kelompok kontrol dimana p = 0,000 apabila p ≤ 0,05 berarti Ho ditolak. Adanya perbedaan
yang signifikan atau bermakna, maka dapat dikatakan bahwa pemberian pijak oksitosin
efektif terhadap produksi ASI. Pijat oksitosin merupakan pemijatan pada sepanjang tulang
belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelimakeenam dan merupakan usaha untuk
merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan (Biancuzzo, 2003; Indiyani,
2006; Yohmi & Roesli, 2009). Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks
oksitosin atau let down reflex. Selain untuk merangsang let down reflex manfaat pijat
produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Depkes RI, 2007; King, 2005).
Pijat oksitosin turut berperan dalam proses pengeluaran ASI, hal ini sejalan dengan
penelitian Budiarti (2009) yang memasukkan intervensi pijat oksitosin ke dalam paket
“SUKSES ASI” terhadap 30 ibu menyusui di RSUD Cibinong dan Depok, sehingga
diperoleh 21 responden mengalami produksi ASI yang lancar sedangkan dari 30 responden
kontrol hanya 10 responden yang mengalami ASI yang lancar. Penelitian lain dari Endah &
Imas (2011) menyatakan bahwa ibu postpartum yang diberikan pijat oksitosin mengalami
pengeluaran ASI lebih cepat dibandingkan ibu yang tidak mendapatkan perlakuan. Pijat
oksitosin cukup ampuh dalam memaksimalkan produksi dan pengeluaran ASI seperti pada
responden kelompok intervensi kombinasi pijat oksitosin dan teknik marmet di Rumah Sakit
wilayah Jawa Tengah memiliki pengeluaran ASI yang cukup dan mengalami peningkatan
Marinir Ewa Pangalila Surabaya pada bulan April-Mei 2015 dapat di simpulkan bahwa
sebagian besar ibu post partum sectio caesaria di Rumah Sakit Marinir Ewa Pangalila
Surabaya yang tidak dilakukan pijat oksitosin mempunyai waktu pengeluaran kolostrum
selama >48 jam. Sebagian besar ibu post partum sectio caesar di Rumah Sakit Marinir Ewa
sangat efektif terhadap pengeluaran ASI. Langkah-langkah dalam perawatan payudara yaitu
salah satunya dengan pemijatan pada payudara. Pijatan pada payudara merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi produksi ASI karena disamping dapat memperlancar pengeluaran
ASI juga bertujuan agar payudara senantiasa bersih dan mudah dihisap oleh bayi. Penelitian
yang dilakukan oleh Primasari (2008) mengatakan bahwa didapatkan perbedaan nilai mean
rank antara kelompok eksperimen 1 dengan kelompok eksperimen 2 sebesar 4 point, nilai
p=0.143 pada level p<0.05. Kesimpulan penelitian adalah tidak ada perbedaan efektifitas
metode breast care dari depan dan belakang terhadap kelancaran pengeluaran ASI pada ibu
post partum di Ruang C RSUP Soeradji Tirtonegoro Klaten. Hal ini membuktikan bahwa
Penelitian yang dilakukan oleh Werna Nontji, Andriani tentang pengaruh metode
demonstrasi cara perawatan payudara terhadap kelancaran pengeluaran ASI pada ibu post
partum diperoleh hasil menyebutkan bahwa ada 13,3% ibu post partum yang ASInya dapat
keluar dengan lancar dan 86,7% ibu post partum yang ASInya tidak dapat keluar dengan
lancar. Adapun kesimpulan dalam penelitian yaitu : ada pengaruh metode demonstrasi
terhadap cara perawatan payudara ibu post partum dalam hal ini ibu post partum melihat
secara langsung pelaksanaan tahap–tahap perawatan payudara, ada pengaruh cara perawatan
payudara terhadap kelancaran pengeluaran ASI pada ibu post partum dan ada pengaruh
metode demonstrasi cara perawatan payudara terhadap kelancaran pengeluaran ASI pada ibu
post partum. Kok dikit bahasan sub bab ini ?? coba gali lagi & kembangkan analisa &
opininya.