Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1. Keadaan Umum Perusahaan

2.1.1 Sejarah Perusahaan PT.Semen Tonasa

PT. Semen Tonasa adalah produsen semen terbesar di Kawasan Timur

Indonesia yang menempati lahan seluas 751 hektar di Desa Biringere Kecamatan

Bungoro Kabupaten Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan. Sekitar ±68 kilometer

dari kota Makassar ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 54 tahun 1971

tanggal 8 September 1971, pabrik Semen Tonasa ditetapkan sebagai Badan Usaha

Milik Negara (BUMN) yang berbentuk Perusahaan Umum (Perum). Kemudian,

dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 1 tahun 1975 tanggal 9

januari 1975 bentuk Perum tersebut diubah menjadi Perusahaan Perseroan

(Persero).Sejak tanggal 15 September 1995, konsolidasi dengan Semen Gresik

Group dilaksanakan, sehingga pemegang saham perseroan adalah PT. Semen

Gresik (Persero) Tbk.

Laporan Penelitian Tugas Akhir 6


LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

A. Logo Perusahaan

Gambar 2.1
Logo PT. Semen Tonasa

PT. Semen Tonasa memiliki logo/lambing, yaitu : Salah satu bangunan

bersejarah saat ini yang masih ada, masih bias kita saksikan dan kunjunggi pada

Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang. Semen Tonasa mengabadikannya

sebai symbol kekokohan. Jika anda perhatikan dengan seksama logo dari Semen

Tonasa, ditengahnya adalah bentuk dari benteng Ujung Pandang dilihat dari atas /

udara. Bahan baku pembangunan benteng Fort Rtterdam, yaitu Batukapur dan

Tanah liat melalui suatu proses yang kita kenal sekarang sebagai semen. Logo

Semen Tonasa dengan gambar tengah tapak atas Fort Rtterdam tersebut

merupakan hasil dari pemikiran budaya dan tinjauan kesejarahan. Terbukti hasil

sayembara public Logo Semen Tonasa di tahun 1968 itu adalah hasil karya

seniman sanggar “La Galigo” Makassar pimpinan Ali Walangadi.

Laporan Penelitian Tugas Akhir 7


LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

B. Visi dan Misi PT. Semen Tonasa

Visi

Menjadi perusahaan persemenan terkemuka yang efisien dan berwawasan

lingkungan di Indonesia

Misi

Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT. Semen Tonasa

mengembangkan beberapa misi yaitu :

a. Miningkatkan nilai perusahaan sesuai keinginan stakeholders.

b. Memproduksi semen untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengan

kualitas dan harga bersaing serta penyerahan tepat waktu.

c. Senantiasa berupaya melakukan improvement di segala bidang, guna

meningkatkan daya saing dipasar dan ebitda margin perusahaan.

d. Membangun lingkungan kerja yang mampu membangkitkan motivasi

karyawan untuk bekerja secara professional.

PT. Semen Tonasa saat ini memiliki Pabrik Semen dengan kapasitas

5.980.000 ton semen/tahun yang terdiri dari beberapa unit Pabrik Semen yaitu

Tonasa Unit II, III, IV dan V yang masih dalam tahap konstruksi. Untuk

menunjang kelancaran operasional Pabrik Semen tersebut dilengkapi sarana dan

prasarana pendukung seperti Boiler Turbin Generator (BTG) Power Plant dan

Pengantongan Semen (Packing Plant), dengan rincian sebagai berikut

a. Pabrik Semen Tonasa Unit I

Tonasa unit I di dirikan berdasarkan tap MPRS RI No. 11/MPRS/1960

tanggal 5 Desember 1960 ditetapkan untuk mendirikan pabrik Semen di

Laporan Penelitian Tugas Akhir 8


LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

Sulawesi Selatan yang berlokasi di Desa Tonasa Kecamatan Balocci

Kabupaten Pangkep, yang berjarak sekitar 54 Km sebelah Utara Kota

Makassar. Pabrik Semen Tonasa Unit I merupakan proyek dibawah

Departemen Perindustrian dan merupakan hasil kerja sama antara

Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Cekoswolakia yang dimulai sejak

tahun 1960 dan diresmikan pada 2 November 1968. Pabrik ini

menggunakan proses basah dengan kapasitas 110.000 ton semen/tahun.

Pada tahun 1984 pabrik Semen Tonasa Unit I dihentikan karena dianggap

tidak ekonomis lagi.

Tonasa unit I mulai berproduksi semen padatahun 1968 dengan kapasitas

110.000 metrik ton semen per tahun dengan proses basah. Pabrik yang

berlokasi di Desa Tonasa Kecamatan Balocci Kabupaten Pangkep Provinsi

Sulawesi Selatan dihentikan sejak tahun 1984 atas pertimbangan tidak

ekonomis lagi.

b. Pabrik Semen Tonasa Unit II

Tonasa Unit II didirikan dalam rangka memenuhi kebutuhan semen yang

semakin meningkat, berdasarkan persetujuan Bappenas No.

032/XC-LC/B.V/76 dan No. 2854/D.1/IX/76 tanggal 2 September 1976

dibangun pabrik Semen Tonasa Unit II. Pabrik yang merupakan hasil

kerjasama Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Kanada ini beroperasi

pada 1980 dengan kapasitas 510.000 ton semen/tahun dan dioptimalisasi

menjadi 590.000 ton semen/tahun pada tahun 1991. Pabrik Semen Tonasa

Laporan Penelitian Tugas Akhir 9


LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

Unit II terletak di Desa Biringere, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep

yang berjarak sekitar 23 km dari pabrik Semen Tonasa Unit I.

c. Pabrik Semen Tonasa Unit III

Tonasa Unit III di dirikan pada tahun 1982, berdasarkan persetujuan

Bappenas No. 32 XC-LC/B.V/1981 dan No. 2177/WK/10/1981 tanggal 30

Oktober 1981 dilakukan perluasan dengan membangun pabrik Semen

Tonasa Unit III yang berada di lokasi yang samadengan pabrik Semen

Tonasa Unit II. Pabrik yang berkapasitas 590.000 ton semen/tahun ini

merupakan kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan Jerman Barat,

pabrik selesai pada akhir tahun 1984 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto

pada 3 April 1985.

d. Pabrik Semen Tonasa Unit IV

Tonasa Unit IV di dirikan berdasarkan Surat Menteri Muda Perindustrian

No. 182/MPP-IX/1990 tanggal 2 Oktober 1990 dan Surat Menteri Keuangan

RI No. S1549/MK.013/1990 tanggal 29 November 1990, dilakukan

perluasan dengan membangun pabrik Semen Tonasa Unit IV yang

berkapasitas 2.300.000 ton semen/tahun. Pabrik Semen Tonasa Unit IV

menggunakan proses kering yang berlokasi dekat Tonasa Unit II dan Unit

III.

e. Pabrik Semen Tonasa Unit V

Seiring dengan semakin meningkatnya permintaan semen khususnya di

KawasanTimur Indonesia, maka dibangunlah pabrik Semen Tonasa Unit V

yang berlokasi sama dengan Tonasa Unit II, III & IV.

Laporan Penelitian Tugas Akhir 10


LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

Tonasa Unit V di dirikan berdasarkan persetujuan Kementerian Badan

Usaha Milik Negara yang mulai dibangun tahun 2010 dan kini telah

beroperasi 2.500.000 ton semen/tahun

f. Pelabuhan Biringkassi

Pabrik Semen Tonasa yang beroperasi resmi sejak tahun 1968 tumbuh

berkembang dengan dukungan 7 unit pengantongan semen yang melengkapi

sarana distribusi penjualan ke wilayah utama pemasaran di kawasan timur

Indonesia. Unit pengantongan semen tersebut berlokasi di Makassar,

Bitung, Palu, Banjarmasin, Bali, dan Ambon dengan kapasitas masing-

masing 300.000 ton semen pertahun kecuali Makassar, Samarinda dan Bali

dengan kapasitas 600.000 ton semen pertahun dan Palu dengan kapasitas

175.000 ton semen pertahun.

g. Pembangkit Listrik Boiler Turbin Generator (BTG) dan Pengantongan

Pembangkit listrik BTG Biring kassime rupakan sarana pendukun goperasi

yang berkontribusi besar terhadap kelancaran operasi perusahaan yaitu Unit

Pembangkit Listrik Tenaga Uapatau Boiler Turbin Generator (BTG) Power

Plant dengan kapasitas 2 X 25 MW yang berlokasi dekat dengan pabrik di

Biringkassi, Kabupaten Pangkep, sekitar 17 km dari lokasi pabrik Tonasa

Unit II, III, IV & V.

Boiler Turbin Generator (BTG) Power Plant merupakan alat atau komponen

penunjang, namun selain itu juga dibagung beberapa alat penunjang berupa

Pengantongan atau “Packing Plant” dibangun di beberapa tempat untuk

mendukung dan menunjang kelancaran distribusi pemasaran Semen Tonasa.

Laporan Penelitian Tugas Akhir 11


LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

Adapun lokasi pengantongan semen yang telah dibangun oleh PT. Semen

Tonasayaitu di Makassar, Palu, Bali, Ambon, Bitung, Banjarmasin dan

Samarinda.

2.1.2 Keadaan Geografi Daerah Penelitian

a. Lokasi Dan Kesampean Daerah

Secara administratif wilayah penambangan dan area pabrik PT. Semen

Tonasa Unit II, III, dan IV terletak di Desa BiringEre, Kecamatan Bungoro

Kabupaten Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan.Posisi Geografis daerah

penambangan PT. Semen Tonasa berada pada Koordinat 119 035’53” BT sampai

pada 119038’00” BT dan 04046’43” LS sampai 04048’32” LS. Secara umum

daerah ini merupakan dataran rendah, perbukitan bergelombang dan perbukitan

karst berada pada ketinggian berkisar 20 m – 500 m dari permukaan laut.

Laporan Penelitian Tugas Akhir 12


LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

Gambar 2.2
Peta Lokasi PT. Semen Tonasa

Lokasi pabrik terletak ± 68 Km ke arah Utara Kota Makassar

kemudian dari Bunggoro diukur dari jalan poros utama kelokasi pabrik

dengan jarak ± 10 Km kearah Timur. Kondisi jalan untuk mencapai lokasi

Laporan Penelitian Tugas Akhir 13


LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

tersebut umumnya beraspal, sehingga dapat ditempuh dengan berbagai

jenis kendaraan bermotor dalam waktu tempuh ± 1,5 jam dari kota

Makassar. Kemudian dari lokasi pabrik menuju lokasi penambangan

berjarak 1 – 1,5 Km kearah Timur di lalui dengan menggunakan jalan

tambang. Lokasi pena

Penambangan Batugamping dilakukan di dua lokasi yaitu Quarry

A terletak di sebelah Utara lokasi pabrik sedangkan Quarry B terletak

sebelah timur lokasi pabrik.

b. Vegetasi

Pada lokasi penambangan Batugamping terdapat jenis tumbuh-

tumbuhan tropis mulai dari semak-semak hingga pohon yang berdiameter cukup

besar seperti pohon mangga, pohon asam dan beberapa tumbuhan kayu jenis

lainya yang tumbuh subur di sekitar wilayah penambangan.

2.1.3 Struktur Organisasi

Dalam semua struktur organisasi yang mengatur kegiatan yang ada di

PT.Semen Tonasa, maka yang saya hanya bagian Struktur Organisasi

Departement Produksi Bahan Baku, karena sesuai dengan penelitian saya hanya

ada sekitaran departemen tersebut saja.

Adapun Struktur Organisasi Departement Produksi Bahan Baku sebagai berikut :

Laporan Penelitian Tugas Akhir 14


LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

Gambar 2.3
Struktur Organisasi Departemen Produksi Bahan Baku

Laporan Penelitian Tugas Akhir 15


LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

Direktur Utama

Direktur Komersial Direktur Keuangan Direktur Produksi

Audit Internal
1. Dept. kutansi
Dept. CSR 1. Dept. Penjualan & Keuangan 1. Dept. Produksi
& Umum 2. .Dept. Sumber Bahan Baku
2. .Dept. Distribusi &
Daya Manusia 2. .Dept. Produksi
Transportasi Tonasa II / III
Sekretaris 3. Dept. Pengadaan & 3. Dept. Produksi
Perusahaan Tonasa IV
Pengelolaan
4. Dept. Produksi
Persediaan
Staf Dir. Tonasa V
4. Biro Perencanaan & 5. Dept. Perencanaan
Utama
Analisis Pasar Teknik
6. Dept. Pembangkit
Listrik
7. Dept. Jaminan
Mutu &
Lingkungan / MR

Gambar 2.4
Struktur Organisasi PT. Semen Tonasa (Laporan Tahunan, 2015)
Adapun struktur Organisasi di PT .SEMEN TONASA , meliputi
1. Direktur Utama , membahawa 4 Departemen, yaitu:
1. Dept. internal Audit
2. Sekretaris Perusahan
3. Staf Derektur Utama
4. Dept. CSR dan umum
2. Direktur keuangan , membawahi dua cepartemen yaitu:
1. Departemen Akutansi dan keungan
2. Departemen SDM
3. C.Direktur Produksi, membawahi:
1. Departemen Produksi Bahan Baku

Laporan Penelitian Tugas Akhir 16


LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

2. Departen Prduksi Tonasa 2/3


3. Departemen Produksi Produksi Tonasa 4
4. Departemen produksi Tonasa 5
5. Departemen Perencanaan Teknik
6. Departemen Pembangkit
7. Departemen Jaminan Mutu dan Lingkungan / MR
4. D.Direktur Komersial,Membawahi:
1. Departemen Penjualan
2. Departemen Distribusi dan Transportasi
3. Departemen Pengadaan
4. Biro Perencanaan dan Analisa Pasar

2.1.4 Kondisi Iklim Dan Curah Hujan

Sama seperti daerah-daerah lain yang ada di seluruh Nusantara, daerah

pangkep dan sekitarnya juga tergolong beriklim tropis dimana setiap taahunnya

dipengaruhi oleh dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Suhu udara

permukaan menunjukkan angka yang bervariasi, antara 280 – 32 0 C, curah hujan

di kawasan pabrik PT.Semen Tonasa yang diukur sendiri oleh perusahaan bidang

seksi Lab.

Tabel 2.1
DATA CURAH HUJAN (CH) TAHUN 2017
JANUARI FEBRUARI MARET
TGL
DATA (ml) CH (mm) DATA (ml) CH (mm) DATA (ml) CH (mm)
1 900 28,66 0 - 0 -
2 400 12,74 0 - 300 9,55
3 700 22,29 0 - 0 -
4 800 25,48 100 3,18 0 -
5 300 9,55 0 - 2.450 78,03
6 450 14,33 0 - 1.300 41,40
7 500 15,92 0 - -
8 300 9,55 0 - -

Laporan Penelitian Tugas Akhir 17


LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

9 1.200 38,22 20 0,64 -


10 70 2,23 0 - -
11 20 0,64 0 - -
12 1.230 39,17 300 9,55 -
13 200 6,37 0 - -
14 1.000 31,85 1.500 47,77 -
15 2 0,06 1.000 31,85 -
16 0 - 1.300 41,40 -
17 0 - 400 12,74 -
18 0 - 500 15,92 -
19 1.600 50,96 200 6,37 -
20 210 6,69 0 - -
21 0 - 0 - -
22 5.600 178,34 0 - -
23 2.100 66,88 0 - -
24 0 - 0 - -
25 - 1.400 44,59 -
26 - 150 4,78 -
27 - 1.550 49,36 -
28 200 6,37 0 - -
29 400 12,74 0 - -
30 800 25,48 0 - -
31 600 19,11 0 - -
Total 623,63 Total 268,15 Total 128,98
Max 178,34 Max 49,36 Max 78,03
Min 0,00 Min 0,00 Min 0,00
Rata-Rata 22,25 Rata-Rata 24,38 Rata-Rata 8,60
Hari Hujan Hari Hujan 11 Hari Hujan 15

2.2. Keadaan Geologi Daerah Penelitian

2.2.1. Geomorfologi Daerah Penelitian

Geomorfologi daerah penelitian dibagi menjadi 3 satuan bentangalam

(Sasmita J, 2009) berdasarkan atas pendekatan morfografi, morfometri

dan morfogenesa yaitu :

 Satuan bentangalam karst

 Satuan bentangalam Fluvial


Laporan Penelitian Tugas Akhir 18
LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

a. Satuan Bentangalam Kart

Satuan bentangalam karts ini menempati sekitar 12,05% dari

keseluruhan lokasi penelitian, dengan luas sekitar 9,90 Km 2.

Kemiringan lereng satuan ini yaitu 6o – 8o dengan persentase sudut

lereng sekitar (13 – 18)%, dan beda tinggi sekitar (90 – 115) meter.

Relief berupa perbukitan bergelombang, bentuk puncak relatif tumpul

dan lembah antara perbukitannya relatif membentuk penampang

berbentuk huruf “v” (Foto 2.1). Kenampakan morfologi karst berupa

tekstur permukaan yang kasar, salah satu pencirinya dijumpai adanya

gua (Foto 2.2) dan juga adanya stalaktit. Proses yang bekerja pada

satuan bentangalam ini adalah proses pelarutan. Kenampakan

langsung di lapangan memperlihatkan kondisi bukit-bukit kecil dalam

jumlah banyak yang merupakan hasil dari pelarutan pada

batugamping.

Gambar 2.5
Kenampakan Bentangalam Karst Berupa Perbukitan,

Laporan Penelitian Tugas Akhir 19


LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

Bentuk Puncak Relatif Tumpul (x), difoto ke Arah Timur Laut

Jenis pelapukannya berupa pelapukan kimia dan fisika, dimana pelapukan

fisika ditandai dengan adanya peretakan-peretakan pada batuan penyusun daerah

penelitian, tetapi tidak terjadi perubahan komposisi batuan. Sementara pelapukan

kimia ditandai dengan adanya perubahan warna batuan, yang semula berwarna

putih keabu-abuan menjadi berwarna coklat kehitaman. Tingkat pelapukannya

tinggi, warna soil coklat tua sampai kehitaman dan jenis soil secara umum berupa

residual soil yaitu soil yang terbentuk dari hasil lapukan batuan yang ada di

bawahnya, dengan ketebalan soil sekitar 0,5 - 1 m.

Litologi penyusun satuan bentangalam ini berupa batugamping dengan

warna soil coklat tua sampai kehitaman yang berasal dari hasil lapukan litologi

tersebut. Vegetasinya relatif lebat berupa berbagai macam jenis pohon dan

dimanfaatkan sebagai perkampungan, oleh penduduk setempat dimanfaatkan

sebagai areal pertanian seperti persawahan dan tambak.

stalaktit

Gambar 2.6
Salah satu penciri satuan bentangalam karts yaitu goa,
terlihat adanya stalaktit, difoto pada arah N195oE

Laporan Penelitian Tugas Akhir 20


LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

Berdasarkan parameter di atas maka stadia daerah satuan bentangalam ini

yaitu stadia dewasa.

b. Satuan Bentangalam Pedataran

Satuan bentangalam pedataran ini menempati sekitar 68,13% dari

keseluruhan lokasi penelitian, dengan luas sekitar 55,97 Km 2. Arah penyebaran

satuan bentangalam ini relatif timur-barat.

Kenampakan morfologi permukaan dari satuan ini adalah pedataran

dengan persentase kemiringan lereng 0% - 2% dengan ketinggian rata-rata kurang

dari 5 m (foto 2.4). Secara genetik, proses yang membentuk bentangalam ini

adalah proses eksogen antara lain proses pelapukan dan sedimentasi. Proses

pelapukan yang bekerja umumnya berupa pelapukan fisika. Tingkat pelapukan

relatif tinggi ini dapat dilihat dari kondisi soil yang mempunyai ketebalan sekitar

(1 – 2) meter, dengan jenis soil berupa transported soil.

Sungai yang mengaliri satuan bentangalam pedataran fluvial adalah Salo

Pangkajene yang arah alirannya relatif dari timur ke arah barat. Jenis sungainya

berupa sungai permanen. Sungai permanen yaitu sungai yang tidak tergantung

musim. Pola salurannya yang relatif bermeander atau berkelok dan profil lembah

sungainya secara umum berbentuk “U” lebar menunjukkan bahwa proses erosi

secara vertikal dan lateral relatif seimbang menyebabkan semakin lebarnya pola

saluran. Adanya aktivitas sedimentasi material berupa pasir dan batu disekitar

sungai berupa point bar yang setempat-setempat. Stadia sungai pada satuan

bentangalam pedataran fluvial yaitu berstadia dewasa menjelang tua.

Laporan Penelitian Tugas Akhir 21


LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

Bentangalam ini juga dikontrol oleh proses denudasi dengan arah penyebaran

relatif meliputi bagian timur dan bagian barat daerah penelitian, mulai dari daerah

Bontocini dan Bontopuca hingga ke bagian barat dari daerah penelitian yaitu

daerah Bonjoe, Bontorannu dan Biringkassi.

X
Y

Gambar 2.7
Salo Pangkajene yang memperlihatkan kenampakan bentuk penampang dasar
lembah menyerupai huruf “U” lebar, kelokan sungai (X) dan point bar (Y) yang
mencirikan stadia sungai dewasa menjelang tua difoto relatif kearah barat.

Gambar 2.8
Kenampakan bentuk bentangalam pedataran fluvial yang dimanfaatkan
sebagai lahan pertanian, foto kearah Utara.

Laporan Penelitian Tugas Akhir 22


LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

Vegetasi relatif jarang karena sebagian besar dimanfaatkan untuk

pemukiman dan pertanian serta tambak oleh masyarakat sekitar. Berdasarkan dari

uraian ciri morfologi dan semua aspeknya maka stadia satuan bentangalam

pedataran fluvial adalah stadia dewasa.

2.2.2. Stratigrafi Daerah Penelitian

Daerah penelitian tersusun oleh batuan sedimen karbonat berupa

batugamping serta endapan aluvial. Berdasarkan ciri litologinya, maka penamaan

dan pembagian serta penentuan kelompok satuan batuan didasarkan atas

litostratigrafi tidak resmi, dimana didasarkan atas keseragaman ciri fisik yang

dapat diamati di lapangan yang meliputi jenis batuan, dominasi batuan,

keseragaman ciri litologi, posisi stratigrafi dan hubungan antara satu batuan

dengan batuan yang lain yang dapat dipetakan dalam skala 1 : 25.000, serta

hubungan stratigrafi antar satuan batuan (Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996).

Secara faris besar, urutan stratigrafi daerah ini terbagi atas satuan batugamping,

lempung (clay), dan endapan sungai (alluvial), seperti yang terlihat pada data

litologi berikut. :

Tabel 2.2
Kolom Stratigrafi Daerah Pangkep
Satuan
Kolom Litologi Umur Ketebalan Litologi
Batuan
.---.---.---.---.--- Endapan 0-4m Pasir, lempung, kerikil-
Kwarter

---.---.---.----.--- sungai kerakal, Andesit, kwarsa


.---.---.---.---.--- dan silika
---.---.---.---.---.

Laporan Penelitian Tugas Akhir 23


LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

.---.---.---.---.---
---.---.---.---.---. Lempung 3 - 15 m Lempung, pasiran,
batugamping, sekis mika,
kerikil, bongkah kwarsa,
oksidasi besi

Ketidak-selarasan
Batu > 135 m Batugamping, tidak
Eosen-Miosen Bawah

gamping berlapis, kompak, keras,


kristalin, fosilan, kristal
kalsit, sebagai hasil
kristalisasi sekunder.

Sumber : Departement Pertambangan PT. Semen Tonasa 2015

a. Satuan Batugamping

Satuan batugamping di daerah penelitian, yang menempati kurang

lebih sekitar 60 % dari luas keseluruhan daerah penelitian. Satuan

ini di lapangan dengan mudah dapat dikenali dengan melihat

Stratigrafi regional daerah penelitian (Geologi Lembar Pangkajene

dan Watampone Bagian Barat Sulawesi” (Sukamto,1982)).

Laporan Penelitian Tugas Akhir 24


LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

Pada daerah penelitian, satuan batugamping ini dijumpai dengan

ciri – ciri fisik warna segar putih keabu-abuan , warna lapuk abu

- abu kehitaman, tekstur bioklastik, ukuran butir dari butiran

(granule) sampai halus, tersusun oleh mineral karbonat dan

foraminifera besar dan kecil, struktur tidak berlapis, warna soil

kecoklatan hingga kehitaman

Pada satuan batugamping ini terdapat fosil berupa foraminifera

kecil maupun foraminifera besar dan mineral karbonat yang

dibedakan berdasarkan atas kenampakan mikroskopisnya.

Berdasarkan kandungan foraminifera besarnya, maka satuan ini

termasuk dalam Formasi Tonasa yang memiliki umur Eosen Awal

- Eosen Akhir.

Hubungan Stratigrafi satuan batugamping dengan satuan yang ada

diatasnya yaitu satuan fluvial adalah hubungan ketidakselarasan.

Laporan Penelitian Tugas Akhir 25


LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

Gambar 2.9
Kenampakan dilapangan batugamping dengan Arah foto N 115° E.

b. Satuan Fluvial

Satuan bentangalam alluvial ini menempati sekitar 40 % dari

keseluruhan lokasi penelitian. Penyebaran satuan ini relatif berada

pada bagian Timur laut dan memanjang kearah Barat daya yaitu

sepanjang sungai Pangkajene dan sungai Bontorannu.

Material penyusun satuan alluvial (Foto2.6) daerah penelitian

terdiri atas material pasir, kerikil, lanau dan lempung yang

menyebar di sepanjang sungai Pangkajene. Berdasarkan kesamaan

tersebut maka satuan alluvial pada daerah penelitian berumur

Holosen dan terendapkan pada daerah sungai yang proses

pengendapannya masih berlangsung hingga sekarang.

Laporan Penelitian Tugas Akhir 26


LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

Hubungan Stratigrafi satuan batugamping dengan satuan yang ada

dibawahnya yaitu satuan fluvial adalah hubungan

ketidakselarasan.

Gambar 2.10
Memperlihatkan material – material penyusun satuan alluvial
yang berukuran pasir (x) pada sungai Pangkajene.

c. Satuan Lempung

Satuan batuan ini kwarter dengan ketebalan 3-5 meter. Endapan

lempung ini merupakan hasil endapan sungai dan pantai yang menutupi

satuan gamping secara selaras. Padda umumnya lempung di daerah ini

berwarna coklat kemerahan hingga abu-abu kecoklatan, bersifat lunak,

elastis dan lembab, mempunyai etiologi lempung, pasir, kerikil,

bongkahan kuarsa, sekis mika, dan oksida besi.

2.2.3. Batugamping

a. Sifat Fisik Batugamping

Laporan Penelitian Tugas Akhir 27


LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

1) Warna : abu-abu dan kekuning-kuningan

2) Buturan : halus

3) Belahan : sempurna

4) Kekerasan : 3 - 3,5

5) Pecahan : even

6) Kerapatan : 2,39 ton/BCM, lepas 1,55 ton/LCM

b. Sifat Kimia Batugamping

Batugamping dengan rumus kimia CaCO3 mudah sekali larut dengan

asam klorida (HCL) dan akan mengeluarkan gas CO 2. pembakaran

batugamping pada temperatur tinggi akan mengeluarkan gas CO 2 dan

sisa pembakaran disebut sebagai kapur tohor (CaO).

2.2.4. Struktur Geologi Regional

Struktur geologi regional daerah penelitian menurut Sukamto (1982)

bahwa pada akhir dari kegiatan gunungapi pada Kala Miosen Awal diikuti

oleh kegiatan tektonik yang menyebabkan terjadinya permulaan terban

Walanae. Terban Walanae ini memanjang dari utara ke selatan

Lengan Sulawesi Bagian Barat dimana struktur sesar inilah yang

mempengaruhi terhadap struktur geologi sekitarnya. Proses tektonik ini

juga yang menyebabkan terbentuknya cekungan tempat pembentukan

Formasi Walanae. Peristiwa ini berlangsung sejak awal Miosen Tengah

dan menurun perlahan selama proses sedimentasi hingga Kala Pliosen.

Menurunnya Terban Walanae dibatasi oleh dua sistem sesar normal yaitu

Laporan Penelitian Tugas Akhir 28


LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

Sesar Walanae yang tersingkap di sebelah timur dan Sesar Soppeng yang

tersingkap tidak menerus di bagian barat.

Selama terbentuknya Terban Walanae di timur kegiatan gunungapi terjadi

hanya di bagian selatan sedangkan di bagian barat terjadi kegiatan

gunungapi yang hampir merata dari selatan ke utara. Kegiatan ini

berlangsung dari Miosen Tengah-Pliosen (Gambar 1).

1 1 1 1

TELUK GORO

NTALO

2º BANG
KEP. SULA
SULAWESI
SE
TELUK
T
L
4 E
A
º L
T
U
M
K
A
K
6 B
AS
º O
SA
LAUT FLORES
8 0 100
º

Gambar 2.11
Peta Struktur Geologi Regional Pulau Sulawesi
(Sukamto, 1975 dalam Sukamto, dkk, 1982).

Sesar utama yang berarah utara-baratlaut terjadi sejak Miosen Tengah dan

tumbuh sampai setelah Pliosen. Adanya perlipatan besar yang berarah hampir

sejajar dengan sesar utama diperkirakan terbentuk sehubungan dengan adanya

tekanan mendatar berarah kira-kira timur-barat pada Kala sebelum Akhir Pliosen.

Laporan Penelitian Tugas Akhir 29


LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

Tekanan ini pula menyebabkan adanya sesar sungkup lokal yang menyesarkan

batuan Kapur Akhir di daerah Bantimala ke atas batuan Tersier. Perlipatan dan

pensesaran yang relatif lebih kecil di bagian timur Lembah Walanae dan di bagian

barat pegunungan barat, yang berarah barat laut-tenggara, kemungkinan besar

terjadi akibat gerakan mendatar ke kanan sepanjang sesar besar.

2.3. Bahan Baku Pembuatan Semen

Bahan baku pembuatan semen pada prinsipnya ada dua yaitu batugamping

dan tanah liat, sebab semua senyawa utama dalam semen berasal dari bahan baku

tersebut. Bila sampai digunakan bahan baku utama lain maka bahan tersebut

sifatnya hanya sebagai pengoreksi komposisi saja.

2.3.1. Batugamping

Batugamping merupakan sumber utama senyawa kalsium yang pada

umunya berupa kalsit atau aragonite. Dalam ilmu geologi dinamakan mineral

kalsit (CaCO3). Dalam proses pembuatan semen CaCO3 akan berupa menjadi

oksida kalsium (CaCO) karena adanya pengaruh panas yang tinggal dalam tanur

putar. CaO ini merupakan oksida yang penting sebab disamping itu merupakan

senyawa yang besar jumlahnya juga merupakan senyawa yang bereaksi denga

senyawa-senyawa silikat, aluminat dan besi membentuk senyawa-senyawa

potensial penyusun utama semen. Selain kalsium karbonat, silikat, magnesium,

aluminium dan besi dalam jumlah yang sedikit. Oksida silika dalam bentuk SiO 2

yang bebas juga sering dijumpai dalam batugamping. Pada proses pembuatan

Laporan Penelitian Tugas Akhir 30


LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

semen, senyawa dolomite ini dapat berubah bentuk menjadi kristal magnesium

oksida. MgO bebas dapat meredahkan mutu semen yang dihasilkan, dengan

demikian kadar MgO dalam semen tidak melebihi 5%.

Sesuai dengan persyaratan SNI No 15-2049-1994. Kemurnian

batugamping yang digunakan biasanya dinyatakan sebagai kadar kalsium

karboonat (kalsit).

2.3.2. Tanah Liat

Tanah liat merupakan sumber utama senyawa silikat, disamping itu juga

merupakan sumber senyawa-senyawa yang penting lainnya seperti senyawa-

senyawa alumina dan besi, dalam jumlah kecil kadang-kadang juga terdapat

terdapat senyawa alkali ini seperti halnya magnesium dalam bentuk kapur, harus

diadakan pengaturan sedemikian rupa supaya alkali dalam semen nantinya

melebihi 0,6%.

2.3.3. Bahan Baku Koreksi Pembuatan Semen

Apabila komposisi atau kadar senyawa-senyawa utama dalam tanah liat

belum memenuhi persyaratan maka campuran bahan baku pengoreksi yang umum

digunakan dalam industri semen adalah pasir silika dan pasir besi.

a. Pasir Silika

Pasir silika merupakan suatu mineral yang kristal-kristalnya berbentuk

pasir, yang mana dibatasi oleh dua pasang belah ketupat.

Unsur-unsur silika ini membentuk senyawa-senyawa dalam semen yaitu.

Laporan Penelitian Tugas Akhir 31


LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

 Dikalsium Silikat (2CaO.SiO2)

 Trikalsium Silikat (3CaO,SiO2

Adapun bentuk komponen-komponen tersebut di atas terjadi atau

membentuk pada proses pembakan.

b. Pasir Besi

Pasir besi digunakan sebagai pengoreksi kadar oksida besi atau pengoreksi

perbandingan oksida aluminium (Al2O3) dan Fe2O3 di PT. Semen Tonasa.

Pada dasarnya bahan baku semen digunakan perbandingan yaitu :

Batugamping 80%, tana liat 14%, pasir silika 1-2%

2.3.4. Bahan Baku Pembantu

Bahan baku yang ditambahkan dalam pembuatan semen adalah Gypsum

(CaSO42H2O). Walaupun disebut sebagai bahan baku pembantu gypsum

mutlak harus ditambahkan, sebeb semen tanpa gipsum tidak dapat

disebutkan sebagai semen Portland. Gipsum merupakan sumber oksida

belerang (SO3) yang amat penting untuk perbaikan sifat-sifat fisik

pemakaiannya. Gypsum dalam hal ini dimaksudkan untuk mencegah cepat

atau tidaknya semen tersebut mengering. Gipsum dalam penggunaanya

biasanya digunakan sebanyak 4% yang diinginkan oleh konsumen.

Tabel 2.3
Bahan Baku Buatan Semen
No Bahan Baku Kadar Keterangan

1 Batugamping 80% Bahan Baku Utama

2 Tanah Liat 14% Bahan Baku Utama

Laporan Penelitian Tugas Akhir 32


LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

3 Pasir Silika 1-2 % Bahan Baku Utama

4 Pasir Besi 4% Bahan Baku Pembantu

Sumber: Kantor Bahan Baku Pembuatan Semen Tonasa

2.4. Aktivitas Penambangan Batugamping di PT.Semen Tonasa

Penambangan merupakan kegiatan pengambilan material dari lapisan

kerak bumi. Sistem penambangan yang digunakan adalah tambang terbuka

dimana seluruh aktivitas penambangannya dilakukan dipermukaan, dalam hal

bersentuhan langsung dengan udara luar. Metode penambangan yang digunakan

adalah quarry.

Quarry merupakan jenis tambang terbuka yang diterapkan untuk endapan-

endapan bahan galian industri seperti batugamping. Beberapa tahapan

penambangan yang dilakukan antara lain :

2.3.1. Pembongkaran (Loosening)

Pembongkaran adalah serangkaian pekerjaan yang dilakukan untuk

membebaskan bahan dari batuan induknya. Adapun tahapan pembongkaran

sebagai berikut :

a. Perintisan (Pioneering)

Perintisan adalah suatu rangkaian pekerjaan yang dilakukan untuk

meratakan, membuat jalan untuk dilalui alat mekanis, serta penyediaan lokasi

Laporan Penelitian Tugas Akhir 33


LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

penambangan agar memudahkan pengambilan material-material. Pekerjaan

perintisan dilakukan regu perintisan, seksi perintisan dan perencanaan tambang.

b. Pemboran (Drilling)

Pemboran adalah serangkaian pekerjaan yang dilakukan pada permukaan

batuan untuk membuat lubang tembak sebagai awal dari pekerjaan

pembongkaraan batuan. Pembongkaran tidak dapat dipisahkan dari serangkaian

kegiatan dalam peledakan, dimana peledakan terlebih dahulu diawali dengan

kegiatan pemboran. Kegiatan pemboran ini dilakukan dengan menggunakan

mesin bor FURAKAWA HCR1500-ED dengan mata bor berdiameter 4 - 4,5 inchi

dengan kompresor yang menyatu dengan alat bornya.

c. Peledakan (Blasting)

Peledakan adalah serangkaian pekerjaan terhadap batuan untuk

membebaskanbatuan dari batuan induknya menjadi fragmen-fragmen dengan

ukuran yang dikehendaki. Metode peledakan yang diterapkan adalah peledakan

jenjang (bench). Keuntungan dari metode ini adalah memudahkan dalam

pengambilan material, sedangkan bahan peledak yang digunakan adalah ANFO

dan EMULSION dengan primer daya Gel yang merupakan buatan PT. PINDAD

Indonesia dan PT.DAHANA.

d. Pendorong (Dozing)

Kegiatan ini dilakukan untuk membersihkan lokasi penambangan dari

material hasil peledakan untuk persiapam pemboran selanjutnya dan menimbun

Laporan Penelitian Tugas Akhir 34


LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

lembah guna keperluan jalan penghubung antara bukit yang satu dengan yang

lain. Kegiatan pendorong ini dilakukan dengan Bulldozer.

2.3.2. Pemuatan (Loading)

Pemuatan adalah seringkaian kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan

untuk mengambil atau memuat material dari hasil ledakan kedalam alat angkut

untuk selanjutnya diangkut ketempat pengolahan (Crusher)

Kegiatan pemuatan quarry dilakukan dengan menggunakan Excavator

Komatsu PC 400 dengan kapasitas bucket 0,8 m3, dan Kobelco SK480 dengan

kapasitas bucket 2m3.

Pemuatan dilakukan di front penambangan yang langsung diambil dari

hasil pembongkaran dengan menggunakan Excavator Komatsu PC400 dan

Kobelco SK480. Kemudian materialnya diangkut menuju ketempat peremukan

(Crushing Unit) dengan menggunakan Dump Truck merk Nissan Izuzu 285PS dan

Mitsubisi Fuso 220PS berkapasitas 25 ton.

2.3.3. Pengangkutan (Hauling)

Proses pengangkutan dilakukan dari loading area ( B II, BIII, BIV, BV,

BVI, BVII, BVIII, dan yang terakhir BIX) ke crusher dengan menggunakan alat

angkut berupa Truck Hino 500 FM 260 TI, Quon CW 33370 dan Isuzu GIGA

285 PS.

Laporan Penelitian Tugas Akhir 35

Anda mungkin juga menyukai