Anda di halaman 1dari 3

CHAIN OF CUSTODY

A. PengertiAn chain of custody

Chain of Custody adalah catatan dokumentasi barang bukti, sejak barang bukti ditemukan di
tempat kejadian perkara, sampai proses duplikasi dan penyimpanan barang bukti, hingga sampai
pada proses pengembalian atau penghancuran barang bukti tersebut. Chain of Custody menjadi
suatu hal yang sangat penting bagi para penyidik.

Chain of Custody dilakukan untuk menjaga originalitas atau keaslian barang bukti tersebut.
Semua catatan perjalanannya harus terdokumentasi dengan baik. Misalkan barang bukti yang
disimpan, dikeluarkan untuk dianalisis di laboratorium forensik, maka harus tercatat dalam
dokumen Chain of Custody tersebut. Selain itu, dengan Chain of Custody, maka pada saat
persidangan bukti yang diajukan tidak akan diragukan karena semua proses penanganan barang
bukti tersebut terdokumentasi dan tidak ada unsur barang bukti telah dimanipulasi.

Dokumen Chain of Custody ini tidak memiliki standar yang baku. Jadi setiap penegak hukum
menggunakan bentuk form yang berbeda-beda. Namun ada beberapa hal yang harus ada dalam
sebuah form Chain of Custody. Menurut (Scalet, 2005), sebuah form Chain of Custody setidaknya
harus dapat menjawab hal-hal berikut :
- Barang bukti apa saja yang dikumpulkan?
- Bagaimana cara mendapatkan barang bukti
tersebut?
- Kapan barang bukti tersebut dikumpulkan?
- Siapa yang terlibat atas barang bukti tersebut?
- Mengapa pihak tersebut yang menanganinya?
- Kemana saja barang bukti tersebut dibawa dan
di mana barang bukti tersebut disimpan?
Selain keenam hal tersebut, ada satu hal lagi yang harus diperhatikan dalam Chain of Custody.
Yaitu terkait barang bukti yang sudah tidak diperlukan karena penyidikan telah berakhir, hal ini
diatur oleh Peraturan Kepala Polisi Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara
Pengelolaan Barang Bukti di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia padabagian ketiga
tentang Pengeluaran dan Pemusnahan pasal 17 sampai pasal 22. Dalam pasal tersebut dijelaskan
tentang barang bukti yang boleh dikembalikan ke mereka yang berhak, barang bukti yang boleh
dilelang, dan barang bukti yang boleh dihancurkan.
Pada pasal 19 ayat (1) dijelaskan bahwa : “Pengeluaran barang bukti untuk dikembalikan kepada
orang atau dari siapa benda itu disita atau kepada mereka yang berhak harus berdasarkan surat
perintah dan/atau penetapan pengembalian barang bukti dari atasan penyidik.”
Kemudian pada pasal 20 ayat (1) dijelaskan bahwa:
“Dalam hal barang bukti yang disita lekas rusak dan/ atau biaya penyimpanan terlalu tinggi,
sehingga tidak memungkinkan disimpan lama, dapat dilaksanakan pengeluaran barang bukti
untuk dijual lelang berdasarkan surat perintah atau penetapan yang dikeluarkan oleh atasan
penyidik.”
Selanjutnya pada pasal 21 ayat (1) dijelaskan bahwa : “Pengeluaran barang bukti narkotika,
psikotropika, dan obat-obatan terlarang untuk dimusnahkan, dilakukan setelah mendapat surat
penetapan dari Ketua Pengadilan Negeri/Kepala Kejaksaan Negeri setempat dan surat perintah
pemusnahan dari atasan Penyidik.”

Dan terakhir pada pasal 22 dijelaskan bahwa :


“Pengeluaran untuk penghapusan barang bukti dari daftar register di tempat penyimpanan
barang bukti yang dikarenakan kerusakan, penyusutan, kebakaran, pencurian atau karena
bencana alam dilakukan oleh suatu panitia khusus yang dibentuk oleh Ketua Pengelola Barang
Bukti.”
Berdasarkan keempat pasal di atas, maka dalam form Chain of Custodyjuga harus mengakomodir
tabel Final Disposal Authority atau tabel penyelesaian akhir barang bukti.

Selain itu, yang menjadi perhatian berikutnya, bahwa sebuah form Chain of Custody akan lebih
baik satu form untuk satu barang bukti. Jika dalam sebuah kasus ada terdapat banyak barang
bukti, misalkan ada 5 buah barang bukti, maka akan ada 5 form Chain of Custody yang kemudian
kelimanya disatukan dalam sebuah map (satu map untuk satu kasus). Dengan demikian walaupun
akan banyak form Chain of Custody, namun lebih rapi dalam hal administrasi dan ini berkaitan
dengan masing-masing barang bukti yang tentunya akan berbeda penanganan di akhir investigasi,
misalkan ada yang dimusnahkan, dikembalikan, atau disimpan. Sehingga dibutuhkan satu form
untuk satu barang bukti untuk mendukung kerapian administrasi yang juga termasuk dalam salah
satu hal manajemen investigasi.

B. form chain of custody

Berdasarkan pembahasan sebelumnya bahwa sampai


saat ini belum ada form atau lembaran Chain of Custody yang baku. Tapi berdasarkan hal-hal dan
ketentuan- ketentuan yang telah dibahas sebelumnya, dapat dibuat form Chain of Custody yang
sesuai dengan kebutuhan para penyidik. Hal yang paling penting bahwa jangan sampai Chain of
Custody terlupakan dalam sebuah investigasi kasus.
Adapun contoh form atau lembaran Chain of Custody yang dapat digunakan untuk keperluan
investigasi seperti gambar di bawah ini.

C. keterkAitAn chain of custody DengAn kArAkteristik Bukti DigitAl

Keterkaitan Chain of Custody dengan karakteristik bukti digital adalah, Chain of Custody
digunakan untuk menjaga originalitas atau keaslian barang bukti. Dan bukan hanya itu saja, Chain
of Custody juga digunakan agar barang bukti yang telah didapatkan dan dianalisis tersebut sesuai
dengan prosedur dan SOP yang berlaku. Yang mana ini berlaku untuk karakteristik bukti digital
yang nomor empat, yaitu Reliable.

Jadi ada 3 karakteristik barang bukti yang memiliki ketergantungan dengan Chain of Custody.
Yaitu keaslian barang bukti, kelengkapan barang bukti, dan dapat dipercayanya barang bukti
tersebut. Dengan history perjalanan barang bukti dari mana sampai mana, maka bisa dilihat
bahwa barang bukti tersebut asli, barang bukti tersebut lengkap, dan barang bukti tersebut
sesuai dengan prosedur dan SOP yang ada. Sehingga perlu digaris-bawahi lagi betapa pentingnya
Chain of Custody digunakan dalam setiap kasus yang dihadapi.

Anda mungkin juga menyukai