Anda di halaman 1dari 8

JURNAL BAHASA RUPA

Vol. 1 No 2 - April 2018


p-ISSN 2581-0502 (Print), e-ISSN 2580-9997 (Online)
Available Online at :
http://jurnal.stiki-indonesia.ac.id/index.php/jurnalbahasarupa

KAJIAN ESTETIKA MELALUI BENTUK KESEIMBANGAN ILUSTRASI DURGA


DENGAN TEKNIK SABLON DISCHARGE SEDERHANA
Dwi Novitasari
Studi Konsentrasi Desain Grafis dan Multimedia,
Program Studi Teknik Informatika, STMIK STIKOM Indonesia
Jl. Tukad Pakerisan No. 97 Denpasar-Bali
e-mail : novitawijaya88@gmail.com

Received : Maret 2018 Accepted : Maret 2018 Published : April 2018

Abstrak
Kajian ini bertujuan untuk menganalisis sifat membuat baik (estetik) yang terdapat pada ilustrasi Durga
dengan teknik sablon discharge sederhana. Seperti yang banyak orang ketahui dimana bentuk visualisasi
Durga lebih identik dengan kesan seram (horor). Ilustrasi yang digunakan sebagai acuan atau objek
dalam proses teknik sablon discharge sederhana adalah ilustrasi dewi Durga (visualisasi lain dari devi
Parvati, shakti dewa Shiva). Teknik sablon discharge merupakan jenis cetak saring (sablon) yang
mencabut warna dasar kain dengan material kaporit sebagai bahan campuran tintanya, menghasilkan
efek warna yang khas dan berbeda dengan teknik sablon pada umumnya. Kajian ini akan difokuskan
pada bentuk keseimbangan serta ciri atau sifat membuat baik (estetik) seperti kerumitan (complexity).
Fokus kajian tersebut menjadi menarik untuk dikaji. selanjutnya dalam penulisan ini menggunakan
metode dekriptif kualitatif guna mendapatkan gambaran yang sistematis, faktual, serta akurat
mengenai estetika melalui bentuk keseimbangan ilustrasi Durga dengan teknik sablon discharge
sederhana.

Kata Kunci: estetika, keseimbangan, kerumitan (complexity), ilustrasi Durga, sablon discharge.

Abstract
This study purpose is to analyze esthetic characters on Durga illustration with simple discharge screen
printing technique. As many people know, Durga visualization is more identically spooky impression.
Durga illustration used as reference or as an object on simple discharge screen printing technique, which
is a type of screen print that removes the basic color of the fabric with chlorine material as a mixture of
ink, produce a distinctive color effect and different from the usual screen printing techniques. This study
will focus on the form balance and aesthetic characteristics or properties such as complexity, it becomes
interesting to study. Furthermore in this writing using qualitative descriptive method in order to get a
systematic, factual, and accurate overview of aesthetics through the balance form of Durga illustration
with a simple discharge screening technique.

Kewyords: esthetic, balance, complexity, Durga illustration, discharge printing

1. PENDAHULUAN memamerkan serta menjual produk dari


Persaingan di dunia clothing saat ini memang berbagai industri kreatif. Tak jarang kini produk
terlihat cukup ramai, khususnya di kota clothing dengan konsep dan tema identitas
Denpasar. Hal tersebut bisa kita lihat dari budaya lokal mampu menarik pasar serta
banyaknya brand yang muncul serta event memiliki ciri khas tersendiri. Salah satu produk
tahunan yang khusus diselenggarakan untuk t-shirt milik Bali Agung mendapat apresiasi yang

Jurnal Bahasa Rupa | 73


cukup baik dari masyarakat saat PKB (Pesta dicapai dengan menggunakan a-simetri, a-
Kesenian Bali) sejak tahun 2012 lalu, hingga ritmis, dan kontras dalam penyusunan [3].
saat artikel ini ditulis. Dari berbagai style Perlu diperhatikan susunan elemen yang ada
ilustrasi yang ditampilkan, ada salah satu desain agar cetak sablon menghasilkan sesuatu yang
yang menarik perhatian penulis, yakni t-shirt baik dan bernilai estetik. Dalam kajian ini
dengan ilustrasi dewi Durga dengan ilustrasi Durga yang dibuat secara manual
penggunaan teknik sablon discharge sederhana (hand drawing) memiliki satu nilai lebih, seperti
sebagai sentuhan akhir yang tertuang pada t- sulit untuk diduplikasi, harga yang relatif mahal,
shirt agar memiliki nilai jual lebih. dan pastinya membuat karya grafis yang
autentik (asli, tulen) [4].
Teknik sablon discharge sederhana, merupakan
jenis cetak sablon yang mencabut warna dasar BENTUK ILUSTRASI DURGA
kain dengan material kaporit sebagai bahan Unsur bentuk selalu berkaitan dengan benda,
campuran tintanya. Kaporit merupakan zat baik alami maupun buatan. Bentuk benda
pemutih komersial yang dapat dengan mudah dapat berupa bangun (shape) seperti segi
didapatkan, biasanya digunakan sebagai empat, bulat, dan tidak beraturan. Benda juga
pemutih pakaian, menghilangkan bau dan memiliki bentuk plastis (form) yang tampak dari
pembunuh kuman [1]. Umumnya bahan adanya nilai gelap-terang warna dan tekstur
tersebut dapat merusak screen dan kain bila benda tersebut [5]. Ilustrasi secara harfiah
digunakan secara berlebih, untuk itu diperlukan berarti gambar yang dipergunakan untuk
takaran khusus agar dapat dijadikan sebagai menerangkan atau mengisi sesuatu [6].
bahan campuran tinta pada teknik sablon
discharge sederhana. Tidak banyak warna yang Kata 'Durga' berasal dari bahasa Sansekerta,
dihasilkan dalam jenis cetak sablon ini, bisa Durgam (dur + gam) berarti benteng, yang bisa
dikatakan hanya menghasilkan warna juga diterjemahkan sebagai tidak tersentuh
monochrome. Hasil warna ditentukan dari tebal atau terisolasi. Sementara itu Ensiklopedi
tipisnya tinta yang dituangkan pada permukaan Wayang Purwa I mengartikan gelar Durga
kain serta tekanan pada proses penggarutan sebagai kecewa / jelek / tidak menyenangkan.
screen. Penerapan bentuk sederhana dari Dalam susastra Hindu, Parvati juga dihormati
sebuah teknik sablon discharge yakni pada sebagai perwujudan dari Sakti atau Durga.
media t-shirt katun khususnya yang berwarna Dalam penelusurannya durga memiliki 3 aspek
gelap, karena jenis sablon ini menggunakan namun dalam kajian ini akan lebih difokuskan
tinta berbasis air. Maka bahan katun dipilih pada Dewi Durga sebagai manifesatasi Dewi
sebagai bahan yang ideal agar tinta yang Parvati. Dewi Durga dalam aktifitas rohaninya
digunakan dapat terserap dengan baik [2]. disebut juga sebagai Mahakali, dengan sepuluh
kepala dan sepuluh kaki, berkulit biru tua,
Selanjutnya, dilakukan pengimplementasian ibarat mutiara Bilamani; beliau dihiasi dengan
ilustrasi pada kain. Ilustrasi merupakan unsur berbagai ornament dan bersenjatakan berbagai
terpenting dalam proses cetak sablon. Biasanya senjata seperti pedang, cakra, gada, anak
ilustrasi dibuat semenarik mungkin agar panah, busur, pentungan, cambuk (cemeti),
menghasilkan cetakan sablon yang berkualitas tempurung kepala manusia (asura) dan kerang
dengan menampilkan karya baik manual peniup [7].
(handrawing) maupun digital. Keseimbangan
pada ilustrasi, tidak dapat terpisahkan untuk Selanjutnya menurut Dewa Agung Gede Agung.
menciptakan kesan yang teratur dan menarik. Citra perwatakan Dewi Durga yang demikian
Salah satu fungsi implementasi teknik sablon seram itu, kelak muncul dalam wujud Rangda
adalah sebagai pemuncul ilustrasi pada kain. yang sesungguhnya merupakan hasil ciptaan
Ilustrasi sebagai penyempurna/pemberi para seniman Bali. Sosok Rangda di Bali tidak
sentuhan akhir pada media t-shirt mampu dikenal, sosok rangda muncul di sejumlah desa
menonjolkan satu daya tarik, sehingga memiliki di Bali sebagai wujud aktualisasi rasa magis
nilai jual yang lebih. Penonjolan mempunyai masyarakat Bali. Pemujaan terhadap Dewi
maksud mengarahkan perhatian orang yang Durga dalam bentuk Rangda dilakukan di Bali.
menikmati suatu karya seni pada sesuatu hal Rangda ini biasanya disimpan atau dipuja di
tertentu, yang dipandang lebih penting pura Mrajapati. Pura Mrajapati adalah tempat
daripada hal-hal yang lain. Penonjolan dapat

Jurnal Bahasa Rupa | 74


suci pemujaan terhadap Dewi Durga. Beliau
berwajah cantik memesona, namun pada saat
yang sama terkesan “ganas”. Hanya beliau
yang sanggup menguasai kedua sifat ini [7].

Penulis mencoba merangkum beberapa


temuan ilustrasi maupun fotografi yang
membuat bentuk visualisasi dari Dewi Durga,
melalui penelusuran website.

Gambar 3. Rangda Bali


[sumber : http://www.pinterest.com/]

Dari hasil penelusuran website (gambar 1-3),


terdapat bentuk visualisasi ilustrasi Durga yang
berbeda-beda, yang pertama (Gambar 1)
menggunakan teknik digital, selanjutnya pada
Gambar 2 digunakan teknik manual (hand
drawing) dan yang terakhir (Gambar 3) adalah
Gambar 1. IIustrasi Durga, Kali, Shiva
fotografi. Terkait dari pembahasan tentang
[sumber : http://www.pinterest.com/]
bagaimana bentuk visual dari Dewi Durga yang
sudah identik dengan kesan seram serta
penggunaan detail ornament yang kompleks,
ketiga gambar tersebut sudah
memvisualisasikan ilustrasi Durga pada
umumnya, sesuai yang tergambarkan dalam
beberapa tulisan terkait.

Pada kajian ini eksplorasi media sudah


melampaui teknik yang dijabarkan di atas mulai
dari manual, digital, selanjutnya karya dapat
dinikmati dalam bentuk objek yang tidak statis
[8].

2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat
diamati. Observasi dilakukan dengan
Gambar 2. Durga drawing pengamatan langsung ke lapangan dengan
[sumber : http://www.pinterest.com/] pencatatan yang sistematis serta pengambilan
gambar terhadap segala hal, termasuk

Jurnal Bahasa Rupa | 75


mengenai pengamatan langsung proses Selanjutnya teknik ini memiliki kekurangan
pengerjaan teknik sablon discharge sederhana. yakni susah menentukan akurasi warna yang
Dengan kata lain metode deskriptif kualitatif sama dalam setiap cetakannya serta beberapa
dirancang untuk memperoleh informasi- kelebihan yakni cetakan tidak timbul pada
informasi mengenai keadaan yang ada. Metode permukaan kain, meresap ke dalam serat kain
kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan sehingga lebih nyaman, efek warna yang
data melalui buku-buku terkait kajian. dihasilkan lebih natural dan khas, hasil cetakan
lebih awet dan tidak kaku.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, Keindahan dalam seni merupakan susunan dari
teknik sablon discharge sederhana terbentuk pelbagai keselarasan (harmoni) dan perlawanan
melalui proses kreatif dari pembuatan ilustrasi (kontras) dari unsur garis, warna, bentuk, dan
Dewi Durga dengan teknik gambar tangan nada. Filsuf abad pertengahan yaitu Thomas
(hand drawing) dan penyelesaian teknik Aquinas (1225-1274), mendefinisikan
dusselar (teknik menggambar dengan keindahan sebagai ‘id qoud visum placet’ atau
menggosok sehingga memimbulkan kesan sesuatu itu dikatakan indah bila mana
gelap terang atau tebal tipis) sebagai menyenangkan mata sang pengamat. Rumusan
finishingnya, sehingga membuat bentuk Thomas yang lainnya menjelaskan tiga kualitas
gambar terlihat realis berdimensi. Proses yang harus ada pada keindahan, yaitu integritas
dilanjutkan pada pengaturan setting bentuk atau kelengkapan, proporsi atau keselarasan
raster yang akan digunakan sebagai acuan yang benar, dan cemerlang. Harbert Read
cetak (klise/film) dengan besar raster 40 Dpi dalam bukunya The Meaning of Art (1959)
(Dot per inch). Proses ini menggunakan negatif menjelaskan bahwa seni merupakan usaha
film karena akan diaplikasikan ke dalam media manusia dalam menciptakan karya seni yang
berwarna dasar gelap, selanjutnya dipindah ke bersifat menyenangkan berdasarkan kepekaan
dalam permukaan screen yang menggunakan perasaan dan kemampuan dalam menyatukan
screen nomor 55 T dengan ukuran 40 cm X 60 berbagai unsur seni untuk menciptakan
cm. Screen tersebut memiliki ketebalan yang keharmonisan sebagai hasil akhir dari proses
rendah atau sering disebut screen kasar, namun penciptaan karya seni [9].
cocok untuk segala macam pekerjaan cetak
saring. Proses kemudian dilanjutkan pada Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
proses sablon. Secara teoristis cetak saring/ keindahan dapat ditampilkan melalui bentuk
sablon merupakan teknik cetak melalui proses garis. Pada ilustrasi Dewi Durga digunakan jenis
pembuatan film atau screen yang garis geometrik dan non geometrik, dimana
memindahkan gambar dengan menyaring tinta garis tersebut menyusun bentuk ilustrasi Durga.
yang tercetak di filmnya, seperti pembuatan
stensil [2]. Dalam kajian ini ditemukan bahwa Unsur garis memiliki peran sifat formal dan non
proses sablon menggunakan teknik cabut formal, misalnya garis-garis geometrik yang
warna (discharge) berdasarkan klasifikasi alat bersifat formal beraturan dan resmi. Garis non
dan bahan pembuat tinta yang sederhana geometrik bersifat tak resmi dan cukup luwes,
menggunakan air (water based), atau lemah gemulai, lembut, acak-acakan yang
menggunakan kalsium hipoklorit (Ca(ClO)2) semua tergantung pada intensitas pembuat
padatan putih berupa serbuk dan emulsi zat garis saat itu [9].
pengental dalam bentuk cair (liquid).
Penyusunan dan pengorganisasian hasil
Keistimewaan teknik sablon ini menghasilkan pengamatan merupakan konfigurasi dari
warna melalui proses pelunturan warna bahan struktur bentuk yang menyenangkan dengan
dasar kain, bukan dengan menuangkan pigmen memertimbangkan berbagai hal, salah satunya
warna pada permukaan kain seperti proses adalah balance atau keseimbangan. Melalui
cetak saring/sablon biasanya. Selain itu objek bentuk ilustrasi, seniman bebas mewujudkan
yang dicetak tidak langsung muncul dan ide mereka menjadi sebuah wujud yang
berbentuk pada permukaan t-shirt, melainkan terealisasi dengan ekspresi/ungkapan ke dalam
harus menunggu beberapa saat agar tinta pasta berbagai media bentuk yang konkrit.
cabut warna (discharge) bereaksi.

Jurnal Bahasa Rupa | 76


Dewasa ini, keindahan tidak lagi merupakan itu tidak perlu hal yang sama karena ini lalu
tujuan yang paling penting dari seni. Yang menjadi kesetangkupan, melainkan yang utama
terpenting saat ini ialah menggoncangkan, ialah kesamaan dalam nilai. Dengan kesamaan
mengejutkan publik dari pada menyenangkan dari nilai-nilai yang saling bertentangan
orang dengan karya seni menggugah perasaan terdapatlah keseimbangan secara estetis.
dan membuat rasa nyaman. Keindahan tidak
semata-mata terbentuk melalui hal yang indah Keseimbangan menurut Djelantik [3] :
dan positif saja, melainkan mampu tercipta dari  Keseimbangan simetris : apabila besar
hal yang sebaliknya. Hal yang sebaliknya benda sisi kiri dan kanannya sama.
tersebut maksudnya bukan berarti kosong,  Keseimbangan asimetris : keseimbangan
tetapi bertentangan dengan yang memiliki asimetris dapat dicapai melalui perpaduan
pencitraan untuk menimbulkan suatu dua unsur yang tidak sama kuatnya, baik
pengalaman estetis. Mengaitkan bahasan pada warna, bentuk, luas benda atau wilayah.
artikel ini, ilustrasi yang menyeramkan  Keseimbangan linier : Keseimbangan
tentunya bukan suatu hal yang kosong, tetapi menurut garis lurus baik kiri, kanan, atas
memiliki pesan yang ekspresif dan berbobot. dan bawah.
Keseimbangan yang membentuk satu  Keseimbangan radial : Keseimbangan yang
kebulatan utuh pada ilustrasi ini nampak jelas, berarah lebih dari satu, ke pelbagai jurusan
bila dikaji sebagai berikut: seperti mengikuti garis lingkaran.

Keseimbangan dalam penyusunan adalah Dari pemaparan di atas, dalam kajian ini akan
keadaan atau kesamaan antara kekuatan yang digunakan teori keseimbangan menurut
saling berhadapan, dan menimbulkan adanya Djelantik, dalam mengkaji keseimbangan
kesan seimbang secara visual atau intensitas ilustrasi Durga yang diwujudkan pada kaos t-
kekaryaan. Bobot visual ditentukan oleh shirt menggunakan teknik sablon discharge.
ukuran, wujud, warna, tekstur, ilustrasi dan Dikatakan bahwa keseimbangan tetap
kehadiran semua unsur dipertimbangkan dan merupakan syarat estetik yang mendasar dalam
memerhatikan keseimbangan. semua karya seni. Yusa [10] juga menggunakan
metode sejenis dalam mengurasi karya digital
Keseimbangan menurut Dharsono [9] dibagi painting berjudul Massive War_Against Sad
menjadi dua, yaitu : Ripu. Nilai tambah dalam karya tersebut adalah
 Keseimbangan formal (formal balance) penggunaan komposisi dengan golden ratio.
adalah keseimbangan pada dua belah pihak Resmisari juga melakukan dalam menganalisis
berlawanan dari satu poros. Kebanyakan ilustrasi sebagai karakter visual pada produk
simetris ulangan berbalik pada sebelah komunitas indie OINK![11].
menyebelah dan memiliki identitas visual
pada jarak yang sama terhadap suatu titik
pusat yang imajiner.
 Keseimbangan informal (informal balance)
adalah keseimbangan dari susunan unsur
yang menggunakan prinsip susunan
ketidaksamaan atau kontras asimetris.

Parker dalam kajian tentang bentuk estetis


dalam karya seni membagi wujud estetis dalam
enam asas. Salah satu dari enam asas tersebut
adalah The Principle of Balance (Asas
Keseimbangan). Keseimbangan adalah
kesamaan unsur-unsur yang berlawanan atau
bertentangan. Dalam karya seni walaupun
unsur-unsurnya tampaknya bertentangan
tetapi sesungguhnya saling memerlukan karena Gambar 4. Keseimbangan Simetris ilustrasi durga
bersama-sama mereka menciptakan suatu dengan teknik sablon discharge sederhana
kebulatan. Unsur-unsur yang saling berlawanan [Sumber: Dokumentasi penulis]

Jurnal Bahasa Rupa | 77


Jika diperhatikan, ilustrasi Gambar 4 terdapat membentuk kesan gelap terang tampak
keseimbangan simetris pada beberapa bentuk sederhana namun melalui warna yang
ilustrasi yakni badan, tangan, hiasan kepala, tervisualisasikan ilustrasi tersebut dapat
hiasan tangan, kalung, tengkorak dan kepala. terbentuk dan terwujud.
Terdapat kesamaan bentuk dan penempatan
bidang di kanan dan kirinya, kedua sisi memilki
berat yang seimbang. Pada dasarnya desain
yang memiliki keseimbangn simetris relatif
mudah ditangkap mata, namun cenderung
memliki kesan formal yang menyebabkan cepat
bosan dan datar.

Gambar 6. Keseimbangan radial ilustrasi durga


dengan teknik sablon discharge sederhana
[Sumber: Dokumentasi penulis]

Pada Gambar 6 ditampilkan keseimbangan


radial penyusunan ilustrasi dengan
keseimbangan bervariasi simetris dan asimetris.
Gambar 5. Keseimbangan asimetris ilustrasi durga Keseimbangan radial dapat terjadi bila objek
dengan teknik sablon discharge sederhana pada ilustrasi ditempatkan secara menyebar
[Sumber: Dokumentasi penulis] dari titik pusat keseimbangan objek (seperti
yang terlihat pada gambar 6) atau ilustrasi
Ilustrasi Gambar 5 lebih banyak menampilkan menyebar, namun tetap pada satu titik yang
keseimbangan asimetris menurut Djelantik. tetap tersatukan.
Dalam dunia keseimbangan asymmetric
balance bisa dicapai melalui perpaduan dua Dari pengamatan ilustrasi tersebut menurut
unsur apa saja yang tidak sama kuatnya, tidak Monroe Beardsley salah satu sifat baik dari
sama cerahnya. Menentukan besar wilayah benda estetis adalah kerumitan (complexity)
masing-masing warna untuk mencapai yakni karya seni yang bersangkutan tidak
keseimbangan dalam suatu susunan kombinasi. sederhana sekali, melainkan kaya akan isi
Keseimbangan asimetris yang ditampilkan maupun unsur yang saling berlawanan ataupun
dalam ilustrasi tersebut digambarkan begitu mengandung perbedaan-perbedaan halus. [9].
rumit, namun lebih menarik perhatian Pada ilustrasi tersebut secara visual terlihat
dikarenakan ada kesan dinamika yang memberi rumit, kaya akan isi serta adanya unsur yang
variasi lebih banyak seperti bobot visual, saling berlawanan dan mengandung perbedaan
ukuran dan bentuk yang dominan. Warna pada halus yang seimbang, selain itu bila diamati
ilustrasi tersebut sudah menunjukan adanya secara keseluruhan ilustrasi tersebut sangat
keserasian, harmoni dan keseimbangan melalui mewakili bentuk visual Dewi Durga seperti yang
tone warna gradasi raster yang menyebar dan telah dibahas pada paragraf sebelumnya yakni

Jurnal Bahasa Rupa | 78


berwajah cantik memesona, pada saat yang dengan penerapan teknik sablon discharge
sama terkesan “ganas”. Hanya beliau yang sederhana. Dalam karya seni penilaian estetika
sanggup menguasai kedua sifat ini. tidak selalu pada benda yang indah, cantik dan
baik. Ilustrasi yang terlihat menyeramkan dan
berkesan negatif, dapat terlihat menarik, atau
dinyatakan sebagai menarik setelah dikaitkan
melalui prinsip estetika yakni keseimbangan
(balance). Dimana ilustrasi durga tersebut
tersusun melalui garis, bentuk, bidang dan
wilayah yang dinamis serta terdapat sifat baik
(estetik) melalui kerumitan (complexity) yang
kaya akan isi maupun unsur yang saling
berlawanan ataupun mengandung perbedaan
halus. Kompleksitas dan unsur keseimbangan
tersebut pada akhirnya akan bisa memberikan
kesan serta membuat ciri khas pada karya itu
sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Arifien, K. 2011. Panduan Usaha Mandiri:
Sangil Merintis Usaha Sablon. Bandung: CV
RAMA WIDYA.

Gambar 7. penempatan ilustrasi durga [2] Drayden, M.D., 1993 Fabric Painting and
pada media t-shirt Dyeing for the Theatre. USA: Camden
[Sumber: Dokumentasi penulis] Type’n Graphics.
Proporsi adalah adanya perubahan [3] Djelantik. 2008. Estetika Sebuah
perbandingan antara panjang lebar dan tinggi Pengantar. Jakarta : Masyarakat Seni
sehingga gambar dengan perubahan sering Pertunjukan Indonesia (MSPI).
terlihat distorsi. Dalam pengamatan ilustrasi
yang ditampilkan sudah cukup proporsional dan [4] Gumelar, M.S., 2017. Menguak Mitos:
seimbang antara bidang dan objek acuan yang Diskursus Gaya Gambar Amerika, Jepang,
tertuang di dalam media. Kini ada perubahan Eropa, Gaya Gambar Indonesia dan
sifat dari bentuk karya yang statis menjadi Implikasinya. Jurnal Bahasa Rupa, 1(1),
karya yang sifatnya mobile serta fungsional, pp.25-34.
penggunaan teknik sablon discharge sederhana
yang mampu menduplikasikan karya dengan [5] Sanyoto, S.E., 2010. Nirmana : Elemen-
mudah, lebih cepat dan diharap mampu elemen Seni dan Desain. Yogyakarta :
menjalankan beberapa fungsi seni ke dalam Jalasutra.
berbagai lapisan masyarakat. Hal ini juga
berpengaruh dalam membentuk sifat baik [6] Kusrianto, A., 2007. Pengantar Desain
(estetik) dimana kesan mencolok atau Komunikasi Visual. Yogyakarta: ANDI.
membuat kejutan umumnya akan menarik
perhatian dimana karya seni mampu membuat [7] Agung, D.A.G., 2012. Pemujaan Rangda di
orang terpaku mengamatinya sehingga Bali Sebagai Stana Dewi Durgam, IHDN,
menimbulkan kesan tersendiri bagi setiap Denpasar.
orang yang melihatnya.
[8] Yusa, I.M.M., 2016. Sinergi Sains, Teknologi
4.KESIMPULAN Dan Seni : Dalam Proses Berkarya Kreatif Di
Berdasarkan ulasan penulis, dapat disimpulkan Dunia Teknologi Informasi. STIMIK STIKOM
bahwa estetika mampu terbentuk melalui Indonesia.
keseimbangan baik simetris, asimetris, dan
radial yang tertuang pada ilustrasi Dewi Durga [9] Dharsono, S.K., 2007. Estetika. Bandung :
yang dihadirkan dalam bentuk visual realis Rekayasa Sains.

Jurnal Bahasa Rupa | 79


[10] Yusa, I.M.M. and Triyadi, A., 2014. Narasi
Visual Diskursus Tubuh Pada Karya Digital
Painting Dalam Tinjauan Budaya (Studi
Kasus Karya Massive War–Against Sad
Ripu). Jurnal Sketsa, 1(2).

[11] Resmisari, G., 2016. Analisis Karakter Visual


pada Komunitas Indie (Studi Kasus Karakter
Babi pada Visual Produk OINK!). JURNAL
ITENAS REKARUPA, 4(1).

Jurnal Bahasa Rupa | 80

Anda mungkin juga menyukai