Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MATA KULIAH PENGASUHAN POSITIF

PARENTING STRESS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengasuhan Positif

Dosen Pengampu :
Dra. Darosy Endah Hyoscyamina, M.Pd
Dr. Endah Kumala Dewi, M.Kes

Disusun Oleh :
Kelompok 4
Alethiary Famosani (15000119140186)
Dyah Putri Amalia (15000119130168)
Hidayatun Nur’Aini (15000119120003)
Indah Tri Amanda C. K. (15000119130103)
Naning Nur Basuki (15000119110038)
Siti Machfudhoh Nur Afifah (15000117130076)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Dengan ini, penulis mengungkapkan besarnya rasa syukur
kami atas ke hadirat Allah SWT, karunia, serta hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Kami menyampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam
penyelesaian makalah ini, sehingga dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Pembuatan
makalah yang berjudul “Parenting Stress” ini bertujuan sebagai pemenuhan tugas pada mata
kuliah Pengasuhan Positif dengan dosen pengampu Ibu Dra. Darosy Endah Hyoscyamina,
M.Pd dan Ibu Dr. Endah Kumala Dewi, M.Kes.

Kami selaku tim penyusun juga menyampaikan permohonan maaf apabila terdapat
kekeliruan, baik itu dari segi pengetikan, isi, maupun bahasa yang terkandung di dalam
makalah ini. Oleh karena itu, penulis terbuka dan sangat mengarapkan kritik dan saran dari
pembaca guna membantu perbaikan di masa selanjutnya dan menjadi pelajaran bagi penulis.
Semoga, pembuatan makalah ini dapat menjadi manfaat bagi para pembaca juga penulis di
kemudian hari.

Semarang, 01 September 2021

Kelompok 4
DAFTAR ISI
Halaman Judul…………………………………………………………………………………
Kata Pengantar……………………………………………………………………………….. i
Daftar Isi…………………………………………………………………………................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………...…. 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………................... 2
C. Tujuan……………………………………………………………………….............. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Parenting Stress....………………………………………………………. 3
B. Aspek Parenting Stress………………....……………………………………….…... 3
C. Pendekatan Parenting Stress..…………………………………………..................... 5
D. Dampak Parenting Stress………………………………………………………….... 6
E. Faktor Parenting Stress……………………………………………………………... 6
F. Strategi Coping dan Intervensi Parenting Stress………………………………….…7
G. Contoh Kasus Parenting Stress……………………………..………………………. 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………………….. 12
B. Saran………………………………………………………….................................... 12
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………. 13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak, sebagai buah kasih antara orang tua merupakan individu yang sangat
memerlukan bantuan dan dukungan dari lingkungan terdekatnya, yakni keluarga, untuk
memastikan kebutuhan dasarnya telah terpenuhi, serta mendorongnya hidup mandiri.
Kemudian, pada kenyataannya, setiap anak dilahirkan dengan potensi keunikan
masing-masing dan kondisi yang berbeda sehingga permasalahan yang akan dihadapi
masing-masing anak juga tentunya berbeda. Pada proses pertumbuhan dan
perkembangan anak inilah, peran keluarga sangat diharapkan, mengingat perannya
sebagai lingkungan pertama yang memberikan ruang perkembangan psikologis dan
sosial anak.
Berkaitan dengan hal tersebut, peran orang tua, termasuk kewajiban untuk
merawat atau mengasuh anak tentu bukanlah hal yang mudah. Kewajiban mengasuh
anak pada umumnya menciptakan rasa puas dan tantangan secara bersamaan bagi orang
tua. Disebutkan oleh Deater dan Deckard (2004), tantangan tersebut mencakup
berbagai tuntutan yang harus dipenuhi oleh orang tua, seperti kebutuhan dasar untuk
keberlangsungan hidup anak dan pemberian kasih sayang. Lebih lanjut, beberapa hal
yang dapat mempengaruhi pengasuhan, diantaranya hubungan, pendidikan,
keterlibatan orang tua, pengalaman merawat anak, serta stres pada orang tua. Stres
merupakan situasi ketegangan yang tidak menyenangkan akibat tuntutan yang dianggap
cukup membebani atau sulit untuk dipenuhi. Apabila berbagai tantangan yang muncul
tidak ditangani dengan baik, maka dapat menyebabkan stres pada orang tua, dan pada
akhirnya mempengaruhi pengasuhan yang diterapkan pada anak.
Lebih lanjut, dalam pengasuhan, terdapat istilah stres tersendiri yang disebut
dengan stres pengasuhan, atau parenting stres, di mana pengasuh (umumnya orang tua)
mengalami serangkaian reaksi psikologis yang tidak disukai karena adanya
kesenjangan antara kemampuan dan tuntutan dalam proses pengasuhan anak yang sulit
dipenuhi. Apabila orang tua mengalami stres pengasuhan, tentunya hal ini akan
mempengaruhi keefektifan pengasuhan yang dijalankan orang tua pada anak. Bahkan,
penelitian Pianta & Egeland (2000, dikutip dalam Ahern, 2004) mengungkapkan bahwa
tingkat stres pengasuhan yang tinggi berpengaruh pada gaya pengasuhan yang
cenderung kurang sensitif dan kooperatif.
Tidak hanya itu, orang tua yang mengalami stres pengasuhan bisa saja
kehilangan minat dalam proses pengasuhan karena banyaknya kebutuhan yang harus
dipenuhi, sehingga mengarah pada perilaku-perilaku tidak baik, seperti penggunaan
kata kasar, kekerasan, maupun ancaman. Hal ini didukung pula oleh penelitian Ahern
(2004) yang mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara stres pengasuhan dengan
potensi penganiayaan anak. Dengan fakta-fakta tersebut, alangkah baiknya bila orang
tua memahami peran yang akan diemban sebelum memutuskan menjadi orang tua dan
merawat anak yang merupakan tanggung jawabnya. Orang tua juga sebaiknya telah
siap, secara fisik, psikologis, dan finansial, serta mampu menemukan solusi dari
tantangan-tantangan yang dihadapi dalam proses pengasuhan.
Berkaitan dengan hal tersebut, penulis menyadari besarnya dampak yang
diberikan akibat stres pengasuhan terhadap pola pengasuhan anak. Maka, penulis
berkeinginan untuk menyusun makalah dengan judul “Parenting Stress“ guna
meningkatkan pemahaman terkait stres pengasuhan, hal ini termasuk faktor-faktor serta
mekanisme koping yang dapat dilakukan sehingga meminimalisir munculnya perilaku
yang tidak diharapkan dalam proses pengasuhan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengertian dari parenting stress?
2. Bagaimana aspek-aspek dari parenting stress?
3. Apa saja pendekatan dari parenting stress?
4. dampak yang ditimbulkan dari parenting stress?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya parenting stress?
6. Bagaimana strategi coping & intervensi dari parenting stress?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian dari parenting stress
2. Untuk mengetahui aspek-aspek dari parenting stress
3. Untuk mengetahui pendekatan dari parenting stress
4. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari parenting stress
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya parenting
stress
6. Untuk mengetahui strategi coping & intervensi dari parenting stress.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Parenting Stress

Parenting merupakan serangkaian kegiatan orang tua yang berhubungan


dengan pemenuhan kebutuhan hidup, merawat secara mental dan fisik serta
memberikan perhatian kepada anak. Parenting juga merupakan sebuah interaksi antara
orang tua dengan anaknya yang teru menerus berlanjut, dimana interaksi tersebut
memberikan perubahan antara orang tua dan anak. Parenting merupakan sebuah teknik
dalam proses orang tua membimbing, memberikan kontrol serta mendampingi anak-
anaknya pada proses tahap perkembangan menuju dewasa

Parenting stress dapat diartikan sebagai reaksi psikologis dan fisiologis terkait
dengan peran orang tua dalam upaya untuk memenuhi kewajiban untuk memenuhi
permintaan atau kebutuhan anak.

2.2 Aspek Parenting Stress


Seperti yang diungkapkan Deater-Deckard (2004), stres pengasuhan terdiri dari
3 aspek, diantaranya
a. The Parent Distress
Aspek stres pengasuhan ini berasal dari sisi orang tua yang mengalami
tekanan pribadi dalam penyelesaian permasalahan lain yang secara tidak
langsung mempengaruhi perannya dalam mengasuh anak. Oleh karena itu,
aspek ini sangat erat kaitannya dengan karakteristik individu tersebut. Aspek ini
terdiri dari beberapa indikator, diantaranya:
A) Feeling of competence: kondisi di mana orang tua merasa terbebani akan
banyaknya tuntutan, sekaligus perasaan tidak cukup mampu dalam
mengasuh anak. Kondisi ini seringkali dikaitkan dengan pemahaman
orang tua yang kurang memadai akan perkembangan dan keterampilan
manajemen anak yang tepat.
B) Social isolation: kondisi di mana dari sisi orang tua mempunyai
perasaan bahwa secara sosial dirinya kurang begitu terlibat atau minim
keterikatan emosional dari teman sehingga berdampak pada tidak
berfungsinya pengasuhan kepada anak. Hal ini dapat termanifestasi
dalam bentuk pengabaian kepada anak.
C) Restriction imposed by parent role: kondisi di mana orang tua merasa
kebebasannya dikendalikan oleh kebutuhan anak sehingga penghargaan
atas dirinya sangat minim, dan seringkali muncul dalam bentuk
kekecewaan dan kemarahan.
D) Relationship with spouse: ketika pihak kedua orang tua terdapat konflik
sehingga menjadi sumber stres utama, konflik ini dapat berupa
minimnya dukungan emosi, materiil, maupun dari segi strategi
manajemen anak.
E) Health of parent: kondisi di mana pada tingkatan tertentu, proses
pengasuhan orang tua mempengaruhi kesehatan mereka.
F) Parent depression: kondisi di mana gejala depresi, baik ringan maupun
menengah, muncul pada orang tua sehingga berdampak pada
kemampuan pengasuhan anak.

b. The Difficult Child


Aspek stres ini berakar dari perilaku dan karakteristik anak yang
dianggap sulit sehingga mempengaruhi tekanan orang tua dalam proses
pengasuhan.
A) Child adaptability: kondisi di mana munculnya stres dipengaruhi oleh
perilaku atau karakteristik anak yang cenderung sulit diatur dan
terhambat penyesuaian dirinya dengan perubahan-perubahan di
lingkungan, sehingga orang tua mengemban tanggung jawab
pengasuhan yang lebih sulit.
B) Child demands: kondisi di mana anak cenderung kurang mandiri dan
membutuhkan lebih banyak perhatian dan bantuan dalam masa
perkembangannya.
C) Child mood: kondisi ketika orang tua mendapati adanya perubahan
suasana pada anak, terutama berkaitan perasaan akan hal-hal yang
menyenangkan yang umumnya dirasakan anak-anak.
D) Distractibility: kondisi di mana perilaku anak cenderung terlalu aktif
sehingga sulit untuk dikendalikan dan diatur.
c. The Parent-Child Dysfunctional Interaction
Aspek ini menitikberatkan pada interaksi dari kedua pihak (anak-orang
tua) yang tidak berjalan dengan baik atau sesuai dengan fungsinya.
A) Child reinforced parent: Pada kondisi ini, orang tua merasa bahwa
interaksi yang dijalin dengan anak tidak mendapatkan respon baik. Anak
tidak menunjukkan perasaan nyaman dan orang tua-pun merasa
perbuatannya tidak diberikan penguatan positif.
B) Acceptability of child to parent: Stres pengasuhan dalam hal ini
menitikberatkan pada karakteristik anak (segi fisik, emosi, maupun
emosi) yang kurang sesuai dengan harapan orang tua yang
menyebabkan adanya penolakan.
C) Attachment: Pada kondisi ini, terdapat gap atau minimnya perasaan lekat
atau kedekatan antara orang tua-anak sehingga mempengaruhi perasaan
orang tua.

Mengacu pada ketiga aspek tersebut, Abidin (1992, dikutip dalam Ahern, 2004)
kemudian menyusun sebuah kuesioner dengan tujuan untuk mengukur stres
pengasuhan. Instrumen yang dinamakan Parenting Stress Index (PSI) ini dapat
dimanfaatkan untuk mengukur sejauh mana tingkatan stres pengasuhan orang tua
dengan anak yang berusia satu bulan hingga dua belas tahun. Validitas instrumen ini
juga terbukti karena telah diterapkan di beberapa penelitian dengan sampel yang
beragam, baik itu dari sisi status ekonomi, pendidikan orang tua, maupun orang tua
yang memiliki anak dengan level kemampuan yang berbeda. PSI dengan ketiga aspek
di atas termasuk dalam PSI-short form dengan total 36 pertanyaan, sehingga masing-
masing aspek mencakup 12 pertanyaan.

2.3 Pendekatan Parenting Stress


Pendekatan pada stres pengasuhan dibutuhkan kemampuan pengasuhan yang
positif untuk meminimalisir adanya pengasuhan stres pada orang tua. Gani &
Kumalasari (2019) menyatakan bahwa pendekatan mindfulness dapat meminimalisir
stres pengasuhan. Lalu Romadhani & Hadjam (2017) berpendapat bahwa penerapan
dari pendekatan pada mindfulness dalam parenting dilakukan dengan bernafas dengan
berkesadaran (mindfulness breathing), deteksi tubuh (body scan), makan berkesadaran
(mindfulness eating), bersyukur, selalu menunjukkan cinta kasih, dan introspeksi diri.
Dengan pendekatan ini, orang tua akan mudah memahami dirinya seperti apa, orang
tua juga bisa lebih terbuka dan dapat menyadari pengalaman pengasuhan secara utuh
dan apa adanya. Maka, orang tua akan lebih rileks ketika sedang menghadapi kondisi
stres pengasuhan.

2.4 Dampak Parenting Stress


Parenting stress menyebabkan perubahan sikap orang tua terhadap anak.
Parenting stress dapat menimbulkan kesulitan bagi ibu (Gunarsa, 2004). Banyak
penelitian mengatakan bahwa peran ibu lebih sering bersama anak dibandingkan peran
ayah, sehingga ibu mengalami stres lebih besar dibanding ayah. Namun, stres
pengasuhan pada orang tua dapat mempengaruhi gaya pengasuhannya pada anak,
seperti lebih sering mengabaikan anak bahkan sampai berperilaku kasar pada anak.
Dampak dari stres pengasuhan berupa kelelahan fisik, parenting dissatisfaction
(ketidakpuasan orangtua), dan hubungan orang tua dan anak merenggang. Dampak
stres pengasuhan yang dapat ditemui berupa anak berupa berperilaku kasar terhadap
anak, kekerasan pada anak, anak tidak mampu bersosialisasi dengan baik, dan anak
menjadi lebih emosional. Keadaan seperti ini juga anak cenderung akan merasa
kehilangan tempat cerita, dan dapat menghambat perkembangan anak dalam
menyelesaikan masalah dan ketika mengambil keputusan (Lestari, 2012).

2.5 Faktor Parenting Stress


Lestari dalam Anshori (2018) memaparkan beberapa faktor yang dapat
memunculkan stress parenting diantaranya sebagai berikut:
1. Ranah Individu
Faktor parenting stress pada ranah ini dapat berasal dari internal orang tua atau
anak
a) Orangtua yang memiliki kesehatan fisik kurang atau bermasalah, seperti
sakit, kelelahan, dan lain-lain
b) Kondisi mental atau emosi orang tua yang kurang baik
c) Anak yang sedang mengalami kondisi fisik kurang baik atau sedang sakit,
dimana hal ini akan menyita lebih banyak waktu orang tua untuk mengurus
anak disamping harus mengerjakan pekerjaan lainnya
d) Permasalahan pada perilaku anak, seperti sifat membangkang, sulit diatur,
membuat kekacauan atau kerusakan, dan lain-lain.
2. Ranah Keluarga
Faktor dalam ranah ini pada umumnya mencakup masalah ekonomi atau
keuangan dan masalah struktur keluarga
a) Adanya tuntutan kebutuhan hidup yang terus meningkat, pendapatan
keluarga yang rendah, kualitas tempat tinggal yang kurang layak, dan lain-
lain
b) Anggota keluarga yang banyak, sehingga anak diasuh oleh banyak anggota
keluarga yang memungkinkan munculnya perbedaan pengasuhan
c) Pasangan yang tidak turut serta dalam mengasuh anak
d) Adanya masalah pribadi dengan pasangan, orang tua, mertua, atau anggota
keluarga lainnya yang dapat memunculkan parenting stress.
3. Ranah Lingkungan
Pada ranah ini, hubungan keluarga dengan lingkungan sekitar baik lingkungan
kerja, rumah, dan masyarakat memegang peranan yang penting
a) Adanya beban atau tekanan pekerjaan orang tua yang berat sehingga memicu
stress kerja dan berdampak pada munculnya parenting stress
b) Rendahnya tingkat dukungan sosial dari lingkungan keluarga atau
lingkungan sekitar

2.6 Strategi coping dan intervensi Parenting Stress


Menurut Barlow et al (2014) strategi coping yang bisa dilakukan orang tua
ketika merasa stress dan kelelahan sebagai berikut :
1. Mencari dukungan Sosial
Dukungan sosial dapat diperoleh dengan mendaftar kelas parenting. Kelas
parenting dapat mengurangi perasaan marah, bersalah, dan stress.
2. Fokus dengan memberikan kebaikan sebagai contoh memberikan kehangatan,
kebaikan dan perhatian kepada anak
Memberikan atensi kepada anak , serta memberikan kesempatan untuk anak
menunjukkan afeksi. Mengenang kenangan indah, membaca cerita dan
membangkitkan semangat, berbagi lelucon dan bermain bersama binatang
peliharaan. Semua hal tersebut dapat mendorong hal hal yang membuat stress
yang berada di dalam otak menuju keadaan tenang dan sejahtera.
3. Bantu anak untuk menghadapi stress mereka sendiri
Membantu anak memahami stress dirinya sendiri ,membuat anak tidak
mudah untuk marah atau memiliki temperamen yang menyebabkan stress pada
orang tua, hal ini bisa dimulai dengan pembicaraan yang tenang, optimis, dan
konstruktif tentang emosi untuk mengembangkan keterampilan sosial, empati dan
pengendalian diri yang kuat pada anak.

Coping strategy pada orang tua dengan anak berkebutuhan khusus.


Strategi koping dibagi menjadi internal dan eksternal ( Mccubbin &
Patterson,1981)
Strategi koping internal :
1. Persepsi kecacatan pada orang tua
Persepsi mempengaruhi keadaan stress pada orang tua , semakin positif
persepsi yang dimiliki orang tua pada kecacatan anak membuat orang tua lebih
tenang dan tidak kewalahan menghadapi anak
2. Berdoa dan mengungkapkan perasaan
Strategi ini biasanya muncul pada orang tua dengan anak disabilitas yang
sudah dewasa, dikarenakan harapan orang tua tentang pemulihan anak sudah
menurun

Strategi koping eksternal :


1. Ketersedian dukungan sosial
Merupakan sumber daya potensial yang sangat penting bagi orang tua,
terutama anak anak dengan disabilitas intelektual. dukungan sosial sebagai
mekanisme koping yang dapat bertindak sebagai penyangga terhadap stress dan
dapat berguna meningkatkan kompetensi orang tua dalam rangka mendorong
pengembangan keterampilan sosial yang memadai
2. Layanan profesional
Layanan professional diberikan kepada orang tua dengan tingkat stress
yang lebih tinggi sehingga bisa menemukan fungsi fungsi keluarga yang hilang
dan adaptasi orang tua terhadap anaknya.
2.7 Contoh Kasus Parenting Stress :
Kasus 1
Pada tanggal 26 Agustus 2020, seorang ibu berinisial LH diketahui telah
membunuh anak kandungnya yang masih bersekolah di jenjang sekolah dasar (Yulina
Eva Riany, Sindonews, dikses pada 7 Desember 2020).. Hal ini dilakukannya lantaran
kesal anaknya yang masih berusia 6 tahun mengalami kendala dalam memahami materi
saat pembelajaran daring. Akibat minimnya pengetahuan dan kemampuan LH dalam
mendampingi anak, ia bahkan tega melukai anaknya secara fisik yang tentunya akan
mempengaruhi mental anaknya tersebut.
Studi baru yang dilakukan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit
menemukan bahwa sekolah virtual mendorong isolasi pada anak-anak dan stres pada
orangtua. Temuan ini mengonfirmasi penelitian sebelumnya tentang efek emosional
dan fisik yang merusak dan menjauhkan anak anak dari sekolah. Hal ini terjadi kepada
ibu LH yang tidak bisa mengatasi stress sebagai pengajar dari anak nya sendiri,
beberapa hal untuk mengatasi dan menghindari kasus diatas yaitu dengan memberikan
Istirahat, Menjaga komunikasi, Menjaga dukungan lingkungan sosial dengan orang tua
lain, meminta pertolongan atau bantuan dari anggota keluarga atau teman dan fokus
pada keberhasilan , seberapa kecil keberhasilan tersebut , kamu harus memberikan
ucapan ucapan selamat yang membanggakan anak dan mengatur emosi orang tua
menjadi lebih baik, dan yang terakhir give yourself some credit for doing your best.

Kasus 2
Desa Kecamatan Bandar marak terjadi pernikahan dini, lebih lanjut, banyak
siswa perempuan yang langsung diminta untuk segera menikah setelah lulus dari
jenjang sekolah dasar. Umumnya, pilihan lain apabila mereka tidak menikah adalah
berakhir bekerja sebagai asisten rumah tangga di Jakarta.
Pernikahan dini tersebut menyebabkan banyaknya ibu muda yang kesulitan
dalam mengasuh anaknya sehingga mengalami stres pengasuhan. MF juga mengatakan
bahwa saat ini di Desa Candi tidak banyak orang yang sekolah sampai kepada jenjang
Universitas, bahkan hanya baru ada dua orang lulusan Perguruan Tinggi. MF
mengatakan hal-hal yang membuat ia stres dalam mengasuh anaknya adalah kurangnya
ilmu tentang cara mengasuh anak, sehingga hanya melakukan pengasuhan sebisanya
tanpa pengetahuan yang dimiliki. Sulitnya mengungkapkan dan meluapkan perasaan
stres dan emosi negatif didukung oleh keluarga terlebih suami yang menganggap bahwa
ketika mengasuh seorang anak maka wajar saja kalau mengalami stres. Jika ibu muda
mengalami stres dan anaknya nakal maka perilaku ibu menjadi kasar seperti berteriak
dan menjewer anaknya.
Orang tua sebagai seseorang yang akan mendidik anaknya memerlukan
pengetahuan yang cukup dan juga keterampilan dalam mengasuh dan mendidik anak
(Sofyan, 2019). Ibu muda yang memiliki anak usia dini atau dalam masa golden age
akan merasakan tantangan yang membuat ibu muda tertekan dalam mengasuh anaknya.
Pernikahan dini di Kabupaten Batang, Jawa Tengah tergolong cukup tinggi sehingga
banyaknya wanita dengan status ibu muda yang mengalami permasalahan dalam stres
pengasuhan.
Dalam menghadapi stres pengasuhan, dapat melihat dari penyebab dan akibat
stres yang dialami. Pertama yaitu Teori P-C-R (parent-child-relationship) dimana
timbulnya stres pengasuhan akibat perilaku atau sikap orangtua, sikap anak, serta
hubungan yang terjalin antarkeduanya. Kedua yaitu Teori daily hassles, di mana teori
ini menekankan bahwa stress pengasuhan dianggap sebagai hal yang wajar dan dialami
oleh orangtua pada umumnya.
Terdapat program untuk membantu memberikan pengetahuan mengenai
pengasuhan yaitu program Pengasuhan Positif atau umumnya disebut dengan Triple P.
Program ini dirancang oleh (Sanders, 2012) dengan sistem pengasuhan dan dukungan
keluarga. Program ini bertujuan agar orangtua mendapatkan kemampuan dan skill untuk
mengawasi tumbuh dan berkembangnya anak serta menyelesaikan permasalahan yang
bisa terjadi pada anak (Sanders, 2012). Triple P juga bertujuan sebagai langkah
preventif terhadap munculnya resiko penganiayaan pada anak.
Dalam Triple-p terdapat 5 prinsip, yaitu:
1. Menciptakan lingkungan sosial yang mendukung anak untuk mengeksplorasi
berbagai hal
2. Menciptakan keadaan lingkungan belajar yang nyaman dan aman serta positif
3. Menggunakan pilihan disiplin secara asertif
4. Harapan yang dimilikikepada anak sifatnya nyata dan mungkin untuk dicapai.
5. Memberikan pelajaran dan pengetahuan pengasuhan positif kepada orangtua.
Program Positif Parenting ini diharapkan dapat bermanfaat bagi orangtua dan
anak dalam hal:
1. Orangtua akan mengasuh anak dengan perasaan senang, nyaman, dan
rileks
2. Anak akan lebih mudah mengubah perilakunya yang kurang sesuai
3. Anak mudah menerima anjuran yang diberikan oleh orang tua
4. Anak belajar untuk mengatur amarah dan perasaannya.
5. Anak bisa membuka diri kepada orang tua
6. Anak lebih yakin dan kepercayaan dirinya lebih baik
7. Anak merasa aman, senang, juga nyaman ketika menghabiskan waktu
bersama dan bermain dengan orang tua
BAB III
KESIMPULAN

1. Kesimpulan
Parenting merupakan kegiatan orang tua yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan hidup, merawat secara mental dan fisik serta memberikan perhatian kepada
anak. Parenting stress dapat diartikan sebagai reaksi psikologis dan fisiologis terkait
dengan peran orang tua dalam upaya untuk menjalankan kewajiban serta usaha untuk
selalu memenuhi kebutuhan anak. Parenting stress menyebabkan dampak bagi orang
tua, anak dan hubungan antara orang tua dan anak. Parenting stress juga disebabkan
oleh beberapa faktor seperti kesehatan fisik juga kondisi mental orang tua, tuntutan
dalam pekerja, jumlah anggota keluarga yang banyak, dan masih banyak faktor-faktor
yang menyebabkan parenting stress . Oleh karena itu Parenting stress memiliki
dampak yang ditimbulkan seperti orang tua yang kasar terhadap anaknya, mengabaikan
anaknya, dan renggangnya hubungan antara anak dengan orang tua. Pendekatan
parenting stress menggunakan pendekatan mindfulness. Untuk itu dilakukan strategi
coping pada orang tua ketika merasa stress dan kelelahan.

2. Saran
Selaku penulis, kami menyadari bahwa makalah ini masih amat membutuhkan
perbaikan. Untuk itu, di masa selanjutnya kami akan berusaha memperbaiki makalah
ini dengan mengacu pada saran-saran yang telah diberika. Kedepannya, kami akan
membaca lebih banyak sumber seperti buku, jurnal, artikel yang terkait dengan materi
dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan agar makalah yang kami susun bisa
memberikan informasi, ilmu, dan wawasan tambahan kepada para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Ahern, L., S. (2004). Psychometric Properties of The Parenting Stress Index: Construct validity
and normative data in large non-clinical sample. British Journal of Clinical Psychology,
44, 227-239.

Barlow J, Smailagic N, Huband N, Roloff V, and Bennett C. 2014. Group-based parent

training programmes for improving parental psychosocial health. Cochrane Database


Syst Rev. 2014 May 17;5: CD002020.

Deater-Deckard, K. (2004). Parenting stress. Yale University Press.


https://doi.org/10.12987/yale/9780300103939.001.0001

Hidayati, N. Mengelola Stres Pengasuhan Melalui Pendekatan Mindfulness. 68-72

McCubbin, H. I., & Patterson, J. M. (1981). Systematic assessment of family stress, resources

and coping: tools for research, education and clinical intervention. St. Paul: University of
Minnesota, Family Social Science.

Milly, MP., Muryati, M., Nani A., Zaenal M. (2020). Gambaran Parenting Stress Pada

Primipara: Studi Literature. http://repo.poltekkesbandung.ac.id/1242/5/Bab%20I.pdf

Sari, N. (2021). HUBUNGAN ANTARA PARENTING STRESS DENGAN KECENDERUNGAN


PERILAKU KEKERASAN TERHADAP ANAK USIA DINI DI PERUMAHAN PONDOK
INDAH BLOK C RT 27 RW 05 KECAMATAN SELEBAR KOTA BENGKULU (Doctoral
dissertation, IAIN BENGKULU).

Anda mungkin juga menyukai