PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber daya manusia merupakan faktor utama dalam organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi. Tujuan organisasi akan lebih mudah tercapai
apabila didalam organisasi terdapat sumber daya manusia yang berpotensi
dan kompeten, sehingga dapat memberikan peningkatan mutu dan kuliatas
organisasi. Keberhasilan suatu organisasi akan telihat dengan jelas apabila
sumber daya manusia yang ada dapat dikelola menjadi lebih baik dari
sebelumnya dalam mencapai tujuan organisasi.
Menurut (Sedarmayanti, 2007:13) berpendapat bahwa
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah kebijakan dan
praktik manajemen menentukan aspek “manusia” atau sumber daya manusia
dalam posisi manajemen, termasuk merekrut, menyaring, melatih, memberi
penghargaan dan penilaian. Tujuan manajemen sumber daya manusia secara
umum adalah untuk dapat memastikan bahwa organisasi dapat mencapai
keberhasilan melalui orang lain.
Simamora (2002: 21) kinerja merupakan hasil kerja yang dapat
dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi,
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing masing, dalam rangka
upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar
hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Menurut Mathis, Robert L.
dan Jackson. John H. (2006:378) kinerja dipengaruhi beberapa faktor
diantaranya adalah kuantitas pekerjaan yang dapat dilakukan oleh seseorang
dalam waktu satu hari kerja, kualitas dalam ketaatan dalam prosedur dan
disiplin, keandalan dalam melakukan pekerjaan yang diisyaratkan dengan
supervisi minimum, kehadiran masuk kerja setiap hari dan sesuai jam kerja,
dan kemampuan bekerja sama dengan orang lain dalam menyelesaikan
tugas dan pekerjaan yang telah ditetapkan sehingga mencapai daya guna
yang sebesar-besarnya.
Sebagai salah satu sekolah besar di Kabupaten Kampar, SMA N 2
Bangkinang Kota juga memiliki tantangannya sendiri dalam mengelola
tenaga honorer. Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan bapak
Drs. Gindo Mandalasa, M.Pd selaku Kepala Sekolah di SMA N 2
Bangkinang Kota, penulis mengetahui ada banyak hal yang mempengaruhi
kualitas kerja tenaga honorer sebagai sumber daya manusia di SMA N 2
Bangkinang Kota seperti rendahnya kesadaran tenaga kerja honorer dalam
disiplin kerja, rendahnya motivasi dalam bekerja dan kurangnya pengalaman
dalam bekerja yang menyebabkan keterlambatan dalam penyelesaian suatu
pekerjaan.
Fenomena ketidak hadiran Honorer Tata Usaha dan keterlambatan
tenaga pendidik diperkuat oleh data sebagai berikut:
Tabel 1.1:
Data Absensi Honorer SMA Negeri 2 Bangkinang Kota Periode
Juli 2018 – Juni 2019
B. Identifikasi Masalah
1. Kurangnya disiplin waktu datang dan pulang bekerja
2. Kurang mengertinya dengan pekerjaan/tupoksi kerja masing-masing
3. Sering terlambat dan tidak hadirnya honorer SMA Negeri 2 Bangkinang
Kota
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas maka permasalahan dalam
penelitian in dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah pengalaman kerja berpengaruh terhadap kinerja honorer Tata
Usaha SMA Negeri 2 Bangkinang Kota
2. Apakah penegakan Disiplin kerja dari atasan berpengaruh terhadap
kinerja honorer tata usaha SMA Negeri 2 Bangkinang Kota
3. Apakah motivasi dalam bekerja berpengaruh terhadap kinerja honorer
SMA Negeri 2 Bangkinang Kota.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak di capai dari penelitian ini antara lain :
1. Untuk mengetahui pengaruh Pengalaman kerja terhadap Kinerja SMA
Negeri 2 Bangkinang Kota.
2. Untuk mengetahui pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Honorer
SMA Negeri 2 Bangkinang Kota.
3. Untuk mengetahui pengaruh Disiplin Kerja terhadap Kinerja Honorer
SMA Negeri 2 Bangkinang Kota.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian dapat diperoleh dari hasil penelitian
ini adalah :
1. Bagi SMA Negeri 2 Bangkinang Kota.
Dapat digunakan sebagai masukan bagi pimpinan SMA
Negeri 2 Bangkinang Kota sebagai upaya untuk peningkatan
kualitas kinerja Honorer dalam mencapai tujuan sekolah sesuai dengan
kurikulum dinas pendidikan.
2. Bagi masyarakat
Sebagai bahan refrensi bagi mereka yang membutuhkan
informasi tentang kualitas peningkatan kinerja Honorer sebagai dasar
perbandingan untuk dijadikan evaluasi.
3. Bagi Akademis
Dapat mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan
sampai seberapa jauh teori-teori yang sudah ditetapkan pada kasus
dilapangan sehingga hal-hal yang mash dirasa kurang dapat diperbaiki.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
F. Teori
1. Pengertian Manajemen
Menurut Siswanto (2005:1) manajemen adalah suatu seni ilmu
dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, motivasi, dan
pengendalian terhadap orang serta mekanisme kerja untuk mencapai tujuan.
Menurut Ismail Solihin (2009:4) manajemen dapat didefenisikan sebagai
proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian dari
berbagai sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan
efisien.
Sedangkan menurut Gibson, Donelly & Ivancevich dalam Ratminto
& Atik Septi Winarsih (2008:1-2) mendefenisikan manajemen sebagai suatu
proses yang dilakukan oleh satu atau lebih individu untuk mengoordinasikan
berbagai aktivitas lain untuk mencapai hasil-hasil yang tidak bisa dicapai
apabila satu individu bertindak sendiri.
3. Kinerja
a. Definisi kinerja
Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikannya (Mangkunegara, 2011:9).
Kinerja merupakan suatu proses tentang bagaimana pekerjaan
berlangsung untuk mencapai hasil kerja (Wibowo, 2007:81).
Kinerja bisa mempengaruhi berlangsungnya kegiatan suatu
organisasi perusahaan, semakin baik kinerja yang ditunjukan oleh
para pegawai akan sangat membantu dalam perkembangan
organisasi atau perusahaan tersebut. Kinerja karyawan pada dasarnya
adalah hasil kerja karyawan selama periode tertentu. Pemikiran
tersebut dibandingkan dengan target atau sasaran yang telah
disepakati bersama. Tentunya dalam penilaian tetap
mempertimbangkan berbagai keadaan dan perkembangan yang
mempengaruhi kinerja tersebut. (Handoko, 2000) menyebutkan
bahwa penilaian kinerja terdiri dari 3 kriteria, yaitu:
1) Penilaian berdasarkan hasil yitu penilaian yang didasarkan
adanya target-target dan ukuranya spesifik serta dapat di ukur
2) Penilaian berdasarkan perilaku yaitu penilaian-penilaian
perilaku yangberkaitan dengan pekerjaan
3) Penilaian berdasarkan judgement yaitu penilaian berdasarkan
kualitas pekerjaan, koordinasi, pengetahuan, pekerjaan dan
keterampilan, kreativitas kerja serta kesadaran dalam
penyelesaian tugas dapat dipercaya.
Kinerja karyawan merupakan faktor yang sangat penting bagi
suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan kinerja karyawan
sebagai penentu keberhasilan serta kelangsungan hidup
perusahaan. Dalam setiap organisasi, manusia merupakan salah
satu komponen yang sangat penting dalam menghidupkan
organisasi tersebut. Hal ini harus didukung dengan kinerja
yang baik pula karena tanpa kinerja yang baik, organisasi tidak
akan mencapai tujuannya (Agus Setiawan, 2013: 1).
Secara umum tujuan dari penelitian kinerja adalah
memberikan timbal balik kepada pegawai dalam upaya
memperbaiki kerja pegawai, dan untuk meningkatkan produktivitas
organisasi. Secara khusus tujuan penilaian kerja adalah sebagai
pertimbangan keputusan organisasi terhadap pegawainya mengenai
promosi, mutasi, kenaikan gaji, pendidikan dan pelatihan ataupun
kebijakan manajerial lainnya. Menurut Mangkunegara (2009:67),
Kinerja karyawan dapat dinilai dari; Kualitas kerja, Kuantitas kerja,
Tanggung jawab, Kerja sama, Inisiatif
b. Indikator kinerja
Menurut Riordan dalam Christi (2010), indikator dalam kinerja
adalah:
1) Ketepatan Waktu
Suatu jenis pekerjaan tertentu menuntut
kehadiran dalam mengerjakannya sesuai dengan waktu
yang ditentukan.
2) Kuantitas
Seseorang dapat menyelesaikan pekerjaannya dalam
periode waktu yang telah ditentukan.
3) Kualitas
Setiap pekerja mengenal dan menyelesaikan masalah yang
relevan serta memiliki sikap kerja yang positif di tempat kerja.
c. Faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja
Kinerja dipengaruhi oleh faktor intrinsik yaitu personal
individu dan faktor ekstrinsik yaitu kepemimpinan, sistem, tim,
situasional, dan konflik. Dalam Wirawan, (2009) Uraian rincian
faktor-faktor tersebut sebagai berikut :
1) Faktor Personal/individual, meliputi unsur pengetahuan,
keterampilan (skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi
dan komitmen yang dimiliki oleh tiap individu karyawan.
2) Faktor Kepemimpinan, meliputi aspek kualitas manajer
dan team leader dalam memberikan dorongan, semangat,
arahan dan dukungan kerja kepada karyawan.
3) Faktor Tim, meliputi kualitas dukungan dan semangat yang
diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap
sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim.
4) Faktor Sistem, meliputi sistem kerja, fasilitas kerja atau
infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi
dan kultur kinerja dalam organisasi.
5) Faktor Situasional, meliputi tekanan dan perubahan
lingkungan eksternal dan internal.
6) Konflik, meliputi konflik dalam diri individu/konflik peran,
konflik antar individu, konflik antar kelompok/organisasi.
Pengukuran kinerja karyawan penting dilakukan.
Tujuan pengukuran kinerja adalah untuk mengetahui apakah
karyawan mampu menyelesaikan kewajibannya sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan atau apakah karyawan menyimpang
dari rencana yang telah ditetapkan atau apakah hasil kinerja
yang telah dircapai karyawan sesuai dengan yang diharapkan
(Diah Indriyani, dkk, 2015: 137). Mangkunegara (2011:67-68)
faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah factor
kemampuan (ability) dan faktor motivasi. Hal tersebut dijelaskan
sebagai berikut:
a. Faktor Kemampuan (Ability)
Secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri dari
kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge +
skill). Pimpinan dan pegawai harus memiliki pendidikan yang
memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan
pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja
maksimal.
b. Faktor Motivasi (Motivation)
Motivasi diartikan sebagai suatu sikap yang yang dimiliki
pemimpin dan pegawai terhadap situasi kerja dilingkungan
organisasinya. Mereka akan menunjukan nilai positif atau negatif
terhadap situasi kerjanya, dan semua itu bisa memperlihatkan
bagaimana tinggi rendahnya motivasi yang dimiliki pimpinan dan
pegawai.
d. Dampak kinerja
Menurut Umam (2010), beberapa dampak dari adanya
kinerja, adalah sebagai berikut:
1) Pencapaian target. Saat setiap pekerja dan pimpinan
bertindak efektif dengan energi positif, untuk
menyelesaikan tugas dan tanggung jawab masing-masing
sesuai dengan arahan dari target; maka saat itu, energi
positif setiap orang akan berkolaborasi dan berkontribusi
untuk menghasilkan karya dan kinerja terbaik.
2) Loyalitas. Loyalitas memiliki beberapa unsur antara lain:
adanya sikap kesetiaan, kesadaran melaksanakan, tanggung
jawab, serta berusaha menjaga nama baik organisasi.
Semakin baik kinerja seseorang, semakin tinggi tingkat
loyalitasnya.
3) Pelatihan dan pengembangan. Semakin baik kinerja
seseorang, semakin mudah dalam pelatihan dan
pengembangan. Semakin buruk kinerja seseorang,
semakin tinggi kebutuhan seseorang untuk mendapatkan
pelatihan dan pengembangan.
4) Promosi. Kinerja dapat digunakan sebagai salah satu
pertimbangan untuk promosi.
5) Mendorong orang agar berperilaku positif atau memperbaiki
tindakan mereka yang berada di bawah standar kinerja.
6) Memberikan dasar yang kuat bagi pembuatan kebijakan
untuk peningkatan organisasi.
4. Pengalaman Kerja
1. Waktu
Semakin lama seseorang melaksanakan tugas akan
memperoleh pengalaman kerja yang lebih baik.
2. Jenis tugas
Semakin banyak tugas yang dilaksanakan oleh seseorang maka
umumnya orang tersebut akan memperoleh pengalaman kerja
yang lebih banyak.
3. Penerapan
Semakin banyak penerapan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap seseorang dalam melaksanakan tugas tentunya akan
dapat meningkatkan pengalaman kerja orang tersebut.
4. Hasil
Seseorang yang memiliki pengalaman kerja lebih banyak
akan dapat memperoleh hasil pelaksanaan tugas yang lebih baik.
1. Gerakannya lancar
Setiap karyawan yang berpengalaman akan melakukan
gerakan yang baik dalam bekerja tanpa diserti keraguan.
2. Dapat menduga akan timbulnya kesulitan sehingga
lebih siap menghadapinya
Dengan pengalaman kerja yang dimilikinya maka seorang
pegawai yang sudah berpengalaman dapat menduga akan
adanya kesulitan dan siap menghadapinya.
3. Bekerja dengan tenang
Seorang pegawai yang berpengalaman akan memiliki rasa
percaya diri yang cukup besar.
5. Motivasi Kerja
6. Disiplin Kerja
3. Disiplin Progresif
Disiplin progresif adalah kegiatan yang memberikan hukuman-
hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran-pelanggaran
yang berulang.
G. VARIABEL
1. Kinerja
Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah Kinerja
karyawan (Y1). Kinerja karyawan yang dimaksud adalah hasil
yang dikerjaan karyawan dapat berkualitas baik dengan kepercayaan
yang telah diberikan oleh perusahaan. Kinerja karyawan diukur dengan
indikator menurut miner dalam buku Sudarmanto (2009) yaitu:
a. Kualitas, yaitu tingkat kesalahan, kerusakan, dan kecermatan. b.
Kuantitas, yaitu: jumlah pekerjaan yang dihasilkan.
b. Penggunaan waktu dalam kerja, yaitu: tingkat ketidak
hadiran, keterlambatan, waktu kerja efektif/jam kerja hilang.
c. Kerjasama dengan orang lain dalam bekerja, yaitu sikap team
work yang diciptakan antar anggota kerja.
2. Variabel Independen
Variabel Indepeden juga disebut variabel bebas, dimana variabel
ini mempengaruhi dan menjadi sebab adanya perubahan.
a. Pengalaman Kerja (X2)
Pengalaman kerja adalah proses pembentukan karyawan.
Sehingga pengalaman kerja sangat penting dalam membantu
dalam berjalannya pekerjaan di SMAN 2 Bangkinang Kota.
Indikator yang digunakan adalah indikator dari Foster (2001)
yaitu:
Kurangnya minat terhadap pekerjaannya. Sikap seorang
karyawannya dengan tugasnya.
1. Kurangnya keterampilan. Kemampuan yang dibutuhkan
dalam menjalankan tugas.
2. Kurangnya pengetahuan. Pengetahuan yang digunakan
dalam pengerjaan tugas.
3. Kurangnya kepercayaan diri. Perasaan takut gagal sangat
mempengaruhi hasil dari pekerjaan.
H. MODEL GAMBAR
Pengalaman Kerja
(X1)
Motivasi Kerja
(X 3)
I. Lokasi Penelitian
a. Populasi (lokus) dan Sampel
Populasi adalah kelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu
yang mempunyai karakteristik tertentu (Suharsimi Arikunto, 2002) .
Penelitian ini direnacakan akan dilaksanakan di SMAN 2 Bangkinang
Kota.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Suharsimi Arikunto, 2002) . Pengambilan sampel dengan teknik
census sampling, yaitu metode pengumpulan data dimana seluruh
populasi di selidiki tanpa terkecuali. Sampel yang diambil dari
semua populasi yang ada berjumlah 35 orang.
1. Kepala Sekolah 1 orang
2. Wakil Kepala Sekolah 4 Orang
3. Kepala Tata Usaha 1 orang
4. Guru Honorer 11 Orang
5. Tata Usaha 24 Orang
J. JENIS PENELITIAN
Jenis data dalam penelitian ini menggunakan data primer.
Data primer merupakan data yang be rsumber dari tangan
pertama (responden). Jumlah responden tersebut adalah 35 orang.
Y = Kinerja honorer
X1 = Pengalaman kerja
X2 = Motivasi KErja
X 3 = Disiplin KErja
a = Konstanta regresi
b = Koefisien regresi
e = Error
M. UJI KLASIK
Uji asumsi klasik merupakan tahap awal yang digunakan sebelum
analisis regresi liner. Menurut Ghozali (2011:105-166), mengemukakan ada
tiga penyimpangan asumsi klasik yang cepat terjadi dalam penggunaan model
regresi.
a. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain, jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain berbeda maka disebut
heterokedastisitas (Imam Ghozali, 2011). Deteksi dilakukan dengan
melihat ada tidaknya pola tertentu dalam grafik dimana sumbu X dan Y
telah diproduksi. Dasar pengambilan keputusan adalah :
1. Jika titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur
seperti gelombang melebar kemudian menyempit maka terjadi
heterodastisitas.
2. Jika titik-titik ada pola yang jelas, serta titik -titik menyebar di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heterokedastisitas.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikoleniaritas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau
independen (Imam Ghozali,2011:105). Cara umum untuk mendeteksi
adanya multikolinear dalam model ini ialah dengan melihat bahwa R2
yang tinggi dalam model tetapi tingkat signifikansi t-statistiknya sangat
kecil dari hasil regresi tersebut dan cenderung banyak yang tidak
signifikan. Selain itu untuk menguji multikolinear, biasa dilihat matrik
korelasinya. Jika masing-masing variabel bebas berkorelasi lebih besar
dari 80% maka termasuk yang memilki hubungan yang tinggi atau ada
indikasi multikolinearitas. Uji multikoneritas dapat dilakukan untuk
hasil regresi untuk kedua model yang akan diestimasi. Caranya
adalah dengan mencari angka tolerance, dimana tolerance adalah
nilai 1-R2-R2 disini adalah koefisien determinasi dari regresi atas
suatu variabel bebas terhadap sisa variabel bebas lainnya. Setelah
angka tolerance diperoleh selanjutnya dicari angka VIF. Angka VIF
(variance inflation factor) yang merupakan kebalikan (resiprokal)
dari tolerance. Dengan demikian semakin tinggi nilai tolerance semakin
rendah derajat kolinearitas yang terjadi. Sedangkan untuk VIF, semakin
rendah nilai VIF semakin rendah derajat kolinearitas yang terjadi.
Batasan nilai maksimum VIF yang biasa digunakan untuk menjustifikasi
adanya kolinearitas adalah 10.
c. Uji Normalisasi
Menurut Ghozali (2011:110), uji normalitas bertujuan untuk
mengetahui apakah masing-masing variabel berdistribusi normal atau
tidak. Uji normalitas diperlukan karena untuk melakukan pengujian-
pengujian variabel lainnya dengan mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistic
menjadi tidak valid dan statistik perametrik tidak dapat dipergunakan.
Uji statistik yang digunakan untuk uji normalitas data dalam penelitian
ini adalah uji normalitas atau sampel Kolmogorov-Smirnov. Hasil
analisis ini kemudian dibandingkan dengan nilai kritisnya.
Menurut Singgih Santoso (2012:393), menjelaskan output test of
normality, yaitu :
1. Ada pedoman pengambilan keputusan : Angka signifikansi
(Sig) > α = 0,05 maka data berdistribusi normal.
2. Angka singnifikansi (Sig) < α = 0,05 maka data tidak
berdistribusi normal. Menurut Singgih Santoso (2012:322),
metode yang digunakan adalah pengujian secara visual
dengan metode gambar normal probability plots dalam
program SPSS yang membandingkan distribusi kumulatif dari
distribusi normal. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi
dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari
grafik.
N. UJI HIPOTESIS
1. Uji Parsial
Uji t dipergunakan untuk melihat besarnya pengaruh
masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat secara
sendiri -sendiri atau parsial (Sarwono, 2012:91). Sehingga dalam
penelitian ini Uji t dipergunakan untuk melihat besarnya pengaruh dari
masing-masing komponen dalam manajemen modal kerja yaitu
variabel efisiensi kas, piutang dan persediaan terhadap profitabilitas.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan aplikasi pengolahan data
yaitu SPSS. Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan Uji t
adalah sebagai berikut :
a. Merumuskan Hipotesis
Sama halnya dengan Uji F, Uji t juga memerlukan perumusan
hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha). Hipotesis nol
dan hipotesis alternatif dalam Uji t dari penelitian ini adalah
sebagai berikut : Ho = Pengalaman Kerja (X1), Motivasi Kerja
(X2), dan Disiplin Kerja (X3) secara parsial berpengaruh terhadap
Kinerja (Y).
Ha = Disiplin Kerja (X1), Pengalaman Kerja (X2), dan Gaji (X3)
secara parsial tidak berpengaruh terhadap Kinerja (Y).
b. Merumuskan Dasar Pengambilan Keputusan
Dasar pengambilan keputusan dalam hal ini maksudnya adalah
dasar yang digunakan sehingga dapat menetapkan diterima
tidaknya hipotesis penelitian. Kemudian, menetapkan taraf
signifikansi sebesar 0,05. Lebih lanjutnya dapat dilihat melalui
kriteria atau dasar pengambilan keputusan berikut :
1) Jika nilai signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
2) Jika nilai signifikansi > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Nilai signifikansi penelitian dapat diketahui dari hasil pengolahan
dengan SPSS pada table coefficients dalam kolom Sig.
2. Uji Simultan
Untuk mengetahui apakah suatu model regresi sudah benar
atau salah, diperlukan uji hipotesis. Uji hipotesis dengan
menggunakan Uji F dimaksudkan agar dapat diketahui pengaruh dari
Disiplin Kerja (X1), Pengalaman Kerja (X2), dan Gaji (X3) secara
simultan berpengaruh terhadap kinerja (Y). dengan kata lain Uji F
dipergunakan untuk melihat pengaruh dari semua variabel bebas
( independent variable) secara gabungan terhadap variabel terikat
(dependent variable) (Sarwono,2012:88).
O. KOEFISIEN DETERMINAN
Koefisien determinasi merupakan suatu nilai yang dapat
menggambarkan sejauh mana variabel bebas (independent variable) dalam
penelitian dapat mempengaruhi variabel terikat (dependent variable) dari
pengaruh varabel-variabel lain di luar model regresi dalam penelitian.
Perhitungan uji koefisien determinasi dapat menggunakan aplikasi SPSS.
Dari hasil perhitungan SPSS akan diperoleh adjusted R Square (R2).
Adjusted R Square (R2) digunakan untuk melihat besarnya pengaruh nilai
Pengalaman Kerja (X1), Motivasi Kerja (X2), dan Disiplin kerja (X3 ) secara
simultan tidak berpengaruh terhadap Kinerja (Y). semakin tinggi nilai dari
koefisien determinasi berarti menunjukkan semakin baik kemampuan
variabel independen dalam menjelaskan perilaku variabel independen
(Ghozali, 2011:144).