku seseorang yang baik dalam budi bahasa dan tingkah lakunya.

Menurut (Sumarna, 2015) kesantunan adalah aturan perilaku yang

disepakati oleh kebersamaan masyarakat sehingga kesantunan menjadi

prasyarat yang disepakati oleh perilaku sosial. Sedangkan menurut

(Faridah et al., 2016) perilaku santun adalah bagian dari perilaku yang

7
berupa pengungkapan dari moral seseorang. Maka dari itu kesantunan

disebut dengan “tatakrama”. Sehingga perilaku santun adalah suatu

tindakan untuk menjaga perasaan orang lain melalui ucapan dan tindakan

(Sukirman, 2017). Perilaku santun dianggap sebagai norma yang tidak

tertulis, yang dimana norma tersebut adalah yang mengatur bagaimana kita

berperilaku (Kurnia et al., 2020). Dari beberapa pendapat ahli diatas

mengenai perilaku santun dapat disimpulkan bahwa perilaku santun adalah

suatu reaksi seseorang untuk menjaga perasaan seseorang melalui ucapan

dan tindakan.

Perwujudan dari perilaku santun ialah perilaku seseorang dalam

menghormati orang lain melalui bahasa yang tidak merendahkan orang

lain (Juwita, 2017). Bahasa merupakan cerminan dalam kepribadian

seseorang.. Perilaku santun yang dimaksud, seperti berbicara yang halus,

tingkah laku yang baik, berpakaian sesuai dengan aturan yang berlaku,

sabar, menghargai dan menghormati orang yang lebih tua. Dalam

kehidupan sehari-hari perilaku santun, akan memberikan dampak positif

untuk masyarakat sekitar.

c. Aspek-Aspek Perilaku Santun

Aspek perilaku santun ini perlu diperhatikan oleh siswa terutama

dalam pergaulan sehari-hari. Menurut (Fauzi, 2012) terdapat 6 aspek

dalam sopan santun diantaranya :

1) Sifat bijaksana, seseorang yang bertutur kata dan berpengang

teguh dalam melaksanakan kebijaksanaannya dapat dikatakan

8
orang yang santun. Apabila ia melaksanakan kebijaksanaannya

dengan baik ia akan terhindarkan dari sifat iri, dengki, dan sifat

lain yang tercela.

2) Kemurahan hati, seseorang yang murah hati diharapkan dapat

menghomati orang lain. Penghormatan kepada orang lain akan

terjadi apabila ia dapat mengurangi keuntungannya dan

memaksimalkan keuntungan orang lain.

3) Menghargai orang lain, orang akan dianggap berperilaku santun

apabila ia dapat menghargai orang lain.

4) Kerendahan hati, seseorang yang rendah hati diharapkan dapat

bersikap rendah hati dengan cara mengurangi pujian dari diri

sendiri, karena jika terlalu memuji diri sendiri orang akan

menganggap kita adalah orang yang sombong.

5) Pemufakatan, maksud dari pemufakatan ini seseorang

dikatakan santun apabila dalam suatu kegiatan dapat saling

membina kemufakatan atau kecocokan antara satu sama lain.

Dalam pemufakatan seseorang tidak boleh membantah

perkataan orang yang sedang berbicara.

6) Simpati terhadap orang lain. Seseorang yang berperilaku santun

diharapkan dapat memberikan simpati kepada orang lain,

bentuk simpati sendiri misalnya dengan memberi senyuman,

anggukan, gandengan tangan, dan lain-lain.

9
Dari beberapa aspek perilaku santun yang telah dipaparkan dapat

diambil kesimpulan bahwa, aspek dalam perilaku santun diantaranya : (a)

memiliki sikap yang bijaksana; (b)kemurahan hati; (c) menghargai orang

lain; (d) rendah hati; (e) kemufakatan; dan (f) memiliki rasa simpati.

d. Indikator Perilaku Santun

Terdapat beberapa indikator dalam perilaku santun diantaranya

menurut Baiq Sholatiyal dalam (Redah, E. Hambali, D. Dadi, 2013) :

1) Menghormati orang yang lebih tua.

Menghormati orang yang lebih tua merupakan hal yang harus

dilakukan oleh setiap anak. Mendengarkan orang yang lebih tua,

tidak membantah dengan apa yang diperintah oleh orang tua

merupakan contoh dalam menghormati orang yang lebih tua.

2) Tidak berkata kotor, kasar, dan takabur.

Berkata kotor, kasar, dan takabur adalah perbuatan yang tercela.

Anak yang berperilaku santun harus berbicara dengan lembut

dan tidak pernah merendahkan orang lain.

3) Tidak meludah di sembarang tempat.

Meludah sembarang tempat adalah perilaku yang buruk. Dalam

berperilaku santun harus melakukan perbuatan yang baik salah

satunya tidak meludah di sembarang tempat. Peran lingkungan

sangat berpengaruh, karena lingkungan yang baik akan

membuat seseorang berperilaku yang baik pula.

4) Tidak menyela pembicaraan.

10
Ketika seseorang sedang berbicara, alangkah baik kita

mendengarkannya terlebih dahulu, dan membiarkan orang

tersebut berbicara hingga pembicaraannya selesai, karena

menyela pembicaraan seseorang merupakan perilaku yang tidak

santun.

5) Mengucapkan terima kasih setelah menerima bantuan orang

lain.

Wujud membalas kebaikan seseorang salah satunya

mengucapkan terima kasih. Ungkapan rasa terima kasih

merupakan kata yang sederhana namun penuh dengan makna.

Kata terima kasih dapat membuat seseorang senang dan

termasuk berperilaku santun.

6) Bersikap 3S (Senyum, Sapa, Salam).

Senyum dapat membuat orang sekitar terutama orang yang lebih

tua merasa dihormati. Sapa adalah sebuah bentuk yang dapat

mempererat silaturahmi, siswa perlu diajarkan sikap saling

menyapa agar dapat menumbuhkan sikap hati yang lembut

terhadap sesama. Sedangkan, salam merupakan sapaan yang

ketika berpapasan dengan orang yang dikenal dapat

mengucapkan salam.

7) Meminta izin ketika akan memasuki ruangan atau menggunakan

barang milik orang lain.

11
Apabila seseorang akan memasuki ruangan alangkah baiknya

meminta izin terlebih dahulu, karena hal tersebut termasuk

perilaku santun. Siswa perlu diajarkan bagaimana meminta izin

ketika akan menggunakan barang milik temannya. Hal tersebut

dikarenakan dapat mempunyai kebiasaan berperilaku santun.

Dari beberapa indikator yang telah dipaparkan dapat diambil

kesimpulan bahwa terdapat 7 indikator dalam perilaku santun, yaitu (a)

menghormati orang yang lebih tua; (b) tidak berkata kotor, kasar, dan

takabur; (c) tidak meludah di sembarang tempat; (d) tidak menyela

pembicaraan; (e) mengucapkan rasa terima kasih ketika menerima bantuan

dan hadiah dari orang lain; (f) bersikap 3S; dan (g) meminta izin ketika

akan keluar masuk ruangan atau menggunakan barang orang lain.

e. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Santun

Menurut Suharti dalam (Muzaki & Casmini, 2020) perilaku santun

siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :

1) Faktor keluarga, orang tua sangat berpengaruh terhadap

perilaku sopan santun anaknya, segala perkataan dan perbuatan

orang tua adalah sebagai contoh untuk anaknya

2) Faktor masyarakat, keharmonisan suatu lingkungan

menentukan sifat anak yang adaptif ataupun maladaptif

3) Faktor sekolah, perilaku guru dan dan teman hendaknya

bersifat adaptif sehingga dapat menjadi contoh seorang anak

12
Dari beberapa faktor yang telah dipaparkan dapat disimpulkan

bahwa faktor lingkungan sekitar sangat berpengaruh untuk kesantunan

siswa. Perilaku santun dapat dilakukan dimana dan kapan saja, sesuai

dengan kebutuhan lingkungan tempat dan waktu dikarenakan perilaku

santun bersifat relative yang dimana perilaku santun berbeda di setiap

tempat baik lingkungan rumah, sekolah, pergaulan dan lain sebagainya

(Kurnia et al., 2020).

f. Upaya Mengembangkan Perilaku Santun

Dalam mengembangkan perilaku santun seseorang, diperlukannya

lingkungan yang baik. Seorang anak pasti akan mencontoh perilaku dari

orang tua. Orang tua merupakan role model bagi anak-anaknya, sedangkan

anak merupakan peniru yang unggul. Maka dari itu, peran orang tua sangat

penting dalam berperilaku santun. Jika, orang tua berperilaku santun,

anakpun akan meniru orang tuanya.

Selain peran orang tua yang penting dalam mengembangkan

perilaku santun, peran lingkungan tidak kalah penting untuk

mengembangkan perilaku santun. Lingkungan yang baik akan berpengaruh

dengan perilaku seseorang. Upaya mengembangkan perilaku santun

menurut Bachtiar dalam (Nurjanah et al., 2014), yaitu (a) mengajarkan

anak untuk selalu mengucapkan terima kasih ketika mendapatkan

pertolongan atau mendapatkan hadiah; (b) mengajarkan anak terbiasa

mengucapkan tolong, namun tidak memaksakan kehendak; (c)

mengajarkan anak menggunakan kata maaf, agar anak terbiasa ketika

13
melakukan kesalahan mengucapkan maaf. Upaya tersebut dapat

mengajarkan anak untuk berperilaku santun, dengan mengucapkan terima

kasih, tolong, dan maaf anak akan terbiasa untuk menghargai orang lain,

tidak memaksakan kehendak, dan mempunyai sikap yang sabar.

2. Layanan Bimbingan Kelompok dalam Teknik Sosiodrama

a. Pengertian Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok adalah suatu layanan dalam bimbingan

dalam suasana berkelompok (Prayitno, 2013) bimbingan kelompok adalah

sebuah proses pengarahan yang dilakukan oleh seorang pembimbing

(konselor) di dalam lingkup kelompok pada satu waktu (Fadilah, 2019).

Istilah bimbingan kelompok mengacu kepada layanan informasi ataupun

pengalaman dengan menggunakan aktivitas kelompok. Menurut (Roshita,

2015) layanan bimbingan kelompok adalah suatu layanan yang dapat

membantu siswa untuk mengembangkan pribadi, keterampilan

berhubungan sosial, kegiatan belajar, karir, pengambilan keputusan, dan

kegiatan tertentu lainnya dengan menggunakan dinamika kelompok.

Berdasarkan dari beberapa pendapat tersebut, bimbingan kelompok adalah

suatu layanan yang mampu membantu/mengarahkan peserta didik yang

dilakukan oleh seorang konselor untuk mengembangkan pribadi,

kemampuan hubungan sosial, dalam kegiatan belajar, karir, pengambilan

keputusan, pada suatu dinamika kelompok.

Layanan bimbingan kelompok, segala aktivitas, dan dinamika

kelompok perldiwujudkan untuk membahas hal yang berguna untuk

14
perkembangan siswa yang menjadi peserta layanan bimbingan kelompok

(Tohirin, 2014). Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok hendaknya

dilakukan sesuai dengan kebutuhan anggota kelompok dan perlu persiapan

dengan baik sebelum dimulainya kegiatan bimbingan kelompok. Dalam

pelaksanaan layanan bimbingan kelompok diperlukan dinamika kelompok,

yang dimana pada kegiatan ini diperlukannya pertukaran ide, pendapat,

dan pemikiran setiap anggota kelompok agar dapat memungkinkan

terjadinya interaksi, keakraban, dan saling memotivasi, sehingga peserta

didik dapat menjadi lebih yakin pada diri masing-masing (Amri et al.,

2016). Secara khusus dinamika kelompok dimanfaatkan untuk pemecahan

masalah pribadi anggota kelompok, yaitu apabila interaksi dalam

kelompok difokuskan untuk memecahkan masalah (Prayitno, P. Afdal, A.,

Ifdil, I., Ardi, 2017).

b. Tujuan Bimbingan Kelompok

Menurut (Juliawati, 2014) tujuan layanan bimbingan kelompok

adalah untuk mengembangkan kemampuan bersosialisasi khususnya pada

kemampuan berkomunikasi anggota kelompok dan dapat mendorong

peserta didik untuk mengembangkan nilai rasa, pemikiran, persepsi,

wawasan dan pengetahuan, serta sikap untuk mewujudkan tingkah laku

yang efektif. Sedangkan, menurut (Prayitno, 2013) tujuan bimbingan

kelompok dibagi dua, yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan bimbingan

kelompok secara umum adalah untuk membantu anggota kelompok yang

mengalami masalah melalui prosedur kelompok. Sedangkan tujuan

15
bimbingan kelompok secara khusus adalah untuk melatih anggota

kelompok dapat berani mengungkapkan pendapat dihadapan anggota

kelompok yang lain, dapat melatih anggota kelompok untuk terbuka dalam

kelompok, dapat saling akrab dengan anggota kelompok lain, serta dapat

membantu anggota kelompok dalam mengenali dan memahami dirinya

dalam berhubungan dengan orang lain.

Berdasarkan tujuan bimbingan kelompok yang telah dipaparkan,

maka dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan bimbingan kelompok adalah

untuk mengembangkan dan membantu anggota kelompok dalam

mengembangkan nilai rasa, pemikiran, wawasan dan pengetahuan

dihadapan anggota lainnya agar anggota keompok dapat terbuka, saling

akrab dan dapat memahami dirinya dalam berhubungan dengan orang lain.

c. Tahapan dalam Bimbingan Kelompok

Menurut (Tohirin, 2014) bimbingan kelompok perlu menempuh 6

tahap kegiatan, diantaranya :

1) Perencanaan, yang mencakup :

a) Mengidentifikasi topik yang akan dibahas

b) Membentuk kelompok

c) Menyusun jadwal

d) Menetapkan prosedur layanan

e) Menetapkan fasilitas

f) Menyiapkan kelengkapan administrasi

2) Pelaksanaan, yang mencakup :

16
a) Membicarakan rencana layanan

b) Mengorganisasikan kegiatan layanan

c) Menyelenggarakan layanan

3) Evaluasi, yang mencakup :

a) Menetapkan materi evaluasi

b) Menetapkan prosedur dan standar evaluasi

c) Menyusun instrumen evaluasi

d) Mengolah hasil evaluasi

4) Analisis hasil evaluasi, yang mencakup :

a) Menetapkan norma

b) Melakukan analisis

c) Menafsirkan analisis

5) Tindak lanjut, yang mencakup :

a) Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut

b) Membicarakan arah tindak lanjut dengan pihak terkait

c) Melaksanakan tindak lanjut

6) Laporan, yang mencakup :

a) Menyusun laporan

b) Menyampaikan laporan kepada kepala sekolah

c) Mendokumentasikan laporan layanan

Sedamgkan, menurut (Prayitno, P. Afdal, A., Ifdil, I., Ardi, 2017)

kegiatan layanan bimbingan kelompok dibagi menjadi empat tahapan

yaitu:

17
1) Tahap I : Pembentukan

2) Tahap II : Peralihan

3) Tahap III : Kegiatan Inti

4) Tahap IV : Pengakhiran

Pada tahap pembentukan, umumnya anggota kelompok

memperkenalkan diri dan mengungkapkan harapan satu sama lain. Pada

tahap peralihan, tahap yang merupakan tahap jembatan antara tahap

pembentukan dan inti, dimana kegiatan pada tahapan ini sebagai berikut :

(1) menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan (2) menanyakan kepada

anggota kelompok mengenai kesiapannya untuk memulai kegiatan di

tahapan selanjutnya (3) membahas suasana yang terjadi (4) meningkatkan

suasana anggota kelompok. Sedangkan pada tahap kegiatan inti, pada

kegiatan inti teknik kegiatan yang dilakukan dalam bimbingan kelompok

adalah teknik sosiodrama yang dimana pemimpin kelompok dan anggota

kelompok harus berperan aktif dalam kegiatan ini. Yang harus di

perhatikan dalam kegiatan inti adalah pemimpin kelompok sebagai

pengatur jalannya kegiatan. Pada tahap pengakhiran, pokok perhatian

utama yang dilakukan adalah hasil yang dicapai dalam kegiatan bimbingan

kelompok (Jannah, 2015). Dalam layanan bimbingan kelompok diperlukan

adanya pemimpin kelompok. Pemimpin kelompok adalah konselor yang

terlatih dan berwenang menyelenggarakan layanan bimbingan kelompok

(Tohirin, 2014).

18
Dari tahapan-tahapan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan

bahwa tahapan dalam layanan bimbingan kelompok, diantaranya tahap

pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan, dan tahap pengakhiran.

Dalam melakukan layanan bimbingan kelompok, pemimpin kelompok

tidak sekedar memberi informasi kepada anggota kelompok, namun

anggota kelompok yang harus aktif pada layanan bimbingan kelompok.

d. Pengertian Sosiodrama

Sosiodrama berasal dari bahasa Yunani dromai yang berarti

berbuat, berlaku, bertindak, beraksi, dan sebagainya sedangkan sosio yang

berarti sosial. Maka, sosiodrama adalah tindakan yang terkait dengan

sosial. Sosiodrama adalah salah satu teknik dalam bimbingan kelompok

yang melibatkan dalam permainan peran yang disertai dengan adanya

konflik yang berkaitan dengan masalah sosial (Sari, N.W., Yuswansyah,

Y., Utaminingsih, 2014). Sosiodrama merupakan teknik permainan peran

(role playing) dengan cara mendramatisirkan bentuk tingkah laku dalam

hubungan sosial (Aini, N., Sugiharto, D.Y.P., & Sutoyo, 2014). Dari

beberapa pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa sosiodrama

adalah salah satu teknik dalam layanan bimbingan kelompok yang dimana

teknik tersebut melibatkan permainan peran yang disertai adanya sebuah

konflik sosial.

e. Tujuan Sosiodrama

Tujuan dari sosiodrama ini adalah dapat membantu siswa untuk

berpendapat, memecahkan masalah, dan dapat mengambil kesimpulan

19
(Erma Suryani, 2013). Menurut Kellerman dalam (Kurniawan, D.E.

Pranowo, 2018) tujuan dari sosiodrama untuk mengeksplorasi kegiatan

sosial dan pola komunitas yang melibatkan individu tertentu. Sosiodrama

dapat membantu siswa dalam memecahkan permasalahannya yang

berkaitan dengan hubungan sosial terutama pada perilaku santun siswa.

Menurut Alhafizh dalam (Khamdiyah, 2020) dengan mendramatisirkan

tingkah laku seseorang pada masalah sosialnya agar siswa dapat belajar

bagaimana menghargai seseorang, bagaimana mengambil keputusan dalam

situasi kelompok secara spontan dan merangsang untuk berpikir dan

memecahkan masalah.

Dari beberapa tujuan yang telah dipaparkan dari beberapa para ahli

dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan sosiodrama untuk membantu

seseorang dengan mendramatisir tingkah laku agar individu tersebut dapat

menghargai dan mengambil keputusan dalam situasi berkelompok.

f. Langkah-Langkah dalam Sosiodrama

Dalam kegiatan sosiodrama, siswa akan memiliki kesempatan

untuk memilih peran yang ingin mereka mainkan. Selain itu, siswa

memiliki kesempatan untuk belajar dari pengalaman peran yang

dimainkannya sehingga siswa dapat menerapkan perilaku yang

sebenarnya. Perasaan mampu tersebut akan menghasilkan rasa percaya diri

dan akan menetralisirkan pikiran negatif yang akan menyebabkan perilaku

santun siswa terhambat. Akhir dari kegiatan sosiodrama ini siswa mampu

mengevaluasi cerita dari peran yang dimainkan dan akan memunculkan

20
ide baru mengenai bagaimana orang lain bereaksi terhadap perilaku yang

sebaiknya dipertahankan atau diubah (Sari, N.W., Yuswansyah, Y.,

Utaminingsih, 2014).

Menurut Nasih & Kholidah dalam (Muzaki & Casmini, 2020)

pelaksanaan sosiodrama secara umum terbagi menjadi 3 tahap, yaitu :

1) Persiapan sosiodrama, dimana pada tahap ini konselor

mengemukakan tema dan tujuan sosiodrama, merencanakan

sosiodrama, menentukan kelompok yang akan memainkan

sosiodrama

2) Pelaksanaan sosiodrama, pada tahap ini konselor dan pemain

peran melakukan diskusi untuk menyiapkan diri dalam

memainkan sosiodrama

3) Evaluasi dan diskusi, pada tahap ini evaluasi dan diskusi

dilaksanakan oleh penonton sosiodrama.

Sosiodrama dapat menjadi media untuk mengubah perilaku santun

siswa yang kurang dan menggantikan perilaku yang kurang tersebut

menjadi perilaku santun yang baik.

B. Kajian Penelitian Relevan

Dalam mengulangi pengulangan hasil penelitian yang membahas

permasalahan yang sama dari seseorang dalam bentuk buku dan dalam

bentuk tulisan lainnya, maka penulis memaparkan beberapa penelitian

yang sudah dilakukan. Hasil penelitian ini nantinya akan dijadikan sebagai

sandaran teori dan sebagai pembanding dalam mengupas permasalahan

21
dalam penggunaan sosiodrama dalam mengembangkan perilaku santun

siswa kelas XI di SMKN 1 Purwakarta.

1. Penelitian yang berjudul “Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok

Dalam Mengembangkan Perilaku Sopan Santun Siswa Di Sekolah

Menengah Pertama Negeri 33 Pekanbaru” ditulis oleh Restu

Ramadhani pada Tahun 2020, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN

Suska Riau. Penelitian ini membahas tentang pelaksanaan layanan

bimbingan kelompok dalam mengembangkan perilaku sopan santun

siswa. Dalam penelitian ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa guru

Bimbingan Konseling (BK) berperan dengan baik dalam

mengembangkan sikap sopan santun siswa. Penelitian ini

menggunakan metode kualitatif. Dalam penelitian yang dilakukan

oleh Restu Ramadhani terdapat beberapa persamaan yaitu sama-sama

membahas perkembangan perilaku sopan santun siswa. Adapun

perbedaannya dimana terletak pada obyek penelitiannya, penelitian

yang dilakukan oleh Restu Ramadhani adalah Siswa Sekolah

Menengah Pertama, sedangkan pada penelitian ini oleh Siswa Sekolah

Menengah Kejuruan, dan metode penelitian yang dilakukan Restu

Ramadhani adalah kualitatif sedangkan dalam penelitian ini adalah

kuantitatif (Ramadhani, 2020).

2. Penelitian yang berjudul “Peran Pendidikan Keluarga Dalam

Membentuk Sikap Sopan Santun Anak Di Kelurahan Plamongansari

Kecamatan Pedurungan Kota Semarang” ditulis oleh Umi Maftuchah

22
pada Tahun 2018, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universtas

Negeri Walisongo, Semarang. Penelitian ini membahas tentang peran

keluarga dalan membentuk sikap sopan santun anak. Dalam penelitian

ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa peran keluarga cukup baik

dalam membentuk sopan santun anak. strategi yang paling banyak

digunakan oleh orang tua dalam menanamkan sopan santun pada anak

yaitu keteladanan dan pembiasaan. Dalam penelitian yang dilakukan

oleh Umi Maftuchah ini terdapat beberapa persamaan yaitu sama-

sama membahas mengenai sopan santun. Adapun perbedaannya,

dimana perbedaannya terletak pada subyek dan obyek penelitian.

Subyek penelitian yang digunakan Umi Maftuchah adalah peran

pendidikan keluarga dalam membentuk perilaku sopan santun anak,

sedangkan peneliti menggunakan subyek peran guru bimbingan dan

konseling dalam mengembangkan perilaku sopan santun siswa dan

perbedaan lainnya terdapat pada metode penelitian yang digunakan

oleh Umi Maftuchah menggunakan metode kualitatif sedangkan

peneliti menggunakan metode kuantitatif (Maftuchah, 2018)

3. Penelitian yang berjudul “Korelasi Antara Persepsi Orangtua Tentang

Kompetensi Kepribadian Guru Dengan Kedisiplinan Dan Perilaku

Santun Anak” ditulis oleh Siti Nur Fatimah pada tahun 2019, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Muhamadiyah Magelang.

Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa terdapat korelasi antara

persepsi orangtua tentang kompetensi kepribadian guru terhadap

23
perilaku santun anak, dengan dibuktikan bahwa terdapat perolehan

nilai korelasi (r hitung) sebesar 0.799 > rtabel 0.312. Dalam penelitian

yang dilakukan Siti Nur Fatimah ini terdapat beberapa kesamaan

selain sama-sama membahas perilaku santun anak, penelitian ini

menggunakan jenis penelitian kuantitatif yang sama dengan yang

digunakan peneliti. Selain itu, terdapat perbedaan dari penelitian ini

yaitu penelitian yang dilakukan Siti Nur Fatimah menggunakan

subyek dan obyek penelitian yang berbeda (Fatimah, 2019).

4. Penelitian yang berjudul “Hubungan Religiusitas dan Dukungan

Sosial dengan Perilaku Santun Siswa di MAN Asahan” ditulis oleh

Dahraini Hannum Daulay pada Tahun 2020. Dalam penelitian ini

mendapatkan hasil bahwa ada hubungan antara religiulitas dengan

perilaku santun siswa dengan dibuktikan adanya nilai koefisien

sebesar 0,379 pada signifikansi 0,000. Penelitian ini memiliki

beberapa kesamaan dengan peneliti, yaitu sama-sama membahas

mengenai perilaku santun siswa dan jenis penelitian yang digunakan

dalam penelitian yang dilakukan Dahraini Hannum Daulay sama-sama

menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Selain itu, terdapat beberapa

perbedaan dalam penelitian ini yaitu penelitian ini meneliti mengenai

hubungan religiulitas dan dukungan sosial pada perilaku santun siswa,

sedangkan peneliti membahas perkembangan perilaku santun siswa

dengan layanan bimbingan dan konseling pada teknik sosiodrama

(Daulay, 2020).

24
5. Penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Perilaku Sopan

Santun Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik

Sosiodrama” ditulis oleh Ita Roshita pada tahun 2015. Hasil dalam

penelitian ini bahwa pelaksanaan bimbingan kelompok melalui teknik

sosiodrama dapat meningkatkan perilaku sopan santun siswa.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas dengan

menggunakan 4 jenis tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan, dan refleksi (Roshita, 2015).

C. Kerangka Pikir

Perilaku santun siswa hendaknya dikembangkan, terutama pada hal

sikap bijaksana, murah hati, rendah hati, menghargai orang lain, empati,

dan kejujuran, yang dimana peran guru sekolah sangat dibutuhkan untuk

mengembangkan perilaku santun siswa agar perilaku santun siswa dapat

terus berkembang (Fadilah, 2019).

Faktor perkembangan perilaku santun siswa dalam sehari-hari

dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor orangtua yang berpengaruh besar

terhadap perilaku santun anaknya, faktor masyarakat yang menunjukkan

keharmonisan suatu lingkungan sangat berpengaruh dalam menentukan

sikap seseorang, dan faktor sekolah dimana guru dan teman sebaya

hendaknya bersikap sehingga dapat menjadi contoh untuk siswa (Muzaki

& Casmini, 2020).

25
Pemilihan teknik sosiodrama ini dikarenakan adanya permasalahan

yang berkaitan dengan masalah sosial yaitu kurangnya perilaku santun

siswa di lingkungan sekolah, maka sosiodrama dipandang tepat dalam

meningkatkan perilaku santun siswa. Penggunaan layanan bimbingan

kelompok pada teknik sosiodrama ini agar siswa mampu menerapkan

perilaku santun yang baik, dan meninggalkan perilaku santun yang tidak

baik. Dalam sosiodrama ini siswa diajak untuk melakukan peran dalam

suatu drama yang terdiri dari beberapa pemain. Sosiodrama memberikan

kesempatan untuk siswa agar dapat berpendapat atau dapat memecahkan

permasalahannya dengan cara yang lain dan kemudian dapat diambil

kesimpulan (Erma Suryani, 2013).

Gambar 1. Menunjukkan kerangka pikir hubungan teknik

sosiodrama melalui bimbingan kelompok untuk mengembangkan perilaku

santun siswa kelas XI SMKN 1 Purwakarta

26
Layanan Bimbingan
Kelompok dengan
Perilaku Santun
Teknik Sosiodrama

Aspek Perilaku Santun : Tujuan bimbingan kelompok : untuk


1. Bijaksana mengembangkan dan membantu anggota
2. Murah Hati
kelompok dalam mengembangkan diri
3. Menghargai orang lain
4. Pemufakatan dihadapan anggota lainnya agar anggota
5. Rendah hati keompok dapat terbuka, saling akrab dan
6. Simpati terhadap orang
dapat memahami dirinya dalam
lain
berhubungan dengan orang lain.

Faktor yang mempengaruhi : Tujuan Sosiodrama : untuk membantu


1. Faktor keluarga
seseorang dengan mendramatisir
2. Faktor masyarakat
tingkah laku agar individu tersebut
3. Faktor sekolah
dapat menghargai dan mengambil

keputusan dalam situasi berkelompok.

Upaya untuk mengembangkan perilaku


santun salah satunya ialah dengan Tahapan bimbingan kelompok :
menciptakan lingkungan yang baik. 1) Tahap I : Pembentukan
Dalam lingkungan sekolah, guru BK 2) Tahap II : Peralihan
perlu mengembangkan perilaku santun 3) Tahap III : Kegiatan Inti
siswa agar terciptanya siswa yang 4) Tahap IV : Pengakhiran
berakhlak mulia. Salah satu upaya guru
BK dalam mengembangkan perilaku
santun siswa ialah dengan
menggunakan bimbingan kelompok
dengan teknik sosiodrama 27
D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah dugaan atau jawaban yang bersifat sementara

terhadap permasalahan penelitian hingga terbukti data yang terkumpul

(Arikunto, 2013). Terdapat dua pilihan hipotesis yang dibuat oleh peneliti

sesuai dengan dasar teori yang digunakan.

Ha : Bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama (X) berpengaruh

terhadap perkembangan perilaku santun siswa kelas XI SMKN 1

Purwakarta (Y)

H0 : Bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama (X) tidak

berpengaruh terhadap perkembangan perilaku santun siswa kelas

XI SMKN 1 Purwakarta (Y)

28

Anda mungkin juga menyukai