Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

“ MARASMUS ”
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak

Dosen Pengampu : Julien Kumari, S. Kep., Ns


Di susun Oleh :
Kelompok 6
1. Dewi Aprilianti (171440105)
2. Nabila Amelia (171440114)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG
BANGKA BELITUNG
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada Allah SWT karena berkat rahmat-Nya
lah kami dapat m
enyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul
Marasmus dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak. Dalam
penulisan makalah ini penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Allah SWT yang telah meng-anugerahkan kesehatan kepada kami semua
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
2. Julien Kumari, S. Kep., Ns yang telah membimbing kami dalam penulisan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan
maupun isi dalam makalah ini. Namun kami berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan pembaca mengenai Marasmus. Akhir kata kami
mengucapkan terimakasih.

Pangkalpinang, 20 Februari 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... ii


DAFTAR ISI .......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 1
C. Tujuan Masalah .................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... 3
A. Definisi Marasmus ............................................................... 3
B. Etiologi Marasmus ............................................................... 3
C. Manifestasi Marasmus .......................................................... 4
D. Patofisiologi Marasmus ........................................................ 4
E. Penataaksanaan Marasmus ................................................... 5
F. Komplikasi Marasmus .......................................................... 5
G. Asuhan Keperawatan pada anak dengan Marasmus ............ 5
BAB III PENUTUP ............................................................................... 11
A. Simpulan............................................................................... 11
B. Saran ..................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Malnutrisi yaitu suatu kondisi dimana penderita mengalami penurunan
berat badan lebih dari 10% dari berat badan sebelumnya dalam 3 bulan
terkhir. Kriteria lain yang digunakan adalah apabila saat pengukuran berat
badan kurang dari 90% berat badan ideal berdasarkan tinggi badan (Rani,
2011). Malnutrisi jenis marasmus adalah suatu bentuk malgizi protein dan
energi karena kelaparan, dan semua unsur diet kurang (Sodikin, 2011)
Di Indonesia masalah malnutrisi atau gizi buruk masih menjadi salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang utama. Menurut Riskesdas tahun 2013
tercatat sekitar 4,6 juta diantara 23 juta anak di Indonesia mengalami gizi
buruk dan kurang (Riskesdas, 2013). Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah mencatat jumlah balita yang mengalami gizi buruk pada tahun
2012 berjumlah 3.514, telah menurun 0,18% dibandingkan tahun 2009 yang
berjumlah 5.249 (Dinkes Prov Jateng, 2012).
Masalah utama yang sering terjadi pada anak penderita marasmus adalah
penciutan otot dan hilangnya lemak subkutis, mereka mengalami penurunan
berat badan, perkembangan otak menjadi lambat, dan apabila berkepanjangan
dapat menyebabkan gagal tumbuh (Rudolph, 2014). Komplikasi yang
mungkin terjadi pada marasmus yaitu penurunan sistem imun, depresi,
kekuatan otot menurun termasuk kekuatan otot-otot pernapasan, serta
penurunan fungsi jantung (Rani, 2011). Malnutriri jenis marasmus adalah
gangguan nutrisi dimana penderita mengalami kekurangan kalori-protein yang
berat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari penyakit Marasmus ?
2. Apa etiologi dari penyakit Marasmus ?
3. Apa manifestasi klinis penyakit Marasmus ?
4. Bagaimana patofisiologi penyakit Marasmus ?

1
2

5. Apa penatalaksanaan penyakit Marasmus ?


6. Apa komplikasi dari penyakit Marasmus ?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada anak dengan Marasmus ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa definisi dari penyakit Marasmus.
2. Untuk mengetahui apa etiologi dari penyakit Marasmus.
3. Untuk mengetahui apa manifestasi klinis penyakit Marasmus.
4. Untuk mengetahui Bagaimana patofisiologi penyakit Marasmus.
5. Untuk mengetahui Apa penatalaksanaan penyakit Marasmus.
6. Untuk mengetahui Apa komplikasi dari penyakit Marasmus.
7. Untuk mengetahui apa bagaimana asuhan keperawatan Pada anak dengan
Marasmus.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Marasmus adalah suatu kondisi dimana anak mengalami penurunan berat
badan sehingga mengalami penciutan atau pengurusan otot generalisata dan
tidak adanya lemak subkutis (Rudolph, 2014).
Marasmus adalah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat.
Keadaan merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan
penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada anak
sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya
marasmus (Nurarif, 2013).
Sinonim maramus diterapkan pada pola penyakit klinis yang
menekankan pada satu atau lebih tanda defisiensi protein dan kalori.
marasmus merupakan suatu bentuk malgizi-protein energi energi karena
kelaparan, semua unsur diet kurang ( catzel dan roberts ,1992) . dapat terjadi
pada semua umur, akan tetapi lebih banyak terjadi pada awal masa bayi .
Marasmus berhubungan dengan kegagalan pemberian ASIdan
perkembangan gastrointestinal. faktor psikologis ikut berperan sseperti adanya
penolakan ibu dan penolakan yang berhubungan dengan anoreksia, muntah
dan ruminasi. marasmus dapat disebabkan dan disertai dengan komplikasi
berbagaipenyakit, seperti infeksi, anomali traktus gastointestinal ,malabsorbsi,
penyakit ginjal kronis, dan gangguan saraf pusat .Malnutrisi berat pada bayi
sering ditemukan didaerah dengan tidak ckup makanan, informasi teknik
pemberian makanan yang tidak cukup atau karena hygiene yang buruk.
B. Etiologi
Penyebab utama marasmus menurut Sodikin (2012), yaitu :
1. Faktor psikologis seperti adanya penolakan ibu dan penolakan yang
berhubungan dengan anoreksia.

3
4

2. Asupan kalori dan protein yang tidak memadai akibat diet yang tidak
cukup.
3. Kebiasaan makan yang tidak tepat seperti hubungan antara orang tua dan
anak yang terganggu atau tidak harmonis.
4. Adanya kelainan metabolik, atau malformasi kongenital.
C. Manifestasi Klinis
Emasiasi (kurus), tinngi dan BB kerdil dan tidak ada lemak subkutis,
sehingga kulit (khususnya sisidalam paha) tergantung berlipat lipat.
gelombang peristaltik mudah terlihat melalui dinding abdomen yang tipis,
protein serum sangat kurang, biasanya disertai adanya konstipasi. pada
marasmus murni tidak terdapat perubahan kulit, rambut, membran mukosa,
dan tidak ada edema ( Sacharin 1996)
D. Patofisiologi
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori,
protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet ( Arisman, 2004). Dalam
keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan
hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh
untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang
sangat penting untuk mempertahankan kehidupan. Karbohidrat (glukosa)
dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya
kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga
setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan.
Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan
menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan
ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan
keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies
sebagai sumber energi jika kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh
akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-
kira kehilangan separuh dari tubuh ( Muchsan Lubis, 2002).
5

E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada anak dengan marasmus yaitu perlu dilakukan
pengkajian tentang riwayat status sosial ekonomi, riwayat pola makan,
antropometeri, maniprestasi klinis, monitor hasil labolatorium, timbang berat
badan dan kaji tanda-tanda vital. Pada anak dengan marasmus memerlukan
diet yang berisi cukup protein yang kualitas biologiknya baik, tinggi kalori,
mineral dan vitamin. Selain perbaikan gizi juga perlu pemberian terapi cairan
dan elektrolit. Terapi ini diberikan karena pada umumnya penderita marasmus
juga mengalami diare sehingga perlu adanya cairan pengganti.
F. Komplikasi
Komplikasi dari penyakit marasmus antara lain hipoglikemi (suhu aksiler
kurang dari 35 Cº ), infeksi / sepsis, diare, dan dehidrasi serta anemia berat.
G. Asuhan Keperawatan pada anak dengan Marasmus
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
Biasanya pada penderita marasmus sering dibarengi dengan diare,
peningkatan suhu tubuh, penurunan berat badan, penurunan nafsu
makan dan perubahan aktifitas.
b. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya pada penderita marasmus memiliki riwaayat prematur, diet
yang tidak baik dan sering sakit-sakitan karena terjadi penurunan
ketahanan tubuh.
c. Riwayat keluarga
Ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit yang sama dengan
pasien, atau menderita penyakit seperti asma, TBC, jantung, DM.
d. Pola-pola fungsi kesehatan meliputi :
1) Pola nutrisi : pada penderita marasmus biasanya mengalami
penurunan nafsu makan dan mual muntah.
2) Pola eliminasi : penderita marasmus baisanya sering disertai diare
6

3) Pola aktivitas : penderita marasmus biasanya mengalami gangguan


dengan aktivitasnya karena mengalami kelemahan tubuh yang
disebabkan adanya gangguan metabolisme
4) Pola istirahat dan tidur : anak dengan marasmus biasanya sering
rewel karena selalu merasa lapar meskipun sudah diberi susu
sehingga sering terbangun dimalam hari.
e. Pengkajian fisik
1) Keadaan umum yang meliputi : kesadaran Composmentis, lemah,
rewel, kebersihan kurang, berat badan, tinggi badan, nadi, suhu,
dan pernapasan
2) Kepala : lingkar kepala biasanya kecil dari ukuran normal, warna
rambut kusam.
3) Muka : tampak seperti wajah orang tua
Mata : pada penderita marasmus biasanya konjungtiva anemis
Hidung : pada penderita marasmus biasanya terpasang sonde untuk
memenuhi intake nutrisi, terdapat sekret
Mulut : biasanya terdapat lesi mukosa bibir kering
4) Leher : biasanya leher mengalami kaku kuduk.
5) Torax : ada tarikan dinding dada, wheezing, ronchi
6) Abdomen : ada acites, bising usus meningkat, suara hipertympani
7) Extrenitas atas : lingkar lengan atas standar normal, akral hangat
Extremitas bawah : edema tungkai
8) Kulit : keadaan turgor kulit menurun, kapilary refill lebih dari 3
detik, kulit keriput
f. Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama
jenis normositik normokrom karena adanya gangguan sistem
eritropoesis akibat hipoplasia kronis sum-sum tulang di samping
karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati,
dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin
7

serum yang menurun. Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan


untuk menemukan adanya kelainan pada paru
2. Diagnosa dan Intervensi
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi
sputum .
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan jalan nadi berjalan efektif. Dengan kriteria hasil :
1) Sekret hilang
2) Tidak sesak
3) Bunyi nafas bersih
Intervensi :
1) Lakukan fisioterapi dada sebelum melakukan suction
2) Lakukan nebulizer sesuai advis dokter
3) Berikan obat mukolitik ,eksprimen sesuai terapi.
4) Kaji status pernafasan (frekuensi, irama, kedalaman, dan bunyi
nafas )
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output berelebih
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan anak menunjukkan keadaan hidrasi yang adekuat. Dengan
kriteria hasil :
1) Asupan cairan adekuat
2) Mukosa bibir lembab
3) Turgor kulit baik
4) Suhu tubuh normal
5) Frekuensi defekasi ≤ 1 x / 24 jam dengan konsistensi lembek
Intervensi :
1) Observasi pemberian cairan perinfus sesuai program
2) Monior TTV dan tanda tanda dehidrasi
3) Hitung balance cairan
4) Anjurkan kepada keluarga untuk memberikan diet bubur tempe
sesuai program
8

5) Berikan obat untuk mengganti cairan tubuh


c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh badan anoreksia
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan kebutuhan nutrisi menjadi adekuat. Dengan kriteria hasil :
1) Peningkatan BB
2) Nafsu makan meningkat
Intervensi :
1) Dapatkan riwayat diet anak
2) Berikan diet sesuai program
3) Timbang berat badan setiap hari
4) Berikan penambah nafsu makan sesuai advisi dokter
d. Kerusakan integritas kulit badan gangguan nutrisi/status metabolik.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan kerusakan integritas kulit tidak terjadi. Dengan kriteria
hasil :
1) Tidak ada kemerahan
2) Tidak ada luka pada kulit
Intervensi :
1) Observasi kemerahan pucat dan lesi pada kulit
2) Gunakan krim kulit 2 x sehari dan setelah mandi
3) Pijat kulit khusunya diatas penonjolan tulang
4) Diskusikan pentingnya perubahan posisi sesering mungkin
5) Tekanssskan pentingnya cairan masukan nutrisi dan cairan adekuat
e. Resiko infeksi berhubungan dengan invasi bakteri.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan tidak terjadi infeksi. Dengan kriteria hasil :
1) Tidak ada tanda-tanda infeksi
2) Suhu tubuh dalam batas normal (36-37ºC)
Intervensi :
1) Observasi tanda-tanda vital dan peningkatan suhu tubuh.
9

2) Melakukan pencucian tangan yang baik sebelum dan sesudah


tindakan.
3) Pastika semua alat yang kontak dengan pasien dalam keaadan
bersih/steril.
4) Anjurkan kepada keluarga untuk selalu menjaga kebersihan anak
dan lingkungan sekitar.
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang kondisi, prognosis dan tindakan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan pengetahuan pasien dan keluarga juga bertambah. Dengan
kriteria hasil:
1) Keluarga mampu menjelaskan kembali tentang marasmus.
2) Mampu mendemostrasikan cara pemberian makanan personde.
Intervensi :
1) Kaji tingkat pengetahuan anak.
2) Berikan penegetahuan kesehatan tentang marasmus.
3) Ajarkan cara memberikan makanan personde.
4) Ajarkan cara membuat bubur tempe.
3. Implementasi
Implementasi yang dilakukan berdasarkan rencana keperawatan yang telah
dibuat dan disesuaikan dengan kondisi klien.
4. Evaluasi
Evaluasi adalah fase pengakajian proses keperawatan yang menilai
keefektifan tindakan keperawatan dan mengindikasi kemajuan klien
terhadap tujuan pencapaian.
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan, dan pelakanaannya sudah berhasil dicapai.
Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan seberapa efektifnya
tindakan keperawatan itu untuk mencegah atau mengobati respon manusia
terhadap prosedur kesehatan. Berdasarkan respon klien terhadap tindakan
10

keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil


keputusan:
a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan ( klien telah mencapai
tujuan yang ditetapkan)
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan ( klien mengalami
kesulitan untuk mencapai tujun)
c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan ( klien memerlukan waktu
yang lama untuk mencapai tujuan)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Marasmus adalah suatu kondisi dimana anak mengalami penurunan berat
badan sehingga mengalami penciutan atau pengurusan otot generalisata dan
tidak adanya lemak subkutis (Rudolph, 2014).
Penyebab utama marasmus menurut Sodikin (2012), yaitu :
1. Faktor psikologis seperti adanya penolakan ibu dan penolakan yang
berhubungan dengan anoreksia.
2. Asupan kalori dan protein yang tidak memadai akibat diet yang tidak
cukup.
3. Kebiasaan makan yang tidak tepat seperti hubungan antara orang tua dan
anak yang terganggu atau tidak harmonis.
4. Adanya kelainan metabolik, atau malformasi kongenital.
Manifestasi klinis :
Emasiasi (kurus), tinngi dan BB kerdil dan tidak ada lemak subkutis,
sehingga kulit (khususnya sisidalam paha) tergantung berlipat lipat.
gelombang peristaltik mudah terlihat melalui dinding abdomen yang tipis,
protein serum sangat kurang, biasanya disertai adanya konstipasi. pada
marasmus murni tidak terdapat perubahan kulit, rambut, membran mukosa,
dan tidak ada edema ( Sacharin 1996).
B. Saran
1. Diharapkan kepada seluruh masyarakat untuk dapat memenuhi asupan
kalori dan protein yang cukup dan seimbang, agar anak – anak dapat
tumbuh dengan sehat.
2. Setiap anggota keluarga,terutama orang tua harus dapat mengupayakan
dan memperhatikan pemenuhan gizi anak, agar tidak menderita gizi
buruk.

11
12

3. Tenaga kesehatan dapat mengadakan penyuluhan kepada masyarakat


tentang gizi, terutama di daerah yang diindikasikan terjadinya gizi buruk
seperti marasmus.
4. Pada penderita marasmus sebaiknya anak diberi energi tinggi dan protein
tinggi, dengan mengobati faktor penyakit penyerta, serta apabila anak
sudah agak membaik tidak lupa memperhatikan atau menimbang berat
badannya secara rutin.
5. Pemerintah harus lebih memperhatikan upaya dalam mengatasi masalah
gizi buruk, terutama pemenuhan gizi pada masyarakat dengan tingkat
ekonomi atau pendapatan yang rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Sodikin. 2011. Gangguan sistem gastrointestinal dan hepatobilier. Jakarta :


Salemba Medika.

Ramadhan, Riardi wahyu. 2015.


http://eprints.ums.ac.id/34160/16/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf.
Diakses pada tanggal 20 Februari 2019.

http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/104/jtptunimus-gdl-laelakurni-5152-2-
bab2.pdf. Diakses pada tanggal 20 Februari 2019.

13

Anda mungkin juga menyukai