Anda di halaman 1dari 47

ANALISIS PROSES PEMASANGAN SOLID

RIVET STRUKTUR PESAWAT TERBANG

N-219
KERJA PRAKTEK

(PT. DIRGANTARA INDONESIA)

Oleh:
BAYU SALWA
2020112008

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS KEBANGSAAN REPUBLIK INDONESIA

BANDUNG

2023
LEMBAR PENGESAHAN INDUSTRI
Telah disetujui dan disahkan oleh
PT. DIRGANTARA INDONESIA (IAe)
Bandung, 04 Desember 2023
ANALISIS PROSES PEMASANGAN SOLID RIVET STRUKTUR
PESAWAT TERBANG

N-219

PEMBIMBING, PEMBIMBING,

Rakhmat Hidayat ARIF GUNAWAN


NIK. 217021 NIK. 140038

Menyetujui:

Mengetahui:
KEPALA DEPARTEMEN
PUSAT PEMBELAJARAN

HERI KUSMAYADI
NIK. 950121

LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS KONTRUKSI VERTIKAL STABILIZE
PADA PESAWAT N 219
KERJA PRAKTEK

Di ajukan untuk memenuhi salahsatu syarat dalam melaksanakan program


pendidikn Strata satu (S-1) Program Studi Teknik Mesin

Oleh:
BAYU SALWA
2020112008
Mengetahui
Dosen Pembimbing l

SB Widia Rezaly Biharu Hayati S.Si.,M.T


NIK:12203012

Menyetujui
Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri

SB Widia Rezaly Biharu Hayati Ir.Warkianto Widjaja


S.Si.,M.T M.Sc.,M.T
NIK:12203012 NIK: 18710015
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji serta syukur kepada tuhan yang maha Esa.atas
berkat, rahmat,dan karunia nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Kerja Praktek “ANALISIS SOLID RIVET STRUKTUR PESWAT TERBANG
N-219”, pembuatan laporan kerja praktek ini merupakan persyaratan untuk
kelulusan S-1 Teknik Mesin Di Universitas Kebangsaan Republik Indonesia.
Berkat pertolongan dari berbagai pihak yang mwluangkan waktu dan pikiran
sehingga penulis menyelesaikan proses pembuatan tugas akhir ini. Maka dari itu
terimakasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan
nya sehingga bisa menyelesaikan laporan kerja praktek.

Penulis menyadari bahwa tidak semuanya sempurna dalam penyusunan


kerja praktek ini, oleh karena itu penukis mengharapkan kritik dan saran demi
penyempurnaan laporan kerja praktek ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan, sekian dan terimakasih.

Bandung 6 Januari 2024

Bayu Salwa

2
3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Transportasi udara seperti pesawat terbang merupakan transportasi yang
banyak digunakan oleh masyarakat saat ini. Masyarakat menggunakan pesawat
terbang untuk berpergian karena keamanan, kenyamanan dan ketepatan
waktunya. Hal ini juga dikarenakan karena daya beli masyarakat sudah sedikit
membaik. Penggunaan alat transportasi ini sesuai dengan karakteristik wilayah
Indonesia yang sangat luas dan terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil. Sehingga
pemilihan pesawat sebagai alat transportasi jarak jauh dan cepat merupakan
pilihan yang efektif sesuai dengan karakteristik geografis tersebut

Pesawat terbang merupakan suatu kemajuan teknologi yang sangat luar


biasa bagi dunia. Sejak manusia mulai menemukan cara untuk dapat terbang
maka kemajuan teknologi dunia semakin pesat pula, hal ini disebabkan dengan
adanya pesawat terbang sehingga koneksi / hubungan antara negara- negara di
dunia semakin mudah.

PT. Dirgantara Indonesia (Persero) adalah industri pesawat terbang yang


pertama dan satu-satunya di Indonesia dan di wilayah Asia Tenggara. PT.
Dirgantara Indonesia (Persero) tidak hanya memproduksi berbagai pesawat
tetapi juga helikopter, dan jasa pemeliharaan (Maintenance Service) untuk
mesin-mesin pesawat. Dirgantara Indonesia juga menjadi sub-kontraktor untuk
industri-industri pesawat terbang besar di dunia seperti Boeing, Airbus, General
Dynamic, Fokker dan lain sebagainya.

Dengan berkembangnya transportasi udara, maka diiringi juga dengan


bekembangnya alat mesin untuk menciptakan transportasi udara itu sendiri.
Dalam proses pembuatan pesawat akan ada namanya proses manufaktur,
dimana proses ini akan membuat produk perkomponen dan akan ada proses
perakitan sehingga membentuk sebuah pesawat yang diinginkan. Dalam
pembuatan prosuk menggunakan mesin yang canggih, dengan hasil produksi yang
bagus, dan mampu bekerja dalam waktu yang

1
lama. Teknologi perkembangan di Indonesia semakin berkembang dan juga
teknologi dunia semakin maju sehingga para industri penerbangan semakin maju
sehingga para industri penerbangan pesawat berlomba-lomba untuk menggunakan
alat yang canggih dari yang sebelumnya.
Kemajuan teknologi yang canggih saat ini sudah banyak industry pesawat
terbang yang sudah banyak menggunakan metode riveting dalam pembuatan dan
perakita pesawat terbang.
Riveting adalah suatu proses penggabungan dua lembar logam atau lebih
dengan menggunakan rivet, Rivet sendiri adalah sebuah jenis pasak atau paku
yang digunakan untuk menggabungkan dua atau lebih benda dengan cara
merakitnya bersamaan menggunakan mesin rivet gun. Rivet biasanya terbuat dari
logam, seperti baja atau aluminium, dan memiliki bentuk seperti batang dengan
kepala di satu ujungnya. Proses pemasangan rivet disebut "riveting."
Cara kerja rivet adalah dengan memasukkan ujung yang tidak memiliki
kepala (tail) dari rivet ke dalam lubang yang telah dibor di dua benda yang akan
dihubungkan. Kemudian, ujung tail dipadatkan dengan mendorong atau menekan
ke dalam bentuk kepala yang datar. Ini menghasilkan sambungan permanen antara
dua benda, dan rivet tidak bisa dilepaskan tanpa merusak salah satu dari benda
yang terhubung.
Rivet sering digunakan dalam konstruksi baja, penerbangan, dan industri-
industri lain di mana sambungan permanen dan kuat diperlukan. Meskipun rivet
telah digantikan dalam banyak aplikasi oleh teknologi pengikatan modern seperti
baut dan las, mereka masih digunakan di beberapa aplikasi khusus di mana
kekuatan dan ketahanan korosi yang tinggi dibutuhkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana fungsi proses perakitan menggunakan rivet?
2. Bagaimana Cara kerja rivet?

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah dalam laporan Perkuliahan Berbasis Kerja ini hanya
membahas tentang rivet dan bagaimana cara kerja rivet

2
1.4 Tujuan Kerja Praktek
1. Mengetahui bagaimana proses prakitan pesawat menggunakan rivet
2. Mengetahui bagaimana cara kerja reivet pada pesawat

1.5 Manfaat Perkuliahan Berbasis Kerja


Manfaat dari Perkuliahan Berbasis Kerja ini adalah :
1. Disiplin dalam hal waktu dan melaksanakan tugas
2. Mengetahui kondisi kerja dalam suatu perusahaan
3. Mendapatkan ilmu, wawasan dan pengalaman baru berupa materi dan
praktek yang dipelajari di Perkuliahan Berbasis Kerja (PBK)

1.6 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan laporan Perkuliahan Berbasis Kerja ini adalah
sebagai berikut :
1. BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan,
manfaat, dan sistematika penulisan.
2. BAB II PROFIL PERUSAHAAN
Menjelaskan mengenai sejarah umum perusahaan, visi & misi
perusahaan, logo perusahan, struktur organisasi, bagan devisi maintenance
3. BAB III PEMBAHASAN
Menjelaskan mengenai definisi, fungsi, sistem kerja, bagian-bagian,
Riveting gun pada proses perakitan pesawat
4. BAB IV PENUTUP
Ini merupakan penutup yang berisikan tentang kesimpulan, kritik,
dan saran, dan lampiran yang berdasarkan hasil analisis dari bab
sebelumnya.

3
BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

Sejarah Umum Perusahaan

PT. Dirgantara Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang


bergerak di bidang kedirgantaraan di Asia yang berpengalaman serta
berkompetensi dalam rancang bangun, pengembangan dan manufaktur
aerospace. Perusahaan yang sebenarnya sudah ada sejak sebelum
kemerdekaan indonesia ini telah mengalami tahap-tahap periode
perkembangan secara kronologis sejarah digambarkan sebagai berikut.

Pada era kolonial pemerintahan Belanda awalnya tidak memiliki


program manufaktur pesawat di Indonesia. Mereka hanya memiliki
serangkaian aktivitas terkait dengan lisensi serta evaluasi soal teknis dan
keamanan pesawat yang sedang beroperasi di kawasan Indonesia. Sekitar
tahun 1914 pemerintah era Hindia Belanda memiliki inisiatif membuat dan
mendirikan Flight Test Section di lapangan udara yang ada di daerah
Surabaya untuk menguji kelayakan performa penerbangan di Indonesia.
Kemudian tahun 1922, pemuda-pemuda Indonesia sudah mulai ikut terlibat
dalam aktivitas modifikasi sebuah pesawat terbang yang terletak di salah
satu bengkel warga Belanda yang bernama LW. Walraven di Cikapundung
Bandung. Kemudian pada tahun 1930 dibentuklah Aircraft Production
Section yang pada saat itu mulai merakit pesawat Canadian AVRO-AL.
Seiring berjalanya waktu perakitan pesawat ini dipindahkan ke lapangan
udara Husein Sastranegara.

Pada awal kemerdekaan Indonesia, pemerintah Indonesia menyadari


pentingnya transportasi udara untuk keperluan pemerintahan dan digunakan
untuk perkembangan ekonomi dan pertahanan nasional sebagai akibat dari
sebuah situasi Indonesia merupakan negara maritim. Pada tahun 1946
dibentuk biro perencanaan dan konstruksi yang dibentuk oleh TRI-Udara
(sekarang TNI AU) dan anggota-anggotanya terdiri dari bengkel khusus di
wilayah Magelang, Jawa Tengah

4
Pada saat Indonesia menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB), kegiatan klub-klub Aeromedelling kembali berlangsung di lapangan
udara Husein Sastranegara. Pada tahun 1953, aktivitas klub-klub ini
disatukan dalam wadah organisasi bernama seksi percobaan dan
beranggotakan 15 orang dan di bawah komando depot perawatan teknik
udara dengan Mayor Nurtanio Pringgoadisurjo sebagai pemimpinnya.

Sejarah mencatat pada tanggal 1 Agustus 1954, seksi percobaan berhasil


menerbangakn pesawat kecil yang diberi nama “Si Kumbang” yang
merupakan hasil desain Nurtanio. Pada tanggal 24 April 1957, seksi ini
dirombak menjadi organisasi yang lebih besar dan disebut Sub Depot
Penyelidikan. Percobaan pembuatan yang pada tahun 1958 menghasilkan
pesawat lain “Belalang 89” dan “Belalang 90”.

Dalam tahun yang sama, melalui perantara Adam Malik yang pada saat
itu menjabat sebagai menteri Luar Negeri Indonesia, mengajak BJ. Habibie
yang ketika itu bekerja di perusahaan dirgantara (Masserschimiit Blokow
Blohm) di Jerman setelah lulus dari Aachen Technical High Learning pada
fakultas Aircraft Constraction diminta untuk berkontribusi membangun
industri penerbangan Indonesia. Pada saat itu pula BJ. Habibie ditunjuk
Suharto sebagai penasihat dalam bidang teknologi dan melahirkan badan
ATTP (Advance Technology & Teknologi Penerbangan Pertamina) dengan
tujuan agar mendapatkan lisensi industri pesawat terbang dari luar negeri.
Pada akhirnya bulan September 1974 ATTP berhasil menandatangani
perjanjian kerja sama lisensi dengan Messerschmitt Bölkow Blohm (Jerman)
dan CASA (Spanyol) untuk memproduksi helikopter tipe BO-105 dan
pesawat sayap tipe NC-212.

Tidak terlepas dari sejarah pada pada tanggal 17 Oktober 1979 ketika PT.
Nurtanio bekerja sama dengan CASA Spanyol mendirikan usaha patungan
dengan modal 50%-50% yang diberi nama Aircraft Technology Industry
yang berkedudukan diMadrid. Program yang dijalankan dari usaha
bersama ini rancang bangun dan produksi bersama pesawat komputer serba
guna CN-235 yang pada saat ini telah terbang sekitar 250 pesawat di

5
berbagai negara pemakainya, antara lain: Turki 52 pesawat, Korea Selatan
20 pesawat dan Malaysia 8 pesawat. Diperhitungkan akan terus bertambah
jumlah Negara pemakainya.

Pada tanggal 26 April 1976, berdasarkan Akta Notaris No. 15, di Jakarta,
PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio (PT. IPTN) secara resmi didirikan
oleh Dr. BJ. Habibie sebagai Direktur Utama. Ketika fasilitas industri ini
selesai, pada Agustus 1976 Presiden Soeharto meresmikan industri pesawat
terbang ini. Terlepas dari perjalanan PT. IPTN dalam menghadapi krisis
nasional pada tahun 1997 sampai 1999. Akhirnya PT. IPTN merubah
namanya menjadi PT. DI (Dirgantara Indonesia) pada tanggal 23 Agustus
2000 sekaligus memperluas cakupan bisnis di bidang kedirgantraan. Pada
tahun selanjutnya telah membukukan keuntungan sebesar Rp.11,26 Miliyar,
saat itu jumlah karyawan yang tersisa hanya 10.000 orang. Hal ini
diakibatkan oleh situasi yang tidak menentu akibat krisis moneter pada tahun
1998. Dengan penuh pertimbangan maka perlu diadakannya restrukturisasi,
dan langkah awal yang diambil adalah “Perumahan” terhadap seluruh
karyawan yang diberlakukan sejak tahun 2003. Dan hingga saat ini jumlah
karyawan yang ada sekitar 3200 karyawan tetap dan 600 karyawan kontrak.

Di tengah konflik dan persoalan yang dihadapi PT. Dirgantara Indonesia


telah berjuang dan berkontribusi kepada bangsa dan Negara Indonesia. Tidak
hanya di bidang pesawat terbang saja tetapi juga di bidang lainya seperti
teknologi informasi, telekomunikasi, otomotif, maritime, militer, otomatis
dan kontrol, minyak dan gas, turbin industri, teknologi simulasi dan
engineering service. Maka dari itu dipastikan PT. Dirgantara Indonesia tidak
akan pernah tenggelam dari sejarah bangsa ini.

6
Logo PT. Dirgantara Indonesia

Gambar 2. 1 Logo PT. Dirgantara Indonesia

Logo PT. Dirgantara Indonesia (persero) terdiri dari tiga sayap pesawat terbang
dan Sebuah lingkaran, logo ini memiliki makna diantaranya:

a) Warna biru angkasa melambangkan langit tempat pesawat terbang


b) Sayap pesawat terbang sebanyak tiga buah melambangkan fase PT.
Dirgantara Indonesia yaitu:
1. PT. Industri pesawat Terbang Nurtanio

2. PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara

3. PT. Dirgantara Indonesia

c) Ukuran pesawat terbang yang semakin besar melambangkan keinginan PT.


Dirgantara Indonesia untuk menjadi perusahaan dirgantara yang semakin
membesar setiap fasenya

d) Lingkaran melambangkan bola dunia dimana PT. Dirgantara Indonesia


ingin menjadi perusahaan kelas dunia.

7
Profil Data Perusahaan
Dengan ini PT Dirgantara Indonesia dikenal sebagai salah satu
perusahaan aerospace di Asia Tenggara dengan kompetensi inti dalam
memproduksi pesawat. Berikut profil data perusahaan:
Nama Perusahaan : PT DIRGANTARA INDONESIA
Alamat : Jl. Pajajaran No. 154, Husein Sastranegara
Telepon : (022)-6054121
Website : https://www.indonesian-aerospace.com
E-mail : sekretariatptdi@indonesian-aerospace.com
Tahun Berdiri : 8 September 1951

Visi PT. Dirgantara Indonesia

Menjadi pemimpin pasar pesawat turboprop kelas menengah dan ringan


serta menjadi acuan dari perusahaan dirgantara di wilayah asia pasifik
dengan mengoptimalkan kompetensi industri dan komersial terbaik.

Misi PT. Dirgantara Indonesia

-Sebagai pusat kompetensi dalam industri kedirgantaraan dan misi


militer serta untuk aplikasi non-aerospace yang relevan.

-Sebagai pemain kunci di industri global yang memiliki aliansi strategis


dengan industri kedirgantaraan kelas dunia lainnya.

-Memberikan produk dan jasa yang kompetitif dalam hal kualitas dan
biaya.

4.2 Struktur perusahaan

Produk dan Jasa


Produk

8
1. Aircraft Full Development

 N250

 N2130

2. Aircraft Joint Development and Production

 CN235 Sipil

 CN235 Militer

 CN235 Maritim

 Aircraft under licence Production

 NC212

3. Helicopter under licence Production

 NBELL-412HP/SP – medium twin helicopter

 Super Puma NAS-332-heavy helicopter

 NBO-150CB/CBS light twin helicopter

4. Subcontract Programm

 Boeing B727, B757, B767

 Lockhead F

 Mitsubishi Heavy Industri

 Airbus A330, A340, A380

Jasa

Engineering work packages design, development, testing

 Manufacturing subcontract

 Aircraft Maintenance Repair and Overhaul (MRO)

 Engine Maintenance Repair and Overhaul (MRO)

9
 Aircraft Industrial Tooling & Equipment Manufacturin

Produk – Produk PT Dirgantara Indonesia


PT Dirgantara Indonesia merupakan salah satu perusahaan penerbangan di
Asia yang berpengalaman dan berkompetensi dalam rancang bangun,
pengembangan, dan manufaktur pesawat terbang. Kini PT Dirgantara Indonesia
telah berhasil sebagai industri manufaktur dan memiliki keberagaman produk
dalam banyak bidang selain pesawat terbang seperti: teknologi informasi,
telekomunikasi, otomotif, maritime, militer, otomasi dan control, minyak dan gas,
turbin industri, teknologi simulasi, dan engineering services.
Berikut adalah produk yang telah dihasilkan dan sedang diproduksi
oleh PT Dirgantara Indonesia:

a. NC – 212

Gambar 1.4 Pesawat NC – 212


Pesawat transportasi ringan multi guna, terutama untuk jarak
dekat dan menengah. Pesawat ini dapat lepas landas dan mendarat
jarak pendek dan beroperasi pada landasan rumput atau tanah.

b. CN – 235

Gambar 1.5 Pesawat CN – 235

Pesawat dengan kapasitas 35 penumpang, mulai dirancang tahun

10
1979 dan diselesaikan tahun 1983, sebagai hasil kerjasama antara PT.
IPTN dengan CASA.

c. NBO – 105

Gambar 1.6 Helikopter NBO – 105


Helikopter yang didesain untuk beroperasi dengan temperatur
tinggi di daerah pegunungan. NBO – 105 adalah helikopter
multiguna yang bisa dioperasikan untuk berbagai tujuan, seperti
transportasi, penyelamatan, riset, eksploitasi, aplikasi militer,
training pilot, evakuasi medis dan tujuan tujuan lain. Program
helicopter NBO – 105 dibawah lisensi MBB Jerman Barat. Yang
dimulai sejak tahun 1975.

d. NAS – 332

Gambar 1.7 Helikopter NAS – 332


Tipe helikopter lain yang diproduksi PT Dirgantara Indonesia
dibawah lisensi Aerospatiale, perancis sejak tahun 1983. Terdapat 2
versi tipe ini yaitu : Puma NAS 330 dan Siper Puma NAS 332 yang
cocok untuk transportasi suplai militer atau eksplorasi lepas pantai
dan penerbangan VIP.

11
e. NBELL – 412

Gambar 1.8 Helikopter NBELL – 412


Helikopter kelas medium yang cocok sebagai peasawat gerak
cepat bagi perlengkapan militer, suplai dan transportasi militer.
Helicopter ini diproduksi PT. Dirgantara Indonesia dibawah lisesnsi
Bell Helikopter Textron, USA, 1982.
f. N219

Gambar 1.9 Pesawat N219


Pesawat ini mampu membawa 19 penumpang dan merupakan
pesawat angkut ringan yang cocok di berbagai medan dan cocok
untuk penerbangan perintis. Pesawat N219 tergolong mudah
perawatannya.

2.11 Pesawat Terbang N-219

12
Gambar 3.1 Pesawat N-219

Pesawat N-219 merupakan pesawat penumpang dengan kapasitas


19 penumpang. Pesawat ini digerakkan dengan dua mesin turboprop
produksi Pratt and Whitnet Aircraft Of Canada Limited PT6A-42 masing
masing bertenaga 850 SHP. N-219 mampu terbang dan mendarat di
landasan pendel sehingga mudah beroperasi di daerah-daerah terpencil.

N-219 merupakan pesawat komersil yang terbuat dari logam dan


non logam dan dirancang untuk mengangkut penumpang maupun
kargo. Dibuat dengan memenuhi persyaratan FAR 23, dirancang
memiliki volume kabin terbesar dikelasnya dan pintu fleksibel yang
memastikan bahwa pesawat ini bisa dipakai untuk mengangkut
penumpang dan juga kargo.

Pesawat N-219 memiliki kecepatan maksimum mencapai 21 knot,


dan jarak terendah mencapai 59 knot. Artinya pada kecepatan yang
rendah pesawat ini masih bisa terkontrol. Pesawat N-219 ini juga
mampu lepas landas dan mendarat dalam jarak pendek atau hanya
memerlukan landasan 500 hingga 600 meter.

13
Pesawat ini juga dilengkapi dengan alat bantu navigasi sehingga
mampu lepas landas dan mendarat di bandara bandara perintis dengan
peralatan minimal.

2.12 Struktur Pesawat Terbang N-219

Gambar 3.2.1 Bagian – Bagian


Pesawat Terbang N-219

2.12.1 Fitur Utama

 Fungsi : Angkut penumpang dan kargo (multi fungsi, dapat


dikonfigurasi ulang)
 Kapisitas : 19 penumpang (konfigurasi tiga sejajar)
 Kinerja lepas landas dan mendarat : jarak pendek/STOL (600 m)
 Biaya Operasional : rendah
 Twin Engine PT6A-61 dengan 850 SHP
 Maintenance mudah dan sederhana
 Fixed landing gear
 High Wing Configuration
 Un-pressurized cabin

14
2.12.2 Kinerja

 Kecepatan jelajah maksimum : 395 km/jam (213 KTS)


 Kecepatan jelajah ekonomis : 352 km/jam (190 KTS)
 Range with Max. Useable Fuel : 1580 Nm
 Range with Max. Payload : 831 Nm
 Jarak lepas landas (halangan 35 kaki) : 428 m, ISA, SL
 Jarak mendarat (halangan 50 kaki) : 623 m, ISA, SL
 Kecepatan jatuh (stall) : 61 KTS
 Berat lepas landas maksimum (MTOW) : 7270 kg (16,000 lbs)
 Muatan maksimum : 2500 kg (5511 lb)

2.12.3 Elevator

Elevator adalah salah satu bagian pesawat terbang yang biasanya


terdapat diekor pesawat. Elevator biasanya berbentuk sirip horizontal yang

15
memiliki fungsi control mengarahkan badan pesawat naik atau turun dan
selanjutnya mengangkat atau menurunkan ketinggian pesawat dengan
mengubah sudut kontak sayap pesawat.

Gerakan elevator biasanya adalah ke atas dan ke bawah. Bila


elevator bergerak ke atas, kontak elevator dengan udara akan menekan
turun bagian ekor pesawat, secara otomatis, hidung pesawat akan
mengarah ke atas. Ini akan menyebabkan sayap pesawat mengangkat
ketinggian badan pesawat karena sudut kontak sayap pesawat dengan
udara menambah.

2.13 Pengertian Manufaktur


Kata “Manufaktur” adalah Bahasa latin yang artinya manus tangan,
factus = membuat. Dalam Bahasa inggris manufacture berarti made by
hand atau dalam Bahasa indonesianya adalah dibuat dengan tangan.
Namun pada masa modern kata manufaktur lebih sering di kaitkan
pembuatan atau penggabungan suatu parts dengan menggunakan bantuan
pemesinan dan control computer.

16
Proses manufaktur adalah proses pembuatan dan pengaplikasian
bahan fisik maupun kimia untuk merubah bentuk geometri bahan atau
penampilan permukaan dalam pembuatan komponen suatu produk. Proses
manufaktur membutuhkan komponen-komponen sederhana untuk diproses
sehingga menjadi barang yang lebih kompleks. Misalnya komponen
elevator yang terdapat pada sayap belakang pesawat, elevator pada
pesawat terbang N-219 tergabung atas beberapa komponen (rib dan skin)
yang di gabungkan memakai beberapa objek penyambungan salah satunya
memakai tipe solid rive.

2.13.1Penggunaan Solid Rivet


Pemakaian paku keeling ini biasanya digunakan untuk :

- Sambungkan pengikat, untuk suatu struktur dengan mengintergrasikan


suatu parts supaya dapat berfungsi dengan baik dan rigit, misalnya :
pesawat terbang dan kapal.

2.13.2 Keuntungan dan Kerugian Solid Rivet

1. Keuntungan
Sambungan paku keeling ini dibandingkan dengan sambungan
las mempunyai keuntungan yaitu:
- Pemasangan solid rivet itu mudah di manufaktur dan
biayanya lebih murah di bandingkan dengan sambungan yang
lain nya
- Sambungan solid rivet umumnya digunakan untuk
sambungan tetap.
2. Kelemahan
- Hanya satu kelemahan bahwa ada pekerjaan mula berupa
pengeboran lubang paku kelingnya di samping kemungkinan
terjadi karat di sekeliling lubang tadi selama paku keeling
dipasang. Adapun pemasangan paku keeling bisa dilakukan

17
dengan tenaga manusia dan tenaga mesin.
- Jika terjadi kesalahan manufaktur itu relative sulit untuk di
lepas Kembali.

2.13.3 Solid Rivet MS20470

18
Solid rivet yang ada pada struktur
pesawat terbang N-219 sangatlah banyak,
tetapi pada komponen elevator yang akan di
jadikan pembahasan pada kali ini adalah solid
rivet MS20470 dan berkepala Protruding
Head.

19
2.13.4Model Kepala Solid Rive

20
21
Gambar 2.13.5 Solid Rivet MS20470

Solid Rivet MS20470 adalah solid rivet yang banyak digunakan


pada struktur elevator pesawat terbang N219. Dan solid rivet ini banyak
digunakan pada bagian struktur pesawat lainnya.

2.13.6 Posisi penggabungan Menggunakan Solid Rivet

Gambar 2.13.6 adalah penggambaran pemasangan solid rivet


menggunakan sealant dan gambar diatas menunjukan juga bentuk
countersunk rivet. Countersunk rivet adalah rivet yang sejenis dari segi
material akan tetapi beda dari kepala rivetnya saja.

 Penamaan Solid Rivet yang dipakai oleh perusahaan

22
Dari solid rivet yang dipakai, kita harus mengetahui kode yang
dipakai oleh solid rivet tersebut dan mengetahui arti dari kode solid rivet
tersebut. Karena dari kode solid rivet tersebut. Karena dari kode tersebut
kita dapat memakai solid rivet sesuai dengan spesifikasi yang ditunjukkan
oleh perusahaan.

Tabel 2.13.7 Panjang Rivet Dari Diameter Dan Kode Rivet

23
Pada tabel diatas menunjukan panjang yang di pakai dari kode solid rivet dan
diameter solid rivet. Pada tabel menjelaskan kode dash yang ada pada solid rivet
dan panjang yang sudah di tentukan oleh pihak perusahaan. Sebelum proses
pemasangan solid rivet ini sebaiknya kita memerhatikan kode tersebut, karena
kode tersebut dapat berubah-rubah sesuai posisi pemasangan solid rivet tersebut.

Panjang rivet haruslah sesuai dengan kode tersebut karena pada saat proses
penumbukan kepala baru solid rivet atau pemadatan kepala baru solid rivet bila
rivet terlalu panjang akan mengakibatkan kecacatan, begitupun bila rivet terlalu
pendek.

Table 2.13.8 Ukuran Lubang Solid Rivet

Keterangan:

Kecuali dinyatakan lain dalam menggambar Teknik yang berlaku,

diameter lubang harus memiliki dimensi berikut:

 Ketik F untuk aplikasi sekunder.

24
 Jenis FF untuk aplikasi utama.
Ukuran pembuatan lubang di tentukan juga oleh tabel dan bisa menyesuai kan
kondisi ukuran yang di mna yang di pakai disamakan dengan kebutuhan.

Tabel 2.13.9: Dimensi Panjang Kepala Baru dan Lebar Kepala Baru
Berdasarkan Tebal Plat

Dimensi pada kepala baru solid rivet


sudah memiliki ketentuan dari beberapa faktor
yang salah satunya ketebalan plat yang di
satukan pada ribnya. Ketebalan plat yang
disatukan oleh ribnya juga mempengaruhi
besar kepala baru dan diameter solid rivet
tersebut.

25
BAB III

METODOLOGI KERJA PRAKTIK

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

3.1.1. Waktu Pelaksanaan

Kegiatan kerja praktek dilakukan mulai tanggal 09 Oktober 2023 hingg


a 08 Januari 2023.

3.1.2. Tempat Pelaksanaan

Kegiatan dilakukan di Bidang Perakitan Fuselage NC 212-AC3200 PT.


Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung.

3.2 Diagram Alir Proses (Flowchart)

Setiap proses sesuatu pasti terdapat alur prosesnya,begitupun dalam


perivetan,berikut ini merupakan alur proses riveting pada pesawat terbang
N219 yang digambarkan dalam bentuk diagram Alir (Flowchart)

Mulai

SIAPKAN ALAT ALAT DAN BAHAN

Drawing

Setting

26
Drilling Menggunnakan Drill gun

Rivetng,Dan Cleaning

Inspection Quality

Selesai

3.3 Alat dan Bahan

3.3.1 Alat

 Drill gun (Bor Angin)


Alat untuk membuat lubang yang memerlukan sudut tertentu dan mnghasilkan
lubang pada berbagai material
 Rivet gun
Alat yang digunakan untuk pemasangan paku rivet (paku keling)
 Rivet set
Alat yang digunakan dalam proses merivet yang merupakan bagian komponen
dari rivet gun
 Feeler
 Alat untuk mengengukur dan mengetahui jarak atau celah dari antara rivet
yang satu dan yang lain
 Cleco
Alat untuk penahan pada perivetan
 Burking bar
Alat kerja diterima di belakang permukaan bentuk untuk memberikan dukungan
anggota dalam menerapkan dampak pengencang.

27
 Kaliberbatas go not go
Alat untuk menentukan komponen yang telah dibaut apakah sesuai batas
yang telah ditentukan atau tidak

3.3.2 Bahan.

 Rivet
Solid Rivet MS20470:Universal head rivets,adalah solid rivet yang
banyak digunakan pada struktur elevator pesawat terbang N219

 Drilling
Gunakan mata bor yang sesuai dengan aturan toleransi yang telah
ditentukan

3.4 Metode Pengumpulan Data

Ada beberapa metode pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penyusunan
Laporan Kerja Praktek ini, metode pengumpulan data tersebut yaitu :

1. Metode Dokumen, yaitu pengumpulan data dari dokumen perusahaan yan


g tersedia.
2. Metode Wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara atau menanyaka
n langsung kepada pihak yang bersangkutan.
3. Metode Literatur, yaitu pengumpulan data dari pedoman buku-buku dan p
enunjang yang lainnya.

28
BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Proses Pemasangan Solid Rivet

Proses pemasangan solid rivet ditunjukan seperti gambar berikut.

Dalam hal ini Solid Rivet digunakan


untuk menyatuakn komponen yang ada pada
elevator yaitu, skin dan rib. Adapun ketentuan-
ketentuan yang harus di perhatikan pada
proses pemasangan solid rivet, supaya hasil
kepala baru solid rivet sesuai dengan standar
dan ketentuan yang di berikan oleh pihak
perusahaan. Alat- alat yang gunakan pada
proses pemasangan solid rivet harus sesuai
spesifikasi solid rivetnya, karena alat-alat yang

29
di gunakan akan mementukan hasil kepla baru
solid rivet. Kekutan penyambungan oleh solid
rivet ini dipengaruhi oleh kepadatan solid
rivet, akan tetapi bila solid rivet terlalu padat
akan berpotensi menimbulkan kecacatan-
kecacatan yang dapat terlihan langsung
ataupun tidak terlihat langsung (melalu proses
uji coba).

4.2 Fungsi proses prakitan menggunakan rivet dan cara kerja rivet
Pada proses pemasangan ini di
perlukan ketelitain dan keahlian tertentu,
karena proses ini adalah proses penentuan
suatu komponen menyatu dengan baik dan
dapat menahan beban sesuai spesifikasinya.
Dari pemasangan solid rivet yang sesuai
standar akan menjamin kualitas umur pakai
suatu komponen tersebut.

4.2.1 Prosedur Pemasangan

Prosedur ini harus di ikuti sesuai


standar dan harus selalu di cek kemabali pada
saat proses memasuki step selanjutnya.yaitu
siapkan semua alat-alat yang sudah
ditentukan oleh buku panduan seperti diatas
dan siapkan rib dan skin yang akan di satukan
menjadi satu kesatuan (perhaitkan kode

30
komponen) supaya tidak tertukarLapisi kedua
permukaan yang akan bersentuhan satu sama
lain (permukaan dalam) dengan sealant yang
sudah di tentukan oleh pihak perusahaan.

Satukan kedua permukaan yang sudah diberi sealnt sebelum


mengering.Jepit kedua komponen tersebut memakai penjepit yang sudah supaya
tidak berubah-rubah saat proses marking.Marking sesuai margin yang di
tentukankan.Lubangi marking dengan menggunakan driling gun yang berdengan
diameter 2mm.Jika semua sudah dipastikan lurus dan peresisi maka besarkan
luabng yang sudah ditandai tadi sesuai dengan ketentuan dan besar solid rivet.

Pastikan lubang yang di masuki solid rivet suaian nya longgar tetapi tidak
longgar yang berlebihan, dengan cara memasukan solid rivet nya.Permukaan
lubang pastilah tidak rapih dan kasar karena proses driling tersebut. Diharus kan
lubang itu serata mungkin dan rapih supaya tidak terjadi kecacatan yang
disebabkan oleh lubang.
Rapihkan lah lubang degan menggunakan micro stop dengann baik,
karena bila salah menggunakan akan membuat lubang nya miring atau pelebaran
lubang.Sesudah semua lubang dipastikan rapih dari segi margin ataupun dari
lubang itu sendiri barulah proses riveting atau menyatikan 2 komponen memakai
metode solid rivet.Masukan solid rivet ke dalam lubang dan harus sesuai antara
besar solid rivet dan panjang solid rivet terhadap tebal yang akan disatukan
nya.Pasang rivet set ke rivet gun sesuai dengan ukuran yang telah di
tentukan.Tempelkan rivet gun ke kepala rivet, pastikan angin yang di butuhkan
cukup untuk menekan rivet gun atau sesuaI spesifikasi.
Tempelkan bucking bar ke ujung rivet dan pastikan lurus dan tidak sama
sekali terjadi kemiringan.Pada tahapan selanjutnya tekan tombol rivet gun
dengan bucking bar sealama bersamaan sampai terasa keras dan rivet gun
memantul baru lah lepas bersamaa.Pada proses 16 harus lah dilakukan oleh
tenaga ahli karena sebenarnya di lapangan tidak ada angka yang pasti untuk
menekan dan melepas bucking bar dan rivet gun tersebut. Kerapatan ke 2
komponen yang di satukan tersebut pasti lah sangat rapat dan mengeluarkan

31
sealant yang ada permukaan dalam. Lap sampai besih dan komponen strukur
elevator pun siap untuk di QC.
4.2.2 Hal-hal Yang Harus Di Perhatikan

Pada proses pemasangan solid rivet atau


bisa disebut riveting terdapat beberapa hal-hal
penting yang harus di perhatikan oleh operator,
karena hal-hal ini dapat menentukan kekuatan
dan ketahan penyambungan pada saat
komponen tersebut berada di kondisi
kerja.yaitu pada saat menyatukan (menjepit)
kedua komponen pastikan haruslah persisi
dan ujung-ujungnya pas terhadap komponen
lain atau skin lain.dan pada saat memberi
permukaan dalam sealant harus secukupnya,
karena bila teralu banyak akan mempengaruhi
berat. Fungsi sealant disini adalah untuk
merekatkan kedua komponen tersebut untuk
melindungi daro cairan atau udara tidak
masuk masuk kedalam rib.

Pada proses menjepit kedua komponen usahakan menjepit di posisi yang


tidak menggangu aktifitas riveting dan jepitan tidak boleh berubah rubah pada
saat aktivitas riveting dilakukan.Dan lakukan marking adalah proses penandaan
yang nantinya akan menjadi lubang rivet dan penyatuan menggunakan solid
rivet. Marking harus sesuai margin harus sesuai dengan ketentuan atau rumus
yang di berikan oleh pihak perusahaan, berbeda diameter solid rivet maka akan
menentukan marginnya, begitupun dengan ketebalan 2 komponen yang
disatukan maka akan berbeda diameter solid rivet yang dipakai.

Pembuatan lubang sesudah di marking harus memperhatikan lubang tersebut


supaya lubang yang dibuat benar-benar di posisi yang di marking.Jika sudah di
marking lubang yang di marking lurus semua dan sesuai margin maka

32
perbesarlah lubang dengan diameter yang sesuai dengan solide rivetnya.
Perhatikan kelurusan lubang dengan teliti karena tidak sedikit pada proses
pembesaran lubang ini membuat lubang menjadi miring.

Lubang yang sudah diperbesar harus lebih besar dari pada solid rivet, karena
pada proses riveting solid rivet akan menggembang (meperbesar diameter) dan
menyesuaikan ruangan akan tetapi tidak besar, bila diberi suaian pas maka
pengembangan solid rivet tertahan dan akan menjadi crak, maka dari itu untuk
mengurangi potensi crak pada solid rivet suaian yang dipakai adalah suaian pas
tetapi agak longgar.dan mulai Penghalusa permukaan lubang harus lah di
lakukan supaya permukaan yang bersentuhan langsung dengan solid rivet tidak
rajam dan bila permukaan rata meminimalisir potensi crack.

Patikan tekanan angin yang dibutuhkan oleh rivet gun cukup atau lebih,
karena angin yang masuk pada rivet gun akan memperngaruhi tenaga atau daya
yang dihasilkan. Pengaruh tekanan angin yang di bawah spesifikasi rivet gun akan
membuat hasil riveting tidak sempurna.Bucking bar berfungsi untuk membuat
kepala baru solid rivet. Pengunaan bucking bar harus di tepelkan di ujung solid
rivet dan di tekan pada saat rivet gun di hidupkan, dan dilepas pada saat sudah
terasa memantul atau terasa keras.

Pada proses perapatan harus lah memiliki keahlian khusus supaya tidak
terjadi kecacatan dan memerhatikan buku panduan, karena sebenarnya cacat
pada solid rivet ini tidak bisa terlihat oleh mata biasa. Akan tetapi bila oprator
melakukan prosedur dengan baik dan sesuai perintah desainer maka hasil
penggabungan 2 komponen melakukan solid rivet sangat dapat dipertanggung
jawabkan oleh desainer.Proses terakhir adalah memebesihkan sealant yang
keluar dari selah penggabungan 2 komponen tersebut dengan baik dan benar
hingga semua terlihat rapih.

4.2 Kecacatan Yang Terjadi Pada Solid Rivet


Kecacatan yang terjadi pado solid rivet ditunjukan seperti gambar berikut.

33
menjelasakan beberapa kondisi cacat pada solid rivet, adapun beberapa retakan-
retakan cacat pada solid rivet dimana pada retakan tersebut terdapat 2 jenis
retakan yaitu;

1. Retakan memanjang ke atas pada kepala baru solid rivet.

Dalam retakan tersebut ada beberapa jenis retakan yang dapat diterima:

 Retakan solid rivet tidak merambat ke permukaan kepala baru


 Retakan solid rivet terlihat di permukaan kepala baru, akan tetapi
memasuki 5% kriteria syarat kecacatan yang dapat diterima.

2. Retakan meluas ke atas pada kepala baru solid rivet.

 Retakan solid rivet merambat ke permukaan dan tidak melebar pada

34
kepala baru.
 Retakan solid rivet merambat ke permukaan dan terlalu melebar pada
kepala baru solid rivet.
 Retakan solid rivet merambat ke permukaan dan hasil kepala baru terlalu
tinggi.
 Retakan solid rivet yang menyambung dan memotong sebagian kepala
baru.

 5% keriteria di antaranya yaitu;

 Kondisi dimana jumlah kecacatan kurang dari 5% dari seluruhan total


solid rivet. Dan setiap kecacatan kepala baru solid rivet di beri jarak 5
sambungan solid rivet
 Diterima tetapi dalam proses manufaktur harus ada koreksi terlebih dahulu
untuk menghilangkan penyebab keretakan.
 Kondisi dimana jumlah kecacatan lebih dari 5 persen dari seluruh total
solid rivet dan berturut-turut.
 Tidak diterima karena sesuai dengan kriteria AQL yang tertera pada tabel
4.1.

4.2.3 Tabel kualitas Yang Diterima


Tabel kualitas yang diterima ditunjukan seperti gambar berikut.

35
Contoh pada gambar 4.2.3
menggambarkan cacat yang di terima, karena
cacat pada kepala baru solid rivet tidak sampai
permukaan solid rivet dan lebar dari kepala
baru masuk kriteria.

4.2.4 menunjukan kecacatan

36
menunjukan kecacatan ditunjukan seperti gambar berikut

Gambar 4.2.4 menunjukan kecacatan


yang tidak di terima, karena vertikal crack
memebelah kepala baru solid rivet.

4.2.5 Posisi kepala baru


Posisi kepala baru ditunjukan seperti gambar berikut.

Gambar 4.2.5 menggambarkan posisi


kepala baru tidak menutupi lubang solid rivet
yang sebenarnya.

37
4.2.6 Kepala baru solid rivet
Kepala baru solid rivet ditunjukan seperti gambar berikut.

Gambar 4.2.6 menggambarkan kepala


baru solid rivet yang tidak diterima karena
kepala baru solid rivet tidak padat atau adanya
ketidak rapatan antara skin dan kepala baru
solid rivet.

4.2.7 menunjukan diameter solid rivet


Menunjukan diameter solid rivet ditunjukan seperti gambar berikut.

Gambar 4.2.7 gambar yang kanan


menunjukan diameter solid rivet yang di
terima dan yang kiri menggambarkan
kesenjangan atau ketidak rapatan lingkaran

38
terhadap lubangnya, dan tidak diperbolehkan
atau tidak diterima

4.2.8 Cara memeriksa gap skin dan kepala baru solid rivet
Cara memeriksa gap skin dan kepala baru solid rivet ditunjukan seperti gambar
berikut.

Gambar 4.2.8 menggambarkan cara


memeriksa gap antara skin dan kepala baru
solid rivet memekai alat seperti feeler gauge
yang dimasukan ke tengah tengah antar skin
dan kepala baru solid rivet. Gamabar kiri
menunjukan kepala baru yang di terima atau
dibolehkan dan gambar kanan menunjukan
kepala baru yang tidak di terima karena feeler
masuk sepenuhnya dan menunjukan kepala
baru yang meiliki gap yang besar.

39
4.2.9 Memeriksa gap antara sikn dan kepala baru solid rivet
Memeriksa gap anatara skin dan kepala baru solid rivet ditunjukan seperti
gambar berikut.

Gambar 4.2.9 menggambarkan cara


memeriksa gap antara skin dan kepala baru
solid rivet memekai alat seperti feeler gauge
pada bidang silinder yang dimasukan ke
tengah tengah antar skin dan kepala baru solid
rivet. Gambar kiri menunjukan kepala baru

40
yang di terima atau dibolehkan dan gambar
kanan menunjukan kepala baru yang tidak di
terima karena feeler masuk sepenuhnya dan
menunjukan kepala baru yang meiliki gap
yang besar.

Dalam pemasangan solid rivet ini kita


harus tau cara meminimalisir hal-hal yang
membuat cacat yang ada di atas terjadi. Karena
kecacatan pada solid rivet akan memebuat
performa suatu komponen itu tersebut
menurun, bahkan dapat menjadi salah satu
pemicu kecelakaan. Maka dari itu
pentingngnya mengontrol hasil kepala baru
solid rivet dan mengontrol kelayakan solid
rivet yang sudah terpasang atau sudah
menyatukan suatu komponen. Apa bila terjadi
keraguan pada QA (Quality Assurance) maka
penggangrtian parts atau pebongkaran solid
rivet sangat di anjurkan. Karena menurut
oprator QA dan engginering desain yang kami
interview bila ada pemicu kecacatan yang
terlihat oleh mata telanjang harus dilakukan
penggatian parts atau penggantian solid rivet
harus di lakukan, karena bila tidak di lakukan
penggatian akan menimbulkan kacacatan
seanjutnya.

BAB V

41
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Bahwa pemasangan solid rivet harus sesuai dengan prosedur dan skpesifikasi
yang ditetapkan oleh enginering. Dimana pemilihan dimensi rivet haruslah seusi
dengan dimensi struktur yang akan di rivet, terutama mengenai pemilihan panjang
rivet.

2. Spesifikasi dan dimensi rivet yang sudah di tetapkan oleh drawing (enginering),
menggunakan spesidfikasi MS20470AD4-4 (panjang rivet tidak tercantum dalam
drawing sehingga panjang rivet ditetapkan olehbagian produksi). Dari hasil
pengmatan bahwa spesifikasi MS20470AD4-4 sudah sesuai dengan spesifikasi
dan tidak terjadi kerusakan dalam proses manufaktur.

Saran
1. Dari hasil diskusi dibagian material dan proses enginering bahwa panjang rivet
harus dicantumkan dalam drawing agak proses pembelian solid rivet dan proses
pemilihan dibagian produksi lancar.

2. Dalam proses pemasangan solid rivet haruslah sesuai dengan prosedur, karena
bila sesuai prosedur dapat meminimalisir terjadinya kecacatan dalam peoses
pemasangan.

42

Anda mungkin juga menyukai