Disusun oleh :
Puluhan pegawai negeri sipil, PNS, Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Bangka Belitung, digerebek
saat tengah berkaraoke pada jam kerja. Selain mendapat sanksi fisik, puluhan PNS ini juga terkena
sanksi administrasi.
ANALISIS KASUS
A. Rumusan Kasus/Masalah Terjadinya Kasus dan Aktor yang Terlibat Serta Peran
Setiap Aktor
Sejumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bekerja untuk Pemerintah Kabupaten
Bangka Selatan di Provinsi Bangka Belitung ditemukan tidak berada pada tempat di mana
mereka masing-masing seharusnya tempati. Melainkan, puluhan pegawai pemerintahan yang
sedang mengenakan pakaian dinas tersebut didapati tengah asyik berkaraoke dan bersenang-
senang di suatu kafe. Diketahui, hal tersebut dilakukan pada saat jam kerja masih berlangsung.
Proses penggerebekan terhadap para PNS yang melakukan pelanggaran ini secara langsung
dipimpin langsung oleh Wakil Bupati Bangka Selatan. Wakil Bupati bergerak mendatangi
lokasi kejadian setelah adanya laporan dari masyarakat. Wakil bupati menindak tegas dengan
memberikan hukuman fisik berupa push up dan squat jump kepada para PNS yang terlibat.
Wakil Bupati juga memastikan bahwa PNS yang melakukan pelanggaran tersebut akan
dijatuhi sanksi administratif yang penindaklanjutannya diserahkan kepada Badan
Kepegawaian Daerah (BKD). Lebih jauh lagi, Wakil Bupati juga menjanjikan bahwa apabila
perbuatan pelanggaran tersebut diulangi, maka PNS pelanggar aturan tersebut akan dikenakan
sanksi yang lebih berat. Sanksi lebih berat yang dimaksudkan ialah berupa penurunan jabatan
hingga pemecatan.
Kasus pelanggaran berupa PNS yang tidak menepati aturan untuk melaksanakan
tugas pada saat jam kerja tentu saja bukanlah hal yang jarang terjadi. Bukan hanya spesifik
terjadi di Bangka Belitung sebagaimana yang dilaporkan pada kasus di atas, hal serupa juga
sering didapati di wilayah lainnya di Indonesia, baik dari institusi pemerintahan daerah
maupun pemerintahan pusat. Hal ini tercerminkan dengan maraknya pemberitaan terkait
bermunculan di televisi maupun media sosial. Akibatnya, seringkali masyarakat mengeluhkan
dan tersulut amarah karena kegiatan pelayanan publik tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Sumber : https://youtu.be/DH204nu8_2U
Beberapa faktor dinilai dapat menjadi pemicu dari acapnya PNS melakukan tindakan
indisipliner yang sama. Pertama, masih belum terinternalisasinya dengan baik ke dalam diri
seorang PNS nilai-nilai dasar yang menjadi fondasi atau pedoman dalam melaksanakan tugas.
Hal ini tentu saja menyebabkan kurangnya kesadaran untuk bersikap profesional dan
bertanggung jawab terhadap publik. Kedua, rasa kesadaran terhadap tugas dan fungsinya
sebagai ASN yang masih rendah sehingga PNS tersebut akan kehilangan arah dan tidak
paham akan batasan dan wewenangnya. Lebih jauh lagi, PNS akan terdorong untuk hanya
melaksanakan tugas apabila berada dalam pengawasan. Ketiga, lunturnya sikap melayani dari
seorang PNS. PNS yang merupakan bagian dari penyelenggara kebijakan publik diwajibkan
untuk melayani publik, namun malah sebaliknya, posisi sebagai PNS sering dimanfaatkan
untuk melayani diri sendiri, terlebih lagi dengan reputasi PNS di masyarakat sebagai suatu
jabatan pekerjaan yang “aman” dari berbagai disrupsi keadaan lingkungan dan “terjamin”
keberlangsungannya. Keempat, penjatuhan sanksi yang kurang tegas. Kadang kala penjatuhan
sanksi yang ringan sama sekali tidak menyebabkan efek jera, sehingga memunculkan
pemikiran yang beranggapan bahwa PNS tetap dapat berbuat pelanggaran dan tetap lolos dari
konsekuensinya. Bahkan, pelanggaran yang dilakukan berulang-ulang tak jarang juga hanya
dijawab dengan pola yang serupa, yaitu sanksi atau teguran ringan yang berulang-ulang juga,
hal tersebut mengakibatkan terjadinya pelanggaran yang sama secara terus-menerus. Kelima,
lingkungan yang kurang kondusif. Tidak dapat dipungkiri, keadaan lingkungan yang kurang
kondusif, seperti kekurangan sarana prasarana, terdapatnya persaingan kurang sehat antara
pegawai, tidak baiknya hubungan antara pegawai maupun atasan, diskriminasi, pengawasan
ketat yang berlebihan, dan lain-lain dapat menyebabkan ketidaknyamanan maupun kejenuhan
terhadap pegawai. Sehingganya, memunculkan desakan diri untuk melampiaskan rasa jenuh
tersebut dengan hiburan yang tersedia di luar dari lingkungan kerja, meskipun dalam jam
kerja sekalipun.
B. Bentuk Penerapan dan Pelanggaran terhadap Nilai-nilai Dasar PNS “BERAKHLAK”
oleh Setiap Aktor Dan Dampak Tidak Diterapkannya Nilai-nilai Dasar PNS
BERAKHLAK pada Kasus
Pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Bangka
Selatan, Provinsi Bangka Belitung yaitu dengan melakukan karaoke pada saat jam kerja
merupakan bentuk pelanggaran nilai-nilai Ber-AKHLAK. Bentuk penerapan dan pelanggaran
terhadap nilai-nilai dasar ini diantaranya :
Nilai berorientasi pada pelayanan harus fokus pada pada kepuasan masyarakat, serta
berkomitmen dalam mempertahankan serta meningkatkan kualitas produk dan
memberikan layanan terbaik kepada masyarakat. Berdasarkan kasus diatas, dijelaskan
bahwa penggerebekan PNS yang melakukan karaoke pada saat jam kerja berawal dari
laporan masyarakat. Dilaporkannya kasus ini oleh masyarakat menandakan bahwa
masyarakat terganggu dengan tindakan yang dilakukan oleh PNS tersebut. Terlebih
pelanggaran disiplin dilakukan pada saat jam kerja sehingga akan berakibat akan
terhambatnya pelayanan kepada masyarakat.
2. Nilai Akuntabel
Nilai akuntabel selain berfokus pada tanggungjawab juga harus memegang teguh nilai
integritas dan harus diikuti dengan tindakan konsisten terhadap peran dan tugas dalam
berbagai situasi serta kondisi. Berdasarkan kasus diatas, pelanggaran terhadap nilai
akuntabel yang dilakukan oleh ASN yang melakukan karaoke pada saat jam kerja
adalah tidak adanya rasa tanggung jawab terhadap fungsi dan tugasnya sehingga
pelanggaran kedisiplinan tersebut dapat terjadi. Integritas seorang ASN pada nilai
akuntabel ditunjukkan dengan sikap peduli, jujur, tanggung jawab, sederhana , berani
dan adil. Karena salah satu nilai integritas tersebut dilanggar maka sudah dipastikan
ASN di Kabupaten Bangka Belitung tersebut telah melanggar nilai Berakhlak yaitu
nilai akuntabel.
3. Nilai Kompeten
4. Nilai Harmonis
5. Nilai Loyal
Nilai loyal sebagai seorang ASN ditunjukan dengan kesetiaan kepada bangsa dan
negara. Seorang PNS memiliki tugas sebagai pelaksana kebijakan publik, melakukan
pelayanan publik serta perekat persatuan dan kesatuan. Dengan dilakukannya
tindakan karaoke pada saat jam kerja maka ASN di Kabupaten Bangka Belitung
tersebut telah melanggar tugasnya sebagai pelayan publik bahkan yang disayangkan
adalah yang melaporkan kasus ini juga adalah masyarakat.
6. Nilai Adaptif
Nilai adaptif dapat dilakukan instansi dengan terus berinovasi dan menyesuaikannya
dengan perubahan serta perkembangan teknologi dan informasi yang ada. Tujuannya
adalah untuk menciptakan kemudahan dan kenyamanan bagi masyarakat. Kegiatan
karaoke tercipta salah satunya karena perkembangan teknologi dan memang bukanlah
kegiatan yang negatif karena dapat menghilangkan stress. Kesalahannya adalah
pelaksanaan kegiatan tersebut tidak sesuai dengan waktunya sehingga dapat
dikatakan ASN di Kabupaten Bangka Belitung tersebut tidak memiliki kemampuan
dalam beradaptasi serta melihat situasi dan kondisi pada saat melakukannya.
7. Nilai Kolaboratif
Nilai kolaboratif dapat dilakukan instansi dengan cara melakukan kerja sama dengan
berbagai pihak untuk mencapai tujuan bersama dengan tetap menjunjung tinggi asas
toleransi. Pelanggaran nilai ini dibuktikan dengan tidak adanya rasa toleransi yang
dilakukan oleh pegawai ASN di Kabupaten Bangka Belitung yang melakukan
karaoke dengan yang tidak. Pada saat jam kerja seharusnya semua pegawai
melakukan pekerjaan mereka dengan tanggung jawab di kantor dan tidak melakukan
kegiatan lain terutama di luar kantor.
Dampak tidak diterapkannya nilai-nilai dasar pns BERAKHLAK pada kasus diatas adalah
Di dalam kasus PNS karaoke diluar jam kerja kantor merupakan masalah disiplin pns,
yaitu dapat diberikan sanksi fisik (berupa push-up dan squat-jump) dan sanksi administrasi
sesuai dengan peraturan pemerintah nomor 94 tahun 2011 tentang disiplin pegawai negeri
sipil, tujuan diberi hukuman disiplin yaitu untuk memperbaiki dan mendidik pegawai negeri
sipil untuk memperbaiki sikap dan perilaku yang tidak baik untuk tidak melakukan
pelanggaran. Dan apabila mengulang perbuatan yang sama akan menerima sanksi lebih berat,
penurunan jabatan dan hingga pemecatan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa disiplin
adalah keadaan yang menyebabkan atau memberikan dorongan kepada pegawai untuk berbuat
dan melakukan segala kegiatan sesuai dengan norma-norma atau aturan - aturan yang telah
ditetapkan.
Walau dengan banyak upaya menjaga disiplin dan menjaga netralitas tetap saja
kemungkinan terjadi pelanggaran disiplin bisa terjadi, dan hal ini akan diantisipasi dengan
pemberian sosialisasi dan pemahaman tentang langkah-langkah yang akan dilakukan apabila
terjadi pelanggaran disiplin tersebut.
D. Konsekuensi Penerapan Setiap Alternatif Gagasan Permasalahan dalam Kasus
Disiplin yang datang dari individu sendiri adalah disiplin yang berdasarkan atas
kesadaran individu sendiri dan bersifat spontan. Disiplin ini merupakan disiplin yang sangat
diharapkan oleh suatu organisasi karena disiplin ini tidak memerlukan perintah atau teguran
langsung. Disiplin berdasarkan perintah yakni dijalankan karena adanya sanksi atau ancaman
hukuman. Dengan demikian orang yang melaksanakan disiplin ini karena takut terkena sanksi
atau hukuman, sehingga disiplin dianggap sebagai alat untuk menuntut pelaksanaan tanggung
jawab.
Seorang pegawai yang sadar akan tugas dan tanggung jawabnya tentu akan
menjalankan kewajiban yang dibebankan kepadanya dan menjauhi larangan-larangan yang
akan menurunkan kredibilitasnya. Menerapkan nilai Pancasila di kehidupan sehari-hari juga
akan membentuk wilayah serta pribadi yang lebih kompeten lagi.