PERTEMUAN 18
OTORITAS JASA KEUANGAN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
1. SEJARAH PEMBENTUKAN OTORITAS JASA KEUANGAN
Melihat pada pengalaman yang didapat saat krisis keuangan yang terjadi pada
tahun 1997, industry keuangan diperkirakan akan mendapatkan kondisi yang sangat
buruk. Kebijakan fiskal dan moneter diperlukan untuk menyelamatkan perekonomian.
Hal ini yang menjadi pertanda bahwa krisis keuangan melanda Indonesia.
Untuk mengatasi masalah tersebut, ada ide untuk mendirikan sebuah badan khusus
guna melaksanakan pengawasan perbankan sejak berlakunya UU No.23 tahun 1999
tentang Bank Indonesia. Dengan melihat ketentuan ini, jelas bahwa pembentukan
dewan pengawas untuk sektor jasa keuangan yang independen harus dibentuk. Bahkan
dalam persiapan selanjutnya dinyatakan bahwa penciptaan lembaga pengawas akan
dilaksanakan pada tanggal 31 Desember 2000. Oleh karena itu, hal tersebut yang
digunakan sebagai landasan dasar penciptaan lembaga independen untuk mengawasi
sektor jasa keungan.
Namun, dalam proses hingga tahun 2010, pembentukan lembaga pengawasan
tersebut atau yang kemudian lebih dikenal sebagai Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
belum bisa terealisasi. Kondisi ini berakibat dalam satu decade. OJK tidak bisa menjadi
pengawas perbankan yang dalam perjalanannya tidak bisa melakukan pengawasan
terhadap beberapa fenomena negative seperti pada kasus Bank Century yang
disebabkan tidak adanya lembaga khusus yang melakukan pengawasan.
Pada tanggal 22 November 2011, Undang-Undang no 21 tahun 2011 tentang OJK.
OJK disebut sebagai lembaga independen yang akan bekerja per 31 Desember 2012
yang mengalihkan fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan
jasa keuangan di sektor Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga
Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya dari Keungan dan Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ke OJK. Pada tanggal 31 Desember
2013, transisi mengenai pengalihan fungsi, tugas, dan wewenang regulasi perbankan
dan pengawasan oleh Bank Indonesia (BI) juga akan diberikan OJK.
2. VISI
Visi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah menjadi lembaga pengawas industry
jasa keuangan yang terpercaya, melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat,
dan mampu mewujudkan industry jasa keuangan menjadi pilar perekonomian nasional
yang berdaya saing global serta dapat memajukan kesejahtraan umum.
3. MISI
4. TUJUAN
Otoritas Jasa Keungan (OJK) dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan
didalam sektor jasa keuangan:
1. Terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel
2. Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan
stabil
3. Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat
5. FUNGSI
6. TUGAS
8. PERSAYARATAN PENDAFTARAN
3. Laporan Direksi
4. Profil Perusahaan
5. Analisis dan diskusi manajemen
6. Tata Kelola Perusahaan
7. Pernyataan Pertanggungjawaban Pihak Direksi atas Laporan Keuangan
8. Laporan Keuangan yang Telah Diaudit
9. Tanda Tangan Direksi dan Dewan Komisaris
Ikhtisar keuangan secara umum harus berisi setidaknya lima tahun pengungkapan
informasi keuangan secara ringkas. Selain pengajuan terhadap OJK, laporan tahunan
perusahaan harus tersedia untuk semua pemegang saham dalam 14 hari sebelum
dilakukan RUPS.
Ikhtisar:
OJK disebut sebagai lembaga independen yang akan bekerja per 31 Desember
2012 yang mengalihkan fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan
kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun,
Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya dari Keungan dan
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ke OJK.
C. LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan fungsi dan tugas OJK?
2. Apa yang dimaksud laporan keuangan disajikan secara komperatif?
3. Apa yang harus diberikan dalam laporam tahunan perusahaan?
D. DAFTAR PUSTAKA
Baker, Richar. dkk, 2017, Akuntansi Keuangan Lanjutan (Persfektif Indonesia), Edisi 2,
buku 2, Salemba Empat, Jakarta
Beams, Floyd D. dkk, 2009, Akuntansi Lanjutan (Advance Accounting), Edisi 9, Jilid 1,
Salemba Empat, Jakarta