Anda di halaman 1dari 7

TUGAS AGENDA 2

PELATIHAN DASAR CPNS KLHK


GELOMBANG I ANGKATAN VIII KELOMPOK 3 TAHUN 2022
BALAI DIKLAT LHK PEMATANG SIANTAR

“ANALISIS KASUS NILAI-NILAI DASAR ASN BERAKHLAK”

Disusun oleh :

Rilvi Abilia Tesa Putri,S.T NIP. 19980808 202203 2 012

Patuan Arief M. Sinambela, S.Si NIP. 19970921 202203 1 009

Ruth Beteisda Meristika Sinaga, S.Hut NIP. 19950819 202203 2 009

Rizky Syahputra, S.T NIP. 19880824 202203 1 003

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN


BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM
PUSAT DIKLAT SDM LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
2022
Kasus : “Karaoke di Jam Kerja, Puluhan PNS Dihukum Push Up & Squat Jump

Link Video : https://youtu.be/DH204nu8_2U

Deskripsi Singkat Kasus

Puluhan pegawai negeri sipil, PNS, Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Bangka Belitung, digerebek
saat tengah berkaraoke pada jam kerja. Selain mendapat sanksi fisik, puluhan PNS ini juga terkena
sanksi administrasi.

ANALISIS KASUS

A. Rumusan Kasus/Masalah Terjadinya Kasus dan Aktor yang Terlibat Serta Peran
Setiap Aktor

Sejumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bekerja untuk Pemerintah Kabupaten
Bangka Selatan di Provinsi Bangka Belitung ditemukan tidak berada pada tempat di mana
mereka masing-masing seharusnya tempati. Melainkan, puluhan pegawai pemerintahan yang
sedang mengenakan pakaian dinas tersebut didapati tengah asyik berkaraoke dan bersenang-
senang di suatu kafe. Diketahui, hal tersebut dilakukan pada saat jam kerja masih berlangsung.
Proses penggerebekan terhadap para PNS yang melakukan pelanggaran ini secara langsung
dipimpin langsung oleh Wakil Bupati Bangka Selatan. Wakil Bupati bergerak mendatangi
lokasi kejadian setelah adanya laporan dari masyarakat. Wakil bupati menindak tegas dengan
memberikan hukuman fisik berupa push up dan squat jump kepada para PNS yang terlibat.
Wakil Bupati juga memastikan bahwa PNS yang melakukan pelanggaran tersebut akan
dijatuhi sanksi administratif yang penindaklanjutannya diserahkan kepada Badan
Kepegawaian Daerah (BKD). Lebih jauh lagi, Wakil Bupati juga menjanjikan bahwa apabila
perbuatan pelanggaran tersebut diulangi, maka PNS pelanggar aturan tersebut akan dikenakan
sanksi yang lebih berat. Sanksi lebih berat yang dimaksudkan ialah berupa penurunan jabatan
hingga pemecatan.

Kasus pelanggaran berupa PNS yang tidak menepati aturan untuk melaksanakan
tugas pada saat jam kerja tentu saja bukanlah hal yang jarang terjadi. Bukan hanya spesifik
terjadi di Bangka Belitung sebagaimana yang dilaporkan pada kasus di atas, hal serupa juga
sering didapati di wilayah lainnya di Indonesia, baik dari institusi pemerintahan daerah
maupun pemerintahan pusat. Hal ini tercerminkan dengan maraknya pemberitaan terkait
bermunculan di televisi maupun media sosial. Akibatnya, seringkali masyarakat mengeluhkan
dan tersulut amarah karena kegiatan pelayanan publik tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Sumber : https://youtu.be/DH204nu8_2U

Beberapa faktor dinilai dapat menjadi pemicu dari acapnya PNS melakukan tindakan
indisipliner yang sama. Pertama, masih belum terinternalisasinya dengan baik ke dalam diri
seorang PNS nilai-nilai dasar yang menjadi fondasi atau pedoman dalam melaksanakan tugas.
Hal ini tentu saja menyebabkan kurangnya kesadaran untuk bersikap profesional dan
bertanggung jawab terhadap publik. Kedua, rasa kesadaran terhadap tugas dan fungsinya
sebagai ASN yang masih rendah sehingga PNS tersebut akan kehilangan arah dan tidak
paham akan batasan dan wewenangnya. Lebih jauh lagi, PNS akan terdorong untuk hanya
melaksanakan tugas apabila berada dalam pengawasan. Ketiga, lunturnya sikap melayani dari
seorang PNS. PNS yang merupakan bagian dari penyelenggara kebijakan publik diwajibkan
untuk melayani publik, namun malah sebaliknya, posisi sebagai PNS sering dimanfaatkan
untuk melayani diri sendiri, terlebih lagi dengan reputasi PNS di masyarakat sebagai suatu
jabatan pekerjaan yang “aman” dari berbagai disrupsi keadaan lingkungan dan “terjamin”
keberlangsungannya. Keempat, penjatuhan sanksi yang kurang tegas. Kadang kala penjatuhan
sanksi yang ringan sama sekali tidak menyebabkan efek jera, sehingga memunculkan
pemikiran yang beranggapan bahwa PNS tetap dapat berbuat pelanggaran dan tetap lolos dari
konsekuensinya. Bahkan, pelanggaran yang dilakukan berulang-ulang tak jarang juga hanya
dijawab dengan pola yang serupa, yaitu sanksi atau teguran ringan yang berulang-ulang juga,
hal tersebut mengakibatkan terjadinya pelanggaran yang sama secara terus-menerus. Kelima,
lingkungan yang kurang kondusif. Tidak dapat dipungkiri, keadaan lingkungan yang kurang
kondusif, seperti kekurangan sarana prasarana, terdapatnya persaingan kurang sehat antara
pegawai, tidak baiknya hubungan antara pegawai maupun atasan, diskriminasi, pengawasan
ketat yang berlebihan, dan lain-lain dapat menyebabkan ketidaknyamanan maupun kejenuhan
terhadap pegawai. Sehingganya, memunculkan desakan diri untuk melampiaskan rasa jenuh
tersebut dengan hiburan yang tersedia di luar dari lingkungan kerja, meskipun dalam jam
kerja sekalipun.
B. Bentuk Penerapan dan Pelanggaran terhadap Nilai-nilai Dasar PNS “BERAKHLAK”
oleh Setiap Aktor Dan Dampak Tidak Diterapkannya Nilai-nilai Dasar PNS
BERAKHLAK pada Kasus

Pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Bangka
Selatan, Provinsi Bangka Belitung yaitu dengan melakukan karaoke pada saat jam kerja
merupakan bentuk pelanggaran nilai-nilai Ber-AKHLAK. Bentuk penerapan dan pelanggaran
terhadap nilai-nilai dasar ini diantaranya :

1. Nilai Berorientasi pada Pelayanan

Nilai berorientasi pada pelayanan harus fokus pada pada kepuasan masyarakat, serta
berkomitmen dalam mempertahankan serta meningkatkan kualitas produk dan
memberikan layanan terbaik kepada masyarakat. Berdasarkan kasus diatas, dijelaskan
bahwa penggerebekan PNS yang melakukan karaoke pada saat jam kerja berawal dari
laporan masyarakat. Dilaporkannya kasus ini oleh masyarakat menandakan bahwa
masyarakat terganggu dengan tindakan yang dilakukan oleh PNS tersebut. Terlebih
pelanggaran disiplin dilakukan pada saat jam kerja sehingga akan berakibat akan
terhambatnya pelayanan kepada masyarakat.

2. Nilai Akuntabel

Nilai akuntabel selain berfokus pada tanggungjawab juga harus memegang teguh nilai
integritas dan harus diikuti dengan tindakan konsisten terhadap peran dan tugas dalam
berbagai situasi serta kondisi. Berdasarkan kasus diatas, pelanggaran terhadap nilai
akuntabel yang dilakukan oleh ASN yang melakukan karaoke pada saat jam kerja
adalah tidak adanya rasa tanggung jawab terhadap fungsi dan tugasnya sehingga
pelanggaran kedisiplinan tersebut dapat terjadi. Integritas seorang ASN pada nilai
akuntabel ditunjukkan dengan sikap peduli, jujur, tanggung jawab, sederhana , berani
dan adil. Karena salah satu nilai integritas tersebut dilanggar maka sudah dipastikan
ASN di Kabupaten Bangka Belitung tersebut telah melanggar nilai Berakhlak yaitu
nilai akuntabel.

3. Nilai Kompeten

Nilai kompeten harus disesuaikan dengan pengetahuan dan kemampuan pegawai


dalam melakukan tugasnya. Selain itu juga mencakup inovasi dalam memberikan
solusi terhadap berbagai permasalahan-permasalahan yang dihadapi dan harus
memperhatikan pengembangan SDM pegawai. Untuk menjadi seorang ASN,
seseorang telah melewati berbagai tahap penyeleksian terkait dengan kompetensi dan
sikapnya. Sehingga sudah pasti seseorang yang lolos ASN sampai tahap seleksi akhir
adalah orang-orang yang berkompeten. Dalam kasus diatas, telah terbukti ASN di
Kabupaten Bangka Belitung tidak paham dengan aturan, fungsi dan tugasnya
sehingga kasus ini juga melanggar nilai berakhlak kompeten.

4. Nilai Harmonis

Nilai harmonis dilaksanakan dengan menjaga keselarasan lingkungan kerja dan


persaingan yang sehat karena dalam lingkungan kerja selalu terdapat keberagaman.
Pelanggaran terhadap nilai berakhlak pada kasus diatas dapat dilihat dengan tidak
adanya keselarasan antara pegawai yang tetap tinggal di kantor dan melaksanakan
tugas sebaik-baiknya dengan pegawai yang melakukan pelanggaran dengan
melakukan karaoke pada saat jam kerja. Adanya pelanggaran kedisiplinan ini dapat
berakibat menjadikan lingkungan kerja yang tidak harmonis dan bisa saja
menimbulkan konflik.

5. Nilai Loyal

Nilai loyal sebagai seorang ASN ditunjukan dengan kesetiaan kepada bangsa dan
negara. Seorang PNS memiliki tugas sebagai pelaksana kebijakan publik, melakukan
pelayanan publik serta perekat persatuan dan kesatuan. Dengan dilakukannya
tindakan karaoke pada saat jam kerja maka ASN di Kabupaten Bangka Belitung
tersebut telah melanggar tugasnya sebagai pelayan publik bahkan yang disayangkan
adalah yang melaporkan kasus ini juga adalah masyarakat.

6. Nilai Adaptif

Nilai adaptif dapat dilakukan instansi dengan terus berinovasi dan menyesuaikannya
dengan perubahan serta perkembangan teknologi dan informasi yang ada. Tujuannya
adalah untuk menciptakan kemudahan dan kenyamanan bagi masyarakat. Kegiatan
karaoke tercipta salah satunya karena perkembangan teknologi dan memang bukanlah
kegiatan yang negatif karena dapat menghilangkan stress. Kesalahannya adalah
pelaksanaan kegiatan tersebut tidak sesuai dengan waktunya sehingga dapat
dikatakan ASN di Kabupaten Bangka Belitung tersebut tidak memiliki kemampuan
dalam beradaptasi serta melihat situasi dan kondisi pada saat melakukannya.
7. Nilai Kolaboratif

Nilai kolaboratif dapat dilakukan instansi dengan cara melakukan kerja sama dengan
berbagai pihak untuk mencapai tujuan bersama dengan tetap menjunjung tinggi asas
toleransi. Pelanggaran nilai ini dibuktikan dengan tidak adanya rasa toleransi yang
dilakukan oleh pegawai ASN di Kabupaten Bangka Belitung yang melakukan
karaoke dengan yang tidak. Pada saat jam kerja seharusnya semua pegawai
melakukan pekerjaan mereka dengan tanggung jawab di kantor dan tidak melakukan
kegiatan lain terutama di luar kantor.

Dampak tidak diterapkannya nilai-nilai dasar pns BERAKHLAK pada kasus diatas adalah

● Kegiatan pelayanan publik tidak berjalan sebagaimana mestinya sehingga dapat


menimbulkan amarah masyarakat setempat.
● Dapat mengakibatkan hilangnya keharmonisan di dalam lingkungan kerja.
● Menurunkan rasa kepercayaan dari atasan atau sesama pegawai kepada pegawai yang
melakukan pelanggaran karena dengan tindak pelanggaran tersebut dapat dipastikan
pegawai itu tidak kompeten dan akuntabel dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
● Hilangnya rasa kepercayaan terhadap ASN oleh masyarakat karena kasus diatas yang
melaporkannya adalah masyarakat sendiri.

C. Gagasan Alternatif Pemecahan Masalah pada Kasus

Di dalam kasus PNS karaoke diluar jam kerja kantor merupakan masalah disiplin pns,
yaitu dapat diberikan sanksi fisik (berupa push-up dan squat-jump) dan sanksi administrasi
sesuai dengan peraturan pemerintah nomor 94 tahun 2011 tentang disiplin pegawai negeri
sipil, tujuan diberi hukuman disiplin yaitu untuk memperbaiki dan mendidik pegawai negeri
sipil untuk memperbaiki sikap dan perilaku yang tidak baik untuk tidak melakukan
pelanggaran. Dan apabila mengulang perbuatan yang sama akan menerima sanksi lebih berat,
penurunan jabatan dan hingga pemecatan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa disiplin
adalah keadaan yang menyebabkan atau memberikan dorongan kepada pegawai untuk berbuat
dan melakukan segala kegiatan sesuai dengan norma-norma atau aturan - aturan yang telah
ditetapkan.

Walau dengan banyak upaya menjaga disiplin dan menjaga netralitas tetap saja
kemungkinan terjadi pelanggaran disiplin bisa terjadi, dan hal ini akan diantisipasi dengan
pemberian sosialisasi dan pemahaman tentang langkah-langkah yang akan dilakukan apabila
terjadi pelanggaran disiplin tersebut.
D. Konsekuensi Penerapan Setiap Alternatif Gagasan Permasalahan dalam Kasus

Pejabat yang berwenang harus memberikan sanksi/tindakan secara tegas bilamana


seorang PNS terbukti melakukan pelanggaran disiplin dengan tujuan untuk memberikan efek
jera dan shock therapy agar PNS yang lain tidak meniru atau melakukannya. Dan juga agar
tidak melakukan pelanggaran disiplin yang hukumannya lebih berat lagi. Oleh karena itu
setiap pejabat yang berwenang menghukum wajib memeriksa lebih dahulu dengan seksama
terhadap Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Disiplin yang datang dari individu sendiri adalah disiplin yang berdasarkan atas
kesadaran individu sendiri dan bersifat spontan. Disiplin ini merupakan disiplin yang sangat
diharapkan oleh suatu organisasi karena disiplin ini tidak memerlukan perintah atau teguran
langsung. Disiplin berdasarkan perintah yakni dijalankan karena adanya sanksi atau ancaman
hukuman. Dengan demikian orang yang melaksanakan disiplin ini karena takut terkena sanksi
atau hukuman, sehingga disiplin dianggap sebagai alat untuk menuntut pelaksanaan tanggung
jawab.

Seorang pegawai yang sadar akan tugas dan tanggung jawabnya tentu akan
menjalankan kewajiban yang dibebankan kepadanya dan menjauhi larangan-larangan yang
akan menurunkan kredibilitasnya. Menerapkan nilai Pancasila di kehidupan sehari-hari juga
akan membentuk wilayah serta pribadi yang lebih kompeten lagi.

Anda mungkin juga menyukai