GIZI MASYARAKAT
Disusun
M. Hidayatul Fikri
235110989
Dosen Pengampu :
Dr. Syukra Alhamda, SKM, M.Kes
2023/2024
Kata Pengantar
Puji syukur saya sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunian-Nya berupa nikmat dan kesehatan, iman dan ilmu pengetahuan sehingga dapat
menyelesaikan tugas Makalah yang berjudul “MARASMUS”. Saya sepenuhnya menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, maka dari itu kritik dan
saran yang bersifat konstruktif sangat saya harapkan dei kesempurnaan makalah ini. Saya
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Syukra Alhamda, SKM, M.Kes atas bimbingan
serta menilai dan memeriksa makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini mendapatkan
keridhaan dari Alah SWT dan dpat memberikan manfaat bagi saya dan kepada semua
pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4
A. Latar Belakang.........................................................................................................4
B. Identifikasi Masalah.................................................................................................5
C. Tujuan......................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................6
A. Definisi Marasmus...................................................................................................6
B. Gejala Penyebab Terjadinya Marasmus..................................................................6
C. Cara Pencegahan Marasmu......................................................................................9
BAB III PENUTUP............................................................................................................12
A. Kesimpulan............................................................................................................12
B. Saran......................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kekurangan giziterjadi
karena ketidakseimbangan seluler antara pasokan nutrisi dan energi dankebutuhan tubuh
bagi mereka untuk menjamin pertumbuhan, pemeliharaan, danfungsi tertentu.
Menurut Lembaga Nutrisi Bangsa (2012) malnutrisi adalah istilah umumketika
terjadi kekurangan beberapa atau seluruh elemen nutrisi yang penting bagitubuh. Istilah
ini sering kali lebih dikaitkan dengan keadaan undernutrition (gizikurang) yang
diakibatkan oleh konsumsi makanan yang kurang, penyerapanyang buruk, atau
kehilangan zat gizi secara berlebihan. Malnutrisi merupakansalah satu penyebab utama
morbiditas dan mortalitas anak di dunia. Diperkirakan9% anak di bawahusia 5 tahun
mengalami kelaparan (dengan standar deviasi berat badan menurut tinggi badan di bawah
-2 SD menurut WHO/NCHS). Keadaan ini berisiko terhadap kematian atau gangguan
pertumbuhan dan perkembangan mental yang berat.
Marasmus merupakan salah satu bentuk dari malnutrisi energi proteinyang
biasanya ditemui pada balita. Penyebabnya antara lain karena infeksi, premature, kelainan
struktur bawaan, penyakit pada masa neonatus, sertakekurangan kalori berat dalam jangka
waktu lama terutama terjadiselama tahun pertama kehidupan, yang ditandai dengan
retardasi pertumbuhan dan pengurangan lemak bawah kulit dan otot secara progresif
tetapi biasanya masih ada nafsu makan dan kesadaran mental.
“Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pda
bayi yang tidak mendapatkan cukup ASI dan tidak diberikan makanan penggantinya atau
sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti
infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorsi, gangguan
metabolic, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat”. (Solihin,
1990:116).
Penderita gizi buruk yang paling banyak dijumpai adalah tipe marasmus. Hal ini
dapat dipahami karena marasmus sering berhubungan dengan keadaan kepadatan
penduduk dan hygiene yang kurang didaerah perkotaan yang sedang berkembang serta
terjadinya krisis ekonomi di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dari laporan Badan Pusat
Statistik (BPS) dan Laporan Survei Departemen Kesehatan-Unicef tahun 2005, dari 343
kabupaten/kota di Indonesia penderita gizi buruk sebanyak 169 kabupaten/kota tergolong
prevalensi sangat tinggi dan 257 kabupaten/kota lainnya prevalensi tinggi. Dari data
Depkes juga terungkap masalah gizi di Indonesia ternyata lebih serius dari yang
dibayangkan selama ini
B. Identifikasi Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Marasmus?
2. Apa gejala-gejala penyebab terjadinya marasmus?
3. Bagaimana cara pencegahan Marasmus?
C. Tujuan
1. Untuk mngetahui definisi Marasmus?
2. Untuk mengetahui gejala-gejala penyebab terjadinya marasmus?
3. Utnuk mengatahui cara pencegahan Marasmus?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Marasmus
Marasmus berasal dari kata Yunani yang berarti kurus-kering. Sebaliknya
walau asupan protein sangat kurang, tetapi si anak masih menerima asupan hidrat
arang (misalnya nasi ataupun sumber energi lainnya). Marasmus disebabkan karena
kurang kalori yang berlebihan, sehingga membuat cadangan makanan yang
tersimpan dalam tubuh terpaksa dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan yang
sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup. Marasmus adalah bentuk malnutrisi
kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis
terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah
kulit dan otot. (Dorland, 1998:649)
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori
protein. (Suriadi, 2001:196). Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada
di daerah dengan makanan tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus
diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda
defisiensi protein dan kalori. (Nelson). Marasmus merupakan keadaan dimana
seorang anak mengalami defisiensi energi dan protein. Umumnya kondisi ini
dialami masyarakat yang menderita kelaparan. Gizi buruk tipe marasmus adalah
suatu keadaan dimana pemberian makanan tidak cukup atau higiene jelek yang
menyebabkan defisiensi karbohidrat.
Gejala Gejala yang terjadi pada penderita marasmus adalah keadaan yang
terlihat mencolok seperti hilangnya lemak subkutan, terutama pada wajah. Akibatnya
ialah wajah si anak lonjong, berkeriput dan tampak lebih tua (old man face). Otot-otot
lemah dan atropi, bersamaan dengan hilangnya lemak subkutan maka anggota gerak
terlihat seperti kulit dengan tulang dan turgor kulit menghilang. Torax dan tulang
rusuk tampak lebih jelas. Dinding perut hipotonus dan usianya. Suhu tubuh bisa
rendah karena lapisan penahan panas hilang (Rani et al 1998).
Gejala klinis marasmus terdiri dari :
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi
karena :diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang
hubungan dengan orangtua-anak terganggu,karena kelainan metabolik, atau
malformasi kongenital. (Nelson).
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya marasmus, antara lain :
a. Pola makan Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak
untuk tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori
yang cukup, tidak semua makanan mengandung protein/asam amino yang
memadai. Diet yang kurang energi juga dapat mengakibatkan terjadinya
marasmus.
b. Kepadatan penduduk Mc Laren (1982) memperkirakan bahwa, marasmus
terdapat dalam jumlah yang banyak akibat suatu daerah terlalu padat
penduduknya dengan higiene yang buruk.
c. Faktor sosial Keadaan sosial yang tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk
menggunakan bahan makanan tertentu dan sudah berlansung turun-temurun
dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya marasmus.
d. Factor pendidikan Kurang adanya pengetahuan tentang pentingnya gizi
dikalangan masyarakat yang pendidikannya relative rendah.
e. Faktor ekonomi Kemiskinan keluarga, penghasilan yang rendah yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan dan ketidakmampuan dalam membeli bahan makanan
berakibat pada keseimbangan nutrisi anak yang tidak terpenuhi, saat dimana
ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya.
f. Faktor infeksi dan penyakit lain Terdapat interaksi sinergis antara MEP
(Malnutrisi energi protein) dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat
memperburuk keadaan gizi. Infeksi berat dapat memperburuk keadaan gizi
melalui gangguan masukan dan meningginya kehilangan zat-zat gizi esensial
tubuh. Dan sebaliknya MEP, walaupun dalam derajat ringan akan menurunkan
imunitas tubuh terhadap infeksi. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai
penyakit lain seperti sering diserang diare, kelainan bawaan saluran pencernaan
atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan
juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin)
Marasmus dapat terjadi pada segala umur. Pada anak-anak, biasanya penyebab
terjadinya marasmus disebabkan karena tidak tercukupinya kebutuhan ASI sewaktu
bayi. Menurut Laren et al (2000), penyebab marasmus ialah kurang kalori-protein
yang berat. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan
makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain
pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap
terjadinya marasmus.
Secara garis besar, sebab-sebab marasmus ialah masukan makanan yang kurang.
Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak
sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak, misalnya
pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer. Infeksi yang berat dan lama
menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral misalnya infantil gastroenteritis,
bronkhopneumonia, pielonephritis dan sifilis kongenital. Kelainan struktur bawaan
misalnya, penyakit jantung bawaan. Marasmus juga dapat disebabkan oleh
Prematuritas dan penyakit pada masa neonates. Dimana pada keadaan-keadaan
tersebut pemberian ASI kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat. Tetapi
pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup
juga akan menyebabkan terjadinya marasmus. Gangguan metabolik misalnya renal
asidosis, idiopathic hypercalcemia, galacosemia, lactose intolerance serta penyapihan
yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang kurang akan menimbulkan
marasmus. Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat
banyak faktor. Faktor-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting yaitu :
tubuh sendiri (host), agent (kuman penyebab), environment (lingkungan). Memang
faktor diet (makanan) memegang peranan penting tetapi faktor lain ikut menentukan.
A. Kesimpulan
Marasmus adalah salah satu bentuk gizi buruk yang sering ditemui pada anak-anak.
Gejala-gejalanya terlihat mencolok dan penyebabnya multifaktorial antara lain masukan
makanan yang kurang, faktor penyakit dan faktor lingkungan, ketidaktahuan untuk
memilih makanan yang bergizi, keadaan ekonomi yang tidak menguntungkan. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gambaran klinis untuk menentukan penyebab perlu anamnesis
makanan dan penyakit lain. Kasus marasmus pada anak – anak masih banyak terjadi di
Indonesia, terutama pada masyarakat dengan tingkat ekonomi yang rendah. Pencegahan
terhadap marasmus ditujukan kepada penyebab dan memerlukan pelayanan kesehatan dan
penyuluhan yang baik. Pengobatan marasmus ialah pemberian diet tinggi kalori dan
tinggi protein dan penatalaksanaan di rumah sakit yang harus dilakukan secara rutin dan
terkontrol
B. Saran
Melihat banyaknya kasus marasmus di Indonesia disarankan untuk mengadakan
pelayanan gizi di setiap daerah dan mengadakan pemberian makanan tambahan
pemulihan secara gratis sampai kelompok sasaran dinyatakan berstatus gizi baik sesuai
dengan aturan kesehatan. Selain itu juga perlu adanya monitoring dan evaluasi secara
rutin, serta perlu adanya perbaikan infrastruktur pemasaran dan berbagai pemerataan
pendapatan.
DAFTAR PUSTAKA
Aritonang, Irianto dan Priharsiwi, Edah. 2006. Busung Lapar (Potret Buram Anak Indonesia
di Era Otonomi Daerah). Yogyakarta: Media Presindo
http://lenteraimpian.wordpress.com/2010/02/24/masalah-masalah-gizi-di-indonesia-2/10
April 2014 http://www.indonesian-publichealth.com/2012/12/masalah-gizi-kurang-dan-gizi-
buruk.html/10 April 2014 http://networkedblogs.com/t90QG/10 April 2014
http://www.antarafoto.com/peristiwa/v1346380552/bocah-marasmus/12
http://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/09/01/Konsep-Marasmus/diakses 14 Agustus
2012
http://www.scribd.com/doc/90720227/Pengertian-KEP
http://www.tempo.co/read/news/2012/01/18/173378104/RI-Negara-diUrutan-ke-5-yang-
Warganya-Kurang-Gizi/
TIM MGMP Kabupaten Tulungagung. 2011.LKS Pendudukan Lingkungan Hidup Kelas 12.
Tulungagung:UPT Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung
Suharjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara
Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1985. Buku
Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anaka. Jakarta: Info Medika
Moninja HE. 1979. Marasmus-Kwashiorkor. Jakarta: Yayasan Sumber Daya Masyarakat
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat. 1998. Pedoman Tata Laksana
Kekurangan Energi Protein pada Anak di Rumah Sakit Kabupaten/Kodya. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Sjahmien Moehdji. 2003. Ilmu Gizi Penanggulangan Gizi Buruk, Jakarta: Papas Busung
Lapor Pada Balita. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran. No. 134, 2004/13
Soekiman, 2000, Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional 2001, Jakarta: Depkes RI-WHO
Anonim. 2008. Kalori Untuk Gizi Buruk. Diakses 15 Desember 2008: Republika Online.