Anda di halaman 1dari 3

Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan

Vol. 8, No. 2, Juli – Desember 2021 e-ISSN: 2407-0874

EVALUASI PENGGUNAAN TERAPI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN


AKUT (ISPA) PADA BALITA DAN ANAK SELAMA MASA PANDEMI
COVID 19
Apt.Neti Sulami,S.Farm.,M.Sc1,
Dian Mariza RA, S.ST.,M.Kes2
1)
Akademi Kebidanan Surya Mandiri Bima, neti.sulami@gmail.com
2)
Akademi Kebidanan Surya Mandiri Bima, dianurindo@gmail.com

ABSTRAK
Latar belakang : Tahap awal infeksi COVID-19 dapat menyerupai ISPA atau flu sehingga orang yang mengalami
gejala tersebut sangat disarankan untuk melakukan social distancing atau karantina mandiri dirumah. Namun bila
keluhan terus memberat seiring waktu, Anda/kerabat Anda memiliki risiko terpapar virus ataupun terdapat nyeri
dada dan sesak nafas maka sebaiknya Anda/kerabat Anda segera memeriksakan diri kedokter atau instansi
kesehatan terkait agar mendapat penanganan lebih lanjut. Metodew Penelitian : penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian yaitu ibu yang memiliki balita
dan anak yang mengalami ISPA selama bulan Agustus 2021 sejumlah 75 responden. Hasil Penelitian : penggunaan
terapi antipiretik sebanyak 16%, obat flu tunggal sebanyak 4%, obat batuk tunggal sebanyak 4%, obat flu dan batuk
kombinasi sebanyak 60%, dan penggunaan antibiotik sebanyak 16%.Kesimpulan sebagain besar ibu balita dan
anak yang mengalami ISPA menggunakan terapi obat flu dan batuk kombinasi yaitu sebanyak 60%.. Profil
imunisasi balita dan anak pada kategori lengkap sebanyak 77% dan tidak lengkap sebanyak 23%. Profil lingkungan
tempat tinggal responden dalam kategori baik yaitu pada kategori tidak baik sebanyak 56% dan pada kategori baik
sebanyak 44%. Kesimpulan : sebagian besar responden menggunakan terapi obat batuk dan flu kombinasi untuk
terapi ISPA (60%), sebagian besar responden telah melakukan imunisasi dasar lengkap (77%) dan sebagain besar
lingkungan fisik responden pada kategori tidak baik (56%).

Kata kunci: evaluasi, terapi, ISPA, Covid 19, balita, anak

I. PENDAHULUAN sedini mungkin gejala-gejala ISPA Covid-19


Pada tahun 2017 telah dilaporkan kasus pada anak perlu dilakukan.
ISPA mencapai 28% dengan 533,187 kasus Gejala awal ISPA dan Covid-19
yang ditemukan pada tahun sebelumnya. muncul 2 hari sampai 2 minggu setelah
Data dari Subdirektorat ISPA tahun 2017 virus masuk ke dalam tubuh. Gejala yang
melaporkan bahwa insiden ISPA pada balita paling sering ditemui pada anak antara
mencapai 20,54% per 1000 balita. Sedangkan lain demam lebih dari 38C, badan terasa
pada tahun 2018 didapatkan data sebanyak nyeri dan lemas, batuk, pilek, hilang
20,06% per 1000 balita di Indonesia. sensasi pembauan dan pengecap secara
Penyakit ini ditandai dengan adanya tiba-tiba, mata merah, ruam merah pada
demam dengan suhu tubuh >38oC dan kulit, perubahan warna pada jari tangan
dan kaki, sesak napas berat hingga
disertai satu atau lebih gejala/tanda penyakit
penurunan kesadaran. Beberapa anak
pernapasan seperti batuk kering atau
mungkin akan mengalami gejala pada
berdahak kurang dari 2 minggu, sesak napas,
saluran pencernaan seperti
sakit tenggorokan atau nyeri saat menelan, ketidaknyamanan perut, mual, muntah,
pilek, dan hidung tersumbat. dan diare. Bahkan pada kasus tertentu
Di masa pandemi Covid-19 seperti saat anak juga dapat mengalami komplikasi
ini, kita harus waspada munculnya gejala Covid-19 yaitu Acute Respiratory
pernapasan pada anak. Hal ini menjadi sangat Distress Syndrome (ARDS) atau Sindrom
penting karena imunitas mereka yang masih Gagal Napas Akut.
rendah sehingga lebih mudah terinfeksi virus
II. METODOLOGI
seperti Covid-19. Oleh karena itu, mengenali
Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan
Vol. 8, No. 2, Juli – Desember 2021 e-ISSN: 2407-0874

Penelitian ini merupakan penelitian antibiotik. Namun bila keluhan terus memberat
deskriptif kuantitatif dengan rancangan seiring waktu, Anda/kerabat Anda memiliki
cross sectional. Penelitian dilakukan di risiko terpapar virus ataupun terdapat nyeri dada
Puskesmas Mpunda pada Agustus 2021 dan sesak nafas maka sebaiknya Anda/kerabat
dengan jumlah sampel sebanyak 75 Anda segera memeriksakan diri kedokter atau
responden yang merupakan ibu balita dan instansi kesehatan terkait agar mendapat
anak yang mengalam infeksi saluran penanganan lebih lanjut (Alodokter, 2021)
pernapasan akut selama masa pandemi covid Pemberian imunisasi dapat mencegah
19. Teknik pengambilan sampel dengan cara berbagai jenis penyakit infeksi termasuk ISPA.
accidental sampling. Untuk mengurangi faktor yang meningkatkan
mortalitas ISPA, diupayakan imunisasi lengkap
terutama DPT dan Campak. Bayi dan balita
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang mempunyai status imunisasi lengkap bila
Table 1. Evaluasi penggunaan terapi ISPA pada
menderita ISPA dapat diharapkan perkembangan
balita dan anak selama masa pandemi penyakitnya tidak akan menjadi berat.
covid 19 Ketidakpatuhan imunisasi berhubungan dengan
Variabel Kategori f peningkatan penderita ISPA, hal ini sesuai dengan
% peneliti lain yang mendapatkan bahwa imunisasi
Evaluasi Antipiretik 12 16 yang lengkap dapat memberikan peranan yang cukup
terapi Obat flu tunggal 3 4
berarti dalam mencegah kejadian ISPA (Maryunani,
Obat batuk tunggal 3 4
Obat flu dan batuk 45 60 2010).
kombinasi Diharapkan dengan pemberian imunisasi
Antibiotik 12 16 lengkap (DPT dan Campak) perkembangan penyakit
Jumlah 75 100 ISPA tidak menjadi berat, seperti hal nya dibuktikan
Imunisasi Lengkap 58 77.33 pada penelitian ini menunjukan bahwa masih ada
Tidak Lengkap 17 22,67 yang tidak melakukan imunisasi lengkap
Jumlah 75 100 diantaranya 34 responden (50%). Balita yang
Lingkungan Baik 33 44 tidak melakukan imunisasi lengkap mempunyai
Fisik Tidak baik 42 56
resiko 2,375 kali lebih besar mengalami ISPA
Jumlah 75 100
dibandingkan dengan balita yang lengkap
imunisasinya.
ISPA atau infeksi saluran pernafasan akut
Imunisasi DPT dan campak merupakan
merupakan penyakit yang dapat terjadi pada imunisasi yang berkontribusi dengan penyakit ISPA.
saluran pernafasan akibat infeksi bakteri, virus DPT (difteri, anti infeksi saluran pernafasan), pertusis
ataupun jamur. Adapun gejala yang ditimbulkan (untuk batuk rejan dan tetanus), merupakan penyakit
pada kondisi tersebut bergantung dari bagian yang bersifat toxin-mediated, toksin yang
saluran pernafasan yang terkena. Berikut adalah dihasilkan kuman (melekat pada bulu getar
beberapa gejala infeksi saluran pernafasan yang saluran nafas atas) akan melumpuhkan bulu
umum terjadi adalah demam, batuk, sesak getar tersebut, sehingga menyebabkan
nafas, pilek, bersin atau hidung tersumbat, sakit gangguan aliran sekret pernafasan, dan berpotensi
menyebabkan ISPA. Sehingga pemberian imunisasi
kepala, nyeri otot. Sedangkan infeksi virus
DPT cukup essensial untuk menyiapkan balita
corona (COVID-19) dapat menimbulkan gejala
menghadapi lingkungan yang tidak selalu bisa
seperti demam tinggi, ejala seperti flu (flu-like dijaminkebersihan udaranya.
symptoms), batuk nyeri dada dan sesak nafas Selain DPT, imunisasi campak juga
pada infeksi berat. Tahap awal infeksi COVID- merupakan salah satu pencegahan ISPA. Karena
19 dapat menyerupai ISPA atau flu sehingga virus campak masuk melalui saluran pernafasan dan
orang yang mengalami gejala tersebut sangat selanjutnya masuk ke kelenjar getah bening yang
disarankan untuk melakukan social berada di bawah mukosa. Pada saat 5-6 hari setelah
distancing atau karantina mandiri dirumah dan infeksi awal kemudian menyebar ke permukaan epitel
mengkonsumsi obat untuk mengatasi keluhan saluran pernafasan dan berpotensi menyebabkan
ISPA. Dan dengan pemberian vaksin campak dapat
seperti antipiretik, obat batuk dan flu serta
Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan
Vol. 8, No. 2, Juli – Desember 2021 e-ISSN: 2407-0874

mencegah adanya infeksi yang mengganggu saluran Berdasarkan hasil penelitian dapat
pernafasan,khususnya ISPA. disimpulkan bahwa sebagain besar ibu
Sehingga untuk ISPA yang dijadikan menggunakan obat flu dan batuk kombinasi
indikator adalah imunisasi DPT dan campak.
ketika anak mengalami ISPA (60%), sebagian
Sama halnya dengan hasil penelitian terdahulu
status imunisasi lengkap (77%), dan sebagian
yaitu dari penelitian Nuryanto (2012) yang
menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang
responden mempunyai lingkungan fisik
bermakna antara status imunisasi dengan kejadian tidak baik (80%).
ISPA pada balita. Rentannya penularan penyakit pada
balita akan mempengaruhi kekebalan tubuh balita itu SARAN
sendiri. Bagi Puskesmas
Salah satu upaya pencegahan penularan Disarankan kepada puskesmas supaya lebih
ISPA kepada anggota keluarga yang mensosialisasikan pentingnya rasionalisai terapi
lain, dapat dilakukan melalui rumah sehat. ISPA, imunisasi dan PHBS agar mengurangi resiko
Syarat rumah sehat secara sederhana terjadinya ISPA.
menurutmeliputi ventilasi, penerangan alami,
suhu dan bebas asap rokok. Ventilasi rumah Bagi peneliti selanjutnya
mempunyai banyak Untuk peneliti selanjutnya yang akan
fungsi, fungsi pertama adalah untuk menjaga melakukan penelitian disarankan untuk
agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap meneliti faktor lain mengenai ISPA seperti
segar. Hal ini berarti keseimbangan oksigen mengenai asap rokok, pengetahuan, pendidikan
yang diperlukan oleh penghuni rumah tetap ibu, dan lainnya.
terjaga.
Selain ventilasi, perilaku merokok di V. UCAPAN TERIMA KASIH
dalam rumah dyakini dapat menyebabkan ISPA Terima kasih Kepada Direktur dan
sepeti batuk. Hal ini didukung oleh penelitian yayasan Surya Mandiri Bima tang telah
yang dilakukan oleh Zahratul dan neti, 2018 mendanai penelitian ini.
tentang Persepsi Ibu rumah tangga tentang
ancaman penyakit akibat rokok yang REFERENSI
menyatakan bahwa “Ibu rumah tangga percaya 1. Alodokter, 2021. Perbedaan gejala penyakit
bahwa ancaman penyakit akibat rokok sangatlah ISPA dengan infeksi virus corona. Diakses pada
tanggal 1 September 2021
berbahaya. Para informan juga mengutarakan https://www.alodokter.com/komunitas/topic/per
bahwa rokok juga dapat menyebabkan samaan-dan-perbedaan-penyakit-ispa-dengan-
kecanduan karena kandungan dari rokok itu corona
sendiri. perilaku merokok dipercaya dapat 2. Kementrian Kesehatan RI. (2018). Profil
Kesehatan Indonesia.
menyebabkan sakit bahkan bisa berefek lanjut 3. Maryunani, Anik. (2010). Ilmu Kesehatan Anak
hingga menyebabkan kematian. “(sakit yang dalam Kebidanan. Jakarta: TIM
bisa merusak kesehatan yang sangat berbahaya 4. Nurhidayah, I., Tamara, M., & Setyorini, D.
(2021). Karakteristik Covid-19 pada Anak.
untuk badan karena rokok ya bisa kanker paru-
Jurnal Keperawatan Anak. Vol 4 (1), hlm 7-8.
paru, segala macam kanker, TBC, muntah batuk 5. Padila, Febriawati, H., Andri, J., & Dori, R.
berdarah nak, belum lagi dia perokok berat. (2019). Perawatan Infeksi Saluran Pernapasan
Pada penelitian ini, hampir seluruh Akut (ISPA) pada Balita. Jurnal Kesmas
responden memiliki ventilasi yang tidak baik Asclepius. Vol 1(1), 25-34.
6. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
dan sebagian kecil responden memiliki ventilasi
(PendekatanKuantitatif, Kualitatif, dan R&D).
baik. Balita yang memiliki ventilasi Bandung: Alfabeta
tidak baik akan mempunyai resiko ISPA 7. Zahratul, Hi dan N. Sulami, 2018. Peran Ibu
sebanyak 1,262 kali lebih besar daripada balita Rumah Tangga Dalam Pencegahan Perilaku
yang memiliki ventilasi baik. Merokok Keluarga Di Dalam Rumah. Jurnal
Kebidanan dan Kesehatan, Vol.3 No. 2 Juli-
Desember 2018
IV. SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai