Anda di halaman 1dari 23

SOSIOLOGI BERPARADIGMA

GANDA
oleh:
Alfina Fadilatul Mabruroh S.Pd., M.Pd.
GAMBAR A

GAMBAR B

Cobalah bersuara:
1. Kenapa memakai helm?
2. Kenapa helmnya seperti A bukan B?
3. Kenapa orang menggunakan helm A?
Alasannya apa? (vice versa)
4. Apakah helm terus dipakai meskipun bukan
SNI
tindakan sosial
fungsionalisme (action theory)
struktural
interaksionisme
konflik simbolik
FAKTA SOSIAL DEFINISI (symbolic
sistem interactionism)

makro
fenomenologi
(phenomenology)

PARADIGMA DI SOSIOLOGI eksistensialisme


(existentialism)

perilaku sosiologi
(Behavioral sociology)
PERILAKU SOSIAL
pertukaran
(exchange theory)
FAKTA SOSIAL DEFINISI PERILAKU SOSIAL

Manusia dianggap sebagai makhluk


Manusia dibentuk, diikat dan diatur Manusia dianggap sebagai makhluk
yang tidak bebas, manusia berperilaku
oleh norma dan aturan sosial yang bebas, bisa melakukan tindakan
merespon diri dengan lingkungan sosial.
Masyarakat adalah realitas/kenyataan bermakna yang bersifat subjektif.
Paradigma ini melihat kajian atau
yang berdiri sendiri Masyarakat dilihat sebagai kajian yang
subjek darimasyarakat adalah perilaku
Masyarakat dilihat sebagai kajian mikro (kecil)
(behavior) individu yang menimbulkan
makro (besar) Yang dikaji sesuatu proses
akibat atau perubahan terhadap
Yang dikaji sesuatu yang berbenda atau pendefinisian sosial dan akibat-akibat
tindakan selanjutnya, khususnya
nyata ada (material entity) dan tidak dari suatu aksi serta interaksi sosial,
penghargaan (reward) yang memancing
nyata ada (non material entity), seperti bukan hal makro seperti struktur sosial
perilaku yang diinginkan serta
ide atau gagasan atau pranata sosial.
hukuman (punishment) yang mencegah
perilaku yang tidak diinginkan.
KONSEP
1. Paradigma fakta sosial menyatakan bahwa masyarakat merupakan realitas atau kenyataan yang
berdiri sendiri. Realitas dalam masyarakat dipandang sebagai struktur, nilai-nilai yang disepakati,
atau peraturan yang memengaruhi perilaku individu. Menurut paradigma fakta sosial, individu
dibentuk dan dikendalikan oleh berbagai norma dan aturan sosial.
2. Paradigma Definisi Sosial Paradigma berangkat dari teori rasionalitas Max Weber. Dalam prinsip
rasionalitas, individu melakukan suatu tindakan berdasarkan pertimbangan rasional. Oleh karena
itu, paradigma definisi sosial berupaya menafsirkan suatu tindakan berdasarkan pemaknaan atau
alasan individu. Paradigma definisi sosial menempatkan individu sebagai subjek. Individu tidak
sepenuhnya dikontrol oleh aturan atau norma sosial sebagaimana dalam paradigma fakta sosial.
Dengan demikian, penekanan paradigma definisi sosial adalah sudut pandang atau pemahaman
individu terhadap suatu tindakan. Selain Max Weber, paradigma definisi sosial dipengaruhi oleh
beberapa sosiolog lainnya seperti George Herbert Mead, Herbert Blumer, Edmund Husserl, Alfred
Schutz, dan Peter L. Berger.
3. Paradigma perilaku sosial menyatakan cara manusia (individu) beradaptasi dalam proses
hubungan sosial sehingga memengaruhi perilakunya dalam masyarakat.
PARADIGMA FAKTA SOSIAL

1. Fungsional Struktural
2. Konflik
3. Sistem
4. Sistem AGIL
TEORI FUNGSIONALISME
STRUKTURAL

Teori ini menekankan kepada keteraturan (order) dan


mengabaikan konflik dan perubahan- perubahan dalam
masyarakat. Konsep-konsep utamanya adalah: fungsi, disfungsi,
fungsi laten, fungsi manifest dan keseimbangan (equilibrium).
TEORI KONFLIK

Teori Konflik Teori ini dibangun dalam rangka untuk menentang secara
langsung terhadap teori fungsionalisme structural. Karena itu tidak
mengherankan apabila proposisi yang dikemukakan oleh penganutnya
bertentangan dengan proposisi yang terdapat dalam teori fungsionalisme
structural. Tokoh utama teori konflik adalah Ralp Dahrendorf.
Kalau menurut teori fungsionalisme struktural masyarakat berada dalam
kondisi statis atau tepatnya bergerak dalam kondisi keseimbangan maka
menurut teori konflik malah sebaliknya.
Masyarakat senantiasa dalam proses perubahan yang ditandai oleh
pertentangtan yang terus menerus diantara unsur- unsurnya.
Kesimpulan penting yang dapat diambil adalah bahwa teori konflik ini ternyata
terlalu mengabaikan keteraturan dan stabilitas yang memang ada dalam
masyarakat di samping konflik Masyarakat selalu dipandangnhya dalam kondisi
konflik. Mengabaikan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku umum yang
menjamin terciptanya keseimbangan dalam masyarakat. Masyarakat seperti
tidak pernah aman dari pertikaian dan pertentangan. itu sendiri
TEORI SISTEM
Teori ini melihat masayarakat sebagai suatu sistem yang saling berkaitan dan
bergantung.
Teori dikhususkan pada masalah-masalah sosial yang berkaitan dengan nilai-nilai,
institusi/pranata-pranata sosial yang mengatur dan menyelenggarakan eksistensi
kehidupan bermasyarakat.
Sistem sendiri merupakan suatu kesatuan dari elemen-elemen fungsi yang beragam,
saling berhubungan dan membentuk pola yang mapan. Hubungan antara elemen-
elemen sosial tersebut adalah hubungan timbal-balik atau hubungan dua arah
TEORI SISTEM
SOSIAL AGIL
Teori ini melihat kehidupan sosial sebagai suatu sistem sosial memerlukan terjadinya
ketergantungan yang berimbas pada kestabilan sosial.
Sistem yang timpang, sebut saja karena tidak adanya kesadaran bahwa mereka
merupakan sebuah kesatuan, menjadikan sistem tersebut tidak teratur. Suatu sistem
sosial akan selalu terjadi keseimbangan apabila ia menjaga Safety Valve atau katup
pengaman yang terkandung dalam paradigma AGIL.
AGIL merupakan akronim dari Adaptation, Goal Attainment, Integration, dan Latency
atau latent pattern-maintenance, meskipun demikian dalam pengurutannya. tidak
terdapat skala prioritas
AGIL
Adaptation yaitu kemampuan masyarakat untuk berinteraksi dengan lingkungan dan alam. Hal ini mencakup segala
hal; mengumpulkan sumber-sumber kehidupan dan menghasilkan komuditas untuk redistribusi sosial.
Goal-Attainment adalah kecakapan untuk mengatur dan menyusun tujuan-tujuan masa depan dan membuat
keputusan yang sesuai dengan itu. Pemecahan permasalahan politik dan sasaran-sasaran sosial adalah bagian dari
kebutuhan ini.
Integration atau harmonisasi keseluruhan anggota sistem sosial setelah sebuah general agreement mengenai nilai-
nilai atau norma pada masyarakat ditetapkan. Di sinilah peran nilai tersebut sebagai pengintegrasi sebuah sistem
sosial.
Latency (Latent-Pattern-Maintenance) adalah memelihara sebuah pola, dalam hal ini nilai-nilai kemasyarakatan
tertentu seperti budaya, norma, aturan dan sebagainya.
Parsons mengatakan bahwa, sistem sosial cenderung bergerak ke arah keseimbangan atau stabilitas dimana
keteraturan merupakan norma sistem. Bila terjadi kekacauan norma-norma, maka sistem akan mengadakan
penyesuaian dan mencoba kembali mencapai keadaan normal.
PARADIGMA DEFINISI SOSIAL

1. Interaksionisme Simbolik
2. Aksi
3. Fenomenologi
INTERAKSIONISME SIMBOLIK
Dicetuskan oleh George Herbert Mead pada 1863-1931
Individu melakukan tindakan berdasarkan situasi dan kondisi
masyarakat di lingkungannya.
Teori interaksionisme simbolik ini berkembang pertama kali di
Universitas Chicago dikenal dengan aliran Chicago.
Teori interaksionisme simbolik merupakan interaksi sosial yang
terjadi karena penggunaan simbol-simbol yang memiliki makna.
Aliran teori ini adalah behaviorisme yang menganggap tingkah
laku manusia secara obyektif dari luar dengan meninggalkan
makna.
AKSI
Teori ini sepenuhnya mengikuti karya Weber serta sebagai
bentuk pengembangan dari teori interaksionisme simbolik dan
teori fenomenologi.
Weber memiliki pikiran setiap tindakan manusia bertujuan untuk
orang lain dan memiliki makna.
Teori aksi memiliki pokok pemikiran bahwa tindakan individu
(seseorang) itu subjektif.
Teori ini memandang tindakan sosial sebagai sesuatu yang
secara sengaja dibentuk oleh pemaknaan individu
Setiap orang untuk mencapai tujuan dipengaruhi oleh berbagai
macam pilihan cara, alat serta teknik pencapaian tujuan masing-
masing.
FENOMENOLOGI
Dikembangkan oleh beberapa sosiolog, seperti Edmund Husserl,
Alfred Schutz, dan Peter L. Berger.
Metode untuk mengkaji pengalaman hidup individu dan
bagaimana individu secara subjektif merasakan serta
memberikan makna dari fenomena tersebut.
Persoalan pokok yang hendak diterangkan oleh teori ini justru
menyangkut persoalan pokok ilmu sosial sendiri, yakni
bagaimana kehidupan bermasyarakat ini dapat terbentuk.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa interaksi sosial terjadi dan
berlangsung melalui penafsiran dan pemahaman tindakan
masing-masing baik antar individu maupun antar kelompok.
PARADIGMA PERILAKU SOSIAL

1. Perilaku Sosiologi
2. Pertukaran
TEORI PERILAKU SOSIOLOGI

Ide pengembangan paradigma perilaku sosial i dari awal sudah dimaksudkan untuk kedua
paradigma lainnya.
Karena ini itu mengherankan bila perbedaan pandangan antara paradigma perilaku sosial dengan
kedua paradigma lainnya itu merupakan sesuatu yang terelakkan. tidak dapat menyerang tidak.
Pada bukunya Beyond Freedom and Dignity Skinner menyerang langsung paradigma definisi sosial
dan secara tak langsung terhadap paradigma fakta sosial.
Konsep yang didefinisikan oleh paradigma fakta sosial dinilainya mengandung ide yang bersifat
tradisional khususnya mengenai nilai-nilai sosial. Menurutnya pengertian kultur yang diciptakan itu
tak perlu disertai dengan unsure mistik seperti ide dan nilai sosial itu. Alasannya karena orang tidak
dapat melihat secara nyata ide dan nilai-nilai dalam mempelajari masyarakat. Yang jelas terlihat
adalah bagimana manusia hidup, memelihara anaknya, cara berpakaian, mengatur kehidupan
bersamanya dan sebagainya.
TEORI PERILAKU SOSIOLOGI

Teori ini memusatkan perhatiannya kepada hubungan antara akibat dari tingkah laku yang
terjadi di dalam lingkungan aktor dengan tingkah laku aktor.
Teori Perilaku Sosiologi (Behavioral Theory) Penekanan utama dalam paradigma perilaku sosial
adalah cara individu beradaptasi dalam proses hubungan sosial sehingga memengaruhi
perilakunya dalam masyarakat.Teori perilaku sosiologi dikemukakan oleh B.F. Skiner. Menurut
Skiner, individu berperilaku sesuai reaksi atas rangsangan dari lingkungannya (Herabudin, 2015:
61).
Konsep dasar behavioral sosiologi yang menjadi pemahamannya adalah "reinforcement" yang
dapat diartikan sebagai ganjaran (reward) tak ada sesuatu yang melekat dalam obyek yang
dapat menimbulkan ganjaran. Perulangan tingkah laku tidak dapat dirumuskan terlepas dari
efeknya terhadap perilaku itu sendiri. Perulangan dirumuskan dalam pengertiannya terhadap
aktor.
TEORI PERTUKARAN
Teori Pertukaran (Exchange Theory) Teori pertukaran (exchange theory) dicetuskan oleh George Human. Teori ini
menjelaskan bahwa sistem penghargaan (reward), hukuman (punishment), dan konsekuensi sosial perilaku individu.
Makin tinggi penghargaan (reward) yang diperoleh, makin besar kemungkinan tingkah laku akan diulang. Sebaliknya,
makin tinggi hukuman (punishment) yang diperoleh, makin kecil kemungkinan tingkah laku yang serupa akan diulang.
Teori ini dibangun dengan maksud sebagai reaksi terhadap paradigma fakta sosial. Keseluruhan materi teori exchange itu
secara garis besarnya dapat dikembalikan kepada lima proposisi George Hofman berikut:
a. Jika tingkah laku atau kejadian yang sudah lewat dalam konteks stimulus dan situasi tertentu memperoleh ganjaran,
maka besar kemungkinan tingkah laku atau kejadian yang mempunyai hubungan stimulus dan situasi yang sama akan
terjadi atau dilakukan. Proposisi ini menyangkut hubungan antara apa, yang terjadi pada waktu silam dengan yang
terjadi pada waktu sekarang.
b. Menyangkut frekwensi ganjaran yang diterima atas tanggapan atau tingkah laku tertentu dan kemungkinan terjadinya
peristiwa yang sama pada waktu sekarang.
c. Memberikan arti atau nilai kepada tingkah laku yang diarahkan oleh orang lain terhadap actor. Makin bernilai bagi
seorang sesuatu tingkah laku orang lain yang ditujukan kepadanya makin besar kemungkinan untuk mengulangi
tingkah lakunya itu.
d. Makin sering orang menerima ganjaran atas tindakannya dari orang lain, makin berkurang nilai dari setiap tindakan
yang dilakukan berikutnya
e. Makin dirugikan seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, makin besar kemungkinan orang tersebut akan
mengembangkan emosi.
AYO BERKELOMPOK
1 kelas dibagi menjadi 6 atau 9 kelompok
1 Kelompok memilih 1 sebagai pemimpin
1 Kelompok menghubungkan gambar dengan teori
Sosiologi.
Setiap kelompok membuat argumen sesuai dengan teori
Hasil Kerkom diunggah pada :
https://forms.gle/ZvdmfnJNdgKkL9Xz6
AYO PECAHKAN PADA
FORUM DISKUSI
Menganalisis Fenomena Sosial di Lingkungan Sekitar Menggunakan Paradigma dalam Sosiologi Untuk memperdalam
pemahamanmu mengenai paradigma dalam sosiologi,dengan langkah-langkah berikut.:
1. Carilah fenomena sosial yang dapat dianalisis antara lain citayam fashion week, kenakalan remaja, pengamen
manusia silver, perubahan sosial, atau fenomena sosial lainnya.
2. Analisislah fenomena yang kamu pilih menggunakan teori sosiologi. Pilihlah salah satu teori dari paradigma definisi
sosial, fakta sosial, atau perilaku sosial.
3. Manfaatkan internet, smartphone, atau laptop yang kalian miliki untuk memperdalam kajian kelompok kalian.
4. Sajikan hasil analisis kelompok kalian menggunakan Canva atau power point
5. Presentasikan hasil analisis tersebut di depan kelas secara
6. Presentasi dilaksanakan per-kelompok 15-20 menit tanpa membaca
7. Penilaian presentasi digunakan sebagai nilai tugas.
8. Contoh presentasi terlampir
CO
NT
OH
TINDAKAN SOSIAL
TRADISIONAL WEBER
Weber menilai tindakan tradisional merupakan tindakan
yang tidak melalui pemikiran yang rasional. Sebab
tindakan ini berlangsung secara spontan tanpa melalui
pemikiran, perencanaan dan pertimbangan. Dasar dari
tindakan ini biasanya adat, tradisi turun temurun sejak
lama.
Kenduri merupakan salah satu adat istiadat masyarakat
Jawa. Kenduri biasanya dilakukan sebagai upacara 7 hari,
40 hari, 100 hari kematian atau bisa juga sebagai wujud
tasyakuran akan sebuah hajat seseorang di dalam
masyarakat. Adat istiadat kenduri merupakan salah satu
bentuk tindakan sosial tradisional menurut Weber

Anda mungkin juga menyukai