Percobaan 1 I/1
PERCOBAAN I
TUJUAN
Setelah melaksanakan percobaan ini Anda diharapkan memahami prinsip kerja
enkoder sebagai umpan balik untuk sensor kecepatan dan rangkaian konverter Frekuensi to
Voltage
PENDAHULUAN
Untuk membuat suatu pengaturan kecepatan suatu motor dibutuhkan sensor
sebagai umpan baliknya. Salah satu sensor yang digunakan di sini adalah enkoder (encoder)
dengan jenis optikal. Enkoder ini terdiri dari dua bagian, yaitu shaft encoder yaitu berupa
piringan flexiglass yang beralur dan dikopel dengan motor DC, sehingga ikut berputar
dengan motor. Bagian lainnya yaitu sebuah saklar optik (optical switch), yang merupakan
sensor dari putaran shaft encoder. Ketika bagian alur hitam flexiglass menutupi cahaya yang
dikeluarkan LED, transistor penyensor akan berada pada keadaan mati, sehingga tegangan A
akan high, dan setelah melewati inverter akan berubah menjadi low. Sebaliknya pada bagian
tanpa alur, cahaya LED akan langsung mengenai transistor penyensor, menyebabkan
transistor hidup dan tegangan A akan ditanahkan. Selanjutnya setelah melewati inverter,
tegangan output akan berubah menjadi high (lihat gambar 1.1).
Enkoder optik pada percobaan ini akan mengartikan alur hitam sebagai tegangan low
dan bagian tanpa alur sebagai tegangan high. Perubahan antara bagian beralur dan tanpa
TEKNIK KONTROL
Percobaan 1 I/2
alur yang sebanding dengan putaran motor menyebabkan tegangan keluaran enkoder akan
berupa tegangan pulsa seperti terlihat pada gambar 1.2 berikut.
Hubungan antara kecepatan, frekuensi tegangan output enkoder dan banyaknya alur
pada shaft encoder dinyatakan dengan persamaan berikut :
𝑓𝑥60 1.1
𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 (𝑅𝑃𝑀) =
𝑁
1
𝑓= 1.2
𝑇
Keterangan :
f = frekuensi dalam satuan Hertz (Hz)
T = periode satu gelombang dalam satuan detik (s)
N = jumlah alur pada shaft encoder.
REFERENSI
1. Ogata K, "Modern Control Engineering", Prentice-Hall, Inc. Englewood, N.J. 1970.
2. Shinners S.M, "Modern Control System Theory and Application", Addison-Wesley
Publishing Comp., Massachusetts, Canada, 1972.
3. Rashid, Muhammad H., “Power Electronics, Circuit, Devices, and Applications”,
Prentice-Hall International, Inc., New Jersey, 1998.
PERALATAN
1. Modul POWER SUPPLY PTE-047-01
2. Modul POWER CIRCUIT PTE-047-04
3. Modul TRIGGER CIRCUIT PTE-047-05
4. Modul POTENTIOMETER PTE-047-10
5. Modul MOTOR UNIVERSAL PTE-047-11
TEKNIK KONTROL
Percobaan 1 I/3
LANGKAH KERJA
1. Rangkailah modul-modul sesuai Gambar 1.3
Percobaan 1 I/4
5. Atur supaya bagian tanpa alur putih pada shaft enkoder berada tepat di tengah saklar
optik, lihat keluaran osiloskop, kemudian gambar pada oskilogram berikut.
Grafik 1.3 Data Pengukuran Sinyal Encoder pada Kecepatan 6000 RPM
TEKNIK KONTROL
Percobaan 1 I/5
8. Dari grafik di atas, hitung frekuensi tegangan keluaran enkoder. Bandingkan nilainya
apabila nilai frekuensi didapatkan melalui perhitungan berdasarkan persamaan 1.1.
Bandingkan pula apabila kita mempergunakan pencacah frekuensi, yaitu dengan
mengganti lengan osiloskop dengan lengan pencacah frekuensi. Susunan modul
terlihat pada Gambar 1.4.
9. Ulangi percobaan 7 untuk empat nilai lainnya, gambarkan keluaran tegangan pada
osiloskop dan catat hasilnya pada tabel berikut ini.
TEKNIK KONTROL
Percobaan 1 I/6
10. Atur potensiometer pada kecepatan tertinggi dan terendah yang mungkin (motor
tetap bergerak), dengan melihat perioda gelombang atau lewat pencacah frekuensi,
lengkapi Tabel 1.2.
Percobaan 1 I/7
KESIMPULAN
1. Apakah fungsi encoder optik dalam percobaan ini?, jelaskan?
2. Dalam sistem kendali dimanakah posisi encoder optik ditempatkan?, gambarkan
diagram sistem kendali dan tempatkan peralatan yang digunakan dalam diagram blok
tersebut.
3. Kenapa frekuensi sinyal keluaran encoder optik meningkat jika putaran motor
meningkat?
4. Jelaskan hubungan antara jumlah shaft dengan frekuensi dan hubungan frekuensi
dengan kecepatan motor.