Anda di halaman 1dari 2

PATOFISIOLOGI

Infeksi pada tonsil terjadi jika antigen baik inhalan ataupun ingestan dengan mudah masuk
masuk ke dalam tonsil dan terjadi perlawanan tubuh kemudian terbentuk focus infeksi. Pada awalnya
infeksi bersifat akut yang umumnya disebabkan oleh virus yang tumbuh di membrane mukosa
kemudian diikuti oleh infeksi bakteri. Jika daya tahan tubuh penderita menurun, maka peradangan
tersebut akan bertambah berat. Setelah terjadi peradangan akut ini, tonsil dapat benar-benar
sembuh atau bahkan tidak dapat kembali seperti semula. Penyembuhan yang tidak sempurna ini
akan mengakibatkan perdangan berulang pada tonsil. Bila hal ini terjadi maka bakteri pathogen akan
bersarang di dalam tonsil dan terjadi peradangan yang bersifat kronis.

Akibat peradangan kronis tersebut, maka ukuran tonsil akan membesar akibat hyperplasia
parenkim atau degenerasi fibrinoid dengan obstruksi kripta tonsil. Infeksi yang berulang dan
sumbatan pada kripta tonsil akan menyebabkan peningkatan stasis debris maupun antigen di dalam
kripta, sehingga memudahkan bakteri masuk dalam parenkim tonsil. Pada tonsillitis kronis akan
dapat dijumpai bakteri yang berlipat ganda

Pada balita jaringan limfoid dalam cincin Waldayer sangat kecil. Pada anak berumur 4 tahun
bertambah besar karena aktivitas imun, karena tonsil dan adenoid merupakan organ limfoid pertama
didalam tubuh yang memfagosit kuman-kuman patogen. Jaringan tonsil dan adenoid mempunyai
peranan yang penting sebagai organ yang khusus dalam respon imun humoral maupun selular,
seperti pada bagian epithelium kripte, folikel limfoid dan bagian ekstrafolikuler. Oleh karena itu
hipertropi dari jaringan merupakan respon terhadap kolonisasi dari flora normal itu sendiri dan
mikroorganisme patogen. Adenoid dapat membesar seukuran bola pingpong, yang mengakibatkan
tersumbatnya jalan udara yang melalui hidung sehingga dibutuhkan adanya usaha yang keras untuk
bernapas, sebagai akibatnya terjadi ventilasi melalui mulut yang terbuka. Adenoid juga dapat
menyebabkan obstruksi pada jalan udara pada nasal sehingga mempengaruhi suara. Pembesaran
adenoid dapat menyebabkan obstruksi pada tuba Eustachius yang akhirnya menjadi tuli konduksi
karena adanya cairan dalam telinga tengah akibat tuba Eustachius yang tidak bekerja efisien karena
adanya sumbatan.

Penyebab utama hipertropi jaringan adalah infeksi saluran napas atas yang berulang. Infeksi
dari bakteri-bakteri yang memproduksi betalactamase, seperti Sreptococcus Beta Haemolytic Group
A, Staphylococcus aerius, Moraxella catarrhalis, Streptococcus pneumonia dan Haemophilus
influenzae, apalagi mengenai jaringan adenoid akan menyebabkan inflamasi dan hipertopi. Jaringan
adenoid yang seharusnya mengecil secara fisiologis sejalan dengan pertambahan usia, menjadi
membesar dan pada akhirnya menutupi saluran pernafasan atas. Hambatan pada saluran
pernapasan atas akan mengakibatkan pernapasan melalui mulut dan pola perkembangan sindrom
wajah adenoid. Sindrom wajah adenoid diakibatkan oleh penyumbatan saluran napas atas kronis
oleh karena hipertropi jaringan adenoid. Penyumbatan saluran napas atas yang kronis menyebabkan
kuantitas pernapasan atas menjadi menurun, sebagai penyesuaian fisiologis penderita akan bernapas
melalui mulut. Pernapasan melalui mulut menyebabkan perubahan struktur dentofasial yang dapat
mengakibatkan maloklusi yaitu posisi rahang bawah yang turun dan elongasi, posisi tulang hyoid
yang turun sehingga lidah akan cenderung ke bawah dan kedepan, serta meningginya dimensi
vertikal.

Gejala klinis
jaringan adenoid dapat terinfeksi saat terjadi infeksi saluran nafas atas. Infeksi pada adenoid
menyebabkan panas, hidung tersumbat, rhinorea, posterior nasal drip, dan batuk. Pembesaran
adenoid dapat menyumbat parsial atau total respirasi sehingga terjadi ngorok, percakapan hiponasal
dan membuat anak akan terus bernapas melalui mulut. Sleep apnea pada anak berupa adanya
episode apnea saat tidur dan hipersomnolen pada siang hari. Episode apnea dapat terjadi akibat
adanya obsruksi sentral ataupun campuran. Secara umum telah diketahui bahwa anak dengan
pembesaran adenoid mempunyai tampak wajah yang karakteristik. Meliputi mulut yang terbuka, gigi
atas yang prominen dan bibir atas yang pendek. Hidung yang kecil, maksila tidak berkembang, sudut
alveolar atas lebih sempit fan arkus palatum yang lebih tinggi.Hubungan pembesaran adenoid yang
rekuren dengan terjadinya dengan otitis media efusi dimana merupakan keadaan dimana terdapat
efusi cairan ditelinga tengah dengan membran timpani yang utuh tanpa tanda-tanda radang.

Gejala klinis tonsilitis akut nyeri tenggorok, panas badan, nyeri menelan dan malaise. Satu
periode tonsilitis akut dapat berkembang menjadi infeksi yang rekuren dimana terdapat periode
asimptomatis dari penderita tonsilitis. Setiapepisode infeksi rekuren terdapat gejala-gejala tonsilitis
akut serta adanya pelebaran kripta pada tonsil, detritus, eritema tonsil yang persisten dan dilatasi
pembuluh darah pada permukaan tonsil. Tonsilitis kronis merupakan infeksi tonsil yang persisten
yang sering terjadi pada anak usia besar dan orang dewasa. Penderita tonsilitis kronis biasanya
dengan keluhan nyeri tenggorok yang konstan, halitosis dan fatigue.

Daftar Pustaka

Brodsky L, Tonsilitis, tonsillectomy and adenoidectomy. In Bailey JB eds, Head and Neck
Surgery, 6th ed vol one, Philadelphia, SB Linnpicort Company 2006, p. 1184-1198

Holzmann D, Kaufmann T, Boesch M. On the decision of outpatient adenoidectomy and


adenotonsillectomy in children. International Journal of Pediatric Otorhinolaryngolgy.2000;53::9-16

Anda mungkin juga menyukai