Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Media Sosial Dalam Penyimpangan Perilaku Remaja

Usia 10-19
Abstrak
Media sosial merupakan hasil dari perkembangan teknologi yang
mengubah cara manusia berkomunikasi dan berinteraksi. Media sosial
memberikan tempat kepada para penggunanya untuk secara bebas membagikan
cerita, foto serta video dimana pengguna lain dapat secara bebas pula memberikan
komentar. Salah satu kelompok pengguna sosial media adalah remaja. Masalah
yang dibahas dari penelitian ini adalah pengaruh media sosial terhadap perilaku
menyimpang yang dilakukan oleh remaja. Perilaku menyimpang remaja yang
dimaksud adalah seperti mengucapkan kata-kata vulgar, membolos, mencuri,
merokok, menggunakan obat-obatan, berkelahi dan berbuat onar.
Kata Kunci: Media sosial, Remaja, Perilaku menyimpang
Abstract
Social media is the result of technological developments that change the
way humans communicate dan interact. Social media provides a place for its
users to freely share stories, photos and videos and for other users to provide
comments. One group of social media users is teenagers. The problem discussed
in this research is the influence of social media on irresponsible behavior carried
out by teenagers. The irresponsible behavior of teenagers in question is such as
saying vulgar words, ditching school, stealing, smoking, abusing drugs, fighting
and causing trouble.
Keywords: Social media, Teenager, Irresponsible behavior
Pendahuluan
Pada zaman dahulu, model komunikasi manusia umumnya berupa
komunikasi langsung. Tetapi seiring dengan berkembangnya teknologi,
komunikasi manusia mulai sering menggunakan perantara mulai dari telepon dan
fax hingga internet. Perkembangan teknologi tersebut pada akhirnya melahirkan
sosial media yang menjadi tulang punggung manusia dalam berinteraksi.
Media sosial yang bisa juga disebut sebagai sosial media adalah platform
digital yang memberikan fasilitas kepada penggunanya untuk saling berinteraksi
dan membagikan konten berupa tulisan, visual dan audiovisual serta merupakan
tempat yang memberikan fasilitas untuk melakukan aktivitas sosial kepada para
penggunanya.1 Tujuan utama dari media sosial adalah memfasilitasi koneksi dan
interaksi antara individu atau kelompok, terlepas dari jarak geografis.
Media sosial dimulai pada awal 2000-an dengan kemunculan platform
seperti Friendster dan MySpace, yang memungkinkan pengguna untuk membuat
profil pribadi dan berinteraksi dengan orang lain secara online. Namun,
perkembangan yang paling signifikan terjadi pada tahun 2004 ketika Facebook
diluncurkan oleh Mark Zuckerberg, memberikan dorongan besar dalam evolusi
media sosial. Kemudian, platform seperti Twitter, Instagram, dan LinkedIn ikut
berkembang, menawarkan berbagai bentuk interaksi dan berbagi konten. Pada

1
2010-an, media sosial menjadi fenomena global, memainkan peran penting dalam
berita, politik, dan budaya populer. Meskipun memberikan ruang bagi
konektivitas dan berbagi informasi, media sosial juga memunculkan berbagai isu
terkait privasi, keamanan, dan dampak psikologis, yang terus menjadi fokus
perdebatan seiring waktu.
Di Indonesia, pengguna media sosial terus meningkat sejak
kemunculannya. Pada tahun 2023, total pengguna media sosial mencapai 167 juta.
153 juta adalah pengguna di atas usia 18 tahun, yang merupakan 79,5% dari total
populasi. 78,5% pengguna internet di Indonesia bisa dikatakan hampir semuanya
memiliki minimal satu akun sosial media. 2 Di tahun 2017 penggunaan sosial
media hanya 47,03% dari total penduduk. Angka ini diperkirakan akan naik 2 kali
lipat pada tahun 2026 hingga 81,82%.3 Media sosial yang populer di Indonesia
adalah Youtube, Whatsapp, Instagram dan Tiktok.2
Media sosial menyebabkan perubahan terhadap akses informasi. Sekarang
semua orang bisa mengakses dan membagikan berbagai informasi dari dan ke
seluruh dunia. Hal ini memiliki dampak negatif yaitu fenomena hoax dan hate
comment yang wajib diwaspadai.
Rumusan Masalah
A. Pengertian Remaja
Kementerian Kesehatan RI menyatakan remaja sebagai suatu fase
kehidupan manusia di mana terjadi pertumbuhan dan perkembangan fisik,
psikologis, dan intelektual dengan kecepatan yang signifikan. Remaja ditandai
oleh tingginya rasa ingin tahu, kecenderungan untuk mengambil risiko tanpa
pertimbangan matang, dan ketertarikan pada hal-hal yang berbau petualangan.
Menurut WHO, remaja adalah masyarakat yang berusia 10-19 Tahun.
B. Faktor Psikologis Remaja
Di fase ini terjadi banyak perubahan baik secara fisik maupun psikis.
Kehidupan remaja saat ini tidak lepas dari media sosial. Hal ini tentu
berpengaruh pada perkembangan psikis remaja. Salah satu ciri psikis remaja
adalah tekanan untuk mengikuti teman sebaya yang disebut juga sebagai
konformitas (conformity). Konformitas tidak selalu negatif. Konformitas
muncul saat seseorang meniru sikap dan perilaku orang lain karena tekanan
baik yang nyata maupun tidak nyata.
Tekanan tersebut biasanya muncul dari teman sebaya ataupun dari diri
sendiri. Kehadiran media sosial menjadikannya salah satu faktor yang dapat
memengaruhi keadaan psikis serta gaya hidup remaja. Media sosial dapat
membuat tekanan bagi remaja untuk mengikuti apa yang ia lihat.
Konformitas terhadap tekanan dari teman sebaya pada masa remaja
dapat memiliki dampak baik maupun buruk. Secara umum, remaja cenderung
terlibat dalam berbagai bentuk konformitas yang bersifat negatif, seperti

2
menggunakan bahasa kasar, mencuri, merusak, membolos, mencuri, merokok,
menggunakan obat-obatan, berkelahi, berbuat onar dan mengolok-olok
orangtua serta guru.4
Meskipun demikian, terdapat juga banyak contoh konformitas teman
sebaya yang bersifat positif, yang melibatkan keinginan untuk terhubung
dengan dunia teman sebaya, seperti mengikuti gaya berpakaian teman-teman
dan keinginan untuk menghabiskan waktu bersama anggota suatu kelompok.
Banyak remaja juga terlibat dalam kegiatan prososial, seperti mengumpulkan
dana untuk tujuan yang bermakna.4
C. Studi Kasus
Dari pengamatan sederhana yang penulis lakukan dalam rentang waktu
seminggu melalui wawancara langsung dan melalui Whatsapp, penulis
menemukan beberapa contoh kasus sabagai berikut:
Agus, 16 (nama disamarkan) menceritakan salah satu fenomena yang
terjadi yaitu remaja menceritakan masalah-masalah yang dihadapinya mulai
dari yang sepele hingga yang serius seperti masalah percintaan, pelajaran dan
hubungan dengan orang tua di media sosial Twitter (X) dengan tujuan untuk
mencari perhatian para pengguna lain. Tak jarang masalah-masalah tersebut
menyangkut kehidupan pribadinya.
Para pengguna lain pun berkomentar akan hal tersebut. Komentarnya
ada yang bersifat positif ataupun yang negatif. Kedua tipe komentar ini sama-
sama bisa memberikan dampak negatif. Jika seseorang berkomentar positif,
bisa saja dia melakukan justifikasi terhadap apa yang dirasakan remaja
tersebut padahal belum tentu itu benar. Jika seseorang berkomentar negatif
maka remaja tersebut belum tentu bisa menerimanya dan malah berujung ke
frustasi dan depresi yang mendorong mereka melakukan perilaku-perilaku
meyimpang.
Menurut Dinda, 15 (nama disamarkan). Ia merupakan pengguna media
sosial Tiktok. Menurutnya, ia sering melihat video-video yang
memperlihatkan seseorang melakukan challenge (tantangan) untuk
melakukan hal konyol. Salah satu yang paling parah adalah challenge malaikat
maut dimana seseorang melompat di depan truk yang sedang berjalan dengan
harapan agar truk mengerem sebelum menabrak mereka.
Umumnya para pengemudi akan reflek untuk mengerem. Namun,
dilansir dari Tribun Jateng, challenge ini telah memakan korban jiwa yang
berinisial FA (16) akibat terlindas oleh truk yang tidak mengerem. Sedangkan
2 teman yang bersamanya ada yang terlindas di bagian kaki dan ada yang
hanya mengalami luka ringan. Hal ini terjadi di Flyover Jalan LLRE
Martadinata, Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, pada hari Minggu tanggal 11
Juli 2021.5

3
Ini merupakan salah satu perilaku menyimpang yang dilakukan
remaja. Mereka melakukan hal-hal seperti ini karena mereka melihat remaja
lain melakukan hal semacam itu di media sosial. Konformitas dari remaja
merupakan salah satu faktor yang mendorong hal ini untuk terjadi.
Indah, 18 (nama disamarkan) menceritakan bahwa ia sering melihat
teman sebayanya mengunggah cerita di Instagram tentang kehidupan
pribadinya dan segala kemewahan yang ada di dalam hidupnya. Mulai dari
barang-barang kecil, makeup hingga handphone.
Hal ini tentu mendorong remaja lain untuk mengikuti gaya hidup
tersebut padahal tidak semua orang mampu mengikutinya. Alhasil mereka pun
mengalami tekanan semu (tidak nyata) untuk mengikuti gaya hidup teman
sebayanya. Hal ini dapat mendorong mereka untuk melakukan perilaku
menyimpang seperti mencuri, menipu hingga menggunakan pinjol secara
tidak bertanggung jawab.
Pembahasan
Para ahli telah memberikan beberapa solusi terkait menekan pengaruh
buruk dari media sosial untuk remaja.Pertama, American Academy of Pediatrics
(AAP) merkomendasikan integrasi pendidikan media dalam kurikulum untuk
membantu remaja memahami dan mengevaluasi informasi yang mereka temui di
media sosial.7 AAP juga menekankan pentingnya pengawasan orang tua terhadap
aktivitas online remaja.6
Selanjutnya, para ahli juga menyoroti perlunya pengembangan
keterampilan sosial dan emosional pada remaja. Dr. Jean Twenge seorang
psikolog dan peneliti di University of California, San Diego, menyarankan bahwa
keterampilan dapat membantu remaja mengatasi pengaruh negatif yang dapat
muncul dari interaksi online.8 Selain itu, Common Sense Media menyarankan
agar remaja diajarkan tentang penggunaan media sosial yang bertanggung jawab
dan etika online agar menciptakan landasan yang kuat untuk perilaku positif di
dunia digital.9
Terakhir, kampanye kesadaran serta pendekatan multidisipliner juga
menjadi fokus dalam mengatasi pengaruh media sosial. Campaign dari Mental
Health America menyoroti pentingnya pemahaman dampak kesehatan mental
penggunaan media sosial yang berlebihan.10 American Academy of Child and
Adolescent Psychiatry menekankan pentingnya pendekatan multidisipliner,
melibatkan para ahli seperti psikiater, psikolog, dan guru untuk membantu remaja
mengelola dampak media sosial secara holistik. 11
Kesimpulan
Media sosial terbukti bisa memengaruhi perilaku remaja sehingga
mengarah pada perilaku menyimpang. Kehadirannya sebagai ruang terbuka yang
sangat luas memungkinkan penggunanya untuk menyebarkan apa saja dan

4
mengatakan apa saja. Remaja yang emosinya masih belum stabil seringkali belum
mampu menghadapi tekanan yang tidak dapat mereka kontrol. Hal ini dapat
berujung frustasi dan depresi hingga remaja melakukan perilaku-perilaku
menyimpang.
Untuk menghindari pengaruh buruk dari media sosial terhadap remaja,
diperlukan strategi yang dapat membantu remaja untuk mengelola dampak dari
media sosial. Orang tua juga harus terlibat aktif dalam kehidupan online anak-
anak mereka. Menurut penelitian yang dipublikasikan di Journal of Youth and
Adolescence, pengawasan orang tua terhadap aktivitas online remaja dapat
membantu mengurangi risiko dampak negatif.6 Selain itu, menurut American
Academy of Pediatrics (AAP), pendidikan media harus menjadi bagian dari
kurikulum untuk membantu anak-anak dan remaja memahami dan mengevaluasi
informasi yang mereka temui di media sosial. 7 Dr. Jean Twenge dan Common
Sense Media mendorong pengembangan keterampilan sosial, emosional, dan etika
online sebagai bentuk pertahanan positif.8, 9 Sementara itu, kampanye kesadaran
dari Mental Health America dan pendekatan multidisipliner dari American
Academy of Child and Adolescent Psychiatry menyoroti urgensi untuk
menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental remaja. 10, 11
Daftar Pustaka
1
Media sosial. (2023, Desember 6) Diakses 22 Desember 2023, dari
Wikipedia. https://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial.
2
Digital 2023: Indonesia. (2023, Februari 9). Diakses 23 Desmber 2023,
dari Data Reportal https://datareportal.com/reports/digital-2023-indonesia
3
Number of internet users in Indonesia from 2017 to 2022 with forecasts
until 2028. (2023, Desember 12). Diakses 23 Desember 2023, dari Statista.
https://www.statista.com/statistics/254456/number-of-internet-users-in-indonesia/
4
Diananda, Amita. Psikologi Remaja dan Permasalahannya. Istighna
Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Islam, 116-133. Diakses 23 Desember 2023, dari
E-Journal STIT Islamic Village . https://e-journal.stit-islamic-
village.ac.id/istighna/article/view/20/21
5
Permadi, Galih. (2021, Juli 16). Geng Rojali Bikin Konten Prank
Malaikat Maut, FA Meninggal Terlindas Truk. Diakses dari Tribun Jateng.
https://jateng.tribunnews.com/2021/07/16/geng-rojali-bikin-konten-prank-
malaikat-maut-fa-meninggal-terlindas-truk
6
Coyne, S. M., et al. (2018). "Parenting and Digital Media." Pediatrics,
142(6), e20180458.
7
American Academy of Pediatrics. (2017). "Media and Young Minds."
Pediatrics, 140(5), e20172591.
8
Twenge, J. M., dan Campbell, W. K. (2018). "Associations between
screen time and lower psychological well-being among children and adolescents:
Evidence from a population-based study." Preventive Medicine Reports, 12, 271-
283.

5
9
Common Sense Media. (n.d.). "Digital Literacy and Citizenship
Curriculum." Diakses dari https://www.commonsense.org/education/digital-
citizenship
10
Mental Health America. (n.d.). "Social Media and Mental Health."
Retrieved from https://www.mhanational.org/issues/social-media-and-mental-
health
11
American Academy of Child and Adolescent Psychiatry. (n.d.).
"Children and Social Media Tips for Parents." Retrieved from
https://www.aacap.org/AACAP/Families_and_Youth/Facts_for_Families/FFF-
Guide/Children-And-Social-Media-101.aspx

Credit
Disusun oleh : Nauvallo Himawan
No telp: 085872514825
Email: nauvallohmn@gmail.com
Sekolah: SMA Taruna Bakti
Kelas: X-1
Bandung, Desember 2023

Anda mungkin juga menyukai