Anda di halaman 1dari 5

Nama : Rendra Perdana Putra, Peserta Latsar Gol II Angkatan 40 Kelompok 3

Instansi : Puskesmas Rampal Celaket

Pemerintah Kota Malang

1. Nilai-nilai komitmen mutu yang terkandung dalam film.


Penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean
governance) sudah menjadi keniscayaan di era saat ini. Berbagai upaya telah
dilakukan untuk mewujudkan keniscayaan tersebut, namun dalam
implementasinya masih belum sesuai harapan. Hal ini ditandai dengan
banyaknya keluhan masyarakat atas buruknya layanan aparatur pemerintahan,
misalnya terkait dengan buruknya layanan mutu yang diberikan karena tidak
mengedepankan adanya nilai efektifitas, efisiensi serta inovasi.
Esensi substansi tentang nilai komitmen mutu memiliki keterkaitan yang
mendalam dengan kinerja pegawai negeri sipil. Bidang apa pun yang menjadi
tanggung jawab pegawai negeri sipil, semua mesti dilaksanakan secara optimal
agar dapat memberi kepuasan kepada stakeholders. Aspek utama yang menjadi
target stakeholders adalah layanan yang berorientasi pada mutu, melalui
penyelenggaraan tugas secara efektif, efisien, dan inovatif.
Dalam film yang berjudul Lebaran ini dapat ditemukan banyak sekali nilai-
nilai komitmen mutu yang masih dipegang teguh oleh pegawai negeri sipil. Nilai
tersebut terdiri dari nilai efektifitas, efisiensi, inovasi sampai dengan orientasi
terhadap mutu layanan.
Nilai efektifitas dapat dilihat dari adegan ketika Bu Lurah menggunakan
perangkat webcam dengan videocall untuk memonitor keberadaan PNS yang
belum tiba di Kelurahan saat jam pelayanan. Dengan menggunakan videocall ini
Bu Lurah dapat mengetahui dengan pasti lokasi dari masing-masing PNS
tersebut tanpa harus berjalan keluar dari Kelurahan. Nilai efektif ini muncul
karena tujuan Bu Lurah untuk dapat memonitor para bawahannya dapat tercapai
dengan baik. Nilai efektif berikutnya dapat terlihat ketika adegan seorang warga
yang hendak melakukan pengurusan surat keterangan tidak mampu. Pada
adegan tersebut terlihat bahwa pihak kelurahan akan mengirimkan salinan surat
pengantar dari Kelurahan kepada pihak Kecamatan secara langsung untuk
mempercepat proses terbitnya surat keterangan tidak mampu. Sehingga
diharapkan ketika warga tersebut sampai di Kecamatan dan menunjukkan bukti
tertulis yang didapat dari Kelurahan maka surat yang diurus bisa segera
diberikan.
Nilai efisiensi. Efisiensi organisasi ditentukan oleh berapa banyak bahan
baku, waktu, biaya , dan tenaga manusia yang dibutuhkan untuk menghasilkan
jumlah keluaran tertentu. Efisiensi dapat dihitung sebagai jumlah sumber daya
yang digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa. Nilai efisiensi dapat
dengan mudah ditemukan dari film ini. Terlihat dari adegan ketika Bu Lurah dan
2 PNS lainnya melakukan layanan pada masyarakat di Kelurahan. Dengan
sumber daya manusia yang dapat dikatakan terbatas jumlahnya namun Bu
Lurah mampu membagi tugas untuk setiap bawahannya sehingga setiap
pekerjaan dapat dilakukan dengan efisien. Terbukti meskipun jumlah pegawai di
Kelurahan tersebut sedikit namun tetap mampu memberikan layanan
masyarakat yang optimal. Terlihat dari adegan ketika banyak warga yang datang
dari pagi sampai dengan siang untuk melakukan pengurusan administrasi publik
di Kelurahan dan semua warga tersebut dapat terlayani dengan baik dan tertib
tanpa ada keluhan ataupun komplain sama sekali. Nilai efisiensi berikutnya
dapat dilihat dari cara manajemen waktu yang dilakukan oleh Bu Lurah, dengan
waktu libur lebaran yang terbatas beliau tetap bisa meluangkan waktu untuk
pulang kampung ke rumah mertua nya di Kota Malang. Beliau menggunakan
waktu yang ada dengan sebaik-baik nya untuk bisa bersilaturahmi dengan
keluarga di Malang.
Nilai inovasi. Inovasi muncul karena adanya dorongan kebutuhan
organisasi/perusahaan untuk beradaptasi dengan tuntutan perubahan yang
terjadi di sekitarnya. Perubahan bisa dipicu antara lain oleh pergeseran selera
pasar, peningkatan harapan dan daya beli masyarakat, pergeseran gaya hidup,
peningkatan kesejahteraan, perkembangan ekonomi, pengaruh globalisasi, serta
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam film Lebaran dapat ditemukan
nilai-nilai Inovasi dalam rangka memberikan layanan pada masyarakat agar tidak
tertinggal dengan perubahan serta perkembangan zaman. Sebagai contoh ketika
adegan Bu Lurah menggunakan teknologi webcam untuk bisa videocall dengan
bawahannya merupakan bukti nyata sebuah inovasi. Videocall merupakan
perkembangan serta kemajuan yang terjadi di bidang teknologi. Penerapan nilai
inovasi ini sangat mendukung kegiatan layanan pada masyarakat agar tercipta
efektifitas dan efisiensi. Inovasi berikutnya yang dapat ditemukan dalam film ini
adalah ketika adegan seorang warga datang untuk mengurus surat keterangan
tidak mampu. Digambarkan pada saat warga mengurus surat tersebut maka
pihak Kelurahan akan mengirimkan surat pengantar tersebut langsung kepada
pihak Kecamatan dan warga tersebut akan diberikan bukti tertulis. Sehingga
ketika warga tersebut tiba di Kecamatan dan menujukkan bukti yang telah
didapat dari Kelurahan maka surat keterangan tidak mampu dapat langsung
diberikan. Hal itu merupakan contoh inovasi metode yang dilakukan dalam
rangka memberikan layanan kepada masyarakat yang berkomitmen mutu.
Nilai orientasi mutu. Sesungguhnya konsep mutu berkembang seiring
dengan berubahnya paradigma organisasi terkait pemuasan kebutuhan manusia,
yang semula lebih berorientasi pada terpenuhinya jumlah (kuantitas) produk atau
jasa sesuai permintaan, dan kini, ketika aneka ragam hasil produksi dan jasa
telah membanjiri masyarakat, maka kepuasan masyarakat lebih dititikberatkan
pada aspek mutu (kualitas) produk atau jasa. Mutu sudah menjadi salah satu alat
vital untuk mempertahankan keberlanjutan organisasi dan menjaga kredibilitas
institusi pemerintahan. Nilai orientasi mutu dapat ditemukan dalam film ini
melalui adegan ketika seorang Bu Lurah yang sedang menikmati masa libur hari
raya di kampung halaman mertuanya. Pada saat dirumah mertuanya tersebut
beliau diminta untuk memperpanjang hari liburnya agar memiliki waktu yang
lebih panjang bersama keluarga. Namun hal tersebut ditolak secara halus oleh
Bu Lurah karena beliau memiliki komitmen mutu yang tinggi pada pekerjaannya.
Beliau menjelaskan bahwa sudah menjadi tugasnya untuk kembali melayani
masyarakat yang membutuhkan pelayanan publik. Beliau menempatkan
kepentingan masyarakat diatas kepentingan pribadi guna dapat memberikan
mutu layanan yang prima pada masyarakat. Tidak hanya sampai disitu, Lurah
tersebut juga memberikan pemahaman kepada staff nya bahwa untuk dapat
memberikan layanan publik yang berorientasi pada mutu tidak bisa dilakukan
oleh beberapa pihak saja. Diperlukan kerja sama dari semua staff untuk dapat
mewujudkan hal tersebut. Nilai orientasi mutu berikutnya yang dapat ditemukan
adalah ketika adegan petugas kebersihan menjalankan tugasnya dengan penuh
tanggung jawab. Terlihat bahwa petugas itu merupakan pegawai yang pertama
datang diantara semua pegawai yang ada. Beliau juga menunjukkan etos kerja
yang baik tidak hanya kepada atasan tapi juga kepada pegawai yang lain. Nilai
orientasi mutu yang dipegang teguh oleh petugas tersebut membuat Bu Lurah
puas dengan hasil pekerjaannya. Nilai orientasi mutu berikutnya dapat terlihat
dari adegan seorang penjual nasi pecel yang sudah kembali berjualan satu hari
setelah hari raya. Penjual tersebut mengutamakan kepentingan pelanggannya
diatas kepentingan dirinya. Sang penjual khawatir jika pelanggan mencari
dagangannya jikalau dirinya libur berjualan.

2. Faktor yang mendorong dan menghambat tumbuhnya perwujudan nilai-


nilai komitmen mutu
Faktor-faktor yang bisa menjadi pendorong sekaligus menghambat upaya
untuk meningkatkan kinerja aparatur yang kreatif, inovatif, dan komitmen
terhadap mutu, antara lain: perubahan pola pikir (mindset) aparatur, pergeseran
budaya kerja, perbaikan tata kelola pemerintahan (good corporate governance).
Perubahan dalam bidang pelayanan publik seiring dengan kemajuan dan
perkembangan zaman, menuntut adanya perubahan pola pikir dan budaya kerja
aparatur (mind set and culture set), sehingga tuntutan akan adanya
pembangunan budaya mutu sudah mutlak. Perubahan pola pikir pegawai negeri
dari bermental kacung menjadi bermental batur (pelayan) yang mampu
menyenangkan majikannya (rakyat sebagai pemilik kedaulatan). Pola pikir
pegawai negeri yang mampu mengedepankan kepentingan rakyat diatas
kepentingan pribadi ini mutlak diperlukan untuk dapat kemudian menggerakkan
pola budaya kerja yang diharapkan oleh masyarakat.
Pergeseran pola budaya kerja juga merupakan faktor terwujudnya nilai
komitmen mutu. Perubahan dari pola budaya santai, malas-malasan dan tidak
disiplin menjadi pola budaya kerja keras, bersemangat, dan berdisiplin tinggi.
Pola budaya kerja yang memegang integritas publik ini hanya dapat terwujud jika
pola kerja pegawai negeri sudah ber mind set kan rakyat adalah majikan yang
harus dilayani dengan sebaik mungkin. Pola budaya kerja (culture set) yang
mengedepankan nilai-nilai budaya kerja unggul ini harus benar-benar dijadikan
sebagai standar layanan yang mengikat dan dipatuhi dalam pelaksanaannya.
Untuk itu, perlu ada mekanisme pengawasan dengan pola 360°. Pengawasan
dilakukan dari berbagai dimensi, baik dimensi internal secara vertikal dan/atau
horisontal maupun dimensi eksternal secara terbuka.
Perbaikan sistem tata kelola (manajemen) pemerintahan yang birokratik
ke sistem pemerintahan yang bercorak bisnis/wirausaha merupakan satu strategi
yang dicanangkan untuk dapat mencapai tata kelola pemerintahan yang
bermutu. Secara ringkas misi birokrasi adalah membangun aparatur negara agar
mampu mengemban tugas dan tanggung jawab melaksanakan urusan
pemerintahan dan pembangunan secara berdaya guna dan berhasil guna.

Anda mungkin juga menyukai