DISUSUN OLEH :
NOVI WIDIYANTI, S.Si
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman
hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant,
1999).
Peran guru sebagai pemimpin pembelajaran dan pemimpin dalam
pengembangan sumber daya menjadi sangatlah penting dan harus dimiliki
oleh seorang guru. Guru harus mempunyai jiwa kepemimpinan, harus
menjadi guru yang kompeten karena keterlibatan guru dalam pembelajaran
memberi pengaruh yang besar terhadap proses dan prestasi belajar murid.
Guru harus menjadi teladan yang baik bagi murid terutama murid di satuan
pendidikan dasar.
B. Tujuan Kegiatan
Adapun tujuan dari kegiatan ini saling berkaitan, yaitu :
1. Menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai dengan
kebutuhan murid.
2. Mengembangkan dan melatih kompetensi sosial-emosional guru dan
murid di dalam atau luar pembelajaran.
3. Mengeksplorasi potensi dan kemampuan yang ada dalam diri rekan guru
(coachee).
4. Menghasilkan keputusan yang baik dan efektif berbasis pemimpin
pembelajaran yang berdampak pada murid.
5. Mengembangkan program sekolah yang berdampak pada murid dan dapat
mewujudkan kepempinan murid
C. Manfaat Kegiatan
Berikut beberapa manfaat yang diperoleh selama Pendidikan Guru
Penggerak, yaitu :
1. Mengembangkan Kompetensi Dalam Lokakarya Bersama
Program yang berlangsung selama 9 bulan ini meliputi pelatihan daring,
lokakarya, konferensi, dan pendampingan selama 9 bulan bagi calon Guru
Penggerak secara gratis. Selama program berlangsung maka guru tetap
2
menjalankan tugas mengajarnya sebagaimana mestinya. Calon Guru
Penggerak akan dipantau capaian perkembangannya dan akan
melaksanakan evaluasi hingga tahap pelatihan selesai dilaksanakan.
2. Meningkatkan Kompetensi Sebagai Pemimpin Pembelajaran Yang
Berpusat Pada Murid
Guru dapat mengembangkan diri menjadi guru yang professional dan
memberi dampak pada murid. Guru juga menjadi teladan dan mampu
memberikan motivasi bagi peserta didik.
3. Pengalaman Belajar Yang Mandiri
Guru mendapatkan pengalaman belajar mandiri dan kelompok yang
terbimbing, terstruktur, dan menyenangkan. Dengan adanya program ini
maka para guru bisa mendapatkan ilmu secara sistematis. Selain itu, juga
akan mendapatkan pengalaman berjalan bersama dengan rekan guru lain
dari berbagai daerah. Pengalaman lain yang akan didapatkan yaitu
mendapatkan bimbingan langsung dari pengajar praktik/pendamping.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembelajaran Berdiferensiasi
Hal yang saya lakukan sebelum melakukan pembelajaran
berdiferensiasi adalah saya melakukan asesmen diagnostik. Saya melakukan
asesmen diagnostik kognitif dan non kognitif dengan menggunakan lembar
asesmen (terlampir). Hasil asesmen diagnostik tersebut saya gunakan untuk
memetakan murid ketika pembelajaran di kelas sesuai dengan kesiapan
belajar, minat, dan gaya belajar.
Pembelajaran berdiferensiasi yang saya lakukan dalam mapel IPA
pada bab Sistem Pencernaan Manusia. Tujuan pembelajaran adalah setelah
melihat video, membaca buku, dan menganalisis alat peraga organ
pencernaan, murid dapat menyebutkan nama dan fungsi organ pada sistem
pencernaan manusia dengan tepat (RPP terlampir). Model yang saya gunakan
Cooperative Learning dengan pendekatan diferensiasi.
Saya menyajikan materi Sistem Pencernaan Manusia melalui buku,
video, dan alat peraga (murid diberikan kebebasan untuk memilih konten
yang berbeda sesuai dengan keinginan dan ketertarikan). Inilah yang disebut
Diferensiasi Konten.
4
pemandu atau tantangan dibuat dalam bentuk kartu soal yang bisa dibaca oleh
semua anak untuk memantik murid untuk bisa mengerti nama dan fungsi
organ sistem pencernaan manusia. Kegiatan bervariasi dilakukan dengan
melihat video, membaca buku, dan melihat serta meraba alat peraga organ
pencernaan manusia. Diferensiasi produk terlihat dari produk yang
dihasilkan dari proses pembelajaran setiap kelompok yang berbeda. Seperti
peta konsep, lagu tentang sistem pencernaan, dan ular tangga yang dapat
dimainkan oleh semua murid di kelas.
Peta Konsep
Ular Tangga
Setelah selesai membuat produk, murid-murid melakukan presentasi di
depan kelas untuk menambah kepercayaan diri dan mewujudkan kepemimpinan
5
murid. Murid dari kelompok lain memberi pertanyaan dan tanggapan untuk hasil
dari kelompok yang presentasi.
6
B. Pembelajaran Sosial-Emosional
Pembelajaran sosial-emosional penting dilakukan untuk
mengembangkan pengetahuan, sikap, dan ketrampilannya dalam mengelola
emosi, membangun hubungan yang bai kantar guru dan siswa, antar siswa dan
siswa agar tercapai segala tujuan.
Saya mengintegrasikan kompetensi sosial-emosional ke dalam
pembelajaran, yaitu di kegiatan pendahuluan setelah berdoa. Saya memberikan
motivasi kepada murid-murid untuk melepaskan segala penat yang pernah
dirasakan, kesalahan-kesalahan, kecemasan masa lalu yang menghambat
perkembangan di masa sekarang. Murid-murid menutup mata sambil
mendengarkan kata-kata yang saya sampaikan diiringi dengan instrumen
murid. Beberapa murid ada yang menangis dan menceritakan jika mereka
cemas dan takut tidak bisa membahagiakan orang tuanya karena merasa gagal
dan prestasinya kurang memuaskan. Saya memotivasi murid bahwa setiap dari
kita pernah mengalami kegagalan, yang terpenting adalah kita menyadari
bahwa kita pernah gagal dan mau bangkit untuk berjuang memperbaiki
kegagalan, dan hasil dari perjuangan mungkin tidak kita rasakan dalam waktu
dekat, bisa saja ketika mereka berada pada sekolah lanjutan. Menyadari
kesalahan, kekurangan dan kekuatan diri dan mampu mengelola emosi adalah
beberapa ketrampilan sosial-emosional.
Selain itu, dalam kegiatan diskusi, siswa juga melatih kesadaran sosial
dan ketrampilan berelasi di dalam kelompoknya, Siswa diharapkan mampu
7
bekerjasama dan saling menghargai setiap pendapat dari teman
sekelompoknya.
8
kurang aktif, karena presentasi hanya diwakili oleh 1 anak saja setiap
kelompok, sehingga banyak anak yang tidak memiliki peran dan kesempatan
untuk tampil.
Setelah selesai pembelajaran, kami melakukan wawancara pasca-
observasi, coachee menyadari jika pembelajaran yang dia berikan belum
maksimal untuk mewujudkan kepemimpinan murid dalam diskusi dan
presentasi. Rencana tindak lanjut yang dilakukan adalah :
1. Lebih intensif dalam melakukan program penguatan literasi dengan
memberlakukan jumat membaca setiap jam amaliyah pagi (sebelum
memulai pembelajaran jam pertama antara jam 07.20 – 07.40)
2. Penggunaan pertanyaan pemantik dan HOTS untuk menstimulus murid
bernalar kritis
3. Kolaborasi dengan guru lain terkait refleksi teman sejawat guna
memperbaiki kualitas pembelajaran
4. Pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan kepercayaan diri murid, murid
dapat membuat sebuah video vlog terkait materi pembelajaran.
9
memperhatikan prinsip resolusi dan opsi trilema, membuat keputusan, dan
meninjau keputusan dan merefleksinya.
Pengambilan keputusan dengan 9 langkah ini saya terapkan saat murid
saya tidak masuk sekolah selama dua minggu saat ada Penilaian Akhir
Semester karena harus menjaga adiknya yang sedang sakit dan ayahnya
gangguan jiwa. Saya mengalami dilema etika, saya ingin sekali memberikan
nilai KKM di rapornya, tetapi dia tidak mempunyai bukti fisik hasil pengerjaan
penilaian akhir semester. Jika saya memberikan nilai di bawah KKM, melihat
kondisinya juga saya merasa kasihan. Saya mendiskusikan hal ini kepada
Kepala Sekolah, dengan opsi trilema yaitu murid saya tetap bisa mengerjakan
tes dengan saya mendatangi setiap hari kerumahnya, sebelumnya saya
melakukan evaluasi pembelajaran untuk mengetahui sampai sejauh mana
pengetahuannya terhadap materi yang akan dinilai. Murid tersebut
mendapatkan nilai sesuai dengan hasil tesnya, dan masih bisa menjaga adik dan
ayahnya di rumah.
10
Hal-hal yang paling disoroti saat forum berlangsung adalah :
1. Keterlibatan murid dalam kegiatan sekolah, terutama media di arsaka lebih
ditingkatkan.
2. Memperbanyak kegiatan edukasi ke luar/di sekitar sekolah mengingat
banyak aset sekolah yang sangat menunjang pembelajaran
3. Program wali murid dan murid mengajar bisa lebih di intensifkan
4. Database alumni jika terpilah dengan baik akan sangat membantu sekolah
dalam segi finansial, dan membantu orang tua wali murid jika mengalami
kesulitan dalam administrasi pembayaran.
11
BAB III
PENUTUP
A. Refleksi
Pengalaman yang saya alami selama mengikuti Program Guru
Penggerak adalah saya mendapat kesempatan untuk belajar materi yang
sangat beragam dan bermanfaat untuk saya sebagai pemimpin pembelajaran
yang dapat memberikan pembelajaran yang berkualitas kepada murid. Saya
juga semakin sadar bahwa seorang guru harus memiliki kompetensi sosial-
emosional yang baik agar tercipta kegiatan belajar mengajar yang
menyenangkan, saling menghargai, dan membuat nyaman guru dan murid.
Terkait peran saya sebagai pemimpin dalam pengembangan
sekolah, saya belajar untuk menjadi coaching yang baik bagi rekan guru
dalam perkembangan kualitas pembelajaran rekan guru tersebut, berbagi
praktik baik kepada rekan guru sebagai pemimpin pembelajaran dan peran
dalam mewujudkan kepemimpina murid, serta menyampaikan ide dan
rekomendasi terkait pengembangan program sekolah. Saya juga belajar
membagi waktu, memetakan skala prioritas agar Program Guru Penggerak ini
selaras dengan tugas saya mengajar di sekolah.
Kendala saya ketika mengikuti PGP ini adalah mengawali
kebiasaan untuk refleksi dan kolaborasi dengan banyak pihak. Kita diberikan
kesempatan untuk bekerjasama dengan banyak pihak, bahkan memetakan
kekuatan sekolah dengan pihak luar. Hal itu membutuhkan keberanian dan
konsistensi. Namun, hal itu dapat saya lalui dengan baik.
Hal-hal positif yang saya peroleh selama mengikuti Program Guru
Penggerak adalah semakin memahami dan menyadari bahwa sebagai seorang
guru, perkataan, perbuatan dan semua yang saya lakukan harus dapat
dijadikan contoh oleh warga sekolah, terutama murid-murid saya. Oleh
12
karena itu, guru harus senantiasa melakukan refleksi dan memperbaiki diri
guna meningkatkan kompetensi dan kualitas pembelajaran.
Setelah Program Guru Penggerak selesai, ini adalah awal dari
langkah saya sebagai agen perubahan di sekolah. Saya memiliki tanggung
jawab memberikan peran yang terbaik dalam pembelajaran, pengembangan
diri dan orang lain serta sekolah.
B. Tindak Lanjut
Rencana tindak lanjut (RTL) merupakan rencana kegiatan yang
akan dilaksanakan setelah melaksanakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan
sebelumnya. Rencana tindak lanjut ini merupakan suatu program sebagai
jaminan bagi keberlangsungan dan keberlanjutan dari program yang
sebelumnya telah dilaksanakan.
Berdasarkan hal-hal tersebut, berikut adalah beberapa Rencana
Tindak Lanjut setelah mempelajari modul 2 dan modul 3 yaitu :
1. Melakukan refleksi akhir kegiatan bersama pemangku kepentingan di
sekolah, rekan sejawat, orang tua/wali murid dan murid. Kegiatan ini
bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri
saya untuk perbaikan di masa mendatang. Kegiatan ini dapat berupa
pemberian umpan balik menggunakan kuesioner atau forum diskusi formal
dan informal yang dilakukan di sekolah.
2. Mengembangkan komunitas praktisi yang telah terbentuk di dalam
maupun di luar sekolah. Komunitas praktisi ini sangat bermanfaat bagi
saya dalam kontinuitas kebiasaan belajar dan berbagi praktik baik yang
selalu ditekankan dalam Program Guru Penggerak. Komunitas praktisi
juga dapat memfasilitasi kegiatan coaching guna memperbaiki kualitas
pembelajaran.
3. Memberikan sosialisasi tentang pentingnya kompetensi sosial-emosional
pada guru, murid, bahkan orang tua agar tercapai kondisi yang kondusif
dan mendukung kegiatan belajar mengajar. Pengenalan kompetensi sosial-
emosional guru dapat dilakukan dengan membuat forum diseminasi yang
disertai praktik langsung.
13
4. Melakukan pendekatan secara efektif dan berkolaborasi dengan segala
pihak yang merupakan aset sekolah. Kolaborasi dari segala pihak dapat
mendukung pengembangan sekolah, seperti keterlibatan wali murid dalam
program-program sekolah, kerjasama dengan pihak luar terkait
narasumber atau objek kegiatan sebagai ajang memperkenalkan aset di
sekitar sekolah kepada murid.
14
DAFTAR PUSTAKA
15
LAMPIRAN
16
B. ASESMEN DIAGNOSTIK KOGNITIF
17
C. HASIL PENILAIAN DENGAN PLICKERS
18