“ MARASMUS ”
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak
Puji syukur kami panjatkan pada Allah SWT karena berkat rahmat-Nya
lah kami dapat m
enyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul
Marasmus dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak. Dalam
penulisan makalah ini penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Allah SWT yang telah meng-anugerahkan kesehatan kepada kami semua
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
2. Julien Kumari, S. Kep., Ns yang telah membimbing kami dalam penulisan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan
maupun isi dalam makalah ini. Namun kami berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan pembaca mengenai Marasmus. Akhir kata kami
mengucapkan terimakasih.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Malnutrisi yaitu suatu kondisi dimana penderita mengalami penurunan
berat badan lebih dari 10% dari berat badan sebelumnya dalam 3 bulan
terkhir. Kriteria lain yang digunakan adalah apabila saat pengukuran berat
badan kurang dari 90% berat badan ideal berdasarkan tinggi badan (Rani,
2011). Malnutrisi jenis marasmus adalah suatu bentuk malgizi protein dan
energi karena kelaparan, dan semua unsur diet kurang (Sodikin, 2011)
Di Indonesia masalah malnutrisi atau gizi buruk masih menjadi salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang utama. Menurut Riskesdas tahun 2013
tercatat sekitar 4,6 juta diantara 23 juta anak di Indonesia mengalami gizi
buruk dan kurang (Riskesdas, 2013). Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah mencatat jumlah balita yang mengalami gizi buruk pada tahun
2012 berjumlah 3.514, telah menurun 0,18% dibandingkan tahun 2009 yang
berjumlah 5.249 (Dinkes Prov Jateng, 2012).
Masalah utama yang sering terjadi pada anak penderita marasmus adalah
penciutan otot dan hilangnya lemak subkutis, mereka mengalami penurunan
berat badan, perkembangan otak menjadi lambat, dan apabila berkepanjangan
dapat menyebabkan gagal tumbuh (Rudolph, 2014). Komplikasi yang
mungkin terjadi pada marasmus yaitu penurunan sistem imun, depresi,
kekuatan otot menurun termasuk kekuatan otot-otot pernapasan, serta
penurunan fungsi jantung (Rani, 2011). Malnutriri jenis marasmus adalah
gangguan nutrisi dimana penderita mengalami kekurangan kalori-protein yang
berat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari penyakit Marasmus ?
2. Apa etiologi dari penyakit Marasmus ?
3. Apa manifestasi klinis penyakit Marasmus ?
4. Bagaimana patofisiologi penyakit Marasmus ?
1
2
A. Definisi
Marasmus adalah suatu kondisi dimana anak mengalami penurunan berat
badan sehingga mengalami penciutan atau pengurusan otot generalisata dan
tidak adanya lemak subkutis (Rudolph, 2014).
Marasmus adalah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat.
Keadaan merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan
penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada anak
sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya
marasmus (Nurarif, 2013).
Sinonim maramus diterapkan pada pola penyakit klinis yang
menekankan pada satu atau lebih tanda defisiensi protein dan kalori.
marasmus merupakan suatu bentuk malgizi-protein energi energi karena
kelaparan, semua unsur diet kurang ( catzel dan roberts ,1992) . dapat terjadi
pada semua umur, akan tetapi lebih banyak terjadi pada awal masa bayi .
Marasmus berhubungan dengan kegagalan pemberian ASIdan
perkembangan gastrointestinal. faktor psikologis ikut berperan sseperti adanya
penolakan ibu dan penolakan yang berhubungan dengan anoreksia, muntah
dan ruminasi. marasmus dapat disebabkan dan disertai dengan komplikasi
berbagaipenyakit, seperti infeksi, anomali traktus gastointestinal ,malabsorbsi,
penyakit ginjal kronis, dan gangguan saraf pusat .Malnutrisi berat pada bayi
sering ditemukan didaerah dengan tidak ckup makanan, informasi teknik
pemberian makanan yang tidak cukup atau karena hygiene yang buruk.
B. Etiologi
Penyebab utama marasmus menurut Sodikin (2012), yaitu :
1. Faktor psikologis seperti adanya penolakan ibu dan penolakan yang
berhubungan dengan anoreksia.
3
4
2. Asupan kalori dan protein yang tidak memadai akibat diet yang tidak
cukup.
3. Kebiasaan makan yang tidak tepat seperti hubungan antara orang tua dan
anak yang terganggu atau tidak harmonis.
4. Adanya kelainan metabolik, atau malformasi kongenital.
C. Manifestasi Klinis
Emasiasi (kurus), tinngi dan BB kerdil dan tidak ada lemak subkutis,
sehingga kulit (khususnya sisidalam paha) tergantung berlipat lipat.
gelombang peristaltik mudah terlihat melalui dinding abdomen yang tipis,
protein serum sangat kurang, biasanya disertai adanya konstipasi. pada
marasmus murni tidak terdapat perubahan kulit, rambut, membran mukosa,
dan tidak ada edema ( Sacharin 1996)
D. Patofisiologi
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori,
protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet ( Arisman, 2004). Dalam
keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan
hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh
untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang
sangat penting untuk mempertahankan kehidupan. Karbohidrat (glukosa)
dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya
kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga
setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan.
Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan
menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan
ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan
keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies
sebagai sumber energi jika kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh
akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-
kira kehilangan separuh dari tubuh ( Muchsan Lubis, 2002).
5
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada anak dengan marasmus yaitu perlu dilakukan
pengkajian tentang riwayat status sosial ekonomi, riwayat pola makan,
antropometeri, maniprestasi klinis, monitor hasil labolatorium, timbang berat
badan dan kaji tanda-tanda vital. Pada anak dengan marasmus memerlukan
diet yang berisi cukup protein yang kualitas biologiknya baik, tinggi kalori,
mineral dan vitamin. Selain perbaikan gizi juga perlu pemberian terapi cairan
dan elektrolit. Terapi ini diberikan karena pada umumnya penderita marasmus
juga mengalami diare sehingga perlu adanya cairan pengganti.
F. Komplikasi
Komplikasi dari penyakit marasmus antara lain hipoglikemi (suhu aksiler
kurang dari 35 Cº ), infeksi / sepsis, diare, dan dehidrasi serta anemia berat.
G. Asuhan Keperawatan pada anak dengan Marasmus
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
Biasanya pada penderita marasmus sering dibarengi dengan diare,
peningkatan suhu tubuh, penurunan berat badan, penurunan nafsu
makan dan perubahan aktifitas.
b. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya pada penderita marasmus memiliki riwaayat prematur, diet
yang tidak baik dan sering sakit-sakitan karena terjadi penurunan
ketahanan tubuh.
c. Riwayat keluarga
Ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit yang sama dengan
pasien, atau menderita penyakit seperti asma, TBC, jantung, DM.
d. Pola-pola fungsi kesehatan meliputi :
1) Pola nutrisi : pada penderita marasmus biasanya mengalami
penurunan nafsu makan dan mual muntah.
2) Pola eliminasi : penderita marasmus baisanya sering disertai diare
6
A. Kesimpulan
Marasmus adalah suatu kondisi dimana anak mengalami penurunan berat
badan sehingga mengalami penciutan atau pengurusan otot generalisata dan
tidak adanya lemak subkutis (Rudolph, 2014).
Penyebab utama marasmus menurut Sodikin (2012), yaitu :
1. Faktor psikologis seperti adanya penolakan ibu dan penolakan yang
berhubungan dengan anoreksia.
2. Asupan kalori dan protein yang tidak memadai akibat diet yang tidak
cukup.
3. Kebiasaan makan yang tidak tepat seperti hubungan antara orang tua dan
anak yang terganggu atau tidak harmonis.
4. Adanya kelainan metabolik, atau malformasi kongenital.
Manifestasi klinis :
Emasiasi (kurus), tinngi dan BB kerdil dan tidak ada lemak subkutis,
sehingga kulit (khususnya sisidalam paha) tergantung berlipat lipat.
gelombang peristaltik mudah terlihat melalui dinding abdomen yang tipis,
protein serum sangat kurang, biasanya disertai adanya konstipasi. pada
marasmus murni tidak terdapat perubahan kulit, rambut, membran mukosa,
dan tidak ada edema ( Sacharin 1996).
B. Saran
1. Diharapkan kepada seluruh masyarakat untuk dapat memenuhi asupan
kalori dan protein yang cukup dan seimbang, agar anak – anak dapat
tumbuh dengan sehat.
2. Setiap anggota keluarga,terutama orang tua harus dapat mengupayakan
dan memperhatikan pemenuhan gizi anak, agar tidak menderita gizi
buruk.
11
12
http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/104/jtptunimus-gdl-laelakurni-5152-2-
bab2.pdf. Diakses pada tanggal 20 Februari 2019.
13